cara menghitung volume material pondasi
Berikut ini cara menghitung volume material pondasi batu kali, Pondasi digunakan sebagai penahan rumah atau bangunan sehingga konstruksi dapat berdiri kokoh di atasnya. pada saat akan membuat pondasi kita berpikir berapa material yang akan dibutuhkan, sehingga dapat dipersiapkan sebelumnya
misalnya pondasi batu kali dengan gambar berbentuk seperti ini:
Bentuk trapesium dengan panjang total pondasi adalah 35 m’ lebar atas pondasi 30 cm sedangkan lebar bawah pondasi 60 cm dan tinggi 70 cm dan panjang pondasi 35m. pertama kali kita lihat item pekerjaan yang ada pada pekerjaan pondasi tersebut yaitu:
1. Pekerjaan Bowplank 2. Pekerjaan galian tanah 3. pekerjaan urugan pasir
4. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali 1:5
berikutnya adalah mengitung volume tiap item pekerjaan
Pekerjaan Bowplank
volumenya 35 m’
kayu = 0.01 m3 x 35 = 0.35 m3
paku 0.02kg x35 = 0.7 kg dibulatkan 1 kg
Bowplank ini digunakan untuk pengukuran dan kesikuan letak pondasi agar sesuai dengan perencanaan.
▸ Baca selengkapnya: cara menghitung nilai pg 25 isian 10
(2)volume galian tanah = ((0.6+0.9)/2)x0.75= 0.5625 volume total galian tanh=0.5625 x35=19.6875 m3
―tidak membutuhkan material‖ pada situasi tertentu yang mengalami kesulitan dalam melakukan pembuangan hasil galian tanah maka diperlukan upaya khusus dalam
mengatasinya seperti merencanakan suatu area konstruksi yang memerlukan urugan tanah hal ini biasa disebut sebagai cutting fill.
Pekerjaan urugan pasir
Volume urugan pasir = 0.6×0.05 = 0.09 volume total pasir= 0.09 x35 = 3.15 pasir urug = 1.05 m3 x 3.15 = 3.3075 m3
Jumlah pasir 1 truck rata-rata adalah 4m3 jadi kita bisa membeli satu truck pasir untuk pekerjaan pondasi tersebut, namun masing-masing truck mempunyai volume yang berbeda-beda.
Pekerjaan Pasangan batu kali 1:5
Luas penampang trapesium pasangan batu kali =((0.6+0.3)/2)x0.7= 0.315 m2 volume total pasangan batu kali =0.315 x35 = 11.025 m3
batu kali = 1.2 m3 x 11.025 = 13.23 m3 Pasir = 0.54 m3 x 11.025 = 5.9535 m3
Semen = 2.68 zak x 11.025 = 29.547 zak dibulatkan 30 zak
Pekerjaan urugan tanah kembali
volume urugan tanah kembali = 19.6875 – 11.025 – 3.3075 ―tanah diambil dari bekas galian‖
jadi menurut perhitungan di atas maka volume material yang dibutuhkan adalah pasir = 3.3075 + 5.9563 = 9.2638 m3
batu kali = 13.23 m3 semen = 30 zak
▸ Baca selengkapnya: cara menghitung nama seseorang menurut islam
(3) paku = 1 kg
papan bowplank = 0.35 m3
nah setelah itu tinggal ke toko deh.. belanja tuh material untuk pelaksanaan pembangunan pondasi batu kali.. he..
cara menghitung volume material pasangan bata
Berikut ini contoh cara menghitung volume material pasangan batu bata agar dapat ditentukan jumlah kebutuhan bahan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembangunan, pasangan batu bata biasa digunakan sebagai dinding rumah maupun gedung, baik berfungsi sebagai penyekat ruangan maupun aksesoris bangunan.sebelum melaksanakan pekerjaan pasangan batu bata sebaiknya dihitung terlebih dahulu kebutuhan volume material bata yang diperlukan, sehingga tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan bata pada saat proses pelaksanaan pasangan dinding bata. dari hasil perhitungan juga perlu ditambahkan kelebihan jumlah sebagai angka keamanan untuk mengatasi
kekurangan bata akibat pecah atau hal-hal lain. Contoh gambar pasangan bata 3D dapat dilihat pada gambar dibawah ini
setelah sebelumnya menghitung volume material pondasi , sekarang kita akan mencoba menghitung volume material pasangan dinding bata, misalkan sebuah pekerjaan dinding bata sepanjang 20 m setinggi 3 m, berapa volume pasangan bata, semen, pasir dan jumlah tenaga yang dibutuhkan.
▸ Baca selengkapnya: cara menghitung nama jodoh menurut islam
(4)langkah pertama adalah menghitung luasan pasangan dinding bata volume = 20 m x 3 m = 60m2
berikutnya mencari data analisa BOW untuk 1m2 pasangan dinding bata adalah Pasangan batu bata dengan 1 Pc : 4 Ps per m2 tebal ½ bata
80,0000 Buah Batu bata 0,4000 Sak semen 0,0510 M3 Pasir pasang 0,0480 Mandor
0,0160 Kepala tukang batu 0,1600 Tukang batu 0,4800 Pekerja
selanjutnya berdasarkan analisa diatas dapat dihitng volume material bata seluas 60 m2
kebutuhan material untuk 60 m2 pasangan bata adalah
80,0000 x 60 m2 = 4800 Buah batu bata 0,4000 x 60 m2 = 24 sak semen
0,0510 x 60 m2 = 3.06 m3 pasir pasang
kebutuhan tenaga untuk 60 m2 pasangan bata adalah
0,0480 x 60 m2 = 2.88 hari mandor
0,0160 x 60m2 = 0.96 hari kepala tukang batu 0,1600 x 60 m2 = 9.6 hari Tukang Batu 0,4800 x 60 m2 = 28.8 hari Pekerja untuk jumlah tenaga dapat dihitung dengan cara
misalkan kita menginginkan pekerjaan tersebut selesai dalam 5 hari naka jumlah tenaga untuk pasangan batu bata seluas 60 m2 adalah:
2.88 hari: 5 = 0.576 dibulatkan 1 mandor
0.96 hari : 5 = 0.192 dibulatkan 1 kepala tukang batu 9.6 hari: 5 = 1.92 dibulatkan 2 Tukang Batu
28.8 hari : 5 = 5.76 dibulatkan 6 Pekerja
Begitulah cara menghitung volume material pasangan bata, selanjutnya belanja ke toko material, sama minta tolong bapak tukang deh…
Cara menghitung koefisien analisa harga satuan
bangunan
Koefisien analisa harga satuan adalah angka – angka jumlah kebutuhan bahan maupun tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu. koefisien analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana anggaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat koefisien analisa harga satuan menjadi kunci
menghitung dengan tepat perkiraan anggaran biaya bangunan.
Contoh koefisien analisa harga satuan bangunan
misalnya untuk 1 m2 pekerjaan plesteran dinding koefisien analisa harga satuanya adalah sebagai berikut:
Analisa untuk 1 m2 pekerjaan plesteran 1 pc : 4 ps adalah koefisien analisa bahan
0.2170 zak semen
0.02830 m3 pasir pasang koefisien analisa tenaga
0.0125 hari mandor 0.0200 hari kepala tukang 0.2000 hari tukang batu 0.2500 hari pekerja
angka – angka diatas merupakan koefisien analisa harga satuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran membutuhkan 0.2170 zak semen, sehingga jika kita akan mengerjakan 100 m2 pekerjaan plesteran maka kita harus membeli atau menyediakan semen sebanyak 0.2170 x 100 = 21,70 zak.
begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan diatas untuk menyelesaikan 1m2 pekerjaan plesteran diperlukan 0.20 hari tukang batu, maka untuk
menyelesakan 100 m2 plesteran dibutuhkan 0.20 x 100 = 20 hari kerja untuk satu tukang, nah jika kita ingin menyelesaikan pekerjaan plesteran tersebut dalam waktu 5 hari maka
Cara mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya bangunan ?
untuk mencari koefisien analisa harga satuan di indonesia bisa dlakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah:
Melihat buku Analisa BOW
Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman belanda dahulu, untuk sekarang ini sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan biaya pada koefisien tenaga.
Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )
standar nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh badan standarisasi nasional, dikeluarkan secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi SNI sebelumya. untuk memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007.
Melihat standar perusahaan
pada perusahaan tertentu menerbitkan koefisien analisa harga satuan tersendiri sebagai pedoman kerja karyawan, koefisien analisa harga satuan perusahaan ini biasanya merupakan rahasia perusahaan.
pengamatan dan penelitian langsung dilapangan.
Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalama kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
melihat standar Harga satuan
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah indonesia maupun standar perusahaan masing – masing, jika kita menggunakan harga satuan ini maka kita tidak
memerlukan koefisien analisa harga satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya kita hanya perlu mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.
contoh penggunaan koefisien analisa harga satuan untuk menghitung kebutuhan material bangunan bisa dibaca di : cara hitung kebutuhan pasir
Begitulah kurang lebih ara mencari koefisien analisa harga satuan
Pekerjaan bangunan dengan konstruksi beton bertulang membutuhkan material pasir dan semen sebagai bahan utama, selain itu pekerjaan pasangan dinding batu bata juga
memerlukan kedua buah material ini. Semen berfungsi sebagai bahan pengikat pasir sehingga tercipta adukan beton yang dapat mengeras menjadi batu, semen yang sudah dicampur air dapat melekatkan bahan bangunan disekitarnya. Disini kita akan menjelaskan sebuah tutorial sederhana tentang cara menghitung kebutuhan pasir dan semen semoga bermanfaat bagi yang sedang memikirkan berapa jumlah material yang harus dibeli dalam melakukan
pembangunan
Disini kita buat perhitungan pada salah satu pekerjaan bangunan yang sering dilaksanakan yaitu pasangan dinding batu bata. Untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen kita perlukan data luas pasangan batu bata dan koefisien analisa harga satuan yang cara
mencarinya sudah kita bahas pada artikel sebelumnya berjudul ―Cara menghitung koefisien
analisa harga satuan bangunan―, Misalnya kita buat contoh seperti ini
Pemasangan dinding batu bata 6 m x 3 m maka luasnya adalah 6 x 3 = 18 m2 Kita cari data analisa harga satuan pekerjaan pasangan batu bata per m2
Analisa kebutuhan bahan pada pasangan dinding batu bata dengan perbandingan adukan 1 semen : 5 pasir dalam 1 m2
SNI 6897:2008 No.6.10 : Memasang 1 m2 dinding bata merah ukuran (5 x 11 x 22) cm tebal ½ bata, campuran spesi 1 PC : 5 PP
9,68 kg semen
0,045 m3 pasir pasang 70 bh batu bata
Data koefisien analisa harga satuan pekerjaan lainya bisa dilihat di website
AnalisaHarga.com
Data diatas hanya sebagai contoh yang nilai koefisienya dapat berbeda-beda sesuai standar perhitungan yang digunakan seperti SNI atau RAB rahasia masing-masing perusahaan.
Cara menghitung kebutuhan pasir
Dari data analisa harga satuan diatas dapat kita ketahui bahwa untuk melaksanakan pasangan batu bata seluas 1 m2 membutuhkan pasir sebanyak 0,05 m3 per m2, pasangan batu bata yang kita kerjakan seluas 18m2.
Jadi total kebutuhan pasir = 0,045 m3/m2 x 18 m2 = 0,81 m3
Jika kita hendak membeli ke toko bangunan dalam satuan truck colt kapasitas 1 m3 maka dapat kita hitung jumlah pasir yang harus dibeli yaitu 0,81 m3 : 1 m3 = 0,81 truck colt Jadi kebutuhan pasir adalah 0,81 m3 atau 0,81 truck colt, Nah.. berdasarkan perhitungan tersebut maka kita bisa membeli pasir sebanyak satu Colt.
Cara menghitung kebutuhan semen
Pada Prinsipnya cara perhitungan sama dengan waktu mencari jumlah pasir yaitu koefisien analisa harga satuan semen pada pasangan dinding batu bata per m2 dikalikan volume luas dinding yang akan dipasang yaitu
Kebutuhan semen = 9,68 kg /m2 x 18 m2 = 174,24 kg
Jadi kebutuhan semen dalam satuan zak jika isi per kantong 50 kg maka dibutuhkan 174,24 kg : 50kg = 3,4848 zak.
Jadi untuk dapat menghitung kebutuhan pasir dan semen dibutuhkan dua data penting yaitu koefisien analisa harga satuan dan volume pekerjaan, kecuali jika sudah mempunyai
pengalaman berulang-ulang sehingga dapat memperkirakan dilapangan misalnya untuk memasang batu bata seluas sekian biasanya membutuhkan sekian zak semen, namun untuk laporan tertulis tetap lebih teliti jika menggunakan koefisien analisa harga satuan bangunan untuk mencari kebutuhan material.
Begitulah kurang lebih cara menghitung kebutuhan pasir dan semen menggunakan koefisien analisa harga satuan, begitu juga dengan kebutuhan batu bata langsung dapat dicari dengan mengalikan 70 bh/m2 x 18 m2 = 1260 bh. cara lain yang banyak digunakan oleh pemborong yaitu berdasarkan pengalaman dalam mengerjakan suatu pekerjaan, pengalaman melaksanaan pekerjaan ini akan lebih tepat jika dijadikan sebagai pedoman dalam membuat analisa harga satuan, analisa ini biasanya menjadi rahasia masing-masing kontraktor dalam menentukan harga borongan sehingga bisa dikatakan sebagai kunci daya saing pemborong
cara menghitung kebutuhan atap genteng
menghitung kebutuhan genteng untuk membangun sebuah rumah biasanya dihitung per meter persegi, dalam menghitung kita hanya mencari luas atap genteng tersebut, baik menggunakan cara menual dengan menghitung dengan jari tangan , pencet – pencet kalkulator maupun dengan bantuan software autocad.
dalam menghitung kebutuhan genteng secara manual, saat melihat gambar atau membayangkan bentuk atap , biasanya terdapat
kesulitan yang ditemui pada saat menghitung luas atap, justru terletak pada penentuan lebar atap.
kenapa kesulitan terletak pada penentuan lebar atap? sebelumnya kita lihat sebuah gambar atap yang akan kita hitung salah satu luas sisinya:
dari gambar atap tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa perhitungan luas atap nantinya menggunakan beberapa rumus matematika yaitu:
segitiga = ( alas x tinggi ) / 2 Jajaran genjang = panjang x lebar
trapesium= ( jumlah sisi sejajar /2 ) x tinggi
persegi = panjang x lebar ( pada gambar diatas tidak ada )
nah… dari rumus matematika tersebut kita memerlukan beberapa ukuran panjang atau lebar yang belum tentu tertera pada gambar, contohnya pada garis A pada gambar diatas.
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui lebar atap yang tidak tertulis dalam nota gambar. ada beberapa cara
1. sosial enginering yaitu dengan menanyakan ukuranya kepada yang bikin gambar, nah bagaimana kalau yang bikin gambar tidak mungkin untuk kita temui, kita coba cara lainya: 2. dengan menggambar sketsa ulang atap tersebut dengan skala yang benar, sehingga diketahui berapa ukuran lebar atap, hal ini tentunya membutuhkan pengetahuan teknik menggambar, bagaimana jika tidak bisa. tenang saja banyak jalan menuju rumah pacar, eh..
cara menghitungnya…
3. kita gunakan rumus sinus , cosinus, tangen
misalnya kita akan menghitung bidang (B) pada gambar atap diatas yang berbentung jajaran genjang dengan panjang yang sudah diketahui yaitu 2 m , dan lebarnya yang perlu kita cari
panjang A berapa ?
Kita lihat dahulu bentuk segitiga yang mempengaruhi garis A tersebut panjang garis atap ? adalah
cos 45 derajat = 3 m / garis atap yang dicari garis atap yang dicari = 3 m / cos 45 derajat garis atap yang dicari = 3 m / 0,70711 garis atap yang dicari = 4,243 m
berikutnya kita bayangkan segitiga lagi untuk menghitung garis A Karena kita gak mengetahui sudutnya maka kita gunakan rumus AÂ = akar ( 4,243 kuadrat ditambah 2, 101 kuadrat )
A = akar ( 18,003 + 4,414 ) A = akar 22,417
A = 4,735 m
Nah.. panjang garis atap A sudah didapat sepanjang = 4,735 m maka luas atap pada bentuk jajaran genjang tersebut adalah 2 m x4,735 m = 9,47 m persegi
untuk mengetahui jumlah genteng yang diperlukan kita tinggal membegi 9,47 dengan jumlah kebutuhan genteng per 1 m persegi sesuai ukuran genteng yang akan dipakai.
untuk sisi atap lainya tinggal kita hitung pakai rumus trapesium atau segitiga
Analisa harga dan bahan pekerjaan plafond
Analisa harga satuan pekerjaan plafond dihitung dalam satuan m2, sedangkan untuk lis plafond dihitung dalam satuan m1.
contoh perhitungan volume pekerjaan plafond
suatu kamar tidur berukuran 3 m x 3 m akan dipasang plafond motif multiplek berukuran 120 x 120 cm, berapakah jumlah multiplek, lis plafond dan rangka plafond yang harus dibeli atau disediakan?
untuk menganalisa harga pekerjaan plafond untuk kamar tersebut, pertama kali kita hitung luasan ruangan yaitu:
L = 3 m x 3 m = 9 m2
berikutnya kita analisa kebutuhan multiplek yang harus disediakan
1 lembar multriplek dipasaran berukuran 1,2 m x 2,4 m. sedangkan kita akan memakai ukuran 1,2 m x 1,2 m. berarti 1 multriplek utuh nantinya akan kita potong menjadi dua bagian.
luas ruangan = 9 m2
luas 1 motif multriplek ukuran 1,2 m x 1,2 m = 1,44 m2
maka kebutuhan multriplek = 9 m2 : 1,44 m2 = 6.25 buah ukuran 1,2 m x 1,2 m
berarti jumlah murtiplek yang harus dibeli ( ukuran 1,2 m x 2,4 m ) adalah = 6,25 :2 = 3,125 buah dibulatkan 3,5 buah
pada saat pengerjaan plafond mungkin terjadi resiko kerusakan, cacat atau sisa pemotongan plafond tak terpakai, jadi sebagai angka keamanan kita tambahkan 1 lembar dalam membeli menjadi 3,5 + 1 = 4,5 lembar. dan jika tidak diperbolehkan membeli multriplek separuh lembar maka kita membeli sejumlah 4 lembar murtlipek
Menghitung kebutuhan kayu rangka plafond
jumlah rangka kayu yang dibutuhkan dapat kita analisa dengan cara sebagai berikut
ukuran ruangan 3 m x 3m maka rangka kayu yang menempel pada dinding adalah sepanjang 3m x4 bh = 12 m1
ukuran 1 motif plafond adalah 1,2 m x 1,2 m, maka kebutuhan kayu rangka plafond adalah 3 m x 4 bh = 12 m1
kayu rangka penggantung 5 bh x 1 m = 5m
maka jumlah total kebutuhan kayu rangka plafond adalah 12 m + 2 m + 12 m = 36 m1
menghitung kebutuhan lis plafond
lis plafond kita pasang pada pertemuan antara pinggir plafond dengan dinding maka lis plafond yang dibutuhkan adalah sepanjang 3 m x 4 bh = 12 m1
menghitung kebutuhan cat plafond
jika kita menambahkan cat sebagai finishing plafond, maka untuk menghitung kebutuhan cat plafond kita memerlukan luasan ruangan yaitu 3 m x 3 m = 9 m2 pekerjaan cat plafond. untuk kebutuhan tenaga dan Material pembantu seperti paku, benang dll bisa disesuaikan dilapangan, dan nantinya bisa memperkiakan kebutuhan material pembantu tersebut sebagai acuan pekerjaan plafond berikutnya.
setelah kita mengetahui jumlah volume tenaga, bahan atau material tentunya kita sudah dapat memperkiran biaya yang nantinya diperlukan dengan mengalikan volume material tersebut dengan harga dipasaran.
Macam – macam bahan yang dapat digunakan sebagai plafond rumah
plafond Multriplek
Plafond Beton Ekspos ( finish semen aci dan cat ) Plafond Alumunium composit
Plafond Beton finish walpaper Plafond plastik
Plafond Kaca
Plafond Rangka atap existing finish cat Plafond Gypsum
Plafond Asbes
Plafond Rumput alang – alang kering.
Analisa pekerjaan plesteran
Cara menghitung RAB pekerjaan plesteran adalah dengan menghitung volume luasan dinding yang akan dihitung dalam m2, kemudian volume tersebut dikalikan harga satuan pekerjaan plesteran per 1 m2, untuk menghitung harga plesteran per 1 m2 dapat menggunakan koefisien analisa harga dibawah yang bersumber dari Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 2008.
Cara Menggunakanya kita pilih salah satu koefisien dibawah ini yang sesuai dengan bahan yang akan digunakan kemudian kalikan saja koefisien tersebut dengan harga material atau tenaga, kemudian dijumlahkan, nah hasil penjumlahan tersebut merupakan harga per 1 m2.
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 1 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 15,504 KG PP = 0,016 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 10,224 KG PP =Â 0,020 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor =Â 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 3 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 7,776 KG PP = 0,023 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 4 PP, tebal 15 mm Bahan PC =g 6,240 KG PP = 0,024 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 5,184 KG PP = 0,026 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 6 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 4,416 KG PP = 0,027 M3 Tenaga kerja Pekerja =0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 7 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 3,936 KG PP = 0,028 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor =0,015 OH
Bahan PC = 3,456 KG PP = 0,029 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : ½ KP : 3 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 5,760 KG KP = 0,003 M3 PP = 0,013 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,360 OH Tukang batu = 0,120 OH Kepala tukang = 0,012 OH Mandor = 0,018 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 KP : 8 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 3,000 KG KP = 0,005 M3 PP = 0,020 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,360 OH Tukang batu = 0,120 OH Kepala tukang = 0,012 OH Mandor = 0,018 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 1 PP, tebal 15 mm
Bahan SM = 0,009 M3 KP = 0,009 M3 PP = 0,009 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,360 OH Tukang batu = 0,120 OH Kepala tukang = 0,012 OH Mandor = 0,018 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 2 PP, tebal 15 mm
Bahan
KP = 0,007 M3 PP = 0,015 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,360 OH Tukang batu = 0,120 OH Kepala tukang = 0,012 OH Mandor = 0,018 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 2 PP, tebal 20 mm
Bahan PC = 13,632 KG PP = 0,027 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,400 OH Tukang batu = 0,200 OH Kepala tukang = 0,020 OH Mandor = 0,022 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 3 PP, tebal 20 mm
Bahan PC = 10,368 KG PP = 0,031 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,260 OH Tukang batu = 0,200 OH Kepala tukang = 0,020 OH Mandor = 0,013 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 4 PP, tebal 20 mm
Bahan PC = 8,320 KG PP = 0,032 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,400 OH Tukang batu = 0,200 OH Kepala tukang = 0,020 OH Mandor = 0,022 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 5 PP, tebal 20 mm
Bahan
PC = 6,912 KG PP = 0,035 M3
Tenaga kerja
Pekerja = 0,400 OH Tukang batu = 0,200 OH Kepala tukang = 0,020 OH Mandor = 0,022 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 PC : 6 PP, tebal 20 mm
Bahan PC = 5,888 KG PP = 0,036 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,400 OH Tukang batu = 0,200 OH Kepala tukang = 0,020 OH Mandor = 0,022 OH
Membuat 1 m2 plesteran 1 SM : 1 KP : 2 PP, tebal 20 mm
Bahan SM = 0,009 M3 KP = 0,009 M3 PP = 0,018 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,440 OH Tukang batu = 0,220 OH Kepala tukang = 0,022 OH Mandor = 0,022 OH
Membuat 1 m2 Berapen 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm
Bahan PC = 5,184 KG PP = 0,026 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,150 OH Tukang batu = 0,075 OH Kepala tukang = 0,008 OH Mandor = 0,008 OH
Membuat 1 m’ Plesteran Skoning lebar 10 mm 1 PC : 2 PP. Bahan
PC = 0,500 KG PP = 0,013 M3
Tenaga kerja
Tukang batu = 0,400 OH Kepala tukang = 0,040 OH Mandor = 0,004 OH
Membuat 1 m2 Plesteran Granit , 1 PC : 2 Granit, tebal 10 mm
Bahan PC = 10,000 KG Batu granit = 15,000 KG Tenaga kerja Pekerja = 0,450 OH Tukang batu = 0,225 OH Kepala tukang = 0,023 OH Mandor = 0,023 OH
Membuat 1 m2 Plesteran Teraso , 1 PC : 2 Batu Teraso, tebal 10 mm
Bahan PC = 10,000 KG Batu teraso = 15,000 KG Tenaga kerja Pekerja = 0,450 OH Tukang batu = 0,225 OH Kepala tukang = 0,023 OH Mandor = 0,023 OH
Membuat 1 m2 Plesteran Ciprat / Kamprotan 1 PC : 2 PP
Bahan PC = 4,320 KG PP = 0,006 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,100 OH Kepala tukang = 0,010 OH Mandor = 0,015 OH
Membuat 1 m2 finishing siar pasangan dinding bata merah (=20 m’) Bahan PC = 3,108 KG Tenaga kerja Pekerja = 0,150 OH Tukang batu = 0,075 OH Kepala tukang = 0,008 OH Mandor = 0,008 OH
Membuat 1 m2 finishing siar pasangan dinding conblock ekspose (=8 m’) Bahan PC = 1,600 KG Tenaga kerja Pekerja = 0,070 OH Tukang batu = 0,035 OH Kepala tukang = 0,004 OH Mandor = 0,004 OH
Membuat 1 m2 finishing siar pasangan batu kali adukan 1 PC : 2 PP
Bahan PC = 6,340 KG PP = 0,012 M3 Tenaga kerja Pekerja = 0,300 OH Tukang batu = 0,150 OH Kepala tukang = 0,015 OH Mandor = 0,015 OH Membuat 1 m2 acian Bahan PC = 3,250 KG Tenaga kerja Pekerja = 0,200 OH Tukang batu = 0,100 OH Kepala tukang = 0,010 OH Mandor = 0,010 OH
koefisien Berdasarkan: SNI 2837:2008
cara menghitung adukan beton metode BOW
Besarnya volume adukan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan bangunan sebaiknya dihitung telebih dahulu agar dapat memperkirakan rencana anggaran biaya bangunan yang dibutuhkan serta sebagai pedoman dalam membeli jumlah material sesuai dengan kebutuhan. CARA MENGHITUNG ADUKAN BETON / ADUKAN MORTAR [ metode B.O.W ] Koef bahan berdasar B.O.W :
Semen = 0.76 Pasir = 0.675 Kerikil = 0.52
Artinya dalam 1 m3 kerikil terdiri dari 0.52 m3 kerikil + 0.48 rongga udara Bj Semen = 1250 Kg
1 zak = 50 kg
=====> 1 m3 adukan beton 1 : 2 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3 2 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 2 * 0.675 = 1.35 m3 3 m3 kerikir ———————> jadi adukan = 3 * 0.52 = 1.56 m3 ========================================== 6 m3 material ———- menghasilkan adukan beton = 3.67 m3 1 m3 adukan beton = 1 : 2 : 3 ===> dibutuhkan bahan… ————————————————————————– Semen = 1/3.67 * 1 m3 = 0.2725 m3 = 340.5995 kg = 6.812 zak Pasir = 1/3.67 * 2 m3 = 0.5449 m3
Kerikil = 1/3.67 * 3 m3 = 0.8174 m3
=====> 1 m3 adukan beton 1 : 3 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3 3 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3 5 m3 kerikir ———————> jadi adukan = 5 * 0.52 = 2.6 m3 ========================================
9 m3 material ———- menghasilkan adukan beton = 5.385 m3 1 m3 adukan beton = 1 : 3 : 5 ===> dibutuhkan bahan… ————————————————————————– Semen = 1/5.385 * 1 m3 = 0.1857 m3 = 232.1263 kg = 4.6425 zak Pasir = 1/5.385 * 3 m3 = 0.5571 m3
Kerikil = 1/5.385 * 5 m3 = 0.9285 m3
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 5 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3 5 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 5 * 0.675 = 3.375 m3
================================================
6 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 3.375 = 4.135 m3 1 m3 adukan mortar = 1 : 5 ===> dibutuhkan bahan…
———————————————————————–
Semen = 1/4.135 * 1 m3 = 0.2418 m3 = 302.2975 kg = 6.0459 zak Pasir = 1/4.135 * 5 m3 = 1.2092 m3
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 4 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3 4 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 4 * 0.675 = 2.7 m3
================================================ 5 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.7 = 3.46 m3
1 m3 adukan mortar = 1 : 4 ===> dibutuhkan bahan… ———————————————————————–
Semen = 1/3.46 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 361.27167 kg = 7.2254 zak Pasir = 1/3.46 * 4 m3 = 1.1561 m3
=====> 1 m3 adukan plesteran / mortar 1 : 3 jadi adukan = 1 * 0.76 = .76 m3 3 m3 pasir ———————-> jadi adukan = 3 * 0.675 = 2.025 m3
================================================
4 m3 material —— menghasilkan adukan mortar = 0.76 + 2.025 = 2.785 m3 1 m3 adukan mortar = 1 : 3 ===> dibutuhkan bahan…
———————————————————————–
Semen = 1/ 2.785 * 1 m3 = 0.289 m3 *1250 = 448.833 kg = 8.9767 zak Pasir = 1/2.785 * 3 m3 = 1.0772 m3
Cara menghitung kebutuhan keramik
Menghitung kebutuhan keramik cukup mudah, tetapi jika cara menghitugnya tidak benar tentunya dapat berakibat pada biaya pekerjaan lantai yang membengkak, waktu penyelesaian pekerjaan lantai mundur, atau bahkan yang lebih parah warna keramik lantai tidak seragam.
Mengapa kesalahan menghitung kebutuhan keramik dapat menyebabkan biaya pekerjaan membengkak ?
jika dalam menghitung pekerjaan keramik melebihi kebutuhan hal ini tentunya dapat menyebabkan biaya pembelian keramik lebih besar. dan jika dalam menghitung keramik kurang dari kebutuhan juga dapat memperbesar biaya pekerjaan karena adanya biaya transportasi untuk pembelian sisa kekurangan keramik.
Mengapa kesalahan menghitung keramik dapat memperlambat waktu penyelesaian pekerjaan ?
Sisa keramik akan menyebabkan tambahan waktu untuk memindahkan keramik tersebut, dan jika dalam menghitung keramik ternyata kurang, maka dibutuhkan tambahan waktu untuk membeli keramik baru yang belum tentu masih ada dipasaran.
Mengapa kesalahan menghitung keramik dapat membuat warna lantai tidak seragam ?
Untuk keramik jenis tertentu, jika Proses pembakaran keramik dalam waktu yang berbeda akan menyebabkan perbedaan warna keramik, nah jika dalam menghitung kurang, maka sebuah teka teki baru harus dipecahkan, yaitu mencari keramik dengan warna dan pola sejenis, atau memilih sebuah pilihan membongkar pasangan keramik satu ruangan yang telah dipasang untuk kemudian mengganti dengan yang baru dengan warna yang sama, parah bukan.
misalkan sebuah kamar ukuran panjang 4 m dan lebar 4m maka kebutuhan keramiknya = 4 m x 4m = 16 m persegi
karena dipasaran 1 dus keramik = 1 m persegi maka kebutuhan keramiknya adalah 16 dus keramik.
nah.. setelah menghitung keramik seperti itu langsung saja pergi ke toko untuk belanja keramik, pasti kurang atau lebih dah…
hal – hal yang perlu diperhatikan , jika ingin menghitung keramik secara tepat.
memperkirakan jumlah keramik pecah dalam proses pelaksanaan kemudian menambahkanya dengan volume bersih.
menghitung jumlah keramik potongan pada pojok ruangan, apakah sisa potongan masih dapat digunakan lagi atau tidak.
dan yang ketiga agak aneh yaitu memperkirakan jumlah keramik yang akan diminta orang lain, atau jumlah keramik hilang.
Penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah
keramik
Pada artikel sebelumnya sudah kita bahas cara menghitung kebutuhan keramik yang dapat dilihat disini dan adakalanya setelah kita hitung dengan cermat dan teliti ternyata kurang saat pelaksanaan, sebenarnya apa penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah keramik? mari kita bahas disini. Yang dimaksud kurang disini adalah jumlah kebutuhan keramik ternyata diatas hasil perhitungan sehingga harus mendatangkan lagi. O.k langsung saja kita awali dengan membuat daftar hal-hal yang mungkin menjadi penyebab permasalahan ini, bagi yang mempunyai pengalaman atau pengetahuan dan bersedia menambahkan maka kita terima dengan senang hati.
Berikut ini macam-macam penyebab kekurangan dalam menghitung jumlah keramik. 1. Hanya menghitung luasan ruangan dapat menyebabkan kesalahan karena seringkali
ada potongan keramik sudut atau biasa kita sebut sebagai las-lasan ternyata tidak terhitung.
2. Kesalahan dalam menghitung volume bangunan seperti luas ruangan, pengukuran lebar, panjang atau tinggi bidang bangunan yang akan dipasang keramik.
3. Ukuran keramik tidak pas, misalnya jika saat menghitung kita gunakan ukuran
keramik 40cm x 40cm ternyata ukuran keramik yang kita beli di toko bangunan hanya 38cm x 38 cm sehingga ada luasan yang tidak terhitung.
4. Terjadi kerusakan bahan saat pelaksanaan misalnya keramik pecah atau kehilangan. 5. Kehilangan material merupakan penyebab jelas kekurangan bahan.
6. Salah dalam operasi bilangan saat perhitungan, seperti salah membagi, salah menjumlah, salah mengurangi atau salah mengalikan sehingga jumlah kebutuhan keramik yang dihitung dibawah kebutuhan.
7. Salah membaca angka dapat menghasilkan hasil perhitungan yang berbeda. 8. Salah menggunakan rumus perhitungan kebutuhan keramik.
Tips agar dapat menentukan jumlah keramik pas
1. Menambahkan angka keamanan atau safety factor sebesar 2% sampai dengan 5% dari jumlah perhitungan.
2. Membuat gambar shop drawing pola pemasangan keramik terlebih dahulu sehingga jelas dalam perhitungan.
3. Menghitung keramik dengan sistem jumlah bukan luasan, cara ini lebih cape namun tingkat ketelitianya lebih tinggi karena dapat memperkirakan las-lasan dan pada posisi mana potongan keramik akan dipakai atau terbuang.
4. Mengukur terlebih dahulu ruangan ayang akan dipasang keramik kemudian
menentukan disebalah mana awal pemasangan keramik sehingga dapat mengetahui lebar keramik sisa, hal ini akan lebih teliti jika hasil pengukuran dibuat dalam bentuk gambar.
Masing-masing tentu mempunyai strategi khusus dalam menghitung secara pas, strategi tersebut bisa jadi karena pengalaman atau belajar,