• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IMPLEMENTASI

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, kata implementasi sama dengan kata pelaksanaan. Patton dan Sawicki menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur tata cara untuk mengorganisasikan, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Menurut George Edward, ada beberapa elemen penting dalam memahami implementasi, yaitu: komunikasi (proses transmisi komando pada personalia), sumber daya (keahlian personal, informasi yang relevan dan tentang cara pengimplementasian), disposis (sikap dan kapasitas personal) serta struktur birokrasi (efektivitas komponen organisasi).

Implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Implementasi program merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan program. Hal ini dapat dilihat seperti yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn yang merumuskan implementasi adalah:

“tindakan-tindakan yang dilakukan baik individu, pejabat atau kelompok Pemerintah atau Swasta yang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijaksanaan” (Wahab, 1991: 51).

Selanjutnya dalam kajian mengenai penerapan/implementasi sebuah program federal di Oakland California, Jeffery, C Pressman Aaron B. Wildevsky mendefenisikan implementasi sebagai :

“ Penerapan mungkin dapat dipandang sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya………..

(2)

Penerapan adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab-akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan………….” (1991: 195).

Sementara Daniel A. Mazmanian Dan Paul A. Sabatier (1979) dalam Wahab (1991: 51) mendefenisikan implementasi adalah:

“ memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yaitu kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disyahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha mengadministrasikanya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.

Ada tigapilar-pilar kegiatan dalam upaya implementasi yaitu:

a. Organisasi: pembentukan/penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan.

b. Menafsirkan: menafsirkan agar program (misalnya, hal status) menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan.

c. Penerapan: ketentuan rutin pelayanan, pembayaran atau lainya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program. (Jones, 1991:296).

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Berdasarkan defenisi-defenisi implementasi diatas, maka yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi yaitu adanya program. Program akan menunjang implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. tujuan yang akan dicapai

2. kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu 3. aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui

(3)

4. perkiraan anggaran yang dibutuhkan 5. strategi pelaksanaan.

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat tersebut akan menerima manfaat dari program-program tersebut yang telah dijelaskan serta terjadinya suatu perubahan dalam peningkatan pada kehidupanya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan bahwa program tersebut gagal dikembangkan dan dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung pada unsur pelaksanaanya, dan unsur pelaksana ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan program penting artinya baik itu organisasi, lembaga ataupun perorangan bertanggungjawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Dengan demikian isi dari pada kebijaksanaan pada pokoknya meliputi adanya program yang bermanfaat, adanya kelompok sasaran, terjadinya jangkauan perubahan, terdapatnya sumber-sumber daya serta adanya pelaksana-pelaksana program. Hasil akhir dari sebuah kegiatan dalam kegiatan implementasi ini dapat dilihat dari dampaknya terhadap masyarakat, individu, kelompok- kelompok dan dari tingkat perubahan penerimaanya.

Kegagalan dan keberhasilan implementasi dapat dilihat dari kemampuanya secara nyata. Dalam mengoperasikan implementasi program-program agar tercapai sesuai dengan tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi-organisasi pelaksanaanya. Organisasi ini bisa bisa dimulai dari organisasi di tingkat atas sampai yang berada di level itu negeri atau swasta. Baik tidaknya suau program atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan merupakan masalah yang

(4)

sungguh-sungguh kompleks bagi setiap organisasi, termasuk pemerintah. Menjadi masalah karena biasanya terdapat kesenjangan waktu antara penetapan program atau kebijaksanaan dan pelaksanaanya.

Dalam kaitan ini, Jones mengatakan bahwa implementasi adalah :

Suatu proses interaktif antara suatu perangkap tujuan dan tindakan atau bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijakan yang mendahuluinya dengan kata lain pelaksanaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilarnya organisasi, interpretasi dan penerapan (Jones 1996 : 294).

Jadi imlementasi atau pelaksanaan dapat dikatakan merupakan kemampuan yang tersusun untuk membentuk hubungan-hubungan yang lebih lanjutdalam rangkaian sebab dan akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan yang hendak dicapai.

B. PROGRAM

Program adalah seluruh aktivitas yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya adalah bahwa program merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi dan tidak semata-mata merupakan suatu rangkaian aktivitas atau tindakan yang muncul secara acak, tetapi merupakan suatu rangkaian tindakan yang terencana dan dipandang untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Jika tidak ada permasalahan, maka tidak diperlukan intervensi programatis.

Dengan demikian, program adalah intervensi atau jasa yang dibutuhkan dan berdampak bagi partisipan program. Ada beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak, yaitu sebagai berikut:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun sebagai pelaku program.

(5)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri. Program kadang bisa di identifikasi melalui anggaran, namun demikian terdapat program yang memiliki anggaran minimal karena sering tergantung pada para sukarela. Pendanaan yang stabil sangat penting untuk keberhasilan program pelayanan sosial.

3. program memiliki identitas tersendiri. Program dapat dilihat dan diakui oleh publik apabila sistem pelayanan dapat berjalan efektif.

Program terbaik diseluruh dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan mulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa kira-kira solusi yang terbaik. (Drs. Sudirmanm.SP: 2005: 2-3).

C. PELAYANAN SOSIAL.

Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dalam perkembangan hidupnya, manusia senantiasa memerlukan pertolongan dari orang laindan hanya dapat hidup apabila dia berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan lingkungan karena manusia hidup bersama di dalam kelompok atau hidup berkelompok dimana satu sama lain saling membutuhkan.

Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin kompleks, maka dalam diri manusia juga semakin banyak tuntutan-tuntutan yang harus di penuhi dalam upaya untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Dalam upaya pemenuhan tuntutan-tuntutan hidupnya tersebut, maka manusia manusia semakin membutuhkan jasa-jasa pelayanan

(6)

dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran pelayanan menjadi begitu penting dalam perkembangan hidup manusia.

“ Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri (Suparlan, 1983: 91). Sementara itu H.A.S. Moenir mengatakan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain (Moenir, 1992: 17)”.

Erat kaitanya dengan diatas, Sjahrir mengemukakan bahwa :

Pelayanan adalah jenis usaha yang dikelola pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi pada aspek keuntungan (Sjahrir, 1991: 154).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pelayanan itu merupakan kegiatan yang diselenggara oleh orang lain dan ditujukan kepada seseorang dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut (orang yang dilayani). Masalah yang dimaksud disini adalah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup dan masalah yang berkaitan dengan tujuan hidup. Dalam hal pelayanan yang diberikan tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain yang membutuhkanya serta dapat digunakanya untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga dia dapat kembali menjalankan aktifitas hidupnya ditengah-tengah masyarakat.

Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya menurut Fadli Nurdin pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualiskan, langsung dan terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Disebut pelayanan dalam arti bahwa program ini memberikan jasa pada orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau keuntungan diri sendiri (Nurdin, 1990: 50).

Sehubungan dengan pendapat di atas Romanyshyn (1971, dari Fadil Nurdin, 1990; 50) menambahkan bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha

(7)

memulihkan, memelihara dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok kelompok sosial, organisasi serta masyarakat.

Syarif Muhidin (1981: 68) memberikan defenisi pelayanan sosial dalam arti luas dan dalam arti sempit, yaitu:

1. pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan lain sebagainya.

2. pelayanan dalam arti sempit adalah pelayanan sosial yang mencakup pertolongan dan perlindunan kepada golongan yang tak tak beruntung, seperti pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna susila dan sebagainya.

Selanjutnya, Alfred J. Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut:

“ pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat serta kemampuan perorangan untuk pelaksanan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampaun menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”. (Soetarso, 1982: 34).

Penggunaan kata mempertimbangkan kriteria pasar mengungkapkan bahwa masyarakat merasa wajib dan yakin akan pentingnya peningkatan kemampuan setiap warga negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya. Ketidakmampuan seseorang untuk membayar pelayanan karena

(8)

penghasilanya tidak mencukupi (karena berdasarkan kriteria pasar) jangan menjadi hambatan untuk memperoleh pelayanan. Berarti disini, pemberi pelayanan harus melayani tanpa mempertimbangkan sipenerima pelayanan mampu membayar atau tidak.

Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka, “ dalam konsepsi social

service delivery, sasaran utama adalah si penerima bantuan (beneficiary group). Dilihat

dari sasaran perubahan maka sasaranya adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber natural”.

Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga dan bentuk-bentuk organisasi sosial tetapi juga merupakan tanggapan baru terhadap situasi sosial baru. Pelayanan-pelayanan sosial merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modern dalam berbagai hubungan dan peran-perannya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan modern.

Pandangan yang menganggap bahwa pelayanan sosial tidak akan diperlukan lagi kalau masyarakat telah berhasil menghilangkan kemiskinan, meningkatkan pemerataan, dan menanggulangi masalah-masalahnya sangatlah mahal. Hal ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dan perubahan teknologi tergantung pada perobahan-perobahan sosial yang kesemuanya memerlukan penyediaan lembaga-lembaga baru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat yang berhubungan dengan pemberian kasih sayang, sosialisasi, pengembangan dan rehabilitasi.

(9)

Adapun yang menjadi komponen-komponen yang terkandung didalam pelayanan sosial tersebut antara lain :

a. Bangunan beserta fasilitas lingkungannya merupakan objek yang secara langsung digunakan untuk menampung atau menyembuhkan penerima pelayanann.

b. Peralatan yang mencakup tempat tidur, meja, kursi dan lain-lain yang digunakan baik secara perorangan maupun secara bersama-sama.

c. Pelayanan operasional mencakup makanan, pakaian, kesehatan, kegiatan waktu senggang, dan kegiatan rutin sehari-hari.

d. Pelayanan profesional meliputi jumlah petugas dan tenaga-tenaga ahli seperti tutor, guru, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.

Adapun yang menjadi tujuan pelayanan sosial itu adalah :

Menurut Alfret J Khan mengemukakan bahwa tujuan pelayanan sosial antara lain: a. Pelayanan sosial untuk tujuan soialisasi dan pengembangan.

b. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial.

c. Pelayanan sosial untuk tujuan membantu orang menjangkau dan menggunakan pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial antara lain: a. program penitipan anak.

(10)

c. program-program pengisian waktu luang bagi anak dan remaja dalam keluarga.

Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi menjadi berbagai cara, bergantung kepada tujuan pembagian itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:

 Perubahan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang

 Pegembangan sumber-sumber daya manusia

 Berorientasi terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

 Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan

 Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainya. (Soetarso, 1981: 41).

Dengan menggunakan metode yang khas, masing-masing ilmu berusaha untuk menemukan dan merumuskan kebenaran. Demikian juga halnya dengan pelayanan sosial terhadap anak binaan diperlukan metode pelayanan yang teratur dan sistematis sehingga mereka dapat mandiri dalam kehidupan masyarakat. yang dimaksud dengan metode pelayanan sosial adalah suatu cara berpikir atau bertindak dalam suatu kegiatan atau aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, keterampilan, didikan, perlindungan kepada anak binaan agar dapat melaksanakan segala kegiatan dan masalah yang dihadapi secara mandiri.

(11)

Metode pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra sebagai suatu Lembaga Sosial adalah:

a. Metode bimbingan sosial perorangan (sicial case work), yaitu dengan cara kerja ataupun prosedur yang teratur dan sistematis untuk mendidik dan membimbing anak (individu) yang megalami permasalahan sosial sehingga semua permasalahan yang dialami tersebut dapat terselesaikan atau diatasi dengan baik dan anak binaan tersebut dapat melaksanakan tugas-tugas serta fungsi sosialnya secara lebih baik. Misalnya, untuk kelas bordir anak bersamaan melakukan keterampilan namun pada prakteknya anak-anak dididik secara perorangan dan apabila anak belum juga memahami instruktur bordir membuat keterangan atau jalan yang lebih mudah untuk dipahami, disamping itu apabila anak binaan punya masalah pihak lembaga memberikan nasehat atau arahan secara perorangan.

b. Metode bimbingan sosial kelompok (social group work), yaitu serangkaian cara kerjadan prosedur yang teratur dan sistematis yang diterapkan lembaga yang dalam hal ini adalah PSBR Nusa Putra membimbing ataupun mendidik anak secara kelompok. Misalnya, ketika memberikan motivasi dan arahan kepada anak-anak berlangsung secara keseluruhan dalam sebuah ruangan ataupun aula.

c. Metode bimbingan sosial organisasi (sicial community organization atau community depelpment), yaitu suatu metode atau proses untuk membantu masyarakat agar dapat menentukan kebutuhan dan tujuanya, serta dapat menggali dan memanfaatkan sumber yang ada sehingga kebutuhnaya

(12)

dapat terpenuhi dan tujuan yang diharapakan dapat tercapai. Misalnya, kehadiran lembaga PSBR membantu masyarakat dalam membina anak-anak kurang mampu dalam mencapai suatu tujuan dengan menempah anak-anak binaanya supaya dapat mandiri.

d. Metode administrasi kesejahteraan sosial yaitu suatu metode atau proses dimana anak binaan sebelum dan sesudah masuk lembaga harus meyelesaikan segala bentuk administrasinya misalnya, surat keterangan kurang mampu, surat izin keluar, dan lain sebagainya. Disamping itu segala bentuk kegiatan, baik kegiatan anak binaan maupun kegiatan staf lembaga termenejemen dengan baik, misalnya: setiap kegiatan harus berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

D. Program-Program Pelayanan Sosial.

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi yang dilaksanakan secara di individualisasikan, langsung dan terorganisasi yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dnegan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan akses: mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisifasi. Tujuan membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.

2. Pelayanan terapi: mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh

(13)

badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3. pelayanan sosialisasi danpengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre. (Nurdin, 1989:50).

Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh: a. adanya birokrasi modern

b. perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban serta tanggungjawabnya

c. deskriminasi atau perbedaan

d. jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial.

Seseorang yang mempunyai masalah datang kesuatu tempat badan sosial dimana terdapat tenaga ahli yang memberikan bantuan kepadanya dnegan cara proses tertentu (social casework). Social Casework adalah: suatu proses yang dipergunakan oleh badan-badan sosial ( human welfareagencies) tertentu untuk membantu individu-individu agar mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi didalah kehidupan sosial mereka secara lebih efektif. Program kofesensif untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak baik fisik, mental maupun sosial. Pelayanan kesejahteraan anak termasuk asuhan bagi anak didalam keluarganya sendiri maupun lembaga sosial, didalam keluarga pengganti (Subsitute Family Homes), ataupun didalam lembaga. Jenis-jenis pelayanannya antara lain:

(14)

a. Bantuan finansial b. Adopsi

c. Asuhan keluarga d. Bimbingan keluarga.

E. Standart Dan Jenis-Jenis Standart Pelayanan Sosial.

Kata “standart” yang digunakan disini dapat berarti: a. suatu norma bagi pelayanan sosial, atau

b. suatu bentuk norma atau peraturan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan sebagai pedoman

Adapun jenis-jenis dari standar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Standart minimum

Standart ini digunakan kalau pemerintah mengiginkan penentuan persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Standart ini dapat dicamtumkan sebagai undang-undang, peraturan menteri, atau lainya agar tingkat pelayanan yang telah ada tidak tetap ada pada tingkatan yang telah ditentukan atau menurun. Dalam hal ini badan-badan sosial justru di dorang untuk melampaui standart minimum ini.

2. Standart maksimum.

Standart ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standart maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan kesejahtraan sosial jangka panjang.

(15)

Standart ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan memaksa. Tujuan utama standart ini adalah mendorong badan-badan sosial untuk meningkatkan pelayanan.

F. Anak Binaan

Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya. Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan kepada negara yang dididik dan ditempatkan pada panti asuhan tersebut (Dirjen Hukum & Perundang-Undangan,1995 : Bab I).

Yang menjadi pola pembinaan yaitu : 1. Macam pembinaan

a. Pembinaan penyuluhan hukum b. Pembinaan penyuluhan rohani c. Pembinaan penyuluhan jasmani d. Pembinaan bimbingan bakat

e. Pembinaan dalam bidang pendidikan dan integrasi. 2. tujuan dan kejelasan pola pembinaan

3. manfaat pola pembinaan 4. pelaksanaannya

5. sumber-sumber yang digunakan.

Adapun yang menjadi hak-hak pokok anak, antara lain sebagai berikut: 1. Hak untuk hidup.

(16)

Setiap anak berhak untuk mendapatkan akses atas pelayanan kesehatan dan menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih, dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan.

2. Hak untuk tumbuh dan berkembang.

Setiap anak berhak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Berhak memperoleh pendidikan, bimbingan, baik formal maupun informal secara memadai. Konkritnya akan diberi kesempatan untuk belajar, bermain, berkreasi dan beristirahat.

3. Hak untuk memperoleh perlindungan.

Hak untuk memperoleh perlindungan artinya setiap anak berhak melindungi dari eksploitasi ekonomi dan seksual, kekerasan fisik ataupun mental, penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang, dan segala bentuk deskriminasi, ini juga berlaku untuk anak yang tidak punya orang tuan dan anak-anak yang berada ditempat pengungsian. Mereka berhak untuk mendapat perlindungan.

4. Hak untuk berpartisipasi atau berperan serta.

Hak berpartisipasi atau berperan serta artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan-pandangan, ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak.

5. Hak untuk memperoleh pendidikan.

Setiap anak berhak menerima pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat lanjutan harus dianjurkan dan dimotivasi agar dapat diikuti oleh sebanyak mungkin anak. (Atika, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 3, 2004 :94)

(17)

G. Lembaga Sosial

Tanggungjawab sosial merupakan unsur pokok dari pelayanan kesejahteraan sosial. Mobilisasi sumber-sumber merupakan tanggungjawab masyarakat sebagai keseluruhan dalam arti dapat disediakan oleh pemerintah atau oleh masyarakat ataupun secara bersama-sama.

Mekanisme yang dapat dilaksanakan keinginan masyarakat merupakan bagian yang penting bagi usaha kesejahteraan sosial yang disponsori oleh pekerja sosial. Bagi lembaga-lembaga pelayanan sosial pemeritah, mekanismenya harus mencerminkan keinginan pemerintah. Tidak mengejar keuntungan sebagai suatu programnya. Usaha kesejahteraan sosial bukanlan untuk emncari keuntungan (Profit Making Activity). Pelayanan dan barang-barang yang dihasilkan oleh ekonomi pasar dan dibeli oleh orang-orang dengan uang berdasarkan partisipasi kompetitif dalam ekonomi, bukanlah kesejahteraan sosial. Tujuan kesejahteraan sosial mungkin saja erat hubunganya dalam usaha mencari keuntungan, apabila suatu usaha bisnis menyelenggarakan fasilitas rekreasi dan penitipan anak dan taman kanak-kanak bagi tenaga kerjanya.

Struktur administrasinya yang diadakan secara terpisah kadang-kadang banyak dikembangkan oleh usaha-usaha bisnis atau perusahaan-perusahaan. Akan tetapi program seperti itu tidak dapat dipisahkan dengan tujuan perusahaan pada umumnya, yaitu dnegan memberikan fasilitas kesejahteraan sosial bagi tenaga kerjanya yang diharapkan produksi akan naik. Aspek profesional dari program itu masih sulit untuk diklasifikasikan, hal ini etrgantung dari relasi antara pemberi bantuan dan penerima bantuan. Program kesejahteraan dibidnag industri biasa saja dianggab sebagai program kesejahteraan sosial apabila usaha untuk mencari keuntungan bukan program dari program tersebut.

(18)

Didalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial perlu adanya badan-badan atau lembaga-lembaga yang merupakan realisai dari ciri-ciri kesejahteraan sosial yang utama, yaitu organisasi formal yang menjalankan salah satu unsur penting dalam proses intervensi sosial disamping adanya pekerja sosial, profesi-profesi lain yang bekerja dalm bidang kesejahteraan sosial dan klienya.

Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan-perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerja sosial. Dalammenjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi, dan sumber-sumber yang diperlukan pekerja sosial dan profesi lainya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek.

Sumber-sumber yang dapat disewdiakan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi sosial misalnya dana, tempat, tenaga kerja, dan fasilitas lainya. Akan tetapi lembaga sosial bukan hanya sebagai pemasok yang selalu siap menyediakan berbagai keperluan praktek pekerja sosial. Karena lembaga atau badan-badan sosial seringkali memiliki misi dan tujuan sendiri, sehingga tidak selamanya tujuan praktek profesi pekerjaan sosial sesuai dengan misi dan tujuan lembaga atau badan-badan sosial dimana pekerja sosial praktek secara profesional. (Syarif Muhidin, 1992: 4).

Menurut F. M. Loewenberg ada lima unsur struktural dan prosedural yang terdapat dalam praktek, diantaranya sebgai berikut:

1. Peraturan-peraturan.

Perarturan-peraturan yang memenuhi persyaratan untuk pelayanan suatu lembaga sosial dapat berupa hukum, peraturan-peraturan yang dirumuskan atau keputusan

(19)

tentang suatu kebijakan yang berdasarkan kebutuhan dan potensi-potensi yang dapat didayagunakan bagi pelayanan lembaga.

2. Beban khusus.

Lembaga-lembaga atau badan sosial umumnya tidak menyeleksi klien-klien mereka, karena klien biasanya dihadapkan kepada pekerja sosial sebagai kegiatan rutin, dan diatur agar dapat menggunakan staf secara efisien. Lembaga-lembaga sosial biasanya mendayagunakan pekerja sosial, misalnya melalui kunjungan rumah dan laporan-laporan berkala yang harus diselesaikan sesuai dengan banyaknya jumlah kasus.

3. Persyaratan administratif.

Masalah terbesar dalam lembaga sosial adalah memelihara kebenaran informasi tentang kegiatan-kegiatan pekerja, dan hasil akhir yang dicapai selama pelayanan dilakukan.

4. Anggaran kerja.

Anggaran kerja merupakan suatu unsur penting yang dapat langsung mengawasi lembaga dan badan-badan sosial beserta para pekerjaanya.

5. Supervisi.

Supervisi yang dilakukan lembaga-lembaga sosial pada dasarnya ditujukan untuk mempengaruhi pekerja sosial dan pekerja profesi lainya dalam praktek disebuah lembaga sosial. (Nurdin, 1989: 41-43).

(20)

H. Kerangka Pemikiran.

Kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, kekurangan pakaian, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer (Ajit Ghose dan Geit Griffin, 1980: 545). Pengertian ini dapat diinterprestasikan bahwa ketidakmampuan mereka dalam menggunakan sarana yang tertera dalam butir-butir tersebut sebagai pertanda kondisi ekonominya yang sangat lemah. Dapat dipahami, bahwa dalam upaya menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya tidak memiliki modal dasar penunjang.

Kehadiran suatu panti atau yayasan ditengah masyarakat tidak hanya penting bagi penyandang cacat saja, melainkan juga masyarakat umum seperti masyarakat kurang mampu ataupun masyarakat miskin. Dengan adanya program rehabilitasi yang tersedia dalam yayasan atau panti sosial, masyarakat akan dapat memanfaatkan segala fasilitas dan kemampuan pelayanan yang tidak dimilikinya. Karena pada hakekatnya fungsi sebuah yayasan atau panti sosial bukan hanya didasarkan pada prinsip belas kasihan tetapi juga meningkatkan derajat penyandang cacat atau anak yang kurang mampu, maka keluarga akan dapat dibantu dalam mendidik anggotanya yang cacat atau yang tidak dapat melakukan fungsinya (Disfungsi Sosial) dalam melakukan fungsi sosial dan ekonominya dalam masyarakat (Rasyid, 1985: 77).

PSBR Nusa Putra Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu lembaga sosial yang didirikan untuk memberikan keterampilan, pendidikan pengetahuan dalam meningkatkan potensi anak binaan yang kurang mampu dan menciptakan manusia-manusia yang mandiri. Melalui lembaga ini, anak binaan

(21)

diharapkan dapat berkembang dan mendapatkan bimbingan serta menanamkan rasa percaya diri para anak binaan tersebut, sehingga dapat eksis di dalam masyarakat. diharapkan juga para anak binaan dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya untuk kemajuanya kelak.

Dengan adanya Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa yang merupakan sebuah Lembaga yang berasal dari Pemerintah melalui Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara yang dulunya disebut Departemen Dinas Sosial, yang mempunyai program-program dalam pembinaan anak remaja yang putus sekolah dari keluarga kurang mampu. Dengan tujuan dari program tersebut adalah untuk membentuk kembali sikap dan prilaku anak, sehingga anak dapat berdiri sendiri dan melakukan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Dari uraian seperti yang tertera di atas maka dapat di buat sebagai skema yang menggambarkan sebuah kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:

Gambar 1

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

- Menambah pengetahuan dan meningkatkatkan ketrampilan

- Memiliki mata pencaharian sebagai sumber kehidupan - Berperan serta aktif dalam masyarakat dan pembangunan - Anak yang mampu melakukan peran sosialisasinya.

IMLEMENTASI

PROGRAM PSBR

Pelatihan Ketrampilan Bordir dan Saloon/Tata rias

(22)

I. Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional. I.1. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Implementasi program merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan program.

2. program adalah seluruh aktivitas yang dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya adalah bahwa program merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi dan tidak semata-mata merupakan suatu rnagkaian aktivitas atau tindakan yang muncul secara acak, tetapi merupakan suatu rangkaian tindakan yang terencana dan dirancang untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

3. pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dnegan lingkungan sosialnya.

4. Program pembinaan adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan kegiatan pembinaan yang akan dilaksanakan. Dalam pembinaan terjadi proses pelepasan hal-hal yang dimiliki yang bersifat menghambat dan mempelajari pengetahuan dan kecakapan baru yang meningkatkan kerja hidup.

(23)

5. Panti sosial merupakan sarana dan prasarana yang memberikan pelayanan sosial berdasarkan profesi pekerjaan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak, terutama bimbingan sosialdan pelayanan untuk anak-anak. Panti asuhan juga merupakan tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam pendidikanya, sehingga mereka itu diharapkan dapat menolong dirinya sendiri serta berfungsi dalam masyarakat.

(24)

I.2. Defenisi Operasional.

Defenisi operasional merupakan penguraian indikator-indikator yang termasuk penjabaran lebih lanjut tentang konsep, dan keterikatan konsep yang telah diterangkan. Menurut Masri Singarimbun, defenisi operasional adalah merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian. Seorang peneliti akan tahu pengukuran suatu varibel sehingga ia dapat mengetahui baik dan buruknya pengukuran tersebut (Singarimbun, 1989: 46). Untuk mengetahui implementasi program pelayanan sosial di Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” dilakukan dengan indikator-indikatornya sebagai berikut:

1. Cara rekruitmen anggota/anak binaan oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera”, Tanjung Morawa.

2. Sistem pembinaan atau bimbingan yang diterapkan oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

3. Kompetensi staf dalam menunjang pelaksanaan program oleh Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

4. Tujuan yang dicapai Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa terhadap anak binaan.

5. Kelengkapan sarana dan prasarana Panti Sosial Bina Remaja “Nusa Putera” (PSBR) Tanjung Morawa.

Referensi

Dokumen terkait

Para pengunjung peziarah makam Ali Mas’ud ini juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dari golongan tingkat atas sampai yang ke tingkat bawah tanpa mengurangi

Indeks Williamson dengan angka diatas 0,4 menunjukkan bahwa Kabupaten Magelang masuk dalam wilayah dengan ketimpangan pendapatan yang tinggi, tingginya ketimpangan ini salah

(Non-Player Character). Pembelajaran yang dimaksud adalah bagaimana ayam beradaptasi di lingkungan sekitar dengan menerapkan makan atau dimakan pada rantai

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

Anak-anak mulai mengenal tentang keterampilan dasar konseling dari kegiatan membaca modul, kegiatan berdiskusi kelompok dengan mendiskusikan secara bersama-sama sub

Untuk dapat menemukan ciri yang khas dari sinyal EEG maka diperlukan metode pengolahan yang tepat, dalam penelitian ini ciri diperoleh dari hasil ekstraksi

Sasaran Program PP dan PL dalam Rencana Aksi Kegiatan BTKLPP Kelas I Batam sebagai implementasi dari Indikator Kinerja Program, Indikator Kinerja Kegiatan