• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RENCANA STRATEGIS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN DALAM NEGERI RENCANA STRATEGIS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

R E N C A N A S T R A T E G I S

2020

2024

BADAN PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

(2)
(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(1) (2)

(3)

(4)
(5)

RENCANA STRATEGIS 2020-2024

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Cetakan 1 - Jakarta: Bina Praja Press, 2021 Tim Penyusun:

Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si. (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan) Dr. Kurniasih, SH., M.Si. (Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan)

Dr. Deddy Winarwan, S.STP., M.Si (Kepala Puslitbang Otda, Politik dan Pemerintahan Umum) Mohammad Noval, ST (Plt. Kepala Puslitbang Adwil dan Kependudukan)

Dr. Sumule Tumbo, SE., MM (Kepala Puslitbang Pembangunan dan Keuangan Daerah) Drs. Matheos Tan, MM (Kepala Puslitbang Inovasi Daerah)

David J. Simanungkalit, S.STP (Perencana Ahli Muda) Rachman Kosasih, ST (Perencana Ahli Muda)

Aji Nur Cahyo, S.IP (Pustakawan Ahli Muda)

Deta Rahman, S.STP (Pelaksana Bagian Perencanaan)

Diterbitkan dan dicetak oleh Bina Praja Press

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri ISBN : 978-623-95190-3-2

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Copyright © Bina Praja Press Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Alamat Redaksi:

Jalan Kramat Raya No. 132, Jakarta Pusat pid@litbangkemendagri.com

(6)

B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N K E M E N T E R I A N D A L A M N E G E R I

2020 2024

BEDASARKAN

(7)

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri Tahun 2020-2024 dapat diselesaikan dan ditetapkan di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-444 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Tahun Anggaran 2020-2024 pada tanggal 12 Oktober 2020.

Sebagai organisasi yang secara khusus melaksanakan tugas penelitian, pengembangan, analisis kebijakan, penguatan inovasi daerah dan fasilitasi pembinaan Litbang

pemerintahan daerah, tentunya Badan Litbang Kemendagri harus semakin cermat dalam merumuskan arah kebijakan dan program-program pembangunan strateginya. Oleh karena itu, visi dan misi yang tercantum di dalam Renstra Badan Litbang

Kemendagri Tahun 2020-2024 merupakan panduan dalam menentukan arah organisasi serta menetapkan kebijakan dan strategi dalam lima tahun mendatang.

Tahun 2020 merupakan masa yang berat bagi seluruh dunia, termasuk Badan Litbang Kemendagri yang menghadapi tantangan dalam pelaksanaan tugas di masa pandemi Covid-19. Namun, dibutuhkan sikap optimis, kebersamaan, dan percaya diri dari seluruh ASN Badan Litbang Kemendagri agar mampu menjalankan tugas guna mewujudkan Badan Litbang sebagai center of excellence dalam menyediakan kebijakan

pemerintahan dalam negeri.

Kepada seluruh ASN Badan Litbang Kemendagri yang saya banggakan, segera dipahami dan dilaksanakan apa yang telah diamanatkan di dalam Renstra Badan Litbang

Kemendagri Tahun 2020-2024 ini. Harapannya, agar segenap tugas dan fungsi kita dapat terlaksana secara terarah dan optimal guna memberikan kontribusi positif bagi negeri dan masyarakat, dengan tetap menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas.

Akhir kata, mari kita wujudkan #BADAN LITBANG YANG PROFESIONAL.

Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan,

A. Fatoni

(8)

Daftar Isi

1

23

29

45

51

BAB I Pendahuluan

BAB II Visi, Misi dan Tujuan Strategis

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka

Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

BAB V Penutup

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

i

ii

iii

iv

ii

(9)

Daftar Tabel

4 5 31 38 42 47 48 49

Tabel 1.1. IKU Badan Litbang Kemendagri Tahun 2015-2019 Tabel 1.2. Realisasi IKU Badan Litbang KemendagriTA. 2015-2019 Tabel 3.1. Prioritas Nasional Tahun 2020-2024

Tabel 3.2. Kerangka Regulasi Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024 Tabel 3.3. Komposisi ASN Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020

Tabel 4.1. Indikator Kinerja dan Indikasi Target Sasaran Strategis Kemendagri pada Badan Litbang Tahun 2020-2024

Tabel 4.2. Indikator Kinerja dan Indikasi Target Sasaran Strategis pada Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024

Tabel 4.3. Rencana Anggaran Badan Litbang Kemendagri TA. 2020-2024

(10)

Daftar Gambar

5 40 42

43

Gambar 1.1. Peta Penjabaran IKU Badan Litbang Kemendagri TA. 2015-2019 Gambar 3.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Litbang Kemendagri Gambar 3.2. Komposisi PNS Badan Litbang Tahun 2020 Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Gambar 3.3. Komposisi PNS Badan Litbang Tahun 2020 Berdasarkan Pangkat dan Golongan

(11)

B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N K E M E N T E R I A N D A L A M N E G E R I

(12)
(13)
(14)
(15)

BAB I

(16)

Berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Dalam Negeri (Kemendagri), sebagai salah satu Unit Kerja Eselon

(UKE) I di Kemendagri, Badan Penelitian dan Pengembangan

(Badan Litbang) mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan

pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri sesuai

dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun fungsi yang dijalankan oleh Badan Litbang yaitu:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;

2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri; 3. Pelaksanaan pengkajian kebijakan di bidang pemerintahan dalam negeri;

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;

5. Pelaksanaan inovasi daerah;

6. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pemerintah daerah; 7. Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan; dan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Tugas dan fungsi yang diemban oleh Badan Litbang tersebut diharapkan mampu memberikan masukan yang konstruktif bagi tersusunnya kebijakan pemerintahan dalam negeri yang berkualitas, serta efektif dan efisien dalam penerapannya.

KONDISI

UMUM

(17)

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, Badan Litbang didukung oleh struktur organisasi yang terdiri dari 1 (satu) Sekretariat Badan dan 4 (empat) Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang), dengan rincian:

1. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan, yang terdiri dari: Bagian Perencanaan; Bagian Umum; Bagian Keuangan; dan Bagian Pembinaan Jabatan Fungsional, Kepegawaian dan Sistem dan Prosedur serta Evaluasi Kinerja Aparatur Sipil Negara (PJKSE), dimana masing-masing bagian tersebut terdiri dari 3 (tiga) Sub Bagian.

2. Puslitbang Otonomi Daerah, Politik dan Pemerintahan Umum (Otda Polpum), yang terdiri dari: Bidang Otonomi Daerah; Bidang Politik; dan Bidang Pemerintahan Umum, serta 2 (dua) Sub Bidang pada masing-masing Bidang, dan 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha.

3. Puslitbang Administrasi Kewilayahan, Pemerintahan Desa, dan Kependudukan (Adwil, Pemdes, dan Duk), yang terdiri dari: Bidang Administrasi Kewilayahan; Bidang Pemerintahan Desa; dan Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta 2 (dua) Sub Bidang pada masing-masing Bidang, dan 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha.

4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pembangunan dan Keuangan Daerah (Pemb. dan Keuda), yang terdiri dari: Bidang Urusan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah; Bidang Keuangan Daerah; dan Bidang Ekonomi Daerah, serta 2 (dua) Sub Bidang pada masing-masing Bidang, dan 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha.

5. Puslitbang Inovasi Daerah, yang terdiri dari: Bidang Pengembangan Inovasi Daerah; Bidang Sumber Daya Manusia; dan Bidang Kelembagaan dan Ketatalaksanaan, serta 2 (dua) Sub Bidang pada masing-masing Bidang, dan 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha.

Dengan struktur organisasi tersebut, Badan Litbang Kemendagri memiliki tugas strategis agar dapat menjadi tumpuan perancang kebijakan strategis Kemendagri yang dapat membantu UKE I Kemendagri dan stakeholder lain dalam menghadapi dinamika penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.

Selain itu, tahun 2020 merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi dunia maupun Indonesia. Di awal tahun 2020 ini, WHO (World Health Organization) menetapkan pandemic global corona virus

disease (Covid-19), yang telah melanda hampir seluruh belahan dunia. Sebagai salah satu negara

yang terdampak luas, Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan guna tetap menjaga stabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.

Untuk mendukung pencegahan dan penanganan Covid-19 dimaksud, Badan Litbang Kemendagri telah melakukan beberapa diskusi dan pembahasan terkait isu pandemi dan dampaknya terhadap berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan. Diskusi dan pembahasan ini dilaksanakan melalui konsep webinar bersama para pakar/akademisi dan stakeholder. Ke depan, aktivitas seperti ini ini akan terus dilaksanakan guna terselenggaranya tugas dan fungsi Badan Litbang Kemendagri secara optimal, terutama untuk menyikapi kondisi yang terjadi selama masa pandemi Covid-19.

(18)

Capaian Strategis

Tahun

2015-2019

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Tahun 2015-2019, Badan Litbang Kemendagri melaksanakan Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, dengan sasaran meningkatnya kualitas hasil kelitbangan Kemendagri sebagai bahan rekomendasi perumusan kebijakan, terfasilitasinya pelaksanaan inovasi daerah dan tersusunnya kebijakan fasilitasi inovasi daerah. Adapun outcome yang diharapkan dari program tersebut adalah meningkatnya kualitas kebijakan lingkup Kemendagri yang didukung oleh hasil penelitian dan pengembangan, pemanfaatan hasil penelitian sebagai bahan rekomendasi perumusan kebijakan dan, jumlah daerah yang menerapkan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sasaran ini dijabarkan ke dalam 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu:

1. Persentase hasil kelitbangan yang direkomendasikan sebagai bahan masukan kebijakan Kemendagri;

2. Jumlah pemerintah daerah yang difasilitasi dalam melaksanakan inovasi daerah; 3. Jumlah kebijakan inovasi daerah.

Adapun target dari setiap IKU tersebut, yaitu:

NO SASARAN/INDIKATOR

Persentase hasil kelitbangan yang direkomendasikan sebagai bahan masukan kebijakan Kemendagri. Jumlah pemerintah daerah yang difasilitasi dalam melaksanakan inovasi daerah.

Jumlah kebijakan inovasi daerah. 1. 2. 3. 65% 4 Prov. -70% 34 Prov. 1 PP 75% 34 Prov. & 68 Kab/Kota 1 Permendagri 75% 34 Prov. & 102 Kab/Kota -80% 34 Prov. & 136 Kab/Kota -TARGET

Meningkatnya kualitas hasil kelitbangan Kemendagri sebagai bahan rekomendasi perumusan kebijakan, terfasilitasinya pelaksanaan inovasi daerah dan tersusunnya kebijakan fasilitasi inovasi daerah.

2015 2016 2017 2018 2019

Tabel 1.1. IKU Badan Litbang Kemendagri Tahun 2015-2019

Sumber: Renstra Badan Litbang Kemendagri TA. 2015-2019.

Melihat kondisi struktur dan tugas diatas, Badan Litbang Kemendagri memiliki fungsi strategis dalam menunjang pencapaian tugas Kemendagri. Selain itu, dengan memperhatikan arah kebijakan nasional sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2020-2024 dan kondisi dunia yang sedang mengalami serangan pandemi Covid-19, perlu dilakukan perumusan Renstra yang lebih efektif guna pencapaian tugas dan fungsi Kemendagri yang maksimal.

(19)

Dalam pelaksanaannya, rincian target IKU diatas telah mengalami beberapa perubahan yang secara langsung ditetapkan di dalam RKP pada tahun 2017-2019 yang kemudian dijabarkan di dalam Renja Badan Litbang Kemendagri. Adapun capaian dari pelaksanaan IKU adalah sebagai berikut:

NO SASARAN/INDIKATOR

Persentase hasil kelitbangan yang direkomendasikan sebagai bahan masukan kebijakan Kemendagri. Jumlah pemerintah daerah yang difasilitasi dalam melaksanakan inovasi daerah.

Jumlah kebijakan inovasi daerah. 1. 2. 3. 71% 16 Prov. & 26 Kab/ Kota -21,9% 17 Prov. & 27 Kab/ Kota Draf PP 96,2% 21 Prov. & 52 Kab/Kota 1 PP 81,4% 30 Prov. & 195 Kab/Kota 1 Permendagri 84,2% 30 Prov. & 227 Kab/Kota -TARGET

Meningkatnya kualitas hasil kelitbangan Kemendagri sebagai bahan rekomendasi perumusan kebijakan, terfasilitasinya pelaksanaan inovasi daerah dan tersusunnya kebijakan fasilitasi inovasi daerah.

2015 2016 2017 2018 2019

Tabel 1.2. Realisasi IKU Badan Litbang Kemendagri TA. 2015-2019

Sumber: Renstra Badan Litbang Kemendagri TA. 2015-2019.

Untuk melihat alur pencapaian target IKU tersebut, pelaksanaannya dijabarkan di dalam beberapa IKK Badan Litbang yang dapat dilihat pada gambar berikut:

(20)

Beberapa capaian strategis yang telah dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Rekomendasi Hasil Kelitbangan

Ada beberapa capaian strategis yang diperoleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri melalui berbagai rekomendasi sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan lingkup penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri, antara lain:

a. Aspek Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Politik, dan Kesatuan Bangsa, antara lain:

1. Model Pembentukan dan Penggabungan Daerah Otonom Baru Hasil Pemekaran (DOBHP).

2. Dampak Pemilukada Langsung terhadap Nilai Etika dan Korupsi di Indonesia. 3. Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pembangunan Demokrasi di Indonesia.

4. Penguatan Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai Think Tank dalam Pembangunan Politik Berbasis Kelitbangan Membangun Demokrasi yang Sehat dan Berkeadilan.

5. Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan Dalam Agenda Revolusi Mental.

6. Implikasi Politik atas Konflik Tanah Hak Ulayat Kawasan Perbatasan Antar Negara di Nusa Tenggara Timur.

7. Pancasila dan Wawasan Kebangsaan dalam Proyeksi Agenda Nawacita. 8. Kepemimpinan Kepala Daerah Dalam Menyelenggarakan Pelayanan Publik.

9. Kebijakan pemilihan kepala daerah di Provinsi Papua dan Papua barat dalam memperkuat otonomi khusus.

10. Evaluasi pemilu kepala daerah serentak

b. Aspek Penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Kependudukan, antara lain:

1. Penerapan e-Governance untuk Efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan (Studi di Kota Pekalongan).

2. Peran Ormas sebagai Mitra Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

3. Peran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah dalam Mendukung Program KB.

4. Kompetensi Aparatur Politik & Pemerintahan Umum Daerah Dalam Penguatan Stabilitas Keamanan Dalam Negeri.

5. Implementasi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan pada Pilkada Serentak 2015.

(21)

7. Identifikasi Perumpunan Urusan Wajib, Pilihan dan Pemerintahan Umum dalam Proyeksi Penataan Perangkat Daerah yang Efektif dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 8. Tumpang Tindih Kewenangan Pusat & Daerah Dalam Pengelolaan Kota Batam.

9. Penyederhanaan Pengurusan Dokumen Kependudukan: Berbagai Permasalahan dan Solusinya.

10. Peningkatan cakupan akta kematian melalui gerakan Indonesia sadar administrasi kependudukan (GISA).

11. Peningkatan kinerja pelayanan publik pemerintah daerah melalui e-Government menuju smart city.

12. Pencatatan kependudukan pada hunian apartemen (permasalahan dan solusinya). c. Aspek Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat, antara lain:

1. Batas Wilayah Desa Pasca Berlakunya UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2. Kerjasama Daerah di Perbatasan Provinsi (Studi di Kab. Kuningan dan Kab. Brebes). 3. Pemberdayaan Masyarakat pada Desa Umum/Generik dan Desa Adat sesuai

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4. Keberadaan Sekretariat Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat pada Pemerintah Provinsi.

5. Peran Forkompinda Dalam Menyukseskan Pilkada Serentak (Urgensi dan Langkahnya Untuk Meningkatkan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat.

6. Kewenangan Badan Pengusahaan Batam dan Pemerintah Kota Batam Dalam Pengelolaan Pembangunan Kota Batam.

7. Kapasitas Perangkat Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

8. Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 9. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan dana desa.

10. Implementasi regulasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).

11. Tingkat kepedulian pemerintah desa terhadap masyarakat desa (kaum perempuan dan disabilitas).

(22)

d. Aspek Penyelenggaraan Pembangunan dan Keuangan Daerah, antara lain:

1. Optimalisasi Pengelolaan Pajak dan Retribusi dalam Rangka meningkatkan Pendapatan Daerah.

2. Kemampuan Keuangan Daerah Otonom Baru dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

3. Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Yang Telah digunakan (Spent Resources) Lokal Dalam Rangka Mendukung Terciptanya Energi Terbarukan.

4. Dampak Pengembangan Kawasan Strategis Terhadap Perekonomian (Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Cepat Tumbuh di Daerah).

5. Efektifitas Perencanaan Pembangunan Melalui Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus Papua.

6. Dampak Pengembangan Kawasan Strategis Terhadap Perekonomian (Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Cepat Tumbuh di Daerah).

7. Sinkronisasi Perencanaan berbagai sektor dalam percepatan pembangunan Infrastruktur.

8. Manajemen Pembangunan Daerah yang Pro Bisnis untuk mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah.

9. Inovasi Pelayanan Terminal Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Dampak Peralihan Kewenangan Pengelolaan Terminal sesuai dengan UU 23/2014). 10. Proses Pembentukan Peraturan Daerah Yang Menghambat Investasi.

11. Dinamika, problematika dan solusi kebijakan penyusunan urusan pemerintahan bidang perhubungan (bandara).

12. Dampak kebijakan ekonomi kreatif terhadap pengembangan produk unggulan daerah. 13. Kerjasama Pemda dengan Badan Usaha (KPDBU) konservasi energi untuk efisiensi

energi dan penerangan.

14. Implementasi Permendagri NO.86 tahun 2017 dalam rangka penyusunan dan penetapan RPJMD.

15. Potensi dan kontribusi daerah dalam rangka kemandirian daerah.

16. Kolaborasi pusat dan daerah dalam mengoptimalkan kawasan ekonomi khusus (KEK) sebagai stimulus perekonomian daerah.

e. Aspek Inovasi Daerah, antara lain:

1. Mekanisme partisipasi masyarakat dalam inovasi daerah.

2. Kriteria penilaian dan penghargaan kepala daerah yang melalukan inovasi. 3. Peran kelembagaan litbang daerah dalam mendukung inovasi daerah.

(23)

4. Implementasi dan keberlanjutan inovasi daerah.

5. Analisis kebijakan replikasi inovasi pelayanan perizinan. 6. Model layanan utama pemerintahan.

7. Manajemen pengembangan SDM dalam pengelolaan Inovasi Daerah. 8. Evaluasi metode sistem layanan di lingkup Kemendagri.

2. Kegiatan Prioritas Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri.

Selain dari hasil-hasil kelitbangan, sejak Oktober 2014 s.d Oktober 2019 Badan Litbang juga telah melaksanakan beberapa kegiatan prioritas, dengan rincian sebagai berikut:

a. Penilaian dan Pemberian Penghargaan Kepemimpinan Kepala Daerah (Leadership Award), dalam rangka memperoleh figur Kepala Daerah terbaik dalam memajukan daerahnya.

Untuk mengukur dan menilai kepemimpinan kepala daerah dalam memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah guna memotivasi kepada daerah dalam meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, dilakukan kegiatan penilaian dan pemberian kepada daerah yang berhasil dalam memajukan daerahnya. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan beberapa pakar dan praktisi, guna menjaga kredibilitas hasil penilaian yang dilakukan dengan melihat beberapa aspek dan variabel, yaitu:

1. Aspek Kepemimpinan Birokrasi dengan variabel, yaitu: Visioner (berwawasan), Kapabilitas, Akseptabilitas, Integritas, dan Gaya Kepemimpinan.

2. Aspek Kepemimpinan Sosial dengan variabel, yaitu: Disiplin, Tanggung jawab, Toleransi, Gotong royong, Santun, Jujur dan transparan.

(24)

Berdasarkan beberapa aspek dan variabel penilaian di atas, diperoleh hasil pemenang

Leadership Award Tahun 2017 yaitu:

1. Pemerintah Provinsi: Gubernur Jawa Barat, Gubernur Sumatera Barat, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Gubernur Jawa Timur, dan Gubernur Sulawesi Selatan.

2. Pemerintah Kabupaten: Bupati Pinrang, Bupati Banyuwangi, Bupati Lamongan, Bupati Agam, Bupati Ogan Komering Ulu, Bupati Bantaeng, Bupati Lombok Tengah, Bupati Kudus, Bupati Sleman, Bupati SIjunjung, Bupati Kulonprogo, dan Bupati Tanah Bumbu. 3. Pemerintah Kota: Walikota Pontianak, Walikota Samarinda, Walikota Lubuk LInggau,

Walikota Bandung, Walikota Payakumbuh, Walikota Balikpapan, dan Walikota Surabaya.

b. Pilot Project Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran yang merupakan prioritas nasional

pada RKP tahun 2017. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi pilot project di 6 Kabupaten/Kota pada 3 Provinsi yang mewakili daerah bercirikan 3T.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan berbagai inovasi pelayanan akta kelahiran di pemerintah daerah secara komprehensif guna mempercepat pencapaian target kepemilikan akta kelahiran. Melalui pelaksanaan kelitbangan bidang kependudukan ini, telah dihasilkan suatu model inovasi pelayanan akta kelahiran sebagai salah satu target prioritas nasional pada RKP Tahun 2017. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi pilot project di 6 Kabupaten/Kota pada 3 Provinsi yang mewakili daerah yang bercirikan perkotaan, perdesaan, dan wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), yaitu di Kabupaten Bintan, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Subang, Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Tujuan dari Pilot Project Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran, yaitu:

1. Melakukan pemetaan inovasi dan keberhasilan pelayanan akta kelahiran di daerah; 2. Perekayasaan model inovasi pelayanan akta kelahiran di daerah sesuai dengan situasi

dan kondisi karakteristik di daerah;

3. Menerapkan draf model inovasi pelayanan akta kelahiran untuk dilakukan uji coba di wilayah perkotaan, perdesaan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal);

4. Melakukan evaluasi penerapan uji coba draf model inovasi pelayanan akta kelahiran di wilayah perkotaan, perdesaan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal); dan

5. Memberikan rekomendasi model inovasi pelayanan akta kelahiran sebagai masukan bagi stakeholder terkait/pemangku kepentingan.

(25)

Beberapa tahapan kegiatan: 1. Tahapan Perekayasaan

Tahapan ini lebih dikonsepsikan untuk menghimpun dan mendapatkan berbagai data dan informasi bersumber dari evaluasi kebijakan dan pemetaan kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dan informasi yang diolah menjadi draf Ujicoba Rekayasa Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran. Setelah dirumuskan, draf ujicoba tersebut kemudian diseminarkan kepada daerah Kabupaten/Kota kembali untuk mendapatkan koreksi/ tanggapan, masukan dan saran. Selain itu, kegiatan seminar perekayasaan model inovasi pelayanan akta kelahiran dimaksudkan juga sebagai sosialisasi draf ujicoba rekayasa model sekaligus untuk mengkonfirmasi Dukcapil Kabupaten/Kota yang akan dijadikan lokasi ujicoba Pilot Project Rekayasa Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran tersebut.

2. Tahapan Ujicoba (Penerapan)

Tahapan ini dimaksudkan untuk melakukan penerapan Ujicoba Rekayasa Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran yang sudah diseminarkan untuk diujicobakan pada 6 (enam) Kabupaten/Kota. Pada proses penerapan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di daerah lokasi ujicoba dimaksud. Penerapan Ujicoba Rekayasa Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran dilakukan pada 6 (enam) Kabupaten/Kota pada 3 (tiga) Provinsi yang mewakili wilayah Perkotaan, Perdesaan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). 3. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik terhadap penerapan Ujicoba Rekayasa Model Inovasi Pelayanan Akta Kelahiran yang diujicobakan di daerah, apakah penerapannya terdapat kesulitan, bagaimana langkah mengatasinya, sejauh mana efektivitas penerapan Ujicoba tersebut, apakah terdapat langkah-langkah yang perlu diperbaiki/ disempurnakan serta bagaimana langkah-langkah tindaklanjut berikutnya yang direkomendasikan. Sebagian besar daerah lokasi ujicoba belum memperhatikan dan mengembangkan evidence based services dalam pelayanan akta kelahiran karena kecenderungan daerah masih berorientasi pada kegiatan rutin dalam pelayanan akta kelahiran (captive market). Meski demikian, para pelaksana di daerah memahami bahwa kegiatan yang terfokus pada pelayanan kelompok prioritas, pelibatan pemangku kepentingan lain, dan pembuatan payung hukum sangat menyumbang angka peningkatan pencakupan akta kelahiran.

(26)

c. Model Pembiayaan Pilkada yang Efisien dan Efektif sesuai Tata Kelola Pemerintahan.

Pelaksanaan kegiatan kelitbangan ini telah berhasil menyusun suatu rekomendasi model pembiayaan Pilkada yang efisien dan efektif seusai dengan tata kelola pemerintahan yang juga merupakan salah satu target prioritas nasional pada RKP Tahun 2017. Kelitbangan bidang keuangan daerah telah menyusun rekomendasi model pembiayaan Pilkada yang efisien dan efektif sebagai capaian salah satu target prioritas nasional pada RKP Tahun 2017. Kegiatan ini dilaksanakan dengan lokus di 15 (lima belas) Daerah yang telah melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2015 dan Tahun 2017 serta yang akan melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2018, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua, dengan rekomendasi sebagai berikut:

1. KPU dan Bawaslu dalam menetapkan standar biaya umum Pilkada agar melibatkan Kemendagri, Kemenkeu dan Pemerintah Daerah secara selektif, dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi, efektivitas, kewajaran dan kepatutan serta memperhatikan faktor kesulitan geografis, kesiapan sarana dan prasarana pemerintah daerah, dan aspek lainnya yang dipandang relevan.

2. Untuk mengatasi keterbatasan Pemda menyediakan anggaran Pilkada melalui APBD, perlu dipertimbangkan kemungkinan pengaturan regulasi:

a. Seluruh biaya Pilkada Serentak dibebankan pada APBN.

b. Mengoptimalkan kerjasama dan cost sharing antara Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan Pilkada Serentak. Untuk efektivitas pelaksanaan cost

sharing, perlu pengaturan yang jelas mengenai proporsi alokasi biaya masingmasing

Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan menggunakan variabel jumlah DPT, luas wilayah, tingkat kesulitan geografis, jumlah APBD, dan variabel lain yang relevan. 3. Penerapan model pembiayaan yang efisien dan efektif dilakukan dengan beberapa

kriteria, antara lain:

a. Pengurangan jumlah pokja melalui penyederhanaan struktur pokja dengan menghilangkan unsur pengarah, penanggung jawab, dan pembatasan jumlah anggota.

b. Standar biaya honorarium berdasarkan tingkat kesulitan geografis, kesiapan pemda dan perubahan demografi, rasionalisasi jumlah pemilih per TPS dengan tetap memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, dan aspek lain yang relevan.

c. Rasionalisasi Alat Peraga Kampanye (APK) dan Bahan Kampanye (BK) berdasarkan kondisi dan karakter masyarakat, kemudahan akses dan partisipasi publik dengan tetap memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, kewajaran dan kepatutan.

(27)

d. Sinkronisasi data pengadaan logistik untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan pengadaannya.

e. Pengadaan APK/BK sesuai kondisi dan karakter masyarakat, seperti di level Pemerintah Desa dengan tingkat pendidikan rendah dan keterbatasan akses informasi membutuhkan dialog langsung Kepala desa/ Kepala kampung. Dialog melibatkan tokoh setempat agar mengurangi biaya pengadaan bahan cetak (pamflet, brosur, dan selebaran). Sedangkan untuk level masyarakat kota dengan tingkat pendidikan yang memadai dapat melalui media cetak, media sosial, media online atau debat publik.

f. Sosialisasi/ bimtek menggunakan komunikasi yang efektif sesuai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, budaya atau kearifan lokal, serta kebiasaan dan isu setiap kelompok.

g. Anggaran perjalanan dinas sesuai dengan kebutuhan, seperti pembentukan dan pembubaran lembaga ad hoc (PPK,PPS dan KPPS) harus mempertimbangkan efektivitas, efisiensi, rasionalitas, kewajaran, dan kepatutan, serta kesesuaian jumlah frekuensi pertemuan.

4. Untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, perlu dipertimbangkan kegiatan pilkada serentak didukung dengan:

a. Program aplikasi untuk Sistem Informasi Daftar Pemilih (Sidalih). b. Program aplikasi untuk Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng). c. Program aplikasi untuk Sistem Informasi Pencalonan (Silon).

d. Penerapan e-catalogue dalam pengadaan surat suara, tinta, segel, dan hologram 5. Kemendagri agar memastikan akurasi data penduduk dengan melakukan validasi dan

verifikasi data pemilih yang disampaikan oleh Disdukcapil Kabupaten/Kota sebelum disampaikan kepada penyelenggara pilkada sebagai DPT, guna mengatasi kesalahan data pemilih.

6. Perlu ada regulasi yang mengatur kewajiban pemerintah daerah dan DPRD untuk membahas usulan anggaran yang disampaikan oleh penyelenggara/pengawas pilkada dengan mengacu pada regulasi tentang belanja pilkada.

7. Dalam hal penyelenggaraan pilkada berlangsung dalam 2 (dua) tahun anggaran, perlu ditegaskan dalam pengaturan bahwa penandatanganan NPHD cukup dilakukan satu kali yang memuat anggaran untuk tahapan pilkada secara keseluruhan.

8. Perlu ada pengaturan yang tegas untuk pemberian sanksi kepada Kepala Daerah yang menjadi petahana dalam Pilkada (Incumbent) apabila memberikan bantuan dana kepada Penyelenggara Pilkada di luar dari ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan

(28)

8. Perlu ada pengaturan yang tegas untuk pemberian sanksi kepada Kepala Daerah yang menjadi petahana dalam Pilkada (Incumbent) apabila memberikan bantuan dana kepada Penyelenggara Pilkada di luar dari ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.

9. Audit dana kampanye agar dilakukan mulai dari tahapan penetapan pasangan calon sampai dengan berakhirnya masa kampanye. Auditor yang melakukan audit dana kampanye tersebut harus dipilih yang independen dan memiliki kapabilitas, integritas, dan profesionalitas serta hasil audit disampaikan kepada penyelenggara pilkada sebelum tahapan pemilihan untuk diumumkan kepada publik. Dalam hal hasil audit dana kampanye diperoleh setelah penetapan paslon, maka hasil audit tersebut perlu segera dipublikasikan oleh Penyelenggara Pilkada kepada Publik dan ditembuskan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

10. Penyediaan anggaran pengamanan pilkada dapat dibebankan dalam APBD melalui hibah, namun dihindari penyediaan anggaran di luar dari yang telah ditetapkan dalam NPHD.

d. Penyusunan Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (IPKD) yang disusun secara kuantitatif berdasarkan 4 (empat) dimensi yaitu: 1) Kesesuaian perencanaan dan penganggaran; 2) Transparansi pengelolaan keuangan daerah; 3) Kondisi keuangan; dan 4) Opini BPK RI. Hasil IPKD ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk: 1) Mendorong kompetisi positif guna memperbaiki kondisi pengelolaan keuangan daerah; 2) Mendukung pencapaian visi, misi, dan kebijakan pembangunan daerah; 3) Memberikan rekomendasi kepada Kemendagri dan K/L terkait dalam pembinaan di bidang pengelolaan keuangan daerah; dan 4) Khusus bagi Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, memberikan rekomendasi dalam melakukan pembinaan kualitas pengelolaan keuangan daerah kabupaten/kota di wilayahnya.

3. Penerapan Inovasi Daerah

Dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing daerah, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri mendorong seluruh pemerintah daerah untuk dapat menerapkan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini diwujudkan melalui penyediaan regulasi/kebijakan, fasilitasi dan pembinaan, serta pengembangan dan penerapan model-model inovasi daerah. Beberapa capaian terkait fasilitasi inovasi daerah yang telah dilaksanakan oleh Badan Litbang sejak tahun 2014 s.d 2019 antara lain:

a. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah; b. Diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 104 Tahun 2018 tentang Penilaian

(29)

c. Tersusunnya Indeks Inovasi Daerah berbasis web, sebagai alat ukur untuk menggambarkan kondisi dan kemampuan suatu daerah dalam berinovasi. Indeks Inovasi Daerah juga merupakan hasil penilaian dan pengukuran pelaksanaan inovasi daerah sendiri. Indeks ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan untuk melakukan pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, tata kelola pemerintahan daerah, pelayanan publik, dan inovasi daerah sesuai bidang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Indeks Inovasi Daerah juga akan menjadi dasar penyusunan peta (rencana aksi) pembinaan inovasi daerah, pemberian penghargaan daerah inovatif (Innovative Government Award/ IGA), dan acuan pemberian dana insentif bagi daerah inovatif oleh Kementerian Keuangan pada tahun 2020 dan tahun 2021. Sejak awal digunakan sampai pada akhir tahun 2019, telah terhimpun 8.016 Inovasi dengan kategori 1.267 Inovasi tata kelola pemerintahan 4.681 inovasi pelayanan publik, dan 2.068 Inovasi lainnya dari 252 pemerintah daerah (27 Pemerintah Provinsi, 171 Pemerintah Kabupaten, dan 56 Kota).

d. Tersusunnya peta (rencana aksi) pembinaan inovasi daerah sebagai acuan penyusunan strategi pembinaan dalam rangka penerapan inovasi daerah oleh seluruh pemerintahan daerah, dengan melibatkan Kementerian/LPNK terkait guna sinergi kebijakan dan program pembinaan inovasi daerah sehingga diharapkan pemberian penghargaan inovasi daerah juga akan diselenggarakan secara nasional lintas Kementerian/LPNK (Kemendagri, KemenPAN-RB, Kemen-ristek/BRIN, KementerianPPN/Bappenas, LAN, BPPT, dan LIPI).

e. Replikasi model hasil inovasi daerah yang dikembangkan melalui aplikasi Pusat Jejaring Inovasi Daerah (Puja Indah) yang berisikan tentang layanan pemerintahan dan dapat diakses oleh seluruh pemerintah daerah dan masyarakat untuk peningkatan pelayanan publik sekaligus peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, terutama pada layanan perizinan. Sejak dilaksanakan pada tahun 2018 terdapat 50 pemerintah daerah komitmen (8 Provinsi, 31 Kabupaten, dan 11 Kota) melalui Kepala Daerah masing-masing yang menyatakan komitmen untuk difasilitasi dalam penerapan Puja Indah dengan rincian sebagai berikut:

1. Pemerintah Provinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, D. I. Yogyakarta, dan Maluku Utara.

2. Pemerintah Kabupaten, yaitu: Pasaman Barat, Padang Pariaman, Merangin, Kerinci, Batang Hari, Katingan, Banggai, Sigi, Wajo, Luwu Timur, Luwu Utara, Pati, Kulon Progo, Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Pidie Jaya, Aceh Selatan, Deli Serdang, Samosir, Labuhan Batu, Bangka, Bangka Tengah, Ketapang, Rejang Lebong, Jeneponto, Muna, Blitar, Bombana, Tulungagung, Lumajang, dan Musi Banyuasin.

3. Pemerintah Kota, yaitu: Padang Panjang, Solok, Pare - Pare, Surakarta, Magelang, Sabang, Bau-Bau, Mojokerto, Jayapura, Kupang, dan Blitar.

(30)

f. Pemberian penghargaan kepada daerah inovatif (Innovative Government Award/IGA), sebagai dasar usulan pemberian insentif sesuai Permendagri No. 104 tahun 2018 tentang Penilaian dan Pemberian Penghargaan dan/atau Insentif Inovasi Daerah. adapun hasil yang diperoleh, yaitu:

1. Tahun 2017 terdapat 576 inovasi daerah yang dilakukan oleh 15 provinsi, 66 kabupaten, dan 33 kota yang dilakukan penilaian guna pemberian penghargaan IGA meliputi kategori tata kelola pemerintahan sebanyak 107 inovasi, pelayanan publik 274 inovasi, dan bentuk lainnya sebanyak 195 inovasi. Setelah dilakukan penilaian oleh tim penilai diperoleh pemenang IGA yaitu:

a. Pemerintah Provinsi: Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

b. Pemerintah Kabupaten: Gresik, Bogor, Musirawas, Boyolali, Sleman, Malang, Madiun, Pinrang, Bantaeng, dan Lebak.

c. Pemerintah Kota: Surabaya, Tangerang Selatan, Bontang, Makassar, Magelang, Pontianak, Surakarta, Sawahlunto, Yogyakarta, dan Probolinggo.

2. Tahun 2018 telah terhimpun data Indeks Inovasi Daerah dari 212 daerah dengan total inovasi yang terdaftar sebanyak 2.499, meliputi: 23 provinsi (356 inovasi), 46 Kota (584 inovasi), dan 143 Kabupaten (1.265 inovasi), termasuk didalamnya 17 Kabupaten Daerah Tertinggal (274 inovasi) dan 3 Kabupaten Perbatasan (20 inovasi). Setelah dilakukan pengukuran dan validasi, ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 070-8671 Tahun 2018 tanggal 7 Desember 2018 tentang Penetapan Peringkat Pemenang Penghargaan Pemerintah Daerah Inovatif kepada 5 Pemerintah Daerah Provinsi, 10 Pemerintah Kabupaten, 10 Pemerintah Kota, 3 Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal, dan 3 Pemerintah Kabupaten Daerah Perbatasan, rincian sebagai berikut: a. Pemerintah Provinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Bali. b. Pemerintah Kabupaten: Banyuwangi, Padang Pariaman,Banggai, Gresik, Kulon

Progo, Klungkung, Kabupaten Sidoarjo, Agam, Pacitan, dan Musi Rawas.

c. Pemerintah Kota: Bandung, Makasar, Bontang, Malang, Surabaya, Magelang, Solok, Bogor, Mataram, dan Surakarta.

(31)

d. Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal: Musi Rawas, Situbondo, dan Pulau Morotai.

e. Pemerintah Kabupaten Daerah Perbatasan: Morotai, Pelalawan, dan Belu.

Dari hasil di atas, kepada daerah terinovatif diberikan dana insentif daerah sebesar 141,8 Milyar rupiah sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-702/MK.07/2019 yang dapat dipergunakan untuk menumbuhkembangkan inovasi daerah.

3. Tahun 2019 telah terhimpun data indeks inovasi daerah sebanyak 8016 inovasi daerah. Tercatat sebanyak 4681 inovasi daerah dalam bentuk pelayanan publik, 2068 inovasi daerah dalam bentuk tata kelola pemerintahan dan 1267 inovasi daerah dalam bentuk inovasi lainnya. Adapun capaian pengukuran inovasi daerah melalui indeks inovasi daerah 2019 didapatkan data sebanyak 252 Pemerintahan daerah menginput indeks inovasi daerah dengan rincian 25 provinsi (1267 inovasi), 171 Kabupaten (4681 inovasi), dan 56 Kota (2068 inovasi). Setelah dilakukan pengukuran dan validasi, ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 002.6-5315 Tahun 2019 tanggal 7 Oktober 2019 tentang Penetapan Peringkat Pemenang Penghargaan Pemerintah Daerah Inovatif

(Innovative Government Award) Tahun 2019 kepada 5 Pemerintah Daerah Provinsi, 10

Pemerintah Daerah Kabupaten, 10 Pemerintah Daerah Kota, 3 Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal, dan 3 Pemerintah Daerah Klaster Daerah Perbatasan, rincian sebagai berikut:

a. Pemerintah Provinsi: Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Riau. b. Pemerintah Kabupaten: Banyuwangi, Kulon Progo, Malang, Situbondo, Banggai,

Agam, Musi Rawas, Hulu Sungai Selatan, Bogor, dan Padang Pariaman.

c. Pemerintah Kota: Denpasar, Bogor, Bontang, Malang, Cimahi, Bandung, Makassar, Magelang, Surakarta, dan Surabaya.

d. Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal: Sigi, Nabire, dan Belu.

(32)

4. Penguatan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, Kementerian Dalam Negeri telah elakukan fasilitasi dan pembinaan dalam rangka penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM perangkat penelitian dan pengembangan daerah. Penguatan kapasitas ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja perangkat penelitian dan pengembangan di daerah terkait perumusan kebijakan daerah dan penerapan inovasi daerah. Beberapa hal yang telah dicapai, yaitu:

1. Diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah, sebagai acuan teknis dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan di lingkungan Kemendagri dan Pemerintah Daerah.

2. Memfasilitasi terbentuknya perangkat penelitian dan pengembangan daerah sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Sampai dengan tahun 2020 telah terbentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (atau dengan nama lain) secara mandiri di 9 Provinsi, 39 Kabupaten, dan 9 Kota, sementara untuk daerah lainnya digabung dengan perangkat daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Provinsi, Kabupaten, dan Kota.

3. Dibentuknya Unit Layanan Administrasi (ULA) melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 061-3755 Tahun 2014 tentang Pembentukan Unit Layanan Administrasi Kementerian Dalam Negeri dalam melayani administrasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.

(33)

4. Jurnal Ilmiah dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah berkenaan dengan penyelenggaraan layanan publikasi dan pengelolaan jurnal ilmiah. Salah satu layanan yang diselenggarakan adalah pengelolaan Jurnal Bina Praja dengan sistem elektronik dan sudah terindeks pada beberapa lembaga pengindeks international, bahkan sejak tahun 2018 telah masuk kategori Sinta-2. Selain itu, untuk menampung lebih banyak hasil-hasil kelitbangan yang dihasilkan oleh para peneliti Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Mahasiswa, dan masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri telah menyediakan media publikasi lain, yaitu Jurnal Elektronik Matra Pembaharuan yang terakreditasi Sinta-3 dan Media BPP yang terbit secara periodik.

(34)

POTENSI &

PERMASALAHAN

Potensi dan

Peluang

Badan Litbang Kemendagri memiliki beberapa kekuatan dan potensi strategis yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kinerjanya sebagai unsur penunjang Kemendagri dalam perumusan kebijakan, yaitu:

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengebangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

2. Badan Litbang Kemendagri merupakan satu-satunya Unit Kerja Eselon I di Kementerian Dalam Negeri yang memiliki tugas untuk melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri dan pembinaan pelaksanaan inovasi daerah.

3. Adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari segenap pimpinan dan aparatur di Badan Litbang Kemendagri untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab guna menjadikan litbang sebagai unit organisasi yang kredibel di bidangnya.

4. Semakin meningkatnya pemahaman dan komitmen dari seluruh stakeholder terkait urgensi Badan Litbang Kemendagri dalam perumusan kebijakan strategis pemerintahan dalam negeri dan penguatan inovasi daerah.

(35)

Permasalahan dan

Tantangan

Dalam merancang kebijakan strategisnya, Badan Litbang Kemendagri juga dihadapkan dengan beberapa permasalahan, antara lain:

1. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar penyusunan kebijakan belum ditindaklanjuti atau diterapkan secara maksimal.

2. Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dinilai masih belum dapat mendukung kebijakan yang akan dilakukan oleh Unit Kerja Eselon I Kemendagri.

3. Terbatasnya jumlah pejabat fungsional sesuai dengan kepakaran yang dibutuhkan oleh Badan Litbang Kemendagri baik secara kuantitas dan kualitas.

4. Kurangnya sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Litbang Kemendagri.

Tantangan yang dihadapi oleh Badan Litbang Kemendagri diantaranya, yaitu:

1. Pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan masih kurang sehingga berimplikasi terhadap optimalisasi implementasi dan hasil penelitian dan pengembangan.

2. Reformasi birokrasi mengharuskan Badan Litbang Kemendagri melakukan perubahan terhadap organisasi dan pelaksanaan tugas agar lebih optimal.

3. Peristiwa pandemi Covid-19 mengharuskan Badan Litbang Kemendagri agar lebih inovatif dalam pelaksanaan kegiatan guna menghasilkan rekomendasi yang berkualitas dan meningkatkan inovasi daerah.

4. Perubahan regulasi yang berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan prioritas, yang mengharuskan Badan Litbang Kemendagri mampu menghasilkan rekomendasi yang lebih Adapun peluang Badan Litbang Kemendagri dalam merumuskan kebijakan strategis terkait kelitbangan antara lain:

1. Adanya Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan teknologi, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri.

2. Peran Strategis Badan Litbang Kemendagri tidak terbatas pada penyediaan rekomendasi kebijakan berdasarkan kaidah keilmiahan, tetapi juga sebagai inisiator dan penyedia alternatif kebijakan yang implementatif, serta penguatan inovasi daerah.

3. Dukungan pengawasan yang dilakukan baik dari internal maupun eksternal guna mendorong peningkatan akuntabilitas dan capaian kinerja Badan Litbang Kemendagri.

4. Kesediaan lembaga eksternal baik dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan kerjasama dalam meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan.

(36)
(37)

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

STRATEGIS

(38)

VISI

BADAN LITBANG

Menjadi

Mitra Terpercaya dalam

Perumusan Kebijakan yang

Responsif,

Antisipatif, dan Inovatif.

Dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan

dalam negeri

Tahun 2020-2024

(39)

K A T A K U N C I

Pernyataan visi tersebut seutuhnya guna mewujudkan Visi: “Kementerian Dalam Negeri yang

Adaptif, Profesional, Proaktif, dan Inovatif (APPI) dalam memperkuat penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri” serta diarahkan untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan

Wakil Presiden, yaitu: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”.

Di dalam perumusan visi Badan Litbang tersebut, kata kunci yang terkandung di dalam pelaksanaannya, yaitu:

Menjadi Mitra Terpercaya dalam Perumusan Kebijakan adalah Badan Litbang Kemendagri diharapkan dapat menghasilkan sumbangan pemikiran ilmiah melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan dalam bentuk pokok pikir dan rekomendasi kebijakan yang berkualitas untuk penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.

Responsif dan Antisipatif artinya adalah Badan Litbang Kemendagri selalu siap dalam segala perubahan yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan yang muncul dan menjadi handal

dalam merencanakan kegiatan penelitian dan pengembangan ke depan.

Inovatif adalah menjadi tonggak penggerak pelaksanaan dan pembinaan inovasi di pemerintahan dalam negeri.

(40)

MISI

BADAN LITBANG

Dalam melaksanakan visi dan mendukung

pencapaian misi Kemendagri,

Badan Litbang

Kemendagri menetapkan misi:

Meningkatkan mutu rumusan kebijakan pemerintahan dalam negeri berbasis penelitian dan pengembangan (research based policy). Mendorong inovasi daerah dalam peningkatan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Mewujudkan kelembagaan litbang yang memiliki integritas dan kompetensi tinggi guna perwujudan reformasi birokrasi.

(41)

TUJUAN STRATEGIS

Kemendagri telah menetapkan 3 (tiga) tujuan strategis dalam Rencana Strategis Kementerian Dalam Negeri Tahun 2020-2024 yang meliputi:

1. Terwujudnya sistem politik yang demokratis berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

2. Peningkatan kapasitas dan sinergi pembangunan pusat dan daerah, serta pelayanan publik yang berkualitas dan penguatan inovasi.

3. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Sejalan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan visi dan misinya, Badan Litbang Kemendagri menyelaraskan tujuan Kemendagri dengan menetapkan tujuan strategis Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024, yaitu:

1. Peningkatan kualitas hasil penelitian dan pengembangan dalam perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri (T1).

2. Pendayagunaan rekomendasi hasil penelitian dan pengembangan oleh stakeholder (T2). 3. Pembinaan pelaksanaan inovasi daerah (T3).

4. Penguatan tata kelola penyelenggaraan penelitian dan pengembangan (T4).

SASARAN STRATEGIS

Badan Litbang Kemendagri menetapkan beberapa

sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang

ingin dicapai sepanjang

tahun 2020-2024

1. Untuk mewujudkan T1, ditetapkan sasaran strategis, yaitu: Meningkatnya kualitas hasil penelitian dan pengembangan, dengan indikator sasaran strategis, yaitu:

a. Peningkatan jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan pemerintahan dalam negeri.

b. Peningkatan jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang masuk dalam jurnal ilmiah. c. Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah.

d. Indeks Kepemimpinan Kepala Daerah. e. Kerjasama penelitian dan pengembangan.

(42)

2. Untuk mewujudkan T2, ditetapkan sasaran strategis, yaitu:

a. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan dalam perumusan kebijakan pemerintahan dalam negeri, dengan indikator sasaran strategis, yaitu: pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan dalam perumusan kebijakan.

b. Meningkatnya keterlibatan Badan Litbang Kemendagri dalam perumusan kebijakan pemerintahan dalam negeri, dengan indikator sasaran strategis, yaitu: Keterlibatan Badan Litbang Kemendagri dalam penyusunan kebijakan.

3. Untuk mewujudkan T3, ditetapkan sasaran strategis, yaitu:

a. Tersedianya kebijakan penyelenggaraan inovasi daerah, dengan indikator sasaran strategis, yaitu Jumlah kebijakan inovasi daerah yang dihasilkan.

b. Peningkatan jumlah daerah yang berinovasi, dengan indikator sasaran strategis, yaitu Daerah yang menerapkan inovasi dalam penyelenggaraan inovasi daerah berdasarkan indeks inovasi daerah.

c. Meningkatnya kualitas inovasi daerah, dengan indikator sasaran strategis, Persentase daerah dengan kategori “inovatif” dan “sangat inovatif” berdasarkan peta pembinaan inovasi daerah.

4. Untuk mewujudkan T4, ditetapkan sasaran strategis, yaitu:

a. Penguatan tata kelola penyelenggaraan kelitbangan, dengan indikator sasaran strategis: 1. Terselenggaranya rencana program dan anggaran Badan Litbang Kemendagri

berpedoman pada Rencana Kerja Kemendagri.

2. Tersedianya Organisasi yang optimal dan SDM yang kompeten.

b. Pembinaan dan penguatan kelembagaan litbang daerah, dengan indikator sasaran strategis, yaitu:

1. Jumlah kelembagaan penelitian dan pengebangan daerah yang berkategori “utama”. 2. Terfasilitasinya rencana induk kelitbangan daerah.

(43)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI

(44)

Peran Strategis Badan Litbang

Kemendagri Dalam Mendukung Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Memperhatikan kerangka arah pembangunan pada RPJMN Tahun

2020-2024 yang merupakan terjemahan dari Visi, Misi, dan 5 arahan

utama Presiden dan Wakil Presiden, telah ditetapkan

7 (tujuh) agenda

utama pembangunan:

1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan. 2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan. 3. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengebangan ekonomi dan pelayanan dasar. 6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim. 7. Memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan dan keamanan dan transformasi pelayanan

(45)

Sesuai tugas dan fungsinya, Kementerian Dalam Negeri memiliki relevansi dan mendukung seluruh Agenda Pembangunan, baik secara langsung dalam program pembangunan nasional maupun yang tidak melalui beberapa strategi yang telah ditetapkan. Salah satu agenda pembangunan dalam RPJMN yang didukung secara langsung oleh Badan Litbang Kemendagri adalah agenda Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan (Prioritas Nasional 2), dengan rincian pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1. Prioritas Nasional Tahun 2020-2024

(46)

Dukungan Badan Litbang Kemendagri

dalam Mendukung Sasaran Strategis

Kementerian Dalam Negeri

Tahun 2020-2024

Sebagai salah satu unit kerja yang berada di bawah Kemendagri,

Badan Litbang memiliki peran strategis sebagai satu-satunya unit

kerja yang memiliki fungsi

penelitian dan pengembangan.

Oleh karena itu, fungsi tersebut dapat mendukung seluruh sasaran strategis Kemendagri Tahun 2020-2024 melalui hasil rekomendasi yang dapat dipergunakan sebagai acuan perumusan kebijakan. Di samping itu, Badan Litbang Kemendagri juga mendapatkan penugasan secara langsung guna mendukung pencapaian beberapa sasaran strategis Kemendagri, yaitu:

1. Sasaran Strategis 7, meningkatnya tata kelola pemerintahan dalam negeri yang adaptif, professional, proaktif, dan inovatif, Badan Litbang Kemendagri diamanatkan berkontribusi dalam pencapaian 4 (empat) sasaran program:

a. Indeks Kepemimpinan Kepala Daerah, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2020 tentang Indeks Kepemimpinan Kepala Daerah.

Implementasi sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Otonomi Daerah, Politik, dan Pemerintahan Umum.

b. Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2020 tentang Pengukuran Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah. Implementasi sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pembangunan dan Keuangan Daerah.

c. Persentase daerah yang mempunyai nilai indeks inovasi tinggi, sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.

Implementasi sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah.

d. Pembinaan litbang daerah dengan indikator jumlah Kelembagaan penelitian dan pengembangan di daerah dengan kategori “utama” sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan Di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

Implementasi sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan oleh Sekretariat Badan Litbang Kemendagri.

(47)

2. Sasaran Strategis 12, meningkatnya kemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan sebagai rujukan utama dalam penataan kebijakan di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, diamanatkan secara langsung berkontribusi dalam pencapaian sasaran program Persentase hasil kelitbangan yang direkomendasikan sebagai bahan masukan kebijakan Kementerian Dalam Negeri.

Implementasi sasaran strategis tersebut akan dilaksanakan oleh seluruh Pusat Litbang lingkup Badan Litbang Kemendagri.

Arah Kebijakan dan Strategi Badan

Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024

Arah kebijakan dan strategi Badan Litbang Kemendagri disusun

berdasarkan fokus pencapaian prioritas pembangunan nasional,

mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian

Dalam Negeri, dan mendorong terwujudnya tujuan

Badan Litbang

Kemendagri Tahun 2020-2024.

1. Mendorong peningkatan kualitas kebijakan dan pemantapan regulasi yang bersumber dari hasil-hasil kelitbangan, melalui strategi:

a. Penyiapan landasan regulasi/kebijakan yang menjadi prioritas dan isu strategis dan/atau program legislasi (proleg) Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah daerah, termasuk evaluasi pelaksanaan regulasi/kebijakan dalam rangka efektifitas dan optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan;

b. Penyiapan kerangka kebijakan penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri dan pemerintah daerah dengan orientasi jangka panjang, dilaksanakan secara multi years

(48)

2. Mendorong pendayagunaan rekomendasi hasil penelitian dan pengembangan untuk perumusan kebijakan, melalui strategi:

a. Pelibatan Badan Litbang Kemendagri dalam perumusan kebijakan lingkup pemerintahan dalam negeri;

b. Penyediaan input rekomendasi secara cepat kepada pimpinan dan para pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan dalam menjawab dinamika dan isu-isu strategis, melalui pelaksanaan kajian aktual dan telaahan stratejik;

c. Pelaksanaan diseminasi dan publikasi untuk penyebarluasan dan pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan.

3. Memfasilitasi penguatan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, melalui strategi:

a. Evaluasi dan penilaian pelaksanaan inovasi daerah;

b. Fasilitasi dan pembinaan inovasi daerah secara sinergi dan terpadu, termasuk pemberian penghargaan dan penyediaan insentif bagi daerah inovatif;

c. Penerapan inovasi daerah melalui pengembangan daerah-daerah sebagai pilot project, pemanfaatan model adopsi-replikasi, dan mendorong pelaksanaan litbang untuk menghasilkan inovasi;

4. Meningkatkan keberdayaan dan pemberdayaan lembaga penelitian dan pengembangan di Kemendagri dan Pemerintahan Daerah dalam menghasilkan output/outcome strategis dan prioritas, melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM penelitian dan pengembangan;

b. Peningkatan kualitas dan sinergitas program penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada kemanfaatan hasil;

c. Pengembangan jejaring kemitraan antar-institusi penelitian dan pengembangan; d. Peningkatan peran dan fungsi perangkat penelitian dan pengemangan daerah; dan

e. Peningkatan dukungan anggaran penelitian dan pengembangan yang dibarengi dengan perbaikan kualitas dan kemanfaatan output litbang;

c. Pengembangan jejaring kemitraan antar-institusi penelitian dan pengembangan; d. Peningkatan peran dan fungsi perangkat penelitian dan pengemangan daerah; dan

e. Peningkatan dukungan anggaran penelitian dan pengembangan yang dibarengi dengan perbaikan kualitas dan kemanfaatan output litbang;

Memperhatikan arah kebijakan dan strategi di atas, perlu ditetapkan rincian langkah strategis penelitian dan pengembangan tahun 2020-2024 yang mengacu pada rancangan agenda pembangunan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 sebagai berikut:

(49)

1. Program Penelitian dan Pengembangan Strategis, untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dan/atau naskah akademis/pokok-pokok pemikiran dalam penyusunan regulasi, dengan arahan tema prioritas yaitu:

a. Merumuskan arah kebijakan dan konsep penyempurnaan dari UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan paket-paket regulasi turunannya;

b. Merumuskan arah kebijakan dan konsep penyempurnaan dari UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan paket-paket regulasi turunannya;

c. Merumuskan arah kebijakan penguatan ketahanan ekonomi dan peningkatan daya saing; d. Merumuskan arah kebijakan pengembangan wilayah dan penguatan infrastruktur untuk

pemerataan dan keberlanjutan pembangunan dan mengurangi kesenjangan;

e. Merumuskan arah kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pemenuhan pelayanan dasar, pengendalian penduduk, pembangunan kebudayaan dan karakter kebangsaan;

f. Merumuskan arah kebijakan pelestarian lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim; serta

g. Merumuskan arah kebijakan penguatan stabilitas Polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.

2. Program Penguatan Inovasi Daerah, dalam rangka fasilitasi dan pembinaan penerapan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dengan arahan kegiatan prioritas sebagai berikut:

a. Pendataan dan penilaian inovasi daerah secara nasional dengan berpedoman pada Indeks Inovasi Daerah, meliputi:

1. Penyusunan dan penataan basis data inovasi daerah;

2. Penerapan sistem penilaian Indeks Inovasi Daerah sebagai indikator pengukuran nasional atas keberhasilan kinerja pemerintah daerah di bidang inovasi daerah, dilakukan secara terpadu antar kementerian/LPNK dengan partisipasi aktif seluruh pemerintah daerah; dan

3. pemutakhiran dan pemantapan instrumen Indeks Inovasi Daerah sebagai basis data pembinaan inovasi daerah, dilakukan secara berkala.

(50)

b. Pembinaan inovasi daerah secara sinergi dan terpadu antar/intra tingkatan pemerintahan, meliputi:

1. Penyusunan peta dan rencana aksi pembinaan inovasi daerah berbasis Indeks Inovasi Daerah;

2. Sinergi kebijakan dan program pembinaan inovasi daerah antar kementerian/LPNK, khususnya Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Administrasi Negara, termasuk pula dalam hal pemberian penghargaan dan pemberian insentif di bidang inovasi daerah;

3. Penyelenggaraan forum-forum seminar, diskusi dan/atau pameran dan promosi hasil inovasi daerah;

4. Penerapan kerja sama antar-daerah dan antar-institusi dalam rangka membangun jejaring kemitraan inovasi daerah; dan

5. Diseminasi/sosialisasi untuk penyebarluasan pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan inovasi daerah.

c. Penerapan hasil inovasi, baik dalam bentuk rintisan pengoperasian maupun penetapan

pilot project ujicoba/replikasi, meliputi:

1. Pilot project penerapan inovasi daerah bersifat tematik, khususnya untuk mendukung

iklim investasi dan perbaikan layanan publik;

2. Penerapan inovasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dengan memanfaatkan platform sistem informasi pelayanan inovasi daerah, khususnya dengan memanfaatkan layanan Pusat Jejaring Inovasi Daerah (Puja Indah); dan

3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang diarahkan untuk menghasilkan inovasi.

3. Program Penguatan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan, berkenaan dengan upaya mendorong keberdayaan dan pemberdayaan lembaga penelitian dan pengembangan di Kemendagri dan Pemerintahan Daerah dalam menjalankan program-program prioritas yang menjadi sasaran strategis nasional dan pemerintah daerah, dengan arahan kegiatan prioritas sebagai berikut:

a. Merumuskan upaya transformasi kelembagaan penelitian dan pengembangan menjadi lembaga perumus kebijakan pemerintahan dalam negeri.

b. Merumuskan arah kebijakan dan identifikasi kebutuhan terkait upaya untuk memantapkan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Lembaga Litbang;

c. Mengupayakan secara intensif peningkatan kualitas, sinergitas, dan anggaran program penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada kemanfaatan hasil;

(51)

d. Memperluas dan mendorong penerapan jejaring kemitraan antar-institusi penelitian dan pengembangan;

e. Mengupayakan secara intensif pemenuhan kebutuhan fasilitas pendukung untuk optimaliasi penyelenggaraan fungsi penelitian dan pengembangan; dan

f. Mendorong secara masif penguatan kelembagaan penelitian dan pengembangan, agar sepenuhnya dikoordinasikan oleh Badan Litbang Kemendagri atau oleh perangkat litbang daerah atau sebutan lainnya, untuk dilaksanakan secara Satu Pintu, termasuk mengupayakan pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan.

g. Mendorong penguatan Teknologi dan Informasi (TIK) dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan, dengan melakukan pengelolaan data dan informasi hasil penelitian, pengembangan, dan kajian, kerjasama dengan lembaga lain dalam pengelolaan data statistik dan pengelolaan informasi.

Kerangka Regulasi

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat beberapa pengaturan baik terkait peran dan fungsi kelitbangan maupun pembentukan kelembagaan litbang di daerah, yaitu:

a. Pasal 373, Pasal 374, dan Pasal 388 mengamanatkan peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pembinaan umum yang antara lain dilaksanakan dalam bentuk penelitian dan pengembangan;

b. Pasal 386 berkenaan dengan Inovasi Daerah, yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan lembaga penelitian dan pengembangan dalam rangka mendorong semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

c. Pasal 209 dan Pasal 219 merekomendasikan fungsi penelitian dan pengembangan sebagai salah satu fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang ditetapkan dalam bentuk “Badan”.

2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, mengamanatkan bahwa setiap rancangan Undang-Undang dan Peraturan harus disertai dengan Naskah Akademis. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 bahwa: “Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan UndangUndang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap

Beberapa Regulasi yang Mengamanatkan perlunya mengedapankan

Tugas dan

Fungsi Penelitian dan Pengembangan.

(52)

Tabel 3.2. Kerangka Regulasi Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024

Sumber: Badan Litbang Kemendagri 2020

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dijelaskan bahwa penelitian dan pengembangan berfungsi untuk menumbuhkan kemampuan pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta bertanggung jawab menghasilkan Invensi dan menggali potensi pendayagunaannya.

Guna mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas, beberapa kerangka regulasi yang akan disusun terdapat pada tabel 3.2 antara lain:

(53)

Kerangka Kelembagaan

Konsep Transformasi

Struktur Organisasi

Hingga pada tahun 2020 pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Litbang Kemendagri masih berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri, yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;

2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri; 3. Pelaksanaan pengkajian kebijakan di bidang pemerintahan dalam negeri;

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;

(54)

6. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pemerintah daerah; 7. Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan; dan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Secara ringkas, guna pencapaian pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Litbang Kemendagri didukung oleh 5 Unit Kerja Eselon II dan 35 Pejabat Fungsional Peneliti, yang dapat dilihat pada struktur dibawah ini.

Namun, sesuai dengan amanat untuk melakukan optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi bagi seluruh lembaga pemerintahan sebagaimana disampaikan dalam arah kebijakan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024, perlu dilakukan penyesuaian terhadap organisasi Badan Litbang Kemendagri. Hal ini juga ditandai dengan lahirnya Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2019 tentang Badan riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang mengamanatkan bahwa BRIN merupakan lembaga penelitian, pengembangan dan penerapan milik pemerintah yang mempunyai tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Sumber: Badan Litbang Kemendagri 2020

Gambar 3.1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024

Gambar

Tabel 1.1. IKU Badan Litbang Kemendagri Tahun 2015-2019
Tabel 1.2. Realisasi IKU Badan Litbang Kemendagri TA. 2015-2019
Tabel 3.1. Prioritas Nasional Tahun 2020-2024
Tabel 3.2. Kerangka Regulasi Badan Litbang Kemendagri Tahun 2020-2024
+6

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020-2024 dan arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian

Terkait sasaran, indikator, dan target infrastruktur konektivitas pada RPJMN 2020- 2024 yang kemudian diturunkan menjadi Rencana Strategis Kementerian PUPR 2020-2024 dan Rencana

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024, arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024, arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu

Rencana Strategis P3K2 Amerop/PSKK Amerop 2020-2024 3 Sejalan dengan arah RPJMN 2020-2024 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) tahun

Di dalam rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2020 - 2024, arah kebijakan dan strategi pembangunan Badan Karantina Ikan Pengendalian mutu dan

Dalam rangka mendukung pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2020- 2024 pada sektor perdagangan luar negeri, yaitu meningkatnya pertumbuhan ekspor barang

Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri pada tahun 2020, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah melaksanakan berbagai kegiatan