“Kebijakan Penataan Ruang Perkotaan”
Semarang, 5 Juni 2014
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Outline
1. Isu Aktual Perkotaan di Indonesia
2. Kebijakan bidang Perkotaan
3. Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan yang Berbasis Penataan Ruang
4. Kota Hijau dan Kota Pusaka sebagai Platform
Pembangunan Infrastruktur Perkotaan
Berkelanjutan
5. Kesimpulan
3
Isu Aktual
Perkotaan di
Indonesia
Isu Aktual Perkotaan di Indonesia
SOSIAL
EKONOMI
LINGKUNGAN
Degradasi
kualitas
lingkungan ;
Telapak ekologis
yang defisit
Penurunan kualitas
hidup (sosial); Urban
decay, sprawling ...
Rendahnya daya
saing, pembiayaan
kota
ISU STRATEGIS PERKOTAAN
5
Isu Perkotaan di Indonesia :
1. Masih belum terpenuhinya standar pelayanan minimum kota. 2. Tingginya kemiskinan perkotaan
3. Rendahnya daya saing kota dan rendahnya ketahanan sosial, ekonomi dan lingkungan kota secara berkelanjutan.
4. Rendahnya kapasitas mitigasi bencana alam dan adaptasi terhadap perubahan iklim
Isu Pendukung :
1. Belum lengkapnya regulasi, pembiayaan dan kelembagaan yang khusus mengatur perkotaan
2. Belum optimalnya tata kelola pembangunan perkotaan di era desentralisasi
Isu Nasional :
1. Tingkat Urbanisasi yang tinggi
2. Kesenjangan yang tinggi antarkota dan pusat pertumbuhan di Indonesia Barat dengankota-kota di Indonesia Timur.
Tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan 2,75% pertahun, jauh lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata nasional sebesar 1,17%/tahun;
Sumber: Bappenas, BPS, UNPF 2008 dan Analisis, 2013;
Faktor Penarik :
• Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya kesempatan kerja di berbagai kegiatan di kota
• Pembangunan sarana dan prasarana yang pesat;
Faktor Pendorong :
• Kurangnya lapangan pekerjaan di desa • Terbatasnya sarana dan prasarana di desa Tahun 2025 diperkirakan 68% akan tinggal di Kota
Tahun 2045 diperkirakan 82 % Penduduk Indonesia akan tinggal di kawasan perkotaan;
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Proyeksi Persentase Penduduk Perkotaan-Perdesaan Tahun 2045
Persentase Penduduk Perkotaan Persentase Penduduk Perdesaan
memasuki era kota....?
52,03% penduduk tinggal di perkotaan, Laju
pertumbuhan 1.49% per tahun dalam
dekade (1970 –2010 ), penduduk
perkotaan bertambah 6 kali lipat Kota
otonom meningkat dari 45 ke 93
2 5 19 8 Sumatera 0 4 5 0 Kalimantan 1 0 9 1 Sulawesi 34,69% 8 6 16 0 Jawa 0 1 3 0 Bali dan Nusa
Tenggara 0 0 4 2
Maluku dan Papua
Saat ini proporsi terbesar penduduk perkotaan tinggal di kota-kota di Jawa dan Sumatera; Sementara di luar Jawa kota-kota sedang mendominasi peta perkotaan di Indonesia; Pada tahun 2045, berkembangnya kota-kota metropolitan dan besar akan menambah
kesenjangan antarkota antarwilayah, pengembangan kota-kota sedang di luar Jawa merupakan potensi besar mengurangi kesenjangan antarwilayah;
Ketimpangan Perkembangan Penduduk yang Tinggal di
Kota-Kota Otonom Tahun 2012
9
KEBIJAKAN
PERKOTAAN
KERANGKA PEMBANGUNAN PERKOTAAN NASIONAL
(DRAFT RPJMN 2015-2019)
10 VISI: KOTA BERKELANJUTAN TAHUN 2045 KSPPN: KEBIJAKAN NUDP: PROGRAM PILOT PROJECT IKB: INSTRUMEN MONEV1. Green Cities (ADB): Batam, Kendari, Malang, dan Medan
2. Urban Resilience (WB): Padang Panjang, Pare-Pare, Balikpapan, dan Surabaya 3. Urban Nexus (GIZ): Yogyakarta, Surakarta,
Tanjung Pinang, dan Pekanbaru 4. PDF (CDIA & WB): Skala Nasional 5. KSPPD (WB): TBD
Pelayanan Perkotaan Sosial budaya Ekonomi Lingkungan Kelembagaan
dan Pembiayaan Sistem Perkotaan Komponen 1 Bantuan Teknis Pemerintah Daerah Penyusunan Regulasi, Kelembagaan dan Pembiayaan Komponen 2 Komponen 3 Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Komponen 4 Manajemen Program
1. Pilar 1: Kota yang aman, nyaman dan layak huni
2. Pilar 2: Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana
3. Pilar 3: Kota Pintar dan Berdaya Saing Berbasis Teknologi dan IT
4. Pilar 4: Membangun Identitas Perkotaan
Indonesia Berbasis Karakter Fisik, Keunggulan Ekonomi dan Budaya Lokal
5. Pilar 5: Membangun Keterkaitan dan Manfaat Antarkota dan Desa-Kota dalam Sistem Perkotaan Nasional Berbasis Kewilayahan
6. Urban Green Growth (OECD): Surabaya 7. Urban Sustainable (KOICA): Skala Nasional 8. Smart Cities (GIZ): TBD
9. City Local Economic Development: CIDA
10. City Facilitation (CDIA): Semarang, Probolinggo, dan Palu
11. Sister City (CDIA & Kemendagri): Surakarta
Standar Pelayanan Perkotaan (SPP)
Kota Berkelanjutan: Kota Layak Huni, Kota Hijau, dan Kota Cerdas Ynag Berdaya Saing
Tata Kelola Pembangunan Perkotaan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP)
Visi dan Misi
Pembangunan
Perkotaan Nasional
Visi
Terwujudnya kota yang layak huni, berkeadilan, mandiri, dan berdaya saing secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat perkotaan, sesuai dengan karakter
potensi dan budaya lokal pada
tahun 2025
Misi
1. pemerataan pembangunan kota-kota sesuai fungsinya;
2. pengembangan ekonomi kota yang produktif, atraktif, dan efisien, dengan memanfaatkan potensi unggulan
3. Mengembangkan sarana dan prasarana perkotaan yang memenuhi Standar Pelayanan
Perkotaan (SPP) serta
mengedepankan pembangunan sosial dan budaya masyarakat; 4. Meningkatkan kualitas tata ruang
kota yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
5. Meningkatkan kualitas
penyelenggaraan tata kelola
Konsep Pengembangan
Kota Berkelanjutan dan Tematik
KEBIJAKAN
PEMBINAAN PERKOTAAN
PENGEMBANGAN PERKOTAAN
1. Pengembangan Instrumen dan Perangkat Penataan Ruang untuk Upaya Pemanfaatan
Ruang;
2. Pengembangan Instrumen dan Perangkat Penataan Ruang untuk Menjaga dan
Mempertahankan Daya Dukung Lingkungan; 3. Peningkatan Kualitas dan Potensi Kawasan
Kota yang Memiliki Identitas Pusaka Budaya; 4. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan
Ketahanan Kota Menghadapi Perubahan Iklim
serta Pengurangan Risiko Bencana; 5. Peningkatan Pengelolaan Kawasan
Metropolitan yang Memiliki Daya Saing Global;
6. Peningkatan Peran Kota Kecil dan Menengah
sebagai Pusat Pertumbuhan Regional;
7. Peningkatan Peran Kota sebagai Pendorong Perkembangan Ekonomi Lokal;
1. Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota yang Terpadu dan Berkepastian Hukum; 2. Pengembangan Kelembagaan Penataan
Ruang dan Kerjasama Antar Daerah; 3. Peningkatan Kapasitas Aparatur/
Sumber Daya Manusia dan Fungsi Pembinaan Bidang Penataan Ruang; 4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat
dan Dunia Usaha dalam Penataan Ruang;
Sasaran Operasional Pembinaan dan
Pengembangan Perkotaan
1. Terpenuhinya Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang di kota dan kawasan perkotaan;
2. Terselesaikannya penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan kawasan perkotaan serta perangkat pelaksanaannya;
3. Terwujudnya keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
serta ketahanan kota menghadapi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana;
4. Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan kota dalam pemanfaatan ruang kota berdasarkan potensi dan identitas kota;
5. Terwujudnya kawasan perkotaan/kota metropolitan yang menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang memiliki daya saing di tingkat global;
6. Terwujudnya kota kecil dan menengah sebagai pusat pertumbuhan regional dan meningkatkan keterkaitan desa-kota.
15
PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN BERBASIS
PENATAAN RUANG
• Penataan ruang sebagai acuan pembangunan sektoral dan wilayah;
• Pendekatan sistem dilakukan dalam penataan ruang;
• Penataan ruang tidak sekadar perencanaan tata ruang wilayah, tetapi basis untuk pengembangan
program kreatif/inovatif
S
istem Penyelenggaraan Penataan Ruang
PENGATURAN PEMBINAAN PENGAWASAN Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang Perencanaan Tata Ruang
(Berdasarkan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang)
Fungsi dan Manfaat RTRW Kota
Fungsi RTRW Kota
Manfaat RTRW Kota
1. Acuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD.
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah kota;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota; 6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota i; dan
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;
2. Mewujudkan keserasian pembangunan
wilayah kota dengan wilayah sekitarnya; dan • 3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah
MUATAN RTRW Prov, Kab dan Kota
MUATAN
RTRWP
RTRW Kab
RTRWK
1 Tujuan, kebijakan dan strategi PR
Provinsi Kabupaten Kota 2 Rencana Struktur Ruang
Wilayah •
sistem kota-desa
• praswil prop.
•sistem kota-desa
• praswil kab.
•sistem kota-sub kota
• praswil kota 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Lindung dan
budidaya strategis provinsi
Lindung dan budidaya kabupaten
Lindung dan budidaya kota
4 Penetapan kawasan strategis Provinsi Kabupaten Kota 5 Arahan pemanfaatan ruang
wilayah Indikasi program jangka menengah 5 tahunan Indikasi program jangka menengah 5 tahunan
Indikasi program jangka menengah 5 tahunan 6 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Arahan ZR Prov, Izin, insentif-dis, sanksi Ketentuan ZR Kab, Izin, insentif-dis, arahan sanksi
Ketentuan ZR Kota, Izin, insentif-dis, arahan sanksi
- RTH (30 %; 20%pb, 10%pr )
-RT non hijau
-Renc pjln kaki, angk umum, sek. informal, evk. Bencana
Peta Rencana
Peta Rencana Jalur Pipa Air Bersih
(RDTR Kota Surakarta-BWP IV) Peta Rencana Jalur Pipa Air Limbah (RDTR Kota Surakarta-BWP IV)
Peta Rencana Jaringan Drainage (RDTR Kota Surakarta-BWP IV)
Peta Rencana Sistem Persampahan (RDTR Kota Surakarta-BWP IV)
Contoh Peraturan Zonasi
STATUS RTRW
per 30 Mei 201476% 24%
Status RTRW Provinsi
Provinsi yang sudah menetapkan Perda RTRW Provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW
25 PRovinsi 8 Provinsi
• Total : 33 Provinsi • Per 2 Mei 2014 RTRW
Provinsi yang Sudah ditetapkan: 25 RTRW Provinsi
• Total : 398 Kabupaten
• Per 2 Mei 2014, RTRW
Kab. yang Sudah ditetapkan: 291 RTRW Kabupaten 72% 28% Status RTRW Kabupaten Kabupaten yang sudah menetapkan Perda RTRW Kabupaten yang belum menetapkan Perda RTRW 78% 22% Status RTRW Kota
Kota yang sudah menetapkan Perda RTRW
Kota yang belum menetapkan Perda RTRW
• Total : 93 Kota
• Per 2 Mei 2014, RTRW Kota
yang Sudah ditetapkan: 75 RTRW Kota.
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan yang Berbasis Penataan Ruang
25
P2KH dan
P3KP
PROGRAM-PROGRAM UNTUK MEWUJUDKAN
KOTA YANG BERKELANJUTAN
PROGRAM
PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU
(P2KH)
PROGRAM
PENATAAN DAN
PELESTARIAN KOTA
PUSAKA (P3KP)
Layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan
Kota di Indonesia harus menemukan
cara yang tepat
untuk mengatasiberbagai masalah perkotaan
...Sebagai paradigma baru, sebuah metafora, bagi keberlanjutan.
P2KH
28 Infrastruktur Air Limbah Infrastruktur Transportasi Hijau Infrastruktur Air Bersih Drainase SDA Infrastruktur Energi Hijau Infrastruktur Bangunan Hijau• Taman Kota Hijau • Respon Adaptasi Perubahan Iklim
P2KH sebagai Platform Program bagi Sektor
(Contoh dengan Ditjen Cipta Karya - PU)
Tugas Unit Direktorat Jenderal
Kegiatan Fisik dan Non Fisik
Per Undang-undangan • UU No.26 tahun 2007 ttg Penataan ruang • UU Bangunan Gedung • UU PKP • UU Pengelolaan Sampah • RTH 30% • Penataan Lingkungan Program Kementerian Lain : • Kehutanan •Lingkungan Hidup • UU Kehutanan • UU Lingkungan Hidup PERMEN PU No.08/PRT/M/2010 tentang Organisasi & Tata
Kerja Kementerian PU
Pasal 106
Ditjen PR mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penataan ruang sesuai dengan perUUan
Pasal 538
Ditjen CK mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi di bidang cipta karya sesuai dengan perUUan
Direktorat Perkotaan
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Aras Perkotaan (city wide) RTRWK Pencapai-an Target RTRW, minimum 30% RTH RDTR RTBL P2KH • RTH Kota • Penambahan • luas RTH skala • kota dan • kawasan Aras Lingkungan (neighborhood wide) Program RTH Penataan Lingkungan • Peningkatan Kualitas (beautification) • Penambahan luas RTH skala lingkungan 2 9
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
29,41 Ha
37,82 Ha
72 Ha
Penambahan Luasan RTH melalui P2KH
34
RUSAK TERAWAT
Kondisi Riil dan Trend Perkembangan Kota di
Indonesia
Desakan pembangunan perkotaan akibat arus urbanisasi menyebabkan tumbuhnya berbagai permasalahan perkotaan (meningkatnya populasi, lemahnya kebijakan perindungan aset pusaka, fenomena high-rise construction, perubahan fungsi inti kota, dsb) yang turut mendukung kehancuran sistematis aset-aset pusaka perkotaan dan merubah wajah serta karakter/identitas kota.
35
• Terkelolanya Kota Pusaka yang berkelanjutan • Terwujudnya Identitas Kota Pusaka • Terakuinya Kota Pusaka pada tingkat Nasional dan Dunia
P3KP sebagai Platform Program bagi Sektor
(Contoh dengan Ditjen Cipta Karya - PU)
Tugas Unit Direktorat Jenderal
Kegiatan Fisik dan Non Fisik
Per Undang-undangan • UU No.26 tahun 2007 ttg Penataan ruang • UU Bangunan Gedung • UU Cagar Budaya • Kawasan Strategis Sosial Budaya • Pelestarian Bangunan dan Lingkungan
Program terkait dari 14 K/L anggota BKPRN + Kesra, Parekraf
• UU terkait
PERMEN PU No.08/PRT/M/2010 tentang Organisasi & Tata
Kerja Kementerian PU
Pasal 106
Ditjen PR mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penataan ruang sesuai dengan perUUan
Pasal 538
Ditjen CK mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi di bidang cipta karya sesuai dengan perUUan
Direktorat Perkotaan
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Aras Perkotaan (city wide) RTRWK Pencapaian target RTRW, terkonservasi nya KS Sosial-Budaya RDTR RTBL P3KP • Pengembangan Aset • Pengembangan Kelembagaan • Pemberdayaan masyarakat Aras Lingkungan (neighborhood wide)
Program Penataan dan Pelestarian Bangunan
dan Lingkungan
• Peningkatan kualitas aset pusaka dan lingkungan berkelanjutan
AKSI NYATA P3KP
PR
OGRAM
PENA
TAAN
D
AN
PELE
ST
ARIAN
K
O
TA
PUS
AK
A
Penataan Ruang memiliki fokus di dalam Pengembangan Kota Pusaka, yaitu
terhadap:
Identifikasi Kawasan Strategis Sosial Budaya di dalam RTRW
Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Penyusunan dokumen inventarisasi aset
pusaka baik city wide maupun terhadap kawasan kawasan prioritas pusaka
Natural-Cultural Significane Assessment (pendelineasian core zone, buffer zone, dan development zone)
Penyusunan Konsep Strategi
Pengembangan Kota dan Master Plan kawasan prioritas
Stimulan implementasi fisik di kawasan prioritas (DED,supervisi, dan fisik)
Kesimpulan
1.
Kota-kota Indonesia yang tengah tumbuh dan berkembang secara pesat
dalam konteks otonomi daerah membutuhkan
dukungan infrastruktur
yang handal
, yang sesuai dengan kebutuhan nyata dan keragaman kondisi
geografis.
2. RTRW dan RDTR merupakan instrumen perencanaan
pembangunan yang harus dijadikan acuan dalam pengembangan
infrastruktur kota secara lebih terarah dan terpadu, sehingga visi dan misinya
dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien.
3.
RTRW, RDTR kota dan RPJMD merupakan acuan dalam penyusunan program
sektoral yang terpadu, yang pelaksanaanya dapat dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta/masy.
4.
Program-program sektoral diharapkan berorientasi pada pembangunan
berkelanjutan yang mengacu dan mengisi
program- program entitas
perkotaan secara terpadu
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang