• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Teori Well Logging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar Teori Well Logging"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas.

1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter dalam analisis kualitatif data wireline log yang meliputi zona batuan reservoir, jenis litologi, serta jenis cairan pengisi formasi.

1.1.1.3 Menentukan jenis-jenis dan urutan litologi dengan menggunakan data wireline log.

1.1.1.4 Menentukan ada atau tidaknya kandungan hidrokarbon pada suatu formasi menggunakan data wireline log.

1.1.1.5 Menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbon berdasarkan data wireline log.

1.1.1.6 Melakukan identifikasi nilai porositas, faktor formasi, resistivitas air, kandungan serpih, dan kejenuhan air pada reservoir.

1.1.2 Tujuan

1.1.2.1 Mengetahui informasi litologi, porositas, resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon berdasarkan data wireline log.

1.1.2.2 Mengetahui keterdapatan hidrokarbon dalam suatu lapisan dengan menggunakan data wireline log serta dapat menentukan lingkungan pengendapan suatu zona hidrokarbon berdasarkan interpretasi data wireline log.

1.1.2.3 Dapat melakukan analisis kuantitatif data log 1.1.2.4 Mampu menentukan porositas batuan reservoir 1.1.2.5 Mampu menentukan nilai faktor formasi

1.1.2.6 Mampu menentukan nilai resistivitas air pada reservoir 1.1.2.7 Mampu menentukan kandungan serpih pada reservoir

(2)

1.1.2.8 Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir 1.2 Pelaksanaan Praktikum

Hari : Kamis

Tanggal 12 April 2012 dan 19 April 2012 Pukul : 13.30 -16.00 WIB

Tempat:Gedung Sukowati Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

(3)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Well Logging

Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan ke dalam lubang sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan (Schlumberger, 1958).

Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi litologi, pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir.

Pelaksanaan wireline logging merupakan kegiatan yang dilakukan dari memasukkan alat yang disebut sonde ke dalam lubang pemboran sampai ke dasar lubang. Pencacatan dilakukan dengan menarik sonde tersebut dari dasar lubang sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan kecepatan yang tetap dan menerus. Kegiatan ini dilakukan segera setelah pekerjaan pengeboran selesai ( lihat Gambar 1.1). Hasil pengukuran atau pencatatan tersebut disajikan dalam kurva log vertikal yang sebanding dengan kedalamannya dengan menggunakan skala tertentu sesuai keperluan pemakainya.

Tampilan data hasil metode tersebut adalah dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan parameter tersebut dapat diinterpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknya Komposisi hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan kata lain metode well logging merupakan suatu metode yang dapat memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif adanya Komposisi hidrokarbon.

Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengan kepala sumur, kabel logging dimasukkan melalui dua buah roda-katrol. Roda katrol atas diikat pada sebuah alat pengukur tegangan kabel. Di dalam kabin logging atau truk

(4)

logging terdapat alat penunjuk beban yang menunjukkan tegangan kabel atau berat total alat.

Roda katrol bawah diikat pada struktur menara bor dekat dengan mulut sumur. Setelah alat-alat logging disambungkan menjadi satu diadakan serangkaian pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi dilakukan supaya yakin bahwa alat berfungsi dengan baik dan tidak terpengaruh oleh suhu tinggi atau lumpur. Alat logging kemudian ditarik dengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses perekaman data. Untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali diadakan beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda (Harsono, 1997).

Sistem pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasa satelit atau telepon, sehingga data log dari lapangan dapat langsung dikirim ke pusat komputer untuk diolah lebih lanjut.

Gambar 1.1 Operasi kegiatan Logging (Mastoadji, 2007) 2.2 Jenis-Jenis Wireline Log

2.2.1 Log Gamma Ray

Gamma ray adalah prinsip dasar dari perekaman radioaktivitas atau tingkat radiasi alami dari suatu lapisn bumi. Radioaktivitas gamma ray berasal dari 3 unsur radioaktif yang ada dalam batuan yaitu: Uranium – U, Thorium –Th, dan Postasium –K yang secara kontinyu memancarkan

(5)

GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Harga defleksi log gamma-ray terekam dalam satuan API unit.

2.2.2 Log Neutron

Pada hakikatnya Log neutron digunakan untuk mengetahui banyaknya kandung atom hidrogen yang terdapat dalam batuan. Prinsip kerja alat ini adalah pada aktivitas nuklir, pada pemancaran partikel - partikel neutron secara cepat dari suatu sumber radioaktif yang akan menumbuk kandungan hidrogen dalam batuan.

2.2.3 Log Densitas

Log densitas kurva yang menunjukan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. Dalam log densitas, kurva dinyatakan dalam gram/cc, yang merupakan besaran bulk density batuan. Porositas batuan dapat dihitung bila density matrik (pma) diketahui. Setiap jenis batuan mempunyai harga density matrik berbeda - beda, seperti; batupasir =2,56 gr/cc; batugamping =2,71 gr/cc; batugamping = 2.68 gr/cc; shale atau clay = 2,2 – 2,65 gr/cc. Harga bulk density akan kecil pada batuan yang mengandung gas, dan rendahnya harga densitas dari formasi akan menaikan harga porositas dari log densitas.

2.2.4 Log Resistivity

Prinsip kerja dari dari alat ini adalah mengukur kemampuan formasi untuk menghantarkan arus listrik, semakin besar arus listrik yang dapat dialirkan, resistivity batuan semakin kecil dan sebaliknya. Daya hantar listrik merupakan fungsi dari batuan dan jenis fluida yang mengisi ruang pori batuan, maka log resistivity sangat membantu dalam menentukan jenis fluida dalam batuan. Untuk lapisan yang mengandung minyak, gas atau air tawar akan mempunyai tahanan jenis lebih besar dibanding air asin.

2.2.5 Log Induksi (R-ILD)

Prinsip kerja dari log adalah menggunakan sistem yang disebut induksi elektromagnetik. Bila arus yang keluar dari kumparan pemancar dibuat konstan, maka besarnya arus yang akan diterima oleh kumparan

(6)

penerima berbanding langsung dengan konduktivitas batuan yang dilaluinya, sehingga data yang terukur adalah kemampuan batuan untuk menghantarkan arus listrik.

2.2.6 Log Akustik (Sonic Log)

Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh gelombang bunyi dapa suatu jarak tertentu di dalam lapisan batuan. Satuan dari sonic log adalah mikro second per food yang merupakan hasil dari kecepatan gelombang bunyi yang mencapai receiver di dalam formasi.

Tujuan dari penggunaan log sonic adalah untuk mengetahui kerapatan dan porositas batuan. Pada batuaan yang porous, kerapatanya lebih kecil sehingga kurva log sonic akan mempunyai harga yang besar seperti pada serpih organik atau lignit, dan sebaliknya. Log sonic juga berguna sebagai pengikat antara data seismik dengan data sumur.

2.3 Interpretasi Log Rinci

2.3.1 Perhitungan Temperatur Formasi

Dalam perhitungan temperatur formasi (Tf) adalah sangat penting dalam analisa log karena resistivitas pengeboran Lumpur (Rm), Filtrasi Lumpur (Rmf), dan resistivitas mudcake (Rmc) bergantung atas variasi temperatur. Temperatur formasi dapat ditentukan dengan mengetahui beberapa unsur antara lain:

Kedalaman Formasi

Bottom Hole Temperature (BTH) Total kedalaman sumur (TD) Temperatur permukaan

Disamping menentukan temperatur formasi dengan metode perhitung ini,kenaikan temperatur atau gradient geothermal juga dapat ditentukan dengan menggunakan kurva linier temperatur formasi diagram koreksi temperatur Horner.

(7)

2.3.2. Interpretasi Log Gamma Ray

Dalam tinjauan perhitungan Interpretasi log Gamma ray pada evaluasi formasi ini ditentukan dengan tiga parameter sebagai berikut : Interpretasi litologi.

Koreksi Gamma ray unyuk Ukuran Lubang sumur dan berat Lumpur. Perhitungan Vshale.

2.3.2.1. Interpretasi Litologi

Untuk mendapapkan hasil yang akurat, Log Gamma ray harus dikombinasikan dengan data lainnya seperti Log spontaneous dan Log resistivitas. Dalam perekaman data Gamma ray, lapisan batupasir akan ditunjukkan oleh relatif API rendah sedangkan lapisan Serpih akan ditunjukan dengan API tinggi. Oleh karena Gamma ray selalu lebih besar sengan penunjukan grafik ke kanan, maka grafik kurva yang menunjukan ke kanan ini mengartikan penyerpihan daripada kurva yang ke kiri.

2.3.2.2 Koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat lumpur.

Untuk koreksi Gamma ray untuk lubang bor dan berat Lumpur dapat digunakan dengan melihat analisa awal kepala Log yang digunakan. Data ini kemudian diinterpretasi dengan menggunakan Grafik ’Schlumberger Log Interpretation’ (Sclhumberger, 1991) untuk koreksi Gamma ray terhadap lubang bor dan berat Lumpur.

Faktor koreksi dapat dihitung dengan parameter penentuan t, g/cm2. Parameter ini bertujuan untuk mendapatkan harga faktor koreksi untuk Gamma ray.

Setelah itu perameter t, g/cm diplod pada Grafik sclhumberger, 1991 untuk mencari factor koreksi Gamma ray. Dari grafik ini kemudian dapat diketahui factor koreksi pada pembacaan Log Gamma ray. Untuk mendapatkan Gamma ray terkoreksi, dapat menghitung dengan mengalikan factor koreksi dengan Pembacaan Log Gamma ray.

(8)

2.3.2.3. Perhitungan Vshale

Dalam hal perhitungan Vshale, jenis dan serpih kandungan radioaktifnya harus konstan dalam susunan stratigrafi. Sebelum perhitungan terlebih dahulu mesti dilakukan perhitungan Indeks Gamma ray sebagai berikut :

IGR = GRlog – GR min GRMaks –GRMin

(9)

BAB III METODOLOGI 3.1 Tahapan Kerja

a. Tahap Persiapan

Tahapan yang dilakukan secara garis besar meliputi persiapan alat dan bahan yang berasal dari data lapangan suatu sumur pengeboran.

b. Tahap Pengumpulan data

Tahap ini merupakan mengumpulkan data dari berbagai macam Log (SP, GR, NPHI, RHOB, Resistivitas) sehingga memudahkan dalam tahap pengolahan data.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Merupakan suatu proses pengolahan data yang sudah terkumpul untuk menghasilkan suatu output berupa informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini, dihasilkan data tabel penampang Wireline Log. Dengan pengolahan data, dapat diketahui kondisi bawah permukaan sehingga dapat diketahui posisi reservoir hidrokarbon pada sampelsuatu sumur guna rekomendasi apakah kegiatan eksplorasi hidrokarbon pada lokasi tersebut layak atau tidak..

3.2 Alat dan Bahan a) Data Wireline Log

Berfungsi sebagai objek utama yang dideskripsi guna analisis lapisan batuan penentuan reservoir.

b) Alat tulis

(10)

3.3 Diagram Alir Mulai Tahap Persiapan Tahap Pengumpulan Data Selesai

Tahap Pengolahan dan Analisis Data

(11)

BAB V PEMBAHASAN

Data log merupakan salah satu kriteria utama sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan geologi pada eksplorasi migas. Log digunakan untuk melakukan korelasi zona-zona prospektif sumber data untuk membuat peta kontur struktur dan isopach, menentukan karakteristik fisik batuan seperti litologi, porositas, geometri pori dan permeabilitas. Data logging digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona produktif, menentukan kandungan fluida dalam reservoar serta memperkirakan cadangan hidrocarbon. Log adalah gambaran kedalaman dari suatu perangkat kurva yang mewakili parameter-parameter yang diukur secara terus menerus didalam suatu sumur ( Schlumberger, 1986). Parameter yang biasa diukur adalah sifat kelistrikan, tahanan jenis batuan, daya hantar listrik, sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara

Pada log ini diketahui terdapat data-data wireline pada 4 komposite log yang meliputi kurva Gamma Ray Log (GR), kurva Caliper Log (CALI), kurva Density Log (RHOB), kurva Neutron Log (NPHI), serta kurva Resistivity Log (LLD, LLS). Berikut pembahasan dari masing – masing komposite log. Dari data log, kita dapat menginterpretasikan apakah pada daerah tersebut memiliki kandungan hidrokarbon atau tidak. Metode yang digunakan yaitu metode interpretasi pintas ( quick look).

Dalam identifikasi litologi berdasarkan kurva log Gamma Ray yang pertama ditentukan adalah Shale Base Line dan Sand Base Line dari kurva log Gamma Ray tersebut. Shale base line yang merupakan garis lempung ini adalah garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga paling tinggi yang mengisyaratkan bahwa daerah tersebut perupakan daerah impermeabel, sedangkan sand base line merupakan garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma ray yang juga mengisyaratkan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang permeabel. Log Gamma ray yang memiliki skala 0 sampai 300 ini kemudian dianggap mempunyai persentase 100%. Maka selanjutnya barulah ditentukan daerah interes yang menjadi kandidat batuan permeabel dimana kandidat

(12)

ini adalah zona yang terletak diantara 50%-80% (sering juga disebut cut off). Daerah yang terletak pada zona inilah yang dianggap sebagai zona clean sand.

Selain itu, dari kurva ini juga dapat ditentukan batas-batas perlapisan dengan mengambil patokan adanya perubahan pola kurva (defleksi kurva) merupakan tanda bahwa terdapat perubahan litologi. Namun yang perlu diingat kurva Gamma Ray ini tidak mengisyaratkan besar butir tetapi hanya memberikan informasi tentang distribusi butir dan kandungan lempungnya.

5.1 Analisis data dari masing-masing wireline log 5.1.1 Log po1

Dalam pembuatan shale baseline dan sand baseline pada kurva log PO1 lebih di dominasi oleh shane baseline, hal ini di karenakan hasil dari pembacaan log gama ray yang lebih dominan. Selain itu dari hasil pembacaan log densitas dan log neutron menandakan adanya sisipan batu gamping di kurva log PO1 tersebut. Yakni di kisaran kedalaman antara 250 sampai 275 mbpl, antara 275 sampai 300 mbpl, 400 mbpl, dan di antara kedalaman 425 sampai 450 mbpl.

Pada pembacaan log ini pula di temukan adanya sisipan batupasir yang terdapat pada kedalaman 250 mbpl, 275 mbpl, 300 mbpl serta pada bagian bawah kurva tersebut. Perdasarkan pembacaan kurva pada log PO1 reservoir di perkirakan terdapat pada lapisan batupasir yang terdapat pada kedalaman 475 mbpl. Hal ini di karenakan pada kedalaman tersebut terdapat mirror, sehingga di mungkinkan terdapatnya reservoir pada kedalaman tersebut.

Berdasarkan pembacaan log densitas, fluida yang terdapat pada pada kurva log PO1 di perkirakan berupa gas.

Berdasarkan pembacaan log densitas dan pembacaan log neutron yang terdapat pada kurva log PO1 juga di indikasikan adanya lapisan karbon yang berupa coal. Lapisan tersebut terdapat pada kedalaman 375 mbpl.

5.1.2 Log Po3

Berdasarkan pembacaan log gama ray yang terdapat pada log PO3 setelah di lakukan pembuatan shale baseline dan sand baseline hasilnya tidak jauh berbeda dengan pembacaan kurva log PO1, yakni lebih di dominasi oleh shale baseline. Selain itu setelah di lakukan pembacaan log densitas dan log neutron, pada

(13)

kurva log PO3 ini terdapat sisipan batu gamping. Lapisan batu gamping tersebut terdapat pada kedalaman antara kedalaman 250 mbpl dan kedalaman 300 mbpl, kedalaman 300 mbpl, kedalaman 400 mbpl, antara kedalaman 450 sampai 500 mbpl, dan di kedalaman 600 mbpl.

Pada pembacaan kurva tersebut juga terdapat adanya sisipan batupasir. Lapisan batupasir tersebut berada pada kedalaman antara kedalaman 250 sampai kedalaman 300 mbpl, kedalaman 300 mbpl, dan pada kedalaman 600 mbpl.berdasarkan pembacaan log densitas dan log neutron, pada kurva log PO3 di perkirakan adanya reservoir yang terdapat pada lapisan batupasir, yang terdapat pada kedalaman 550 mbpl. Hal tersebut di karenakan adanya mirror pada kedalaman tersebut. Yang dpat mengindikasikan terdapat adanya fluida pada kedalaman tersebut, baik berupa air, gas maupun hidrokarbon.

Berdasarkan dari pembacaan log densitas dan log neutronnya fluida yang terdapat pada kurva log PO3 di perkirakan berupa gas dan hidrokarbon.

5.1.3 Log Po6

Berdasarkan pembacaan log gama raynya, litologi yang terdapat pada log ini tidak jauh berbeda dengan litologi yang terdapat pada log-log sebelumnya, yakni di dominasi oleh shale baseline. Serta berdasarkan pembacaan log densitas dan pembacaan log neutronnya menghasilkan adanya sisipan batu gamping pada log PO6 ini. Yakni terdapat pada kedalaman 300 mbpl, kedalaman 350 mbpl, di kedalaman antara 400 sampai kedalaman 450 mbpl dan di kedalaman 475 mbpl. Sisipan batu gamping yang terdapat pada log P06 ini tidak sebanyak yang terdapat pada log-log sebelumnya.

Berdasrkan pembacaan log densitas dan log neutron yang terdapat pada kurva log PO6 juga terdapat sisipan endapan batupasir. Sisipan endapan batupasir tersebut terdapat pada kedalaman 250 dan pada kedalaman 600 mbpl.

Sebenarnya berdasarkan pembacaan log densitas dan log neutronnya pada kurva ini juga di perkiarakan adanya reservoir, tetapi dalam volume yang kecil yakni terdapat pada kedalaman 300 mbpl, karena terdapat adanya mirror tetepi dalam volum yang lebih kecil. Hal tersebut dapat mengindikasikan adanya

(14)

fluida.di perkiarakn fluida yang terdapat pada reservoir tersebut di perkirakan berupa gas.

5.1.4 Log Po7

Dalam pembuatan shale baseline dan sand baseline pada kurva log PO7 lebih di dominasi oleh shale baseline. Hal ini di karenakan dari pembacaan log gama raynya yang cenderung lebih besar. Serta berdasarkan pembacaan log densitas yang cenderung besar dan log neutronnya yang cenderung kecil menandakan bahwa pada kurva log PO7 ini terdapat sisipan batu gamping. Sisipan batu gamping ini terdapat pada kedalaman diaantaranya 300 mbpl, antara kedalaman 350 dan 400 mbpl, kedalaman 450 mbpl dan terdapat pada kedalaman antara 550 dan kedalaman 600 mbpl serta pada kedalaman antara 600 dan kedalaman 650 mbpl.

Serta berdasarkan pembacaan log densitasnya dan log neutronnya, pada kurva log PO7 juga terdapat sisipan endapan batupasir. Yakni yang terdapat pada kedalaman 250 mbpl dan pada kedalaman 650 mbpl. Di perkiarakan adanya reservoir yang yang terdapat pada kedalaman 300 mbpl dan pada kedalaman 475 mbpl. Hal tersebut dikarenakan pada pembacaan log densitas dan log neutronnya di temukan adanya mirror pada kedalaman tersebut. Hal tersebut dapat mengindikasikan adanya fluida pada kedalaman tersebut baik berupa gas, air maupun hidrokarbon.

Fluida yang terdapat pada reservoir tersebut di perkirakan berupa gas dan oil. Hal tersebut di dasarkan pada pembacaan log kurvanya.

5.2 Korelasi Log

Berdasarkan interpretasi litologi pada log-log tadi, jika di korelasikan satu sama lain antar log berdasarkan basemap seismic dan geologi regional di tempat pengambilan log-log tersebut yakni di cekungan jawa timur . maka dapat di interpretasikan lingkungan pengendapannya yang di peroleh dari pembacaan kurva log-log tadi. Hasil dari pembacaan log-log tadi dapat di ambil kesimpulan bahwa lingkungan pengendapannya berada di zona transisi dan laut dangkal. Hal tersebut dapat dilihat dari litologi yang terdapat pada log-log tadi, dimana litologi yang mendominasi berupa batu lempung yang disisipi batu gamping dan

(15)

batupasir. Selain itu, Maksimum Floading Surface juga dapat menginterpretasikan lingkungan pengendapannya pada zona transisi sampai laut dangkal, karena material yang lebih banyak di endapkan berasal dari laut.

BAB VI PENUTUP

(16)

6.1 Kesimpulan

6.1.1 litologi yang mendominasi pada setiap log-log tersebut adalah batu lempung.

6.1.2 pada setiap litologi batu lempung yang mendominasi log-log tadi tersisipi oleh material gamping dan endapan batupasir.

6.1.3 Reservoir dari hasil pembacaan log-log tadi berupa batupasir dan di perkirakan terdapat fluida.

6.1.4 fluida yang terdapat pada reservoir tersebut di perkirakan berupa gas dan oil, hal tersebut di dapat dari pembacaan log-log tadi. 6.1.5 lingkungan pengendapan dari material-material tadi berasal dari

zona transisi sampai laut dangkal, hal tersebut dilihat dari litologi yang terdapat pada setiap log-log tadi.

Referensi

Dokumen terkait

Strategije dobre poučevalne prakse Dokaj učinkovite strategije dobre poučevalne prakse, s katerimi lahko starši in učitelji pomagajo učencem s splošnimi in specifičnimi

Persyaratan sekunder produksi dan pemotongan halal yaitu hewan atau unggas yang dipotong harus bebas dari penyakit dan sehat, hewan dalam penampungan harus diberi air

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa senyawa 2-metoksi-4-4-metoksifeniliminometilfenol pada sampel A memiliki aktivitas yang lemah dalam menghambat sel kanker payudar T47D dengan

Klus- ter berdasarkan sifat kuantitatif terlihat antar tipe tidak mengelompok dalam kluster yang berbeda, melainkan ber- baur, aksesi dari daerah lokal yang sa- ma umumnya

Kemampuan fagositosis makrofag terhadap lateks yang ditinjau jumlah makrofag yang memfagositosis lateks maupun dari jumlah lateks yang difa-gositosis oleh makrofag

Perlu dilakukan penelitian dengan metode kuantitatif tentang perawatan kateter urine indwelling yang mengidentifikasi keuntungan-keuntungan dari penurunan bakteriuria pada

sensitif terhadap proses evaporasi dan air hujan (presipitasi). Komposisi Isotop air permukaan pada air laut ditentukan olah banyaknya air hujan dan jumlah air yang

Kelemahan atas jawaban disebabkan karena nilai motivasi di lingkungan universitas belum maksmial. Motivasi merupakan aspek utama dalam mendorong berdirinya