• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. matriks yang terdiri atas baris dan kolom dimana setiap pasangan indeks baris dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. matriks yang terdiri atas baris dan kolom dimana setiap pasangan indeks baris dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I I L A N D A S A N T E O R I

2.1. Citra Digital

Citra digital adalah suatu

citrayT^,;'^

yang

telah

memiliki koordinat spasial, dan tingkat

kecerahan

yang

diskrit.

Dengan kata lain,

citra

digital adalah

sebuah

matriks yang terdiri atas baris dan kolom dimana setiap pasangan indeks baris dan kolom menyatakan suatu titik pada citra dan nilai matriksnya menyatakan nilai kecerahan pada titik itu. Titik-titik pada citra ini disebut sebagai elemen citra, atau pixel (picture element). (Elfizar, 2001)

Dihubungkan dengan objek, tiap pixel mewakili satu luasan tertaitu pada permukaan yang terindera, dan tiap pixel ini mempunyai nilai pantulan tertentu. Jadi dengan kata lain, pixel merupakan data yang punya aspek spasial (ukuran luas yang terwakili) dan sekaligus aspek spektral (besamya nilai pantulan yang tercatat). (Duta, 1995)

Nilai kecerahan atau nilai pantulan yang tercatat untuk suatu citra tergantung pada kemampuan komputer (dan sensor) dalam mengubah informasi pantulan atau pancaran elektromagnetik. Pada umumnya sensor bekerja pada sistem 8 bit. Bit adalah satuan terkecil informasi yang menyatakan ada tidaknya arus yang masuk ke dalam register. Sebagai contoh, untuk sistem dua bit, komputer dapat memperoleh empat kemimgkinan nilai. Kemungkinan pertama adalah 'semua register mati (tidak ada arus)\ kemungkinan kedua adalah 'satu hidup-satu mati', kemungkinan ketiga adalah 'satu mati-satu hidup', dan

(2)

kemungkinan terakhir adalah 'semua hidup'. Jika sensor menerima sinyal pantulan yang sangat lemah, sehingga tidak mampu manginderanya, maka tidak ada arus listrik yang masuk pada register. Seluruh sel pada register tersebut bemilai 0000 yang berarti hitam atau sangat gelap. Sebaliknya ^ a b i l a sensor menerima sinyal yang sangat kuat, sampai semua sel pada register terisi arus, maka sel akan bemilai 1111, atau 15 yang berarti putih. Nilai-nilai pantulan dalam beberapa sistem d ^ a t dilihat pada Tabel 2-1.

Tabel 2-1. Implementasi Nilai Pantulan dalam Beberapa Sistem

Sistem 1 bit: 0 = mati (hitam) 1 = hidup (putih) Sistem 4 bit : 0 0 0 0 = 0 (hitam) 0 0 0 1 - 1 0 0 1 0 = 2 0 0 1 1 = 3 0 1 0 0 - 4 0 1 0 1 = 5 0 1 1 0 = 6 0 1 1 1 = 7 1 0 0 0 = 8 1 0 0 1 = 9 1 0 1 0 = 10 1 0 1 1 = 11 1 1 0 0 = 12 1 1 0 1 = 13 1 1 1 0 = 14 1 1 1 1 = 15 (putih) Siston 2 bit: 0 0 = 0 hitam 0 1 = 1 abu-abu gelap 1 0 = 2 abu-abu terang 1 1 = 3 putih Sistem 8 bit: 0 0 0 0 0 0 0 0 = 0 (hitam) 0 0 0 0 1 1 0 1 = 13 (abu-abu sangat g e l ^ ) 1 0 1 0 0 0 0 1 = 193 (abu-abu cerah) 1 1 1 1 1 1 1 1 = 255 (putih)

(3)

22. Probabilitas Bersyarat

Misalkan P(C) terdefinisi pada ruang sample £ dan misalkan C, adalah subset dari i sedemikian hingga P(Cj)>-0. Kemudian, misalkan adalah subset yang lain dari £ , probabilitas C2 terfiadap C, disebut sebagai probabilitas bersyarat terhadap hipotesis C,, atau dapat juga disebut probabilitas bersyarat

terhadap C,, dan ditulis sebagai PCCj | Q ) .

Karena Cj adalah ruang sample, terdapat kemungkinan bahwa adalah elemen daji C,, atau elemen dari C, o C2, sehingga d ^ a t dirumuskan bahwa:

P(C, | q ) = l atau P(C2|C,) = P ( C , o C 2 | Q . ...(2.1) Selanjutnya, ratio probabilitas peristiwa C, n C ; dan Q terhadap ruang C,

adalah sama dengan ratio antara peristiwa di atas terfaadap mang £ , sehingga didapatkan: (Hogg, 1995)

P ( q o C j q ) _ P ( C , n C , ) P ( C , o C , ) P(C,)

Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh:

P(C,\q) = ^^^'^^'^ ...(2.3)

Selanjutnya dari persamaan (2.3), didapatkan bahwa

P(C,nC,) = P(C,)PiC,\C,) ...(2.4)

Persamaan (2.4) d ^ a t diperluas untuk tiga atau lebih peristiwa Untuk tiga peristiwa, diperoleh:

(4)

P(C, n C2 n C3) = P[(C, n C2) C3

= P(C

,nC2)P(C3iqnC2).

Menggunakan persamaan (2.4) didapatkan:

PiC, n C2 n C3) = P(C,)PiC, I C,)P(C31 n C2).

Misalkan ruang £ dipartisi atas k peristiwa yang saling independent

(mutually exclusive) C,,C2,-",C^ sedemikian hingga P{Cj)>0, i=l,2,..,k.

Misalkan C adalah suatu peristiwa yang lainnya sedimikian hingga P(C)>0, maka C akan muncul dengan satu dan hanya satu peristiwa-peristiwa C,,C2,'-sCj^; sehingga:

C = C n ( C , u C 2 U - - u Q )

^(Cr^C,)KJiCnC^)KJ•^^^{Cr^C,).

Oleh karena C n C^, i=^l,2,...,k adalah mutually eksklusif, diperoleh :

PiC) = P(C n Cj) + P(C n C2) + • • • + P(C o C, ) .

Selanjutnya, disebabkan P(C o C , ) = P{C,)P{C \ C,), / = 1,2,... ,k; maka P(C) = P(C,)P(C I C,) + P(C2)P(C I C2) + - + P(Q)P(C I Q )

= ...(2.5)

1=1

Berdasarkan persamaan (2.3) dan (2.5), didapatkan .

p(c) £p(c,)p(C|C.)

1=1

(5)

2 J . Alur Optik

(Qpacal Flow)

Suatu hal penting yang berhubungan dengan medan gerakan adalah alur optik. Alur optik didefinisikan sebagai gerakan pola kecerahan yang tampak ketika suatu objek bergerak di depan kamera (Horn, 1986). Pola kecerahan pada citra akan bergerak saat objek yang menimbulkaimya bergerak.

Perhatikan Gambar 2-1 yang menunjukkan suatu kontur dari intensitas yang sama yang terdapat pada masing-masing dua frame terurut. Kontur yang berbentuk garis horizontal i n i menggambarkan suatu pola kecerahan pada frame tersebut. Dari kedua frame, tampak bahwa telah terjadi suatu gerakan pada pola kecerahan frame pertama, yaitu gerakan dengan arah ke bagian atas frame. Gerakan i n i dapat ditunjukkan sebagai suatu vektor pada setiap pixel yang memiliki kecerahan pada kontur tersebut (Gambar 2-2).

Frame] Frame2 Gambar 2-1. Kontur dari intensitas yang sama

pada dua frame temmt

Untuk mendapatkan vektor pada Gambar 2-2, terlebih dahulu harus diketahui nilai masing-masing konponen vektor dalam arah horizontal dan vertikal. Masing-masing komponai inilah (selaiyutnya dinotasikan dengan u dan

(6)

v) yang disebut sebagai komponen alur optik, dan vektor itu sendiri seb^ai alur optiknya.

A A .

/|\/

\/|\.

/\/\/\

Gambar 2-2. Alur optik dari Gambar 2-1

2.4. Metoda Gradien

Jika perubahan intensitas yang tampak pada suatu citra dinyatakan sebagai s e b u ^ fungsi dari posisi dan waktu (dinotasikan dengan f(x,y,t)), maka dengan melakukan ekspansi menggunakan Deret Taylor diperoleh;

f(x + dx,y+dy,l + dt) = f(x,y,t) + ^dx + ^dy + ^dt + e

dx dy dt ...(2.7)

dimana e terdiri atas bentuk pangkat yang lebih tinggi, dan dalam hal i n i diabaikan.

Walaupun citra pada waktu t + dt adalah hasil dari citra pada waktu t yang bergerak dengan translasi dx dan dy, namun kenyataannya adalah :

(7)

Dari persamaan (2.7) dan (2.8), diperoleh:

dt dxdt dy dt

dimana dJJdt, dfldx, dan dfldy adalah nilai-nilai yang langsimg dihitung dari citra, sedangkan dxidt dan dyldt adalah estimasi dari apa yang akan dicari, yaitu kecepatan dalam arah x dan j ^ . Dengan memisalkan :

dx dy — = M, -j- = v dt dt didapatkan f : „ + ^ v + ^ = 0. ...(2.9) dx dy dt

Persamaan (2.9) ini yang disebut sebagai persamaan pembatas alur optik {optical flow constraint equation), karena persamaan i n i memberikan batasan atas

komponen u dan v alur optik. Persamaan (2.9) ekivalen dengan

^ ...(2.10) dimana V / adalah gradien spasial dari citra dan u = (M,V) adalah alur optik.

Ballard dan Brown (1982) menyebutkan bahwa terd£5)at impUkasi menarik dari (2.10). Perhatikan sebuah kamera statis dengan objek bergerak melewatinya Persamaan (2.10) menyatakan bahwa pembahan intensitas suatu titik pada citra terhad^ waktu adalah sebagai tingkat perubahan spasial intensitas objek (pada titik itu) dikalikan dengan kecepatan objek pada titik tersebut melewati kamera

(8)

Persamaan (2.10) ini juga mengindikasikan bahwa pada velocity space (Gambar 2-3), alur optik (M,V) pasti terletak pada sebuah garis yang tegak lums terhadap vektor (/i, fy) dimana fx dan fy adalah turunan parsial / masing-masing terhadap x dmy. Bila turunan parsial i n i sangat akurat, besamya alur optik dalam arah (/5C, ^ ) adalah:

"^J-^Jy^

...(2.11)

dimana f adalah turunan parsial / terhadap t.

v

Gambar 2-3. Hubungan antara (M,V) dan

(fx,f^

IS. Distnbusi Probabilitas

Misalkan u adalah suatu variabel d e n g a n M n i l a i diskrit u^,U2,--',u^ dan probabilitas masing-masing adalah P(u^),P{ti2),---,P{Uj^). Variabel u dikatakan suatu variabel random diskrit, dan P{u) dikatakan suatu distribusi diskrit. Selanjutnya, nilai Rata-rata dari u adalah:

(9)

Rata-rata dari sebarang fungsi dengan variable u,j{u), diberikan oleh:

Rata-rata dari (u-u)^ disebut sebagai variansi, yang merupakan suatu ukuran dari penyebaran distribusi.

Jika variable random U kontinu, maka d ^ a t diinterpretasikan P(u)du sebagai probabilitas bahwa variable random U terletak antara nilai-nilai u dan u+du. Rata-rata dari sebarang fimgsi U adalah:

Distribusi probabilitas kontinu yang sangat penting adalah distribusi Gaussian : (McQuarrie, 1976)

f(u) = lf(u)P(u)du

P(x) = 1 e -00 < X < 00.

Nilai variansi, cr^, akan mengontrol lebar dari distribusi Gaussian yang dihasilkan.

Gambar

Tabel 2-1. Implementasi Nilai Pantulan dalam Beberapa Sistem
Gambar 2-3. Hubungan antara  (M,V)  dan  (fx,f^

Referensi

Dokumen terkait

Bila daerah diarsir adalah setengah dari luas persegi panjang ABCD, maka panjang PX adalah.... Perbandingan daerah berwarna gelap dengan daerah yang terang

Penjaga kebun binatang mengatakan bahwa jika dia menambahkan 10 tahun dengan umur beruang dan kemudian dua kali lipatnya, beruang akan berumur 90 tahun.. Berapa

Untuk data rumahtangga, data yang digunakan dapat diperoleh dari hasil survei semacam Susenas dan sejenisnya, tetapi data dari sumber survei seperti itu masih

memberikan hasil akhir rancangan kepada mentor sesuai dengan ketentuan kegiatan aktualisasi sebagai bentuk pertanggungjawaban Rancangan SOP Penyusunan Laporan Realisasi PNBP

Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan genotipe-genotipe berdasarkan kemiripan sifat toleransi terhadap cekaman aluminium dan menentukan primer SSR yang layak

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul

Jadi pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan dimana para pembelajarnya adalah individu yang telah memiliki identitas dan mengetahui

Pemahaman estetika di film dokumenter tentu berbeda yaitu kebutuhan untuk analisis estetika dilakukan sesuai dengan informasi yang diinginkan baik setting lokasi,