• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013 SD NO 4 KALIUNTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013 SD NO 4 KALIUNTU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DISKREPANSI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 TAHUN 2013

SD NO 4 KALIUNTU

Ni Kadek Novita Dewi¹, Ign.I Wayan Suwatra², I Wayan Widiana³

3 , 2 , 1

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Viedydekwi@gmail.com¹, wayansuwatra@yahoo.co.id²,

wayan_widiana@yahoo.co.id³

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemukan dalam pengimplementasian Kurikulum 2013. Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model diskrepansi (discrepancy model). Pengukuran efektivitas program dilakukan dengan membandingkan antara kondisi ideal (standar) dengan kondisi riil tentang implementasi Kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Data berupa skor semua variabel dianalisis dengan menggunakan prosedur uji tanda berjenjang wilcoxon, kemudian dihitung tanda beda dan besar beda dengan standar yang telah ditentukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) rerata perolehan skor perencanaan pembelajaran adalah 85,0 dengan besar beda -15,0. (2) rerata perolehan skor variabel pelaksanaan pembelajaran 86,9, besar beda -13,1. (3) rerata perolehan skor variabel penilaian hasil pembelajaran 87,5, besar beda -12,5.(4) rerata perolehan skor variabel pengawasan pembelajaran sebesar 79,4, besar bedanya20,6. Rerata perolehan skor keempat variabel -variabel standar proses sebesar 84,7. Besar beda -15,3. Kesenjangan ini terjadi karena, keterlambatan pendistribusian buku, serta tidak meratanya program pelatihan kepada pendidik.

Kata-kata kunci: Diskrepansi, Pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Abstract

This study aimed to know the differences between the implementation of 2013 curiculum at SD No 4 Kaliuntu with Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 based on the planning, learning process, evaluation process, and to know the problems find on implementation of 2013 curriculum.The type of this study was evaluative with discrepancy model. Knowing the program effectiveness was done by compare ideal condition of 2013 curriculum’s implementation at SD No 4 Kaliuntu based on the permendikbud Nomor 65 tahun 2013. Data collected of all varibles was analyzed by using wilcoxon test, then calculated the difference and a big sign different from a predetermine standard. The result showed that (1). the mean score of the learning acquisition plan is a big difference of 85.0 with -15.0 (2). the mean score of the learning acquisition process is a big difference of 86.9 with -13.1. (3) the mean score of the learning acquisition result is a big difference 87w5 with -12.5. (4) the mean score of the learning acquisition control is a big difference 79.4 with - 20.6. The mean score of the four variables acquisitions of standards process of 84.7. -15.3 are big differences. This disparity occurs because of the delay distribution of the book, and unequal training program for teachers.

▸ Baca selengkapnya: anjab guru kelas sd berdasarkan permendikbud

(2)

Pendahuluan

Kurikulum merupakan suatu proses pendidikan untuk mencapai tujuan perencanaan pembelajaran. Perkembangan dan perubahan sesuatu yang memang mungkin terjadi dalam suatu pendidikan. Namun perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan. Dalam perkembangan dan perubahan kurikulum membutuhkan kesiapan dan persiapan untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu dan berkualitas tinggi dalam suatu pendidikan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya setiap kurikulum pasti memiliki kekurangan yang perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai keberhasilannya dengan baik .

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan (Kurinasih dan Sani, 2014). Dalam perbaikan sistem pendidikan nasional, pemerintah telah menempuh berbagai upaya yang mencakup seluruh komponen pembelajaran. Kurikulum menjadi perubahan mendasar yang dapat dilakukan pemerintah untuk melakukan perkembangan pendidikan. Untuk itu, dirancanglah sebuah kurikulum yang dikenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan “serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP)” (Kurinasih dan Sani, 2014). “Masing-masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukan kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan jamannya” (Qomaryah, 2014).

Kegiatan proses pembelajaran tidak terlepas dari peranan seorang guru. Dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan telah ditetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk penjaminan kualitas proses pembelajaran pemerintah telah menerbitkan standar proses pendidikan dasar dan menengah (Permendiknas Nomor 65 tahun 2013) “Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompentensi lulusan.

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Jadi standar proses pendidikan itu mencakup perencanan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Apabila diamati standar proses pendidikan secara keseluruhan, seorang guru sebagai panutan terdepan dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang optimal sesuai kondisi dari peserta didik dan sekolah masing-masing

Banyaknya permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, maka perlu diadakan suatu evaluasi program terhadap kurikulum tersebut. Menurut Sukardi (2009) evaluasi merupakan “proses yang menentukan kondisi, suatu tujuan telah dapat dicapai”... Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi program merupakan suatu proses mengumpulkan, menyediakan dan memberikan informasi atau gambaran kepada pengambil keputusan apakah tujuan pendidikan sudah dapat dicapai.

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran di Indonesia, Banyaknya permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Untuk itu dapat dilihat bahwa masih banyak hal perlu diperbaiki dahulu, agar pemberlakuan kurikulum 2013 ini benar-benar matang dari segi persiapan dan pelaksanaanya secara

(3)

menyeluruh di sekolah-sekolah di Indonesia dan dapat berlangsung sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai pendidikan di Indonesia. Namun, berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan kepala sekolah dan staf guru di SD No 4 kaliuntu, ditemukan ada beberapa kesenjangan (diskrepansi) pelaksanaan pembelajaran di SD No 4 kaliuntu dengan standar proses Kurikulum 2013 (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013) baik ditinjau dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, maupun pengawasan proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 di SD No 4 Kaliuntu masih mengalami hambatan sehingga pembelajaran belum berjalan maksimal sesuai dengan Standar Proses.

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang tinggi haruslah berpijak pada peningkatan kemampuan guru sebagai pelaku proses pembelajaran, manajemen dan lingkungan sekolah, pengembangan kurikulum serta peningkatan sarana prasarana sekolah sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Selama ini di SD No 4 Kaliuntu telah terjadi kesenjangan antara kenyataan pelaksanaan pembelajaran dengan harapan dalam pelaksanaan sesuai dengan standar proses. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan (diskrepansi) pembelajaran di sekolah dengan Standar Proses khususnya di Sekolah Dasar (SD).

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis perlu mengadadakan penelitian guna mengetahui sejauh mana pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 di sekolah sekaligus mengukur tingkat kesenjangannya antara proses pelaksanaan dengan acuannya (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Dalam penelitian ini peneliti memilih SD No 4 Kaliuntu sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu sekolah dasar yang masih mengimplementasikan kurikulum 2013. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Diskrepansi Pembelajaran dengan Kurikulum 2013

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 di SD No 4 Kaliuntu.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian expost facto. yang dilaksanakan di SD No 4 Kaliuntu dengan jumlah populasi 4 (empat) guru kelas di SD No 4 Kaliuntu. Guru kelas tersebut adalah guru kelas I, II, IV, dan V. Berdasarkan pertimbangan peneliti, maka sampel dalam penelitian ini adalah sampel dari kelas rendah dan kelas tinggi (kelas I, II, IV, dan V) Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif karena berorientasi pada analisis berdasarkan pendekatan evaluasi program yang menganalisis kesenjangan program dengan variabel-variabel dalam acuan dengan model kesenjangan yang dikonfirmasikan dengan target sasaran yang merupakan acuan (standar) suatu program. Jika tidak terjadi kesenjangan antara kondisi nyata dengan target (acuan) maka program tersebut dikatakan sangat efektif. Sebaliknya apabila terjadi kesenjangan yang tinggi antara kondisi nyata dengan target (acuan) maka program tersebut tidak efektif.

Penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah yang mencakup 4 (empat) variabel pokok, yaitu: 1) Perencanaan proses pembelajaran , 2) Pelaksanaan proses pembelajaran , 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) Pengawasan proses pembelajaran .

Mengukur perencanaan pembelajaran adalah lembar studi dokumentasi. Pelaksanaan pembelajaran diukur dengan lembar observasi. Penilaian hasil dan proses pembelajaran diukur dengan lembar dokumentasi dan lembar observasi.

Sedangkan pengawasan proses

pembelajaran diukur dengan lembar kuisioner.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, wawancara, observasi, dan kuesioner.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, item-item instrumen

(4)

yang telah disusun berdasarkan kisi-kisi terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi. Nasution (2012), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan validitas isi adalah validitas yang ditentukan dengan memilih item-item yang representatif dari keseluruhan bahan yang hendak diukur. Proses validasi instrumen dilakukan oleh tiga orang expert

judgement (para ahli yang dianggap

menguasai bidang standar proses kurikulum 2013), yakni I Gede Margunayasa, S.Pd., M.Pd., Dra. Nyoman Kusmariyatni, M.Pd., dan I Made Citra Wibawa, S.Pd., M.Pd. Validasi instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menelaah ketetapan butir-butir instrumen ditinjau dari isi, kontruksi, dan kebahasaan berdasarkan penilaian pakar.

Penelitian ini menggunakan uji non parametrik dengan mengikuti prosedur uji jenjang bertanda Wilcoxom. Uji jenjang bertanda Wilcoxom bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata (kesenjangan) antara standar acuan dengan pelaksanaan standar proses oleh pendidik pada satuan pendidikan. Menurut Dantes dalam tesis Gunarsa, prosedur uji tanda didasarkan pada tanda negatif atau positif dari perbedaan antara pasangan data ordinal dan besarnya beda antara acuan dengan program yang sedang berjalan.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Berdasarkan analisis data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data perencanaan pembelajaran, data pelaksanaan pembelajaran, data penilaian hasil dan proses pembelajaran, dan data pengaawasan pembelajaran. Data penelitian diperoleh dari 104 butir instrumen yang terdiri dari 40 butir studi dokumentasi perencanaan pembelajaran, 33 butir instrumen pelaksanaan pembelajaran, 6 butir instrumen studi dokumentasi penilaian hasil dan proses pembelajaran, dan 25 butir instrumen kuisioner pengawasan pembelajaran. Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian ini sebanyak 4 orang guru SD No 4 Kaliuntu, yaitu guru kelas 1, guru kelas 2, guru kelas 4 dan guru kelas 5.

Secara keseluruhan hasil analisis data pelaksanaan standar proses di SD No 4 Kaliuntu diperoleh dengan menjumlahkan rata-rata perolehan skor tiap variabel. Kemudian dicari besar beda dengan kondi ideal atau standar yang ditetapkan.

Komponen-komponen pembelajaran

berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Rata-rata perolehan pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas I adalah sebesar 87,9. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -12,1. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 12,1% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Rata-rata perolehan skor pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas II adalah sebesar 86,9. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -13,1. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 13,1% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal.

Rata-rata perolehan skor pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas IV adalah sebesar 84,1. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -15,9. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 15,9% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Rata-rata perolehan skor pelaksanaan standar proses yang dilakukan oleh guru kelas V adalah sebesar 80,0. Besar beda pelaksanaan standar proses sebesar -20,0. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 20,0% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Besarnya kesenjangan (diskrepansi) pelaksnaan standar proses yang dilaksanakan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu disajikan dalam grafik sebagai berikut.

(5)

Gambar 1. Grafik Hasil Analisis Diskrepansi Pelaksanaan Standar Proses (Sumber: peneliti)

Rata-rata perolehan skor komponen perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 80,5. Besar beda perencanaan pembelajaran adalah sebesar -15,0. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 42,2% dan tergolong kategori sangat kurang (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis komponen perencanaan pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidik di SD No 4 Kaliuntu belum sepenuhnya memenuhi standar persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor komponen pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 86,9. Besar beda pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar -13,1. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 13,1% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis komponen pelaksanaan pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidik di SD No 4 Kaliuntu belum sepenuhnya memenuhi standar persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor komponen penilaian hasil dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 87,5. Besar beda penilaian hasil dan proses pembelajaran

adalah sebesar -12,5. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 12,5% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis komponen penilaian hasil dan proses pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidik di SD No 4 Kaliuntu belum sepenuhnya memenuhi standar persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor komponen pengawasan proses pembelajaran di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 79,4. Besar beda pengawasan proses pembelajaran adalah sebesar -20,6. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 20,% dan tergolong kategori kecil (K), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis komponen pengawasan proses pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan di No 4 Kaliuntu belum sepenuhnya memenuhi standar persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Rata-rata variabel pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 adalah sebesar 84,7. Besar beda variabel pembelajaran adalah sebesar -15,3. Hal tersebut berarti terdapat kesenjangan sebesar 15,3% dan tergolong kategori sangat kecil (SK), sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil belum mencapai standar atau kondisi ideal. Berdasarkan hasil analisis variabel pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan di SD No 4 Kaliuntu belum sepenuhnya memenuhi standar persyaratan sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Besar beda kesenjangan (diskrepansi) variabel pembelajaran disajikan dalam grafik pada gambar 2.

(6)

Gambar 2. Grafik Hasil Analisis Diskrepansi Variabel Pembelajaran Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 (Sumber: Peneliti) Pembahasan

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1)Perencanaan Pembelajaran, berdasarkan hasil studi dokumentasi serta analisis data diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor silabus yang disusun pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 68,3 dengan besar beda -31,7. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 16,25% dan tergolong kategori kecil (K) Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti terdapat beberapa komponen atau indikator dalam silabus yang disusun pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi serta analisis data diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor RPP yang disusun pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 98,6 dengan besar beda -1,4. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 1,4% dan tergolong kategori sangat kecil (SK) Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti terdapat beberapa komponen atau indicator dalam RPP yang disusun pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Hasil studi dokumentasi serta analisis data menunjukkan bahwa rata-rata perolehan skor prinsip penyusunan RPP yang disusun

pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 88,0 dengan besar beda -12,0. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 12,0% dan tergolong sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti terdapat beberapa komponen atau indikator dalam prinsip penyusunan RPP yang disusun pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor perencanaan pembelajaran adalah 85,0, dengan besar beda -15,0. Berartibesarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari perencanaan pembelajaran adalah sebesar 15,0% dengan katagori sangat kecil (SK). 2) Pelaksanaan Pembelajaran, berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu kemudian dianalisis, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen persyaratan pembelajaran oleh pendidik adalah sebesar 84,6 dengan besar beda -15,4. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 15,4% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti terdapat beberapa komponen atau indikator dalam persyaratan pembelajaran yang dilaksanakanpendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Hasil analisis secara umum menunjukkan bahwa sebagian besar indikator persyaratan pembelajaran seperti jumlah dan penggunaan buku, pengaturan tempat duduk, volume suara pendidik, serta kata-kata dan pakaian yang digunakan pendidik telah terpenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Rata-rata perolehan skor pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 89,3 dengan besar beda -10,7. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 10,7% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan data tersebut, berarti terdapat beberapa komponen atau indikator dalam

pelaksanaan pembelajaran yang

dilaksanakan pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Rata-rata

(7)

perolehan skor pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah 86,9 dengan besar beda -13,1. Berarti besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 13,1% dengan katagori sangat kecil (SK). 3) Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran, berdasarkan hasil studi dokumentasi terhadap penilaian pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu kemudian dianalisis, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen pendekatan penilaian yang digunakan oleh pendidik adalah sebesar 91,7 dengan besar beda -8,3. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 8,3% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti penilaian hasil dan proses yang dilaksanakan oleh pendidik di SD No 4 Kaliuntu secara umum telah memenuhi standar yakni Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor hasil penilaian yang telah dilaksanakan pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 83,3 dengan besar beda -16,7. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 16,7% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan data tersebut, berarti secara umum tindak lanjut dari hasil penilaian yang dilaksanakan pendidik telah memenuhi standar. Rata-rata perolehan skor penilaian hasil dan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 85,5 dengan besar beda -12,5. Berarti besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari penilaian hasil dan proses pembelajaran adalah sebesar 12,5,% dengan katagori sangat kecil (SK). 4)Pengawasan Proses Pembelajaran ,berdasarkan hasil analisis data kuesioner yang telah diisi pendidik SD No 4 Kaliuntu, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen pemantauan pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan

terhadappembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik adalah sebesar 85,0 dengan besar beda -10.83. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 15,0% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti secara umum pelaksanaan pemantauan pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pendidik telah memenuhi standar (Permendikbud No, 65 Tahun 2013). ). Hanya terdapat beberapa komponen atau indikator dalam pelaksanaan pemantauan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Hasil analisis data kuesioner yang telah diisi pendidik SD No 4 Kaliuntu, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen supervisi pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik adalah sebesar 82,7 dengan besar beda -17,3. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar -17,3% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti secara umum pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadappendidik telah memenuhi standar (Permendikbud No, 65 Tahun 2013). Hanya terdapat beberapa komponen atau indikator dalam pelaksanaan supervisi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013

Hasil analisis data kuesioner yang telah diisi pendidik SD No 4 Kaliuntu, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen pelaporan hasil penilaian pengawasan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik adalah sebesar 65,0 dengan besar beda -35,0. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 35,0% dan tergolong kategori kecil (K). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti secara umum pelaksanaan pelaporan hasil penilaian pengawasan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pendidik telah memenui

(8)

standar (Permendikbud No, 65 Tahun 2013). Hanya terdapat beberapa komponen atau indikator dalam pelaporan hasil penilaian pengawasan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 atau belum terlaksana secara maksimal.

Hasil analisis data kuesioner yang telah diisi pendidik SD No 4 Kaliuntu, diperoleh bahwa rata-rata perolehan skor komponen tindak lanjut terhadap hasil pengawasan proses pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pendidik adalah sebesar 85,0 dengan besar beda -15.0. Hal tersebut berarti terjadi kesenjangan sebesar 15,0% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, berarti secara umum pelaksanaan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan proses pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan terhadap pendidik telah memenui standar (Permendikbud No, 65 Tahun 2013). Hanya terdapat beberapa komponen atau indikator dalam pelaksanaan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan proses pembelajaran terhadappembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik belum sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

Rata-rata perolehan skor pengawasan proses pembelajaran terhadap pendidik di SD No 4 Kaliuntu adalah sebesar 79,4 dengan besar beda -20,6. Berarti besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari pengawasan proses pembelajaran adalah sebesar 20,6% dengan katagori sangat kecil (SK). 5) Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum 2013 Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, (1) P erencanaan Pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik diperoleh data bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi pendidik dalam menyusun perencanaan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut. a) Sering berubahnya

peraturan-peraturan terkait kurikulum sehingga guru seringkali merevisi perencanaan pembelajaran yang disusun sebelumnya, b) Sulitnya menentukan media pembelajaran yang tepat untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang terdapat dalam buku penunjang dari pemerintah, c) Tidak semua pendidik yang mengikuti pelatihan, khususnya dalam menyusun perencanaan, sehingga pendidik tidak dapat menyelesaikan perencanaan pembelajaran tepat waktu karena harus berlatih terlebih dahulu dengan pendidik lain yang telah memperoleh pelatihan, d) Sulitnya berkoordinasi dengan pendidik sekolah lain untuk mengumpulkan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dalam kegiatan KKG, sehingga perencanaan pembelajaran tidak dapat diselesaikan tepat waktu karena karus menyesuaikan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh pendidik dari sekolah lain dengan kondisi di SD No 4 Kaliuntu. (2) Pelaksanaan Pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik diperoleh data bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut. a) Kurangnya buku penunjang selain buku dari pemerintah, sedangkan materi pembelajaran yang terdapat pada buku tersebut belum lengkap (masih dangkal), b) Terbatasnya bahan-bahan atau sarana pendukung yang dibutuhkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum, c) Keterlambatan pendistribusian buku penunjang dari pemerintah sehingga

dapat menghambat pelaksanaan

pembelajaran serta menambah anggaran dana sekolah untuk mencetak buku secara mandiri untuk peserta didik. (3) Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik diperoleh data bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi pendidik dalam melaksanakanpenilaian hasil dan proses pembelajaran sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai

(9)

berikut. a) Kondisi kelas yang terlalu gemuk (jumlah siswa yang terlalu banyak), sehingga pelaksanaan penilaian tidak dapat berlangsung secara maksimal, b) Penilaian yang dilaksanakan sangat kompleks, sehingga pendidik memerlukan waktu yang banyak untuk melaksanakan penilaian serta harus adaftif dengan bentuk laporan hasil belajar peserta didik yang berubah dari kurikulum KTSP, c) Pendidik (wali kelas) mengalami kebingungan untuk mengajarkan ataupun melaksanakan ulangan materi

SBdP, dikarenakan pelaksanaan

pembelajaran SBdP di sekolah tersebut dilaksanakan oleh pendidik khusus pada setiap kelas. (4) Pengawasan Proses Pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala satuan pendidikan SD Laboratorium Undiksha diperoleh data bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi pendidik dalam melaksanakanpengawasan proses pembelajaran sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut. a) Sulitnya mengubah pemikiran pendidik, masih terdapat beberapa pendidik yang sudah merasa nyaman degan metode yang diterapkan sebelumnya, b) Waktu pelatihan yang terbatas dari dinas pendidikan dan kompetensi narasumber yang juga belum profesional dikarenakan Kurikulum 2013 ini tergolong masih baru sehingga kepala satuan pendidikan harus dengan sigap mencari info tentang pelaksanaan seminar atau workshop yang diadakan oleh instansi pendidikan lain.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan rumusan masalah diatas, Studi evaluasi tentang analisis diskrepansi pelaksanaan standar proses pada mata pelajaran tematik di SD No 4 Kaliuntu untuk mengetahui kesenjangan pelaksanaan pelaksanaan standar prosess di sekolah jika di bandingkan dengan standar acuan pada standar proses menurut permendikbud No 65 tahun 2013. Setelah semua tahapan evaluasi dilakukan akhirnya dapat ditarik beberapa kesimpulan. 1) Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65

Tahun 2013 ditinjau dari perencanaan pembelajaran adalah sebesar 15,0% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). 2) Besarnyak kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 13,1% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). 3) Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari penilaian hasil dan proses pembelajaran adalah sebesar 12,5% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). 4) Besarnya kesenjangan antara implementasi kurikulum 2013 di SD SD No 4 Kaliuntu dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 ditinjau dari pengawasan proses pembelajaran adalah sebesar 20,6% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). 5) kendala-kendala yang ditemukan dalam pengimplementasian pembelajaran dengan Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 di SD No 4 Kaliuntu meliputi: a) kendala perencanaan pembelajaran, antara lain: (1) sering berubahnya peraturan-peraturan terkait kurikulum; (2) sulitnya menentukan media pembelajaran yang tepat; (3) tidak meratanya pendidik yang mengikuti pelatihan; dan (4) sulitnya berkoordinasi dengan pendidik dalam kegiatan KKG. b) kendala pelaksanaan pembelajaran, antara lain: (1) kurangnya buku penunjang; (2) terbatasnya bahan-bahan atau sarana pendukung pembelajaran; (3) keterlambatan pendistribusian buku c) kendala penilaian hasil dan proses pembelajaran, antara lain: (1) kondisi kelas yang terlalu gemuk sehingga pelaksanaan penilaian tidak dapat berlangsung secara maksimal; (2) penilaian yang dilaksanakan sangat kompleks dan bentuk laporan hasil belajar peserta didik yang berubah dari kurikulum KTSP; d) kendala pengawasan proses pembelajaran, antara lain: (1) waktu pelatihan yang terbatas dari dinas pendidikan dan kompetensi narasumber yang juga belum profesional.

Hal-hal yang disarankan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai

(10)

berikut. 1) Pendidik hendaknya selalu adaftif terhadap perubahan yang ada dan meningkatkan kemampuannya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, baik melalui kegiatan pelatihan, KKG, maupun dengan memanfaatkan teknologi informasi. 2) Kepala satuan pendidikan dan pengawas satuan pendidikan hendaknya melaksanakan pengawasan terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik secara intesif, serta memberikan tindak lanjut terhadap hasil pengawasan baik berupa penghargaan kepada pendidik yang telah memenuhi standar maupun memberikan kesempatan bagi pendidik yang belum memenuhi standar untuk memperoleh bimbingan dan pelatihan lebih lanjut. 3) Penelitian tentang evaluasi terhadap implementasi pembelajaran hendaknya sering dilaksanakan sehingga dapat diketahui kesenjangan-kesenjangan ataupun komponen-komponen yang belum terlaksana dengan baik, sehingga dapat

diambil langkah perbaikan

terhadappelaksanaan pembelajaran yang belum memenuhi standar.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarsa,I Putu. 2011.Analissi Kesenjangan

Pelaksanaan Standar Proses dalam

Pembelajaran Matematika pada

Sekolah Standar Nasional (SSN) SMP Negeri di Kecamatan Negara Tahun Pelajaran 2010-2011. Tesis. Program

Studi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana: Undiksha.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.

Sukses Mengimplementasikan

Kurikulum 2013. Kata Pena.

Sudarma, I Made. 2011. Analisis Deskrepansi

Pelaksanaan Standar Proses Kelompok Mata Pelajaran IPTEK Pada SMA

Rintisan Bertaraf Internasional di

Kabupaten Klungkung Tahun

2010/2011. Tesis. Program Studi

Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana. Singaraja: Undiksha Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip

dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Undang-Undang No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gambar

Gambar  1.    Grafik  Hasil  Analisis  Diskrepansi  Pelaksanaan  Standar  Proses  (Sumber: peneliti)
Gambar  2.  Grafik  Hasil  Analisis  Diskrepansi  Variabel  Pembelajaran  Berdasarkan  Permendikbud  Nomor 65 Tahun 2013  (Sumber: Peneliti)   Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Program ini merupakan proyek percontohan yang diharapkan dapat mendemontrasikan pengelolaan terpadu padang lamun dan habitat lainnya yang terkait untuk mencegah

Ketidakpuasan terhadap citra tubuh juga terkait dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah akan apa yang dimiliki, sehingga individu dapat memiliki perasaan ketidakpuasan

level bawah (lower class) atau skala kecil, pedagang ini berjualan keliling kampung menggunakan rengkek yang terbuat dari bahan kayu sebagai media berjualan.

Latainer dalam Sutrisno (2011:87) mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan

Enam indikator tersebut adalah (1) perhatian siswa terhadap model pada saat membaca puisi, (2) keingintauan siswa terhadap keterampilan membaca puisi, (3)

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (Critical Succes Factor) Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kabupaten Agam. Pada Tahun 2016,

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka pokok permasalahan yang menjadi agenda besar dan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah mengimplementasikan solusi untuk permasalahan sistem persamaan kongruen dinamis dan melakukan uji coba untuk mengetahui kebenaran dan