ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA
SEKOLAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
I. TEORI dan KONSEP ANAK
Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
dapat diulang setelah usianya bertambah.
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin
(menikah) (UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak)
Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun tetapi
berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Kelompok-kelompok usia anak terdiri dari 3 kelompok yaitu :
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. usia sekolah : 6 – 12 tahun
3. usia remaja : 13 - 18 tahun
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari
perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain
PERKEMBANGAN AKHIR MASA KANAK-KANAK
Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust :
Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
Mencapai kebebasan pribadi
PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH (TUGAS MANDIRI)
MASALAH ANAK USIA SEKOLAH
1. BAHAYA FISIK
A. Penyakit
• Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
• Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri
B. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
• Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan sosial
• Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
C. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan sosial
D. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
E. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. BAHAYA PSIKOLOGIS
A. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah
yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar
diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual
akan ditentang oleh temannya
B. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain
C. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
D. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri
sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada
pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta
terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
E. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
1. perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan
konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5. menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
F. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1. tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
2. mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya,
misal kesehatan dan sekolah
G. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1. Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan
yang buruk dengan anak-anaknya
2. Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan
bahkan menghukum anak
3. Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga
yang baik.
4. Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal
itu
5. Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak dan
bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya
mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6. Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua
teman-temannya.
7. Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
8. Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga
yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak
keluarga membenci sikap sianak
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang
tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.
II. PENGKAJIAN
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian fokus
III. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai usia anak
2. berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga yang
bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Masalah aktual/risiko
Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
Menarik diri dari lingkungan sosial
Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
Mudah dan Sering marah
Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
Keengganan melakukan kewajiban agama
Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk
bermain)
Nyeri (akut/kronis)
2. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya kemandirian anak
Peningkatan daya tahan tubuh
Hubungan dalam keluarga yang harmonis
Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
Pemeliharaan kesehatan yang optimal
IV. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang adekuat
Intervensi :
• Diskusikan tentang tugas keluarga
• Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
• Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
• Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah
dilakukan
• Ajarkan cara merawat anak dirumah
• Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
• Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
• Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
• Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif
3. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
• Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
• Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya
• Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
• Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah
V. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil yang
telah ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk menilai
keberhasilannya kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga dibidang
kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu didalam keluarga
Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah :
a. mengidentifikasi data demografi dan sosio cultural
b. data lingkungan
c. strukturdan fungsi keluarga
d. stress dan strategi koping yang digunakan keluarga
e. perkembangan keluarga
sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga adalah
pengkajian fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual
2. Perumusan diagnosa keperawatan
3. Penyusunan perencanaan
Perencanaan disusun dengan membuat prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya
keluarga dan menyeleksi intervensi keperawatan
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya
yang ada dikeluarga, masyarakat dan pemerintah
5. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan
A. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
a. wawancara keluarga
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga
d. data sekunder, misal hasil pemeriksaan laboratorium, X-ray, papsmear, dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
I. Data Umum, meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan nomor telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram (nama anggota keluarga, sex, hubungan dengan KK,
usia, pendidikan, status iminisasi; BCG, Polio I – IV, DPT I – III, Hepatitis I – III dan
campak)
6. Tipe keluarga
menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan
9. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga (siapa yang mengatur keuangan ?)
10. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan
radio juga merupakan aktifitas rekreasi
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Contoh : Keluarga Tn. S mempunyai 4 orang anak, anak pertama berusia 17 tahun dan anak
bungsu berusia 7 tahun maka keluarga Tn. S berada pada tahapan perkembangan keluarga
dengan usia remaja
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas tersebut belum terpenuhi
Contoh : Bayi berumur 6 bulan kepala belum bisa tegak, ibu tidak berani mengangkat.
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya, adaptif atau tidak ? A
XI. Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
B. PENGKAJIAN FOKUS
Perawat perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasari oleh :
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena ada
perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang)
2. Pada tahap tiap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang
harus dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda
a. Keluarga baru menikah
Pengkajian data fokus meliputi :
Kapan pertemuan pasangan
Bagaimana hubungan sebelum menikah
Bagaimana pasangan ini memutuskan untuk menikah
Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)
Bagaimana respon anggota keluarga terhadap perkawinan
Bagaimana kehidupan di lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orangtua
Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan
Bagaimana hubungan dengan saudara ipar
Bagaimana keadaan orangtua masing-masing dan hubungannya dengan orangtua setelah
perkawinan
Bagaimana rencana mempunyai anak
Berapa lama waktu berkumpul setiap hari
Bagaimana rutinitas (secara individu: suami dan istri) setelah perkawinan
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
b. Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
Pengkajian data fokus meliputi :
Bagaimana riwayat kehamilan anak ini
Bagaimana riwayat persalinan anak ini
Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia dua minggu
Bagaimana perawatan anak sampai usia satu tahun
Adakah orang lain yang serumah setelah anak lahir dan apa hubungannya
Siapakan yang mengasuh anak setiap hari
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak
Siapa yang memberi stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka pemenuhan tumbuh
kembangnya
Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak dicapai pada usia
berapa
Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak
Pernahkah anak menderita sakit serius, apa jenisnya, kapan waktunya, berapa lama, dan
dirawat dirumah sakit atau tidak
Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak
Gunakan skala DDST
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
c. Keluarga dengan anak prasekolah
Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama dirumah dan adakah sarana stimulasinya
Sudahkan anak diikutkan dalam kegiatan play group
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak setiap hari
Siapakah orang yang setiap hari bersama anak
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
d. Keluarga dengan anak sekolah
Bagaimana karakteristik teman bermain
Bagaimana lingkungan bermain
Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya
Bagaimana temperamen anak saat ini
Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
e. Keluarga dengan anak usia remaja
Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang
Bagaimana perilaku anak selama di rumah
Bagaimana hubungan anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain
Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dirumah
Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak
Apa kegiatan diluar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama dan dimana
Apa kebiasaan anak dirumah
Apakah fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri
Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
Siapa yang menjadi figur bagi anak
Seberapa besar peran yang menjadi figur bagi anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
Bagaimana karakteristik pasangan anaknya
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua dan mertua setelah menikah
Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orang tua
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan berapa
lama/frekuensi anak bertemu dengan orang tua
Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan adiknya
Bagaimana perasaan orang tua setelah anak menikah
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
g. Keluarga usia baya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi serumah
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
h. Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja dan ditinggal pasangannya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, berapa frekuensi kunjungan anak
Adakah orang yang menemani setiap hari
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengelompokan Data
Data hasil pengkajian dikelompokan dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok
diagnosis keperawatan
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
- Perumusan diarahkan pada individu dan atau keluarga
- Komponennya terdiri dari P, E dan S
- Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati,
terdiri dari :
a. Masalah (Problem, P) yaitu suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga
b. Penyebab (Etiology, E) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu pada lima tugas keluarga : mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara/memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
c. Tanda (Sign, S) yaitu sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung masalah atau penyebab
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan segera
2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan
Contoh perumusan diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa Aktual
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak K berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan
tidur
2. Perubahan peran menjadi orang tua tunggal pada Bapak I berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orang tua tunggal setelah istrinya
meninggal
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak pada anak S keluarga Bapak T
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang aman untuk
latihan berjalan bagi anak S
b. Diagnosa Risiko/risiko tinggi
1. Risiko terjadinya serangan berulang yang berbahaya pada Lansia Ibu R keluarga Bapak M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas) yang dekat dengan tinggal keluarga
2. Risiko tinggi gangguan perkembangan balita D pada keluarga Bapak N berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada balita
3. Risiko tinggi konflik antara orang tua dan anak remaja keluarga Bapak P berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi anak
remajanya
c. Diagnosa Potensial
1. Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu C yang sedang hamil pada keluarga Bapak Q
2. Potensial peningkatan status kesehatan balita anak G pada kelg. Bapak H
3. Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak K pada kelg. Bapak L
D. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Skoring dilakukan bila diagnosa keperawatan lebih dari satu
2. Proses skoring menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978),
dengan cara :
• Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh perawat
• Skor dibagi dengan skor tertinggi dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh
--- x bobot
skor tertinggi
No. Kriteria Skor Bobot
1.
2.
3.
4.
Sifat masalah
Skala :
tidak/kurang
sehat
Ancaman
kesehatan
Keadaan
sejahtera
Kemungkinan
masalah
dapat diubah
Skala :
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial
masalah
untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya
masalah
Skala :
masalah
berat, harus
segera
ditangani
Ada masalah,
tetapi tidak
perlu segera
ditangani
Masalah tidak
dirasakan
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
Kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga
• Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
• Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
• Sumber daya perawat : pengetahuan, ketrampilan, waktu
• Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
• Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
• Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
• Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
• Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
Untuk kriteria ketiga perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut
Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Didasarkan pada yang mempunyai skor tertinggi sampai dengan skor terendah
2. Perawat mempertimbangkan pula persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana
yang menurut keluarga perlu diatasi segera
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Mencakup tujuan umum dan khusus dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu
pada penyebab.
2. Rencana tindakan meliputi kegiatan yang bertujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
• Memberikan informasi yang tepat
• Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
• Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
• Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
• Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
• Mendiskusikan tentang kosekuensinya dari tiap tindakan
c. Memberi kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
• Mendemonstrasikan cara perawatan
• Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
• Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk memelihara/memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga, dengan cara :
• Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
• Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya,
dengan cara :
• Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga
• Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan keluarga :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi klien
perawat yang objektif
3. Disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke
kemandirian klien untuk meminimalisasi tingkat ketergantungan
4. diarahkan untuk mengubah pengetahuan (), sikap (afektif) dan tindakan keluarga
(psikomotor)
5. perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab
akhir dan merupakan cara menghormati dan menghargai keluarga serta keluarga tidak
menentang terhadap apa yang akan dilakukan perawat.
Metode sederhana dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan Rencana asuhan keperawatan
Masalah (P) ---- digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus
atau tupan-tupen
Penyebab (E) ---- digunakan untuk merumuskan kriteria standar/hasil
yang diharapkan sebagai tolak ukur suatu
I keberhasilan
Tanda (S) I
Selanjutnya merumuskan rencana tindakan kepera
watan keluarga
D. IMPLEMENTASI
- perawat tidak bekerja sendiri melibatkan semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan kesehatan dirumah (home care)
- Peran perawat sebagai koordinator tetapi dapat juga sebagai pelaksana asuhan keperawatan
- Melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) meliputi :
waktu, topik, siapa pelaksananya, sasaran keluarga, peralatan
- Tujuannya agar keluarga dan perawat siap secara fisik dan psikis
- Harus sesuai dengan rencana dan kontrak yang telah dilakukan
- Materi : sesuai tujuan yang diharapkan
- Media : sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga agar diperoleh
efektifitas yang maksimal, yaitu :
Brosur/leaflet yang dibuat sendiri oleh perawat
Buku
Poster
Rekaman audio atau video, dll
- Buat rencana kegaiatan yang terstruktur agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien
- Rencanakan secara sistematis dan berurutan secara bertingkat derdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat
- Impkementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri, perawat, anggota tim kesehatan, keluarga
lain dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga
E. EVALUASI
- Kegiatan membandingkan hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang ditetapkan
- Bila evaluasi tidak atau berhasil sebagian disusun rencana baru
- Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga dengan waktu yang
sesuai dengan kondisi keluarga
- Disusun menggunakan SOAP yaitu
S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan keluarga setelah implementasi
O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan pengamatan
langsung setelah implementasi
A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan pada rencana keperawatan
P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
- Evaluasi yang dilaksanakan oleh perawat adalah evaluasi formatif yang bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan
kontrak pelaksanaan sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menilai secara keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis keperawatan dengan maksud apakah rencana diteruskan,
diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan.
Format evaluasi formatif dan sumatif
Tanggal & waktu 30 Juli 2007
No. Dx
1
Kolom 2 C
Evaluasi
S :
O :
A :
P :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGUsaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit
dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10-20% dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta. Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. Anak usia sekolah usia 6-12 tahun menuntut kebutuhan hidup yang menantang. Perubahan
perkembangan sangat beragam dan memiliki rentang seluruh area pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, psikososial, kognitif, dan moral di kembangkan, diperluas, disaring, dan di
sinkronisasikan, sehingga individu dapat menjadi anggota masyarakat yang di terima dan produktif. Anak usia sekolah harus mengatasi perubahan dalam seluruh area perkembangan, misalnya mereka harus bekerja dan bermain secara kooperatif dalam kelompok besar anak-anak dari berbagai latar belakang budaya. Anak usia sekolah harus memenuhi tantangan perkembangan ketrampilan kognitif yang meningkatkan pemikiran dan memungkinkan mereka untuk belajar menulis dan memanipulasi angka.
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari
kehidupan yang secara relative bebas bermain ke kehidupan dengan bermain, belajar, dan bekerja yang terstruktur. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, Anak harus belajar menghadapi peraturan dan harapan yang di tuntut oleh sekolah dan teman sebaya.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan persentasi / pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan keluarga pada anak usia sekolah
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi ISPA b. Menjelaskan etiologi ISPA
c. Menjelaskan manifestasi klinis ISPA d. Menjelaskan penatalaksanaan ISPA e. Menjelaskan definisi anak usia sekolah
f. Menjelaskan perkembangan fisik anak usia sekolah g. Menjelaskan perkembangan kognitif anak usia sekolah h. Menjelaskan perkembangan psikososial anak usia sekolah i. Menjelaskan masalah kesehatan spesifik pada anak usia sekolah j. Menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah k. Menjelaskan promosi kesehatan selama periode usia sekolah
BAB II
KONSEP DASAR A. DEFINISI ISPA
Definisi ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
• Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
• Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
• Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan bronkitis, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala- gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun
demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis :
o Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. o Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardia, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. o Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
o Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris :
o Hypoxemia, o Hypercapnea
o Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) D. PENATALAKSANAAN
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotic untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi.
2. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
• Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
3. Pengobatan
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya. • Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksazol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksazol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Setiap anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.
4. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 5 tahun keatas demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang 5. Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan : • Menjaga keadaan gizi agar tetap baik • Immunisasi
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan • Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Pemberantasan yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu • Pengelolaan kasus yang disempurnakan
• Immunisasi
E. PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan (Notoatmodjo, 2003:16).
Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup sehat (Depkes. RI, 2001).
demikian, ketiga faktor yang lain (lingkungan, pelayanan kesehatan, dan hereditas) juga memerlukan intervensi pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003:9).
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka (Notoadmodjo, 2003:10).
Pendidikan kesehatan merupakan komponen essensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan status kesehatan; mencegah penyakit; dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit (Brunner dan Sudart, 2002:47). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaiaan tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat
diberikan kepada seseorang kepada orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmdjo dalam Suliha dkk, 2002:2).
Pendidikan kesehatan adalah proses yang menjebatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan (Notoatmodjo dalam Suliha dkk, 2002:2). Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan tari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meingkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai pendidik (Suliha dkk, 2002:3).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, Tujuan pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu, masyarakat atau kelompok di bidang kesehatan (Notoatmodjo dalam Suliha, 2002:3)
Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi :
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dalam masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada. Tafal dalam Suliha (2002:3) menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan secara operasional, adalah sebagai berikut :
a. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), kesehatan lingkungan dan masyarakatnya.
b. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
c. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistentensi dan perubahan – perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
d. Agar orang tahu apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan pada sistem pelayanan kesehatan yang formal.
Dari kedua uraian tentang tujuan pendidikan kesehatan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai.
3. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu praktek pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian, tidak semua perubahan tiu terjadi karena perubahan saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil dari proses belajar, tetapi karena proses kematangan. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu memiliki ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa
perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya (Notoadmodjo, 2003:97)1).
4. Proses Pendidikan Kesehatan
Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni persoalan masukan (input), proses, dan persoalan keluaran (out put). Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah
menyangkut masalah belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subyek yang belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subyek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subyek belajar.
kedalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental, dan subyek belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, dan organisasi dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subyek dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003:98).
5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan
pendidikan kesehatan (Suliha dkk, 2002:4). a. Dimensi Sasaran Pendidikan Kesehatan
Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat. b. Dimensi Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinnya sasarannya juga berbeda-beda. Misalnya :
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah.
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. c. Dimensi Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan atau five levels of prevention (Notoatmodjo dalam Suliha, 2002:5) 1) Promosi kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi dan kebiasaan hidup sehat. 2) Perlindungan khusus (specific protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit yang terjadi pada anak maupun orang dewasa.
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian kasus individua atau massal, survei penyaringan kasus, penyembuhan dan pencegahan berlanjutnya proses penyakit, pencegahan penyebaran penyakit menular dan pencegahan komplikasi.
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas. Pengobatan yang tidak layak atau tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidak mampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan penyakit,
pencegahan komplikasi lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian. 5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena telah sembuh dari penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan latihan yang baik dan benar sesuai dengan program yang telah ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ada rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit atau sebaliknya masyarakat mungkin tidak mau menerima anggota masyarakat lain yang baru sembuh dari suatu penyakit.
6. Domain Pendidikan Kesehatan
Pendidikan menurut Notoatmodjo 2003, berkaitan dengan domain kognitif pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berfikir, berabstraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) terbagai secara berjenjang sebagai berikut :
a. Pembelajaran kognitif
1) Pengetahuan (Knowledge) menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan menganalisa atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil kita himpun atau kenali (recall of facts).
2) Pemahaman (Comprehension) dimana sudah tercapai pengertian (Understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterprestasikan, menafsirkan, meramalkan dan
mengeksplorasikan.
3) Penerapan (Application) dimana sudah tercapai kemampuan untuk menerapkan hal yang sudah dipahami kedalam situasi yang kondisinya sesuai.
4) Analisa (Analysis) dimana sudah dicapai kemampuan untuk mengurai hal tadi menjadi rincian yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen – komponen yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu bentuk susunan yang berarti.
5) Sistesis (Syntesis) dimana sudah dicapai kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
6) Evaluasi (Evaluation) dimana sudah dicapai kemampuan untuk membandingkan hal yang
bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.
b. Pembelajaran Afektif (Perilaku) 1) Penerimaan
Sikap terbuka untuk mengikuti petunjuk dari orang lain 2) Menanggapi
Melibatkan partisipasi aktif melalui proses mendengarkan dan bereaksi secara verbal dan non verbal.
3) Menilai
Memberikan nilai pada suatu obyek atau perilaku 4) Pengorganisasian
Mengembankan sistem nilai melalui identifikasi dan pengorganisasian nilai serta penyelesaian kembali konflik.
Pengkarakteristikan meliputi tindakan dan respon terhadap sistem nilai yang dianut, diuji, dan ditantang.
b. Pembelajaran Psikomotor (keterampilan motorik) 1) Persepsi
Merupakan keadaan yang menyadari suatu obyek atau kualitas melalui penggunaan seluruh organ indra. Seseorang merasakan adanya rangsangan sebagai tanda untuk melakukan tugas tertentu. 2) Perangkat
Perangkat merupakan kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu. Ada 3 perangkat , yaitu mental, fisik, dan emosi.
3) Respon terbimbing
Respon terbimbing merupakan kinerja suatu tindakan dibawah bimbingan seorang instruktur. Hal ini merupakan tindakan meniru dari tindakan yang didemonstrasikan.
4) Mekanisme
Mekanisme merupakan tingkat perilaku yang lebih tinggi dimana seseorang telah memiliki kepercayaan diri dan keterampilan untuk melakukan perilaku tertentu.
5) Respon komplek terbuka
Respon komplek terbuka mencakup pelaksanaan keterampilan motorik yang terdiri dari pola gerakan yang komplek. Seseorang memperlihatkan keterampilan secara halus dan benar tanpa ragu-ragu.
6) Adaptasi
Adaptasi terjadi bila seseorang mampu merubah respon motorik ketika muncul masalah yang tidak diduga.
7) Keaslian.
Keaslian merupakan aktivitas motorik yang paling kompleks yang mencakup penciptaan pola gerakan yang baru. Seseorang bertindak berdasarkan kemampuan dan keterampilan psikomotor yang ada.
7. Sumber Pendidikan Kesehatan a. Keluarga
b. Sekolah
c. Instansi pemerintah d. Media Informasi
e. Teman sebaya ( pergaulan ) F. KARAKTERISTIK RUMAH SEHAT
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sebagai tempat membina keluarga, tempat berlindung dari iklim dan tempat menjaga kesehatan keluarga.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi.
Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau
gangguan kesehatan, shg memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.
1. Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang Iangit, dengan ketentuan sebagai berikut :
• Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan • Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya • Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: o Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata)
o Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata) o Tingkat atau gradasi kekasaran den kehalusan jenis pekerjaan
o Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan
o Sinar matahari Iangsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari o Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai factor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70-80 cm dari permukaan lantai ruangan.
Nilai factor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh :
Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif
2. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut : • Lubang penghawaan minimal 5%(lima persen) dari luas lantai ruangan
• Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan • Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan berikut : o Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya
o Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamaaan ruangan kegiatan dalam bangunan sepeti; ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
3. Suhu udara dan kelembaban
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan
kegiatannya, perlu memperhatkan:
• Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar • Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak • Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas Iantai ruangan
BAB III
KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
B. PERKEMBANGAN FISIK 1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan peningkatan ketrampilan
neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus pada anak dalam