• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh IRA ASHARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh IRA ASHARI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA FIKSI

PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh IRA ASHARI 105331118816

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : IRA ASHARI

Stambuk : 105331118816

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan merupakan jiplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Pernyataan,

(5)

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : IRA ASHARI

Stambuk : 105331118816

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi saya).

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Pernyataan,

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Pertumbuhan yang lambat bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan tidak tumbuh sama sekali”

PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa dan dukungan, serta memberikan motivasi untuk saya.

2. Kepada saudaraku yang selalu memberikan saya support untuk menyelesaikan skripsi

3. Teman-teman seangkatan saya yang tiada hentinya menyemangati saya dan mendorong saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

(7)

ABSTRAK

Ira Ashari. 2020. Penerapan Model pembelajaran Problem Based learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Sukri Syamsuri dan Pembimbing II Syamsul Alam.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar melalui metode Problem Based Learning. Penguunaan metode problem based learning diharapkan mampu mempermudah siswa dalam memahami materi dan mampu menulis teks cerita fiksi agar kemampuan siswa meningkat. Melalui metode problem based learning peningkatan dapat dilihat secara proses maupun hasil.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindak Kelas (PTK), Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Pelaksanaan penelitian ini terbagi dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui (1) tes, dan (2) observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Teknik analisis data dilakukan dengan Teknik deskriptif kualitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat dari adanya perubahan nilai yang lebih baik di setiap siklusnya. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari dua kriteria, yaitu proses dan hasil.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Pertama penggunaan metode problem based learning mampu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks cerita fiksi pada siswa. Hal ini ditunjukan pada peningkatan proses di aspek situasi belajar, siswa lebih focus dalam pembelajaran, siswa juga semakin aktif dalam berkelompok, dan pembelajaran menulis teks cerita fiksi menjadi lebih menyenangkan. Penggunaan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis karangan teks cerita fiksi. Secara keseluruhan pada siklus I hingga akhir siklus II semua askpek dan kriteria menulis teks cerita fiksi mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Problem Based Learning berhasil dan mampu meningkatkan keterampilan menulis teks cerita fiksi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar.

(8)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas X SMA Muhammadiyah Makassar.

Penulis sangat meyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayah saya Andi Palalloi dan Ibu saya Wiwik Yulistiawati yang telah membiayai saya, mendoakan, dan memberi dukungan kepada penulis

Terimakasih kepada Dr. H. Andi Syukri Syamsuri, M. Hum pembimbing I dan A. Syamsul Alam, S.Pd,. M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, pengarahan, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan lancar.

terimakasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memerikan izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian, Erwin Akib, S.Pd,. M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M,Pd Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar

(9)

yang telah mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi berjalan dengan lancar.

Serta Teriamakasih kepada sahabat, teman kelas dan orang spesial yang tiada hentinya memberikan semangat, mendorong penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih sangat benyak kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, Oktober 2020

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai hasil belajar bertujuan untuk memberikan fokus hasil belajar yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Kurikulum sebagai reproduksi kebudayaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan Pendidikan nasional dimana pemerintah menuntut para pendidik untuk membangun generasi yang mempunyai peradaban dan martabat yang tinggi, bertahan, berdaya saing, serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman (Yulaelawati, 2007: 33).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kontribusi besar dalam perkembangan potensi peserta didik. Peserta didik dalam kurikulum 2013 diharapkan aktif dan kreatif dengan menitikberatkan pada pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menemukan pemahakan atau pengetahuan tentang suatu konsep dengan langkah-langkah saintifik. Langkah-langkah saintifik yaitu memahami, menanya, mengumpulkan data, menganalisis data dan menganalisiskan konsep.

SMA Muhammadiyah 6 Makassar merupakan salah satu sekolah di makassar yang menerapkan kurikulum 2013 sejak diberlakukannya kurikulum 2013 pada tahun yang sama. Pada awal proses penerapan K13 ini, ada anggapan atau paradigma yang lahir dari peserta didik bahwa K13

(11)

merupakan momok yang menakutkan. Ada gambaran awal yang buruk dari peserta didik, hal ini terkait berita yang beredar di media. Seiring berjalannya waktu paradigma tersebut dapat ditepis dengan adanya keberhasilan dalam implementasi kurikulum 2013.

Kondisi kelas yang diharapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kondisi tersebut dapat terwujud dengan keberadaan tenaga pendidik yang mempunyai kualifikasi sebagai tenaga pendidik yang professional. Kualifikasi tersebut diharapkan dapat mengimplementasikan tujuan pendidik nasional dengan berbagai permasalahan yang ada.

Permasalahan yang banyak dijumpai lapangan terutama dalam mengajarkan materi-materi pembelajaran Bahasa Indonesia. Khusus di SMA Muhammadiyah 6 Makassar kelas X permasalahan yang dijumpai adalah pada saat peserta didik dihadapkan pada kompetensi dasar membedakan, menangkap makna, dan menyusun atau menulis. Ketiga KD pada setiap teks menurut data yang diperoleh dari salah satu pendidik, merupakan KD yang sulit ditaklukkan oleh peserta didik. Padahal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik harus menguasai semua kompetensi yang diajarkan. Peserta didik diwajibkan dapat menyusun atau menulis jenis teks cerita fiksi. Salah satu yang menjadi fokus dalam penelitian ini ialah mengenai kemampuan peserta didik dalam menyusun teks cerita fiksi.

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Apakah melalui metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis teks cerita fiksi siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 6 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan keterampilan menulis teks cerita fiksi pada kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diterima bahwa dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat Teoretis pada penelitian ini adalah memberikan wawasan yang luas dan nyata dalam dunia Pendidikan bahwa hasil belajar menulis cerita fiksi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar dapat ditingkatkan melalui metode problem based learning.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, membantu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode problem based learning.

(13)

mengenai metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa dan untuk menambah wawasan guru SMA Muhammadiyah 6 Makassar untuk melatih keaktifan belajar siswa.

c. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan untuk memperbaiki Bahasa Indonesia khususnya teks cerita fiksi serta perbandingan dalam peningkatan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning.

d. Bagi penulis, untuk mengetahui kelebihan penerapan Problem Based Learning mengenai teks cerita fiksi kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar, dan menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai penerapan Problem Based Learning ketika menjadi guru dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan.

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian yang sebelumnya. Peninjauan pada penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan sangat penting dilakukan untuk mengetahui revelansi antara peneliti sebelumnya dan yang akan dating. Relevansi yang dimaksud bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian ini sudah pernah dilakukan atau belum sehingga dapat melengkapi kekurangan peneliti yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

Beberapa penelitian mengenai pengemplementasian model pembelajaran Problem Based Learning telah dilakukan dengan hasil yang bervariatif, yakni penelitian yang dilakukan oleh:

a. Cici Ramayani dengan judul “Pengaruh model Problem Based Learning terhadap keterampilan menulis Karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 sungai limau”. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode PBL terhadap keterampilan menulis karangan eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungai Limau.

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Cici Ramayani adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungai Limau. Sedangkan, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Padang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Civi

(15)

Ramayani ialah variabelnya. Yaitu sama-sama menggunakan model PBL, dan keterampilan menulis eksposisi serta jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen.

b. Rozana, Syahrul, dan Basri (2018) judul “Kontribusi Motivasi Belajar dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Menulis Teks Eksposisi siswa SMA”. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa terdapat hubungan motivasi belajar dan penguasaan kosakata terhadap keterampilan menulis teks eksposisi.

c. Yulianingsih, Syahrul, dan Noveria (2018) dengan judul “Pengembangan LKS Materi Menulis Teks Eksposisi dengan Teknik Copy the Master kelas X SMK 1-2 Padang”. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS Materi Teks Eksposisi lebih efektif menggunaakan copy the master.

2. Kajian Teori

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan, pelajaran yakni bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.

(16)

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar. Apalagi bagi para guru Bahasa pada khususnya dan bagi para guru bidang studi pada umunya. Dalam tugasnya sehari-hari para guru Bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pembelajaran Bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa; yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan perkataan lain, agar para siswa mempunyai kompetensi Bahasa (language competence) yang baik.

Apabila seorang mempunyai kompetensi Bahasa yang baik, maka siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan lancer, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga diharapkan menjadi penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini, maka para guru berupaya sekuat daya harus menggunakan Bahasa dengan baik dan benar, agar siswa dapat meneladaninya.

Suatu kenyataan bahwa manusia menggunakan Bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita sebagai umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistic yang; di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan pihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang lancer, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak

(17)

maupun dari penyimak menjadi pembicara terjadi begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajah.

Oleh sebab itu, pengertian Bahasa ditinjau dari dua segi, yakni segi teknis dan segi praktis. Pengertian Bahasa secara teknis adalah seperangkat ujaran yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Secara praktis, Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa system lambing bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui bahwa Bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-bunyi Bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan sebenarnya bersistem atau memiliki keteraturan.

Dalam hal ini, istilah sistem bunyi hanya terdapat di dalam Bahasa lisan, sedangkan di dalam Bahasa tulis Bahasa sistem bunyi itu digambarkan dengan lambang-lambang tertentu yang disebut huruf. Dengan demikian, Bahasa selain dapat disebut sistem bunyi, juga disebut sistem lambang.

Dari pemaparan tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu proses perjalanan Panjang yang dilalui setiap siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia atau Bahasa kedua setelah Bahasa ibu. Adapun kompetensi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi menyimak, berbicara,

(18)

membaca dan menulis.

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antar daerah dan antar kebudayaan. Berikut ini merupakan fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:

1) Untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan mempercepat laju belajar daan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkaan gairah belajar siswa.

2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis, serta pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian perilaku.

4) Lebih menetapkan pengajaran, dengan jalan menongkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi, serta penyajian informasi dan data secara konkret.

(19)

5) Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6) Memungkinkan tujuan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan alat media massa.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Beberapa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

3) Memahami bahasa Indonesia serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan berbahasa serta bersastra sebagai khasanah budaya dan juga intelektual manusia Indonesia.

d. Pembelajaran Menulis

Pada dasarnya Bahasa memiliki empat kemampuan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dimana pada setiap orang

(20)

tidak bias diharuskan untuk menguasai keempat kemampuan sebab, manusia mempunyai titik lemah pada dirinya. Missal saja seseorang yang pandai berbicara sedangkan kemampuan menulisnya nol. Ia hanya bias melisankan langsung apa yang dibicarakannya. Ketika disodori kertas satu katapun tak mampu ia tulis. Sebaliknya, orang yang menulis ketika berbicara ia terbata-bata bahkan gugup sekalipun. Hal ini menandakan setiap manusia tak mampu menguasai keseluruhan. Namun dalam sebuah program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Kita dituntut untuk mengetahui lebih dalam meski tak diharuskan untuk menguasai.

Dalam keterampilan menulis, hal yang paling utama harus kita miliki adalah kemauan. Jika seandainya kita tidak memiliki kemauan untuk menulis maka tak akan sukses sebuah tulisan. Seorang yang memiliki kemampuan menulisnya terbatas namun jika kemauannya tinggi. Ada kemungkinan ia akan menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Sebaliknya seorang yang mempunyai kemampuan menulisnya tinggi. Sedang ia enggan menuliskan maka buruk kemungkinan ia hanya menyimpan telur kosong. Maka dari itu akan baiknya kita memiliki kemauan menulis dan mengetahui teorinya lebih dalam. Siapa tahu besok, lusa atau kapan pun kita akan menjadi penulis. Jika pun tidak, kita bias mengajarkan cara menulis yang baik kepada anak didik. e. Pengertian Menulis

(21)

dari apa yang didengar dan apa yang dilihat berdasarkan pengalaman pribadi atau melalui pengalaman orang lain dengan menggunakan bahasa tulis dan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Hal itu sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 3) bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kegiatan komunikasi itu dikatakan tidak langsung karena media yang digunakan dalam kegiatan menulis adalah tulisan. Hal ini memungkinkan tidak terjadi kontak secara langsung antara pembaca dan penulis, namun proses komunikasi antara penulis dan pembaca tetaplah terjadi. Di samping itu Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang mengungkapkan suatu perasaan dengan bahasa yang dipahami oleh sesorang.

f. Jenis-jenis Menulis

Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasaarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua meghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.

(22)

1) Eksposisi

Eksposisi biasa disebut juga pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang.

2) Deskripsi

Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, susasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat „melihat‟ apa yang dilihatnya, dapat „mendengar‟ apa yang didengarnya „merasakan‟ apa yang dirasakannya, srta sampai kepada kesimpulan yang sama dengannya.

3) Narasi (kisahan)

Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

4) Argumentasi

Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca.

5) Persuasi

(23)

ataupun berdaya imbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti imbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis.

g. Tahap-tahap Menulis

1) Dari kasar di sini dimulai menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan. Pusatkan pada isi daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Ingat untuk menunjukkan bukan memberitahukan saat menulis.

2) Berbagi: sebagai penulis kita sangat dekat dengan tulisan kita sehingga sulit bagi kita untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan. Oleh sebab itu perlu meminta orang lain untuk membaca dan memberikan umpan balik. Mintalah seorang teman membacanya dan mengatakan bagian mana yang benar-benar kuat dan menunjukkan ketidakkonsistenan, kalimat yang tidak jelas, atau transisi yang lemah. Inilah bebearapa petunjuk untuk berbagi.

3) Perbaikan (revisi); setelah mendapat umpan balik dari teman tentang mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi, ulangi dan perbaikilah. Ingat bahwa penulis adalah tauan dari tulisan anda jadi andalah yang membuat umpan balik itu. Maafkanlah umpan balik yang dianngap membantu. Ingat tujuan menulis membuat sebaik mungkin.

(24)

otak kini melangkah masuk pada tahap ini, perbaikilah semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Pastikanlah semua transisi berjalan mulus, penggunaan kata kerja tepat, dan kalimat-kalimat lengakap.

5) Penulisan kembali; tulis kembali tulisan anda, masukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingkan.

6) Evaluasi; periksalah kembali untuk memastikan bahwa anda telah menyelesaikan apa yang anda rencanakan dan apa yang ingin anda sampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang terus berlangsung tahap ini menandai akhir.

h. Fungsi Menulis

Kegiatan menulis memiliki banyak fungsi bagi para pelakunya. Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca (Nurgiyantoro dalam Radhika (2014: 14). Darmadi dalam sumber yang sama (2014: 14) menyebutkan ada 7 (tujuh) fungsi menulis yaitu: a) kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu; b) kegiatan menulis dapat menemukan ide baru; c) kegiatan menulis dapat melatih, mengorganisasikan, dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki; d) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memproses informasi; e) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang; f) kegiatan menulis akan

(25)

melatih kita untuk memecahkan beberapa masalah sekaligus; g) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Menurut Tarigan (dalam Radhika, 2014: 14), fungsi menulis sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Sedangkan Dalman dalam buku yang sama (2014: 14) berpendapat bahwa fungsi menulis diantaranya adalah: 1) peningkatan kecerdasan, 2) pengembangan daya inisiatif dan kreatif, 3) penumbuhan keberanian, dan 4) pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Menurut Enre (Radhika, 2014: 14), fungsi menulis adalah sebagai berikut.

1) Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik merangsang pemikiran kita mengenai topik tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar. 2) Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang

pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian dan menarik perasaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya kita tidak mulai menulis.

3) Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri.

4) Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi.

(26)

5) Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. 6) Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan

memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga ia dapat diuji.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis selain sebagai alat komunikasi tidak langsung, menulis juga berfungsi sebagai alat pengembangan kecerdasan dan alat untuk menghasilkan ide-ide baru. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya.

Menurut Adelstein & Pival (dalam Radhika, 2014: 15), ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut.

1) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis mempergunakan nada yang serasi.

2) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh. 3) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk

menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak usah payah-payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat.

(27)

menulis secara meyakinkan.

5) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. 6) Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah

atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan kepada para pembaca.

i. Problem Based Learning

Menurut Kamdi (2007: 77), “Problem Based Learning (PBL) merupakan model kurikulum yang berhubungan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus autentik yang berhubungan dengan kontek social siswa, kedua masalah harus berakar pada materi subjek dari kurikulum”. Terdapat tiga ciri utama dari model Problem Based Learning (PBL).

Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model problem based learning (PBL) siswa menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

(28)

Problem based learning ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa berlangsung. Ketiga, pemecahan masalah menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Menurut Nurhadi (2004: 65) “Problem based learning adalah kegiatan interaksi antara stimulus atau respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang siswa untuk belajar. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar, bekerja secara berkelompok, untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pembelajaran yang dimaksud.

Berdasarkan uraian mengenal PBL diatas, dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut siswa akan

(29)

mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan baru yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

j. Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)

1) Fase 1: Orientasi siswa pada masalah, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan penting yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2) Fase 2: mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

k. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Rohman (2011: 189) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari pembelajaran problem basedlearning, yaitu:

1) Untuk mendrong kerjasama penyelesaian tugas antar siswa.

2) Memiliki elemen-elemen belajar mengajar sehingga mendorong tingkah laku pengamatan siswa dan dialog dengan lainnya.

3) Melibatkan siswa dan menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka memahami dan menjelaskan fenomena dunia nyata.

4) Melibatkan ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga hasilnya bisa lebih lama diingat oleh siswa.

(30)

yang menarik untuk dipecahkan bukan suatu yang harus dihindari. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dilingkungan sekolah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan yang lainnya yakni mendorong peningkatan hasil belajar pada siswa menjadi lebih baik. Oleh sebab itu sangat diperlukan guru pembimbing dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah yang sedang terjadi maupun yang belum terjadi untuk dipecahkan alternative dan solusinya.

l. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Problem Based Learning (PBL) 1) Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

Sudrajat (2011) mengemukakan beberapa keunggulan dari model problem based learning ini, yaitu:

a) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

c) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.

d) Siswa dapat merasakan manfaat dari pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari.

(31)

aspirasi dan menerima pendapat dari orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa.

f) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan siswa dapat diharapkan. Selain itu, problem based learning (PBL) diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual, maupun secara berkelompok.

2) Kekurangan Model Problem Based Learning

Selain memiliki kelebihan, problem based learning (PBL) juga memiliki kekurangan diantaranya persiapan pembelajar (alat, problem dan konsep) yang kompleks, sulitnya mencari permasalahan yang relevan, sering terjadi mis konsepsi, dan memerlukan waktu yang cukup Panjang (Edriani,2011).

B. Kerangka Pikir

Aspek-aspek keterampilan Bahasa saling berkaitan satu sama lain ada pembelajaran Bahasa Indonesia, seperti kerangka pikir yang penulis buat dalam penelitian ini yaitu, pembelajaran Bahasa indonesia kelas keterampilan menulis dengan menggunakan media gambar pada siswa SMA Muhammadiyah 6 Makassar yang berfokus pada aspek keterampilan menulis, dengan menggunakan media gambar yang digunakan dalam pembelajaran yang terbagi atas perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi kemudian penulis menemukan hasil. Bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa

(32)

dalan menyimak.

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Menulis Teks Cerita Fiksi

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam

Menulis Teks Cerita Fiksi

Analisis

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindak kelas yang pelaksanaanya bersiklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu: pelaksanaan tindakan, obervasi dan evaluasi, refleksi, secara berulang sampai target yang diharapkan dapat tercapai.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 6 Makassar pada kelas X semester 1 tahun ajaran 2020/2021. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar dengan jumlah siswa 25 orang.

C. Faktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor proses yakni keterlaksanaan proses belajar mengajar sesuai media gambar antara lain keaktifan siswa, interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa.

2. Faktor hasil yaitu untuk melihat hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menyimak setelah diadakan tes untuk mengetahui respon siswa telah diterapkannya model problem based learning.

3. Responsitas siswa yaitu siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum dipahami, siswa yang mampu menjawab pertanyaan lisan guru.

4. Menyelesaikan tugas, siswa yang meminta bantuan saat bekerja, dan yang

(34)

melakukan kegiatan lain saat bekerja.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus 1 dimulai dengan perencanaan pembelajaran sesuai dengan identifikasi masalah yang dilakukan oleh peneliti bersama guru untuk mengajar di kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Perencanaan pembelajaran dibuat, selanjutnya dilaksanakan di kelas, selama pelaksanaan pembelajaran, dievaluasi atau direvleksi untuk menemukan kelemahan selama melaksanakan siklus 1 yang selanjutnya dijadikan pertimbangan pada perencanaan siklus II. Pelaksanaa siklus II pada dasarnya sama dengan siklus 1. Secara lebih rinci prosedur yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : 3.1 Alur dan Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan SIKLUS 1 Refleksi Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan SIKLUS II Refleksi Pengamatan Pelaporan Hasil PERENCANAAN

(35)

Perencanaan tindakan berdasarkan model di atas, maka prosedur kerja penelitian adalah sebagai berikut:

Siklus pertama diadakan dalam kurun waktu satu kali pertemuan. Pertemuan dilakukan diberi tindakan atas dasar rencana yang dipersiapkan sebelumnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Berikut uraiannya.

a) Perencanaan

Tahap ini adalah tahap menentukan materi dan media penelitian, kemudian dirangkum dalam RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dengabn memperhatikan silabus. Materi berupa sebuah menyimak berita kelas X dan Teknik yang digunakan adalah model problem based learning. Pada siklus pertama, guru menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang telah disediakan sebelumnya.

b) Pelaksanaan tindakan

Sesuai dengan RPP, guru mengajarkan materi menyimak berita dengan metode kooperatif learning, dengan rincian sebagai berikut:

1) Guru memberikan tes awal untuk mengetahui kondisi siswa 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 3) Guru menyampaikan materi mengenai kemampuan menyimak berita c) Pengamatan Observasi

Selama pelaksanaan tindakan peneliti melakukan pengamatan dan observasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan untuk refleksi siklus berikutnya.

(36)

d) Refleksi.

Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi terkait penelitian yang akan dilakukan.

1. Siklus II

Sama seperti siklus I, siklus II diadakan dalam jangka waktu satu kali pertemuan, dengan tindakan yang telah dipersiapkan sebelumnya (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

a) Perencanaan Tindakan

Mengacu pada siklus I, materinya adalah kemampuan menyimak melalui model based learning.

b) Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah siklus II adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pelaksanaan tindakan yang ingin dilakukan serta menjelaskan cara menulis teks cerita fiksi.

2) Guru memberikan tes untuk mengetahui perkembangan siswa. 3) Guru menyampaikan materi menyimak berita.

4) Guru menerapkan model based learning. 5) Hasil kerja dikumpulkan kepada guru. 6) Peneliti memeriksa perkembangan siswa. c) Pengamatan dan Observasi

(37)

pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati perbandingan siklus I dengan siklus II.

d) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi mengenai proses, masalah, dan kedala selama penelitian. Guru memberi saran dan tanggapan kepada peneliti mengenai tindakan yang telah dilaksanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data-data yang akan diperoleh meliputi : 1. Identitas siswa ( jumlah siswa)

2. Hasil tugas siklus I 3. Hasil tugas siklus II 4. Aitem refleksi

a. Tanggapan guru b. Tanggapan siswa

c. Yang menjadi tujuan penelitian disetiap siklus

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keaktifan belajar siswa yang diketahui dari hasil pengamatan aktivitas siswa di kelas dan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik presentase aktif belajaar siswa.

(38)

adalah membandingkan hasil penelitian siklus I dan siklus II yaitu untuk mengetahui hasil dari presentasi yang diperoleh pada indikator keberhasilan dan kekurang berhasilan dalam setiap siklus. Indikator yang belum berhasil tercapai diperbaiki disiklus berikutnya. Sehingga kekurangan-kekurangan yang telah diperbaiki pada siklus berikutnya dapat meningkatkan keterampilan menulis teks cerita fiksi melalui penerapan media gambar pada peserta didik.

G. Indikator Keberhasilan

Pemahaman teks cerita fabel siswa berdasarkan teks siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas di siklus I ke siklus II dengan kriteria 75% dari total siswa dalam kelas.

Presentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus berikutnya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75. A. Indikator Keberhasilan

Pemahaman teks cerita fabel siswa berdasarkan teks siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas di siklus I ke siklus II dengan kriteria 75% dari total siswa dalam kelas.

Presentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus berikutnya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75.

BAB IV

(39)

A. Hasil Penelitian

Hal yang menjadi inti pengamatan dalam PTK ini, yaitu : 1) Keterampilan menulis (menyusun) fabel dengan menggunakan model problem based learning 2) Peranan guru di dalam kelas selama tindakan berlangsung.

Pada pelaksanaan tindakan setiap siklus, utamanya pada siklus n (pra siklus) hasil pengamatan observer terhadap kemampuan menulis teks cerita fabel peserta didik dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran dengan menggunakan media gambar masih tergolong rendah. Hal ini didasarkan pada pengamatan pada saat proses pembelajaran dan hasil menulis teks cerita fabel. Hasil observasi proses pembelajaran setiap indicator keberhasilan seperti : 1) Peserta didik masih kurang mengetahui tujuan kegiatan, 2) Bekerja tanpa kenal lelah oleh peserta didik masih rendah, 3) Peserta didik kirang tabah, ulet dan mampu menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 4) Peserta didik belum tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, 5) Pengabdian dan pengorbanan dalam menjalankan tugas masih kurang, 6) prestasi peserta didik dalam pekerjaan masih rendah. Secara detail hasil penelitian akan diuraikan berdasarkan pelaksanaan tindakan setiap siklus, dari siklus n (pra siklus) ke siklus I sampai siklus II.

1. Prasiklus

(40)

awal siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita fiksi/cerita khayalan belaka (fabel) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar belum menggunakan media gambar. Dalam tahap ini, siswa diminta bebas menulis teks cerita fiksi /cerita hayaln belaka (fabel) berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil teks yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks cerita fiksi/cerita hayalan (fabel) siswa kelas X pada tahap prasiklus masih rendah skor yang didapat siswa setiap aspeknya masih kurang. Nilai rata-rata yang didapat siswa juga masih kurang dan masih masuk kategori kurang. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Belajar Peserta Didik

No Nama Nilai Nilai

Konversi Kriteria Tuntas Tidak 1 A. Hafiz Muhtazar 68 2,7 √ 2 Acha Destriasa 60 2.4 √ 3 Alysa Mustika 68 2,7 √ 4 Dewi Sartika 60 2.4 √

5 Hasrab Maulana Akbar 60 2.4 √

6 Ilham 65 2,6 √

7 Irgi Firansyah 70 2,8 √

8 M. Fahreza 70 2,8 √

9 M. Haikal Ramadhan 60 2.4 √

10 Muh Fikram 65 2,6 √

11 Muhammad Adika Raya 60 2.4 √

12 Muhammad Arif 68 2,7 √

13 Muhammad Yusuf Abu Narwan 63 2.5 √

14 Mujahidin 63 2,5 √

15 Nirwana 65 2,6 √

16 Ryan Anugrah Amir 60 2.4 √

17 Suci Maharani 63 2.5 √

18 Tri Sutrisno 80 3.2 √

19 Selpiani 78 3.1 √

20 Muh. Fadly R 78 3.1 √

(41)

22 Muh. Firman 68 2,8 √

23 Rahmat Afrian 63 2.5 √

24 Farhana Husain Al-Jufry 68 3.2 √

25 Nurwahyuni Abd. Sani 70 2,7 √

Rerata 66,1

Jumlah peserta didik yang tuntas 3 (12 %) Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 22 (88 %) Presentasi keberhasilan klasikal 12 %

Untuk lebih jelasnya data hasil keterampilan peserta didik dalam menyusun teks cerita fabel pada tabel 4.1 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik

No

Jumlah Peserta

Didik Presentase

Rentang

Nilai Kriteria Tuntas/Tidak

1 0 0 % 3,85 - 4,00 A+ Tuntas 2 0 0 % 3,51 - 3,84 A Tuntas 3 0 0 % 3,18 - 3,50 A- Tuntas 4 3 12 % 2,85 - 3,17 B+ Tuntas 5 11 44 % 2,51 - 2,84 B Tidak Tuntas 6 11 44 % 2,18 - 2,50 B- Tidak Tuntas 7 0 0 % 1,85 - 2,17 C+ 8 0 0 % 1,51 - 1,84 C 9 0 0 % 1,18 - 1,50 C- 10 0 0 % 1,00 - 1,17 D

Pada tabel 4.2 di atas, nampak bahwa kriteria baik B+ memperoleh persentase (12%) atau 3 peserta didik, B memperoleh persentase (44% ) atau 11 peserta didik, dan 11 peserta didik (44 %) memperoleh kriteria B- atau tidak tuntas.

Selanjutnya data hasil peserta didik dikonversi menjadi Persentase Keberhasilan Klasikal ( PKK ) dengan rumus sebagai berikut:

PKK = Jumlah peserta didik yang berhasil (tuntas) X 100 Jumlah semua peserta didik yang dikenai Tindakan

(42)

PKK = 3 x 100 25

PKK = 12

Berdasarkan perhitungan di atas maka keberhasilan secara klasikal pada Prasiklus adalah 12 %, Hal ini berarti bahwa pembelajaran menulis teks berita pada Prasiklus secara klasikal belum berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual sebesar 75%. Oleh karena itu tindakan perlu dilanjutkan pada Siklus I.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks cerita fiksi/cerita hayalan belaka (fabel) disebabkan karena banyak faktor, salah satunya yaitu dalam proses pembelajaran sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru sehingga ketika diminta membuat teks cerita fiksi/cerita hayalan belaka (fabel) mereka mengalami kesulitan. Selain itu, guru juga belum maksimal menggunakan media pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana disekolah. Guru hanya menggunakan buku paket dan LKS selama proses pembelajaran, tanpa menggunakan media pembelajaran lainnya sehingga siswa kurang terbantu ketika menulis teks cerita fiksi/cerita hayalan belaka (fabel).

2. Siklus Pertama

(43)

terhadap aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran kemampuan menyusun teks cerita fabel dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung 3 x 40 menit. Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan format obesrvasi peserta didik yang telah disediakan sebelumnya. Gambaran proses pelaksanaan setiap pertemuan pada siklus I diuraikan seperti berikut ini.

a. Aktivitas Belajar Peserta Didik

Aktivitas belajar peserta didik yang diamati didasarkan pada kegiatan pembelajaran menyusun teks cerita fabel dengan menggunakan media gambar yang meliputi delapan aspek. Delapan aspek tersebut, yaitu: (1) Memperhatikan penjelasan guru, (2) terlibat aktif dalam pembelajaran, (3)mengajukan pertanyaan, (4) menjawab pertanyaan, (5) mencatat materi pembelajaran, (6) memanfaatkan sumber belajar (7) mengerjakan tugas yang diberikan guru, (8) mengikuti prlajaran sampai selesai.

Tabel 4.3 Aktivitas belajar peserta didik

No Aspek yang diamati

Penilaian SB

(4) (3) B (2) C (1) K 1. Perhatian peserta didik terhadap materi.

2. Perhatian peserta didik terhadap media

pembelajaran.

3. Minat peserta didik dalam menerima

pembelajaran.

4. Partisipasi dan keaktifan peserta didik dalam menjawab dan menyampaikan pertanyaan.

(44)

SB : Sangat Baik B : Baik

C : Cukup K : Kurang

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 4 aspek yang di amati terdapat 2 aspek (50%) yaitu minat peserta didik dalam menerima pembelajaran dan perhatian peserta didik terhadap materi memperoleh kriteria baik dan 2 aspek yang diamati (50%) yaitu, perhatian peserta didik terhadap media dan partisipasi serta keaktifan peserta didik terhadap dalam menjawab dan menyampaikan pernyataan memperoleh kriteria cukup. Data ini merupakan bukti bahwa sebagian peserta didik belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan media gambar.

b. Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan pengamatan pada siklus I diketahui bahwa sebagian besar peserta didik perlu diberi dorongan untuk meningkatkan keterampilan berpendapat secara sistimatis, logis, terstruktur dan jelas.

Hasil aktivitas peserta didik dalam menyusun teks cerita fabel sesuai dengan indikator keberhasilan KD menentukan topik/judul teks cerita fabel, menyusun struktur/kerangka teks cerita fabel, mengembangkan kerangka teks menjadi teks ceritafabel yang utuh hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Hasil Belajar Peserta Didik

No Nama Nilai Nilai

Konversi

Kriteria Tunta Tida

(45)

s k

1 A. Hafiz Muhtazar 78 3.1 √

2 Acha Destriasa 65 2.6 √

3 Alysa Mustika 78 3.1 √

4 Dewi Sartika 65 2.6 √

5 Harsab Maulana Akbar 65 2.6 √

6 Ilham 75 3 √

7 Irgi Firansyah 85 3.4 √

8 M. Fahreza 80 3.2 √

9 M. Haikal Ramdhan 65 2.6 √

10 Muh. Fikram 80 3.2 √

11 Muhammad Adika Raya 65 2.6 √

12 Muhammad Arif 78 3,1 √

13 Muhammad Yusuf Abu Narwan 65 2.6 √

14 Mujahidin 80 3.2 √

15 Nirwana 75 3 √

16 Ryan Anugrah Amir 65 2.6 √

17 Suci Maharani 65 2.6 √

18 Tri Sutrisno 90 3.6 √

19 Tri Widya Astuti 85 3.4 √

20 Muh. Fadly R 90 3.6 √

21 Aslam Hanif Witanto 65 2.6 √

22 Muh. Firman 78 3.1 √

23 Rahmat Afrian 65 2.6 √

24 Farhana Husain Al-Jufry 80 3.2 √

25 Nurwahyuni Abd. Sani 78 3.1 √

Rerata 71,4

Jumlah peserta didik yang tuntas 15 (60 %) Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 10 (40 %) Presentasi keberhasilan klasikal 60 %

Untuk lebih jelasnya data hasil keterampilan peserta didik dalam menyusun teks cerita fabel pada tabel 4.5 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik

No Jumlah Peserta Didik Presentas e Rentang

Nilai Kriteria Tuntas/Tidak

1 0 0 % 3,85 - 4,00 A+ Tuntas

2 2 8% 3,51 - 3,84 A Tuntas

(46)

4 7 28 % 2,85 - 3,17 B+ Tuntas 5 10 40% 2,51 - 2,84 B Tidak Tuntas 6 0 0 % 2,18 - 2,50 B- 7 0 0 % 1,85 - 2,17 C+ 8 0 0 % 1,51 - 1,84 C 9 0 0 % 1,18 - 1,50 C- 10 0 0 % 1,00 - 1,17 D

Pada tabel 4.6 di atas, nampak bahwa kriteria sangat baik A memperoleh persentase (8%) atau 2 peserta didik, A- memperoleh persentase (24%) atau 6peserta didik, 7 peserta didik dengan kriteria B+ memperoleh persentase 28% dan 10 peserta didik (40 %) memperoleh kriteria B- atau tidak tuntas.

Selanjutnya data hasil peserta didik dikonversi menjadi Persentase Keberhasilan Klasikal ( PKK ) dengan rumus sebagai berikut:

PKK = Jumlah peserta didik yang berhasil (tuntas) X 100 Jumlah semua peserta didik yang dikenai tindakan PKK = 15 x 100

25 PKK = 60

Berdasarkan perhitungan di atas maka keberhasilan secara klasikal pada siklus I adalah 60 %, Hal ini berarti bahwa pembelajaran menulis teks berita pada siklus I secara klasikal belum berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual sebesar 75% oleh karena itu tindakan perlu dilanjutkan pada siklus II.

3. Hasil Siklus Kedua

(47)

I masih belum memuaskan dan serta belum mencapai indicator keberhasilan yang ditentukan. Tindakan siklus II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada siklus 1 dan berupaya untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita fabel, sehingga dapat mencapai target yang ditentukan.

Pada siklus II ini penelitian dilakukan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. pada siklus ini dilakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita fabel dari kategori baik (B) menjadi kategori lebih baik (B+). Meningkatnya nilau teks ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku peserta didik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar siklus II di SMA Muhammadiyah 6 Makassar dilaksanakan pada September 2020 dengan subjek peserta didik kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 dan alokasi waktu 3x 40 menit (3 jam pelajaran) tiap pertemuan.

a. Aktifitas belajar peserta didik

Hasil aktifitas peserta didik yang diamati didasarkan pada kegiatan pembelajaran menyusun teks observasi dengan model pembelajaran berbasis proyek yang meliputi depan aspek. Delapan aspek tersebut, yaitu : (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) terlibat aktif dalam pembelajaran, (3) mengajukan pertanyaan, (4) menjawab pertanyaan, (5) mencatat materi pembelajaran, (6) memanfaatkan

(48)

sumber belajar, (7) mengerjakan tugas yang diberikan guru, (8) mengikuti pelajaran sampai selesai.

Tabel 4.7 Aktivitas Belajar Peserta Didik

No Aspek yang diamati

Penilaian SB (4) B (3) C (2) K (1) 1. Perhatian peserta didik terhadap

materi.

2. Perhatian peserta didik terhadap

media pembelajaran.

3. Minat peserta didik dalam menerima pembelajaran. 4. Partisipasi dan keaktifan peserta

didik dalam menjawab dan menyampaikan pertanyaan. Keterangan : SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 4 aspek yang di amati terdapat 2 aspek (50%) yaitu minat peserta didik dalam menerima pembelajaran dan perhatian peserta didik terhadap materi memperoleh kriteria sangat baik dan 2 aspek yang diamati (50%) yaitu, perhatian peserta didik terhadap media dan partisipasi serta keaktifan peserta didik terhadap dalam menjawab dan menyampaikan pernyataan memperoleh kriteria baik. Data ini merupakan bukti bahwa sebagian peserta didik belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan media gambar.

(49)

Berdasarkan penilaian pada siklus II diketahui bahwa sebagian besar peserta didik sudah memperlihatkan kemampuannya, hal tersebut keterampilan berpendapat secara sistimatis, logis, terstruktur dan jelas.

Hasil aktivitas peserta didik dalam menyusun teks cerita fabel sesuai dengan indikator keberhasilan KD menentukan topik/judul teks cerita fabel, menyusun struktur/kerangka teks cerita fabel, mengembangkan kerangka teks menjadi teks cerita fabel yang utuh hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.9 Hasil Belajar

No Nama Nilai Nilai

Konversi Kriteria Tuntas Tidak 1 A. Hafiz Muhtazar 80 3.2 √ 2 Acha Destriasa 65 2.6 √ 3 Alysa Mustika 80 3.2 √ 4 Dewi Sartika 80 3.2 √

5 Harsab Maulana Akbar 90 3.6 √

6 Ilham 80 3 √

7 Irgi Firansyah 90 3.2 √

8 M. Haikal Ramdhan 85 3.4 √

9 Muh. Fikram 78 3.12 √

10 Muhammad Adika Raya 75 3 √

11 Muhammad Arif 75 3 √

12 M. Fahreza 78 3,12 √

13 Muhammad Yusuf Abu Narwan 75 3 √

14 Mujahidin 80 3.2 √

15 Nirwana 85 3.8 √

16 Ryan Anugrah Amir 78 3.12 √

17 Suci Maharani 65 2.6 √

18 Tri Sutrisno 95 3.8 √

19 Tri Widya Astuti 85 3.4 √

20 Muh. Fadly R 90 3.6 √

21 Aslam Hanif Witanto 78 3.12 √

22 Muh. Firman 78 3.12 √

(50)

24 Farhana Husain Al-Jufry 85 3.4 √

25 Nurwahyuni Abd. Sani 80 3.2 √

Rerata 80,2

Jumlah peserta didik yang tuntas 23 (92 %) Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 2 (8 %) Presentasi keberhasilan klasikal 92 %

Untuk lebih jelasnya data hasil keterampilan peserta didik dalam menyusun teks cerita fabel pada tabel 4.9 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta

No Jumlah Peserta Didik Presentase Rentang Nilai Kriteria Tuntas/Tidak 1 0 0% 3,85 - 4,00 A+ Tuntas 2 4 16 % 3,51 - 3,84 A Tuntas 3 9 36 % 3,18 - 3,50 A- Tuntas 4 10 40% 2,85 - 3,17 B+ Tuntas 5 2 8 % 2,51 - 2,84 B Tidak Tuntas 6 0 0 % 2,18 - 2,50 B- 7 0 0 % 1,85 - 2,17 C+ 8 0 0 % 1,51 - 1,84 C 9 0 0 % 1,18 - 1,50 C- 10 0 0 % 1,00 - 1,17 D

Pada tabel di 4.10 di atas, nampak bahwa kriteria sangat baik A memperoleh persentase (16% ) atau 4 peserta didik, 9 peserta didik dengan kriteria A- memperoleh persentase 36 %, 10 peserta didik (40 %) memperoleh kriteria B+ dan 2 peserta didik memperoleh kriteria B dengan persentase 8, %.

Selanjutnya data hasil peserta didik dikonversi menjadi Persentase Keberhasilan Klasikal ( PKK ) dengan rumus sebagai berikut:

(51)

PKK = Jumlah peserta didik yang berhasil (tuntas) X 100 Jumlah semua peserta didik yang dikenai tindakan PKK = 23 x 100

25 PKK = 92 %

Berdasarkan perhitungan di atas maka keberhasilan secara klasikal pada siklus II adalah 92. Hal ini berarti bahwa pembelajaran menyusun teks cerita fabel pada siklus II secara klasikal telah berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual diatas 75% . B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Siklus II dilakukan sebagai pelaksanaan tindakan yang merupakan perbaikan pembelajaran dari siklus I. Berikut ini disajikan paparan peningkatan kemampuan menyusun teks cerita fabel:

Tabel 4.11 Nilai Kemampuan Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No Rentang Nilai Frekuen Persentase Siklus 1 Kriteria Frekuen Persentase Siklus 2 Kriteria 1 3,85- 4,00 0 0 % A+ 0 0 % A+ 2 3,51- 3,84 2 8 % A 4 16 % A 3 3,18- 3,50 6 24 % A- 9 36 % A- 4 2,85- 3,17 7 28 % B+ 10 40 % B+ 5 2,51- 2,84 10 40 % B 2 8 % B 6 2,18- 2,50 0 0 % B- 0 0 % B- 7 1,85- 2,17 0 0 % C+ 0 0 % C+ 8 1,51- 0 0 % C 0 0 % C

(52)

1,84 9 1,18- 1,50 0 0 % C- 0 0 % C- 10 1,00- 1,17 0 0 % D 0 0 % D Jumlah 25 100% 25 100%

Hasil pembelajaran menyusun teks cerita fabel dengan menggunakan media gambar mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I kriteria sangat baik A memperoleh persentase (8%) atau 2 peserta didik, A- memperoleh persentase (24 % ) atau 6 peserta didik, 7 peserta didik memperoleh persentase 28 % dengan criteria B+ dan 10 peserta didik (40 %) memperoleh kriteria B atau tidak tuntas. Selanjutnya data hasil peserta didik dikonversi menjadi Persentase Keberhasilan Klasikal ( PKK ) dengan rumus sebagai berikut:

PKK = Jumlah peserta didik yang berhasil X 100 Jumlah semua peserta didik yang dikenai tindakan PKK = 15 x 100

25 PKK = 60

Berdasarkan perhitungan di atas maka keberhasilan secara klasikal pada siklus I adalah 60%. Hal ini berarti bahwa pembelajaran menyusun teks cerita fabel pada siklus I secara klasikal belum berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual sebesar 75% oleh karena itu tindakan perlu dilanjutkan pada siklus II.

Pada siklus II nampak bahwa kriteria sangat baik A memperoleh persentase (16 %) atau 4 peserta didik, , 9 peserta didik dengan kriteria A- memperoleh persentase 36 %, 10 peserta didik (40 %) memperoleh kriteria B+ dan 2 peserta didik memperoleh kriteria B dengan persentase 8 %. dari

(53)

data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik telah tuntas dalam menyusun teks cerita fabel.

Selanjutnya data hasil peserta didik dikonversi menjadi Persentase Keberhasilan Klasikal ( PKK ) dengan rumus sebagai berikut:

PKK = Jumlah peserta didik yang berhasil (tuntas) X 100 Jumlah semua peserta didik yang dikenai tindakan PKK = 23 x 100

25 PKK = 92 %

Berdasarkan perhitungan di atas maka keberhasilan secara klasikal pada siklus II adalah 92%. Hal ini berarti bahwa pembelajaran menyusun teks cerita fabel pada siklus II secara klasikal telah berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual diatas 75% sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas persentase ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun teks cerita fabel pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar

(54)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dan hasil pembelajaran menyusun teks cerita fabel, penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita fabel peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyusun teks cerita fabel dengan menggunakan media gambar pada peserta didik kelas X SMA Mumahhadiyah 6 Makassar terlaksana dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut terbukti dengan melihat hasil observasi kegiatan siswa dan penilaian observer yang mengamati proses kegiatan belajar mengajar disetiap siklus.

Pada siklus I hasil pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita fabel dengan menggunakan media gambar pada peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 6 Makassar menunjukkan kriteria sangat baik A memperoleh persentase (8%) atau 2 peserta didik, A- memperoleh persentase (24%) atau 6 peserta didik, 7 peserta didik dengan kriteria B+ memperoleh persentase 28% dan 10 peserta didik (40%) memperoleh kriteria B- atau tidak tuntas. Hal ini berarti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita fabel dengan

(55)

menggunakan media gambar pada siklus I secara klasikal belum berhasil. Karena kriteria keberhasilan individu tidak mencapai 75% oleh karena itu dilanjutkan pada siklus II.

Pada siklus II hasil pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita fabel dengan menggunakan media gambar pada peserta didik kelas X SMA Muhammdiyah 6 Makassar menunjukkan kriteria sangat baik A memperoleh presentase (16%) atau 4 peserta didik, 9 peserta didik dengan kriteria A- memperoleh persentase 36%, 10 peserta didik (40%) memperoleh kriteria B+ dan 2 peserta didik memperoleh kriteria B dengan persentase 8%. Hal ini berartui bahwa pembelajaran ketersmpilan menulis teks cerita fiksi/fabel pada siklus II secara klasikal telah berhasil, karena kriteria keberhasilan secara individual di atas 75%.

B. Saran

Sehubungan dengan hasil temuan penelitian di atas, maka yang menjadi saran peneliti dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar siswa diharapkan aktif dan focus terhadap masalah menyusun teks cerita fabel yang diberikan oleh guru serta berani mengungkapkan sehingga motivasi siswa dalam belajar dapat meningkat.

2. Keoada para kepala sekolah untuk mengarahkan guru untuk membuat penelitian tindakan kelas sebagai solusi mengatasi berbagai masalah dalam proses kegiatan belajar mengajar.

(56)

3. Kepada guru bidang studi Bahasa Indonesia agar menerapkan penggunaan media gambar sebagai salah satu model pembelajaran menyusun teks cerita fabel.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan media gambar dalam pembelajaran materi lainnya, dengan mempertimbangkan lokasi penelitian seperti kondisi lingkungan sekolah, ketersediaan fasilitas, waktu, dan jumlah populasi yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 5. Saran bagi peneliti, kiranya hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan

suatu keterampilan serta pengetahuan untuk menambah wawasan dalam mendidik peserta didik.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Belajar Peserta Didik
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik
Tabel 4.3 Aktivitas belajar peserta didik
Tabel 4.5 Hasil Belajar Peserta Didik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Karena hanya diijinkan memiliki saham maksimum sebesar 5% dari sebuah perusahaan terbuka, investor tidak mungkin memiliki posisi dominan untuk menentukan arah perusahaan

Batasan dalam penelitian ini yaitu suhu ruangan dan suhu tubuh sebagai parameter input fuzzy, untuk mengukur suhu tubuh dan ruangan menggunakan sensor

Dengan terpikirkannya judul “Konsep Kepemimpin Perempuan Dalam Berpolitik Menurut Siti Musdah Mulia” maka, penulis memiliki kecenderungan untuk meneliti mengenai

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Pembuatan Sistem Informasi Penjualan Rumah Bersubsidi bertujuan untuk membantu developer agar dapat mengatur pengeluaran dan pemasukan perusahaan dengan baik.. Sistem ini juga

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya, baik itu di Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun perguruan

Seluruh dosen pengajar program studi Manajemen S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama, terima kasih atas bekal ilmu selama perkuliahan dan semua bantuan yang

5 I Nyoman Nugraha Ardana Putra (2006) Analisis Biaya Keagenan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Variabel Depende n