IKA-UA Ingatkan Pemerintah
Juga Berpihak pada
Daerah-daerah Terluar
UNAIR NEWS – Pokok-pokok pikiran yang disampaikan Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) kepada pemerintah di bidang hukum, antara lain berharap pemerintah tetap meneruskan penegakan hukum yang bermartabat. Hal itu diusulkan setelah mencermati bahwa selama ini masih terdapatnya persoalan carut-marutnya di bidang hukum. Pengembangan hukum hendaknya juga tetap berpijak pada Pancasila secara murni dan konsekuen, sehingga para ahli hukum memiliki watak nasionalisme yang tinggi dan mengedepankan kepentingan penegakan hukum.
”Karena itu IKA-UA berpendapat pendidikan hukum di berbagai lembaga perguruan tinggi harus dapat mencetak yuris-yuris yang tidak hanya tukang yang pandai dalam pasaI-pasal, tetapi juga sebagai intelektual pemandu hukum yang bermoral dan berkeadilan,” demikian Drs. Ec. Haryanto Basoeni, Ketua I Pimpinan Pusat IKA-UA ketika mendeklarasikan Pokok-pokok Pikiran IKA-UA, khususnya bidang hukum dan teknologi, disela pelantikan IKA-UA Wilayah Jatim, Sabtu (4/2).
Pokok pikiran di bidang teknologi, meskipun Fakultas Perikanan dan Kelautan merupakan fakultas baru di UNAIR, namun IKA-UA bersama UNAIR mendorong pemanfaatan keunggulan di bidang maritim dan perikanan. IKA-UA menyadari bahwa NKRl merupakan negara maritim yang berazaskan wawasan nusantara, termasuk pulau-pulau dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah kedaulatan negara. Dan itu merupakan kekayaan alam yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bangsa.
Untuk itu IKA-U A mendorong pemerintah perguruan tinggi untuk memacu pembangunan sektor kelautan dan perikanan. UNAIR
memiliki kompetensi dibidang budaya dan pengelolaan. IKA UA percaya bahwa bangsa Indonesia optimis di sektor ini akan menjadikan sektor andalan dalam mensejahteraan rakyat, sehingga tidak tertinggal dengan negara lain yang sudah maji di sektor ini.
Dalam kaitan ini IKA-UA juga mengingatkan agar pemerintah tetap menaruh keberpihakan kepada daerah-daerah terluar di Nusantara ini. Universitas Airlangga beserta alumninya siap membantu membangun daerah-daerah tertinggal dan terluar. Salam satu upayanya dengan rencana membuat Rumah Sakit Apung (RSA) Universitas Airlangga.
Pemerintah dan UNAIR diharapkan juga fokus pada pengembangan teknologi kesehatan (biomedical technology): menciptakan biosensor, obat baru, vaksin, diagnostik, bio-informatik, dan teknologi regenerative (stem cel).
Selain itu, teknologi pangan: teknologi reproduksi (menciptakan populasi berbasis rekayasa reproduksi seperti penyebaran Inseminasi Buatan (IB) di seluruh Indonesia, konservasi plasma nutfah berbasis stem cell (hewan, tanaman obat, langka, spesifik lokal Indonesia). Menciptakan
produkberbasis bioteknologi.
Universitas Airlangga juga bertekad membantu pemerintah di bidang kemandirian pangan, dalam hal ini daging, agar tidak terus menerus impor akan menggerus devisa negara. UNAIR selama ini sudah mampu melakukan peningkatan produksi semen beku ternak unggulan (sapi, kambing dan domba) dan tenaga inseminator dalam upaya mengimplementasikan program Kementerian Pertanian: SIW AB (satu induk wajib bunting), khususnya terhadap induk sapi betina produktif guna memenuhi kebutuhan daging di Indonesia.
Mengembangkan semen beku berbasis bioteknologi pisah kelamin untuk ketersediaan semen beku jantan dan betina. Peningkatan pakan ternak berkualitas dengan memanfaatkan produk unggulan
perguruan tinggi, seperti enzyme, probiotik dan fennentasi untuk meningkatkan daya cerna pakan, dalam upaya peningkatan produksi susu, telor dan daging.
Para alumni UNAIR juga usul agar pengembangan farmasi juga menjadi prioritas, mengingat Indonesia kaya dengan sumber daya alam yang menjadi bahan baku obat agar ketergantungan impor bahan baku bisa dikurangi. UNAIR sudah mampu memproduksi bahan baku obat berbasis bioteknologi. Selain itu UNAIR juga memiliki kompetensi dibidang obat tradisional (herbal). Jadi pengembangan dibidang ini perlu diperhatikan. (*)
Penulis: Bambang Bes
Alumni HI UNAIR Jadi Biro
Protokol Sekretariat Presiden
UNAIR NEWS – Sore itu, di suatu sudut Istana Negara, kru UNAIRNEWS bertemu dengan salah satu Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga. Perempuan muda, kalem dan ramah tersebut menjumpai kami di sebuah ruangan rapat yang kebetulan sedang tidak digunakan lantaran waktu sudah hampir masuk jam pulang kerja. “Apa kabar?” sapanya. Tepat pukul 15.10 WIB perbicangan santai dan menarik pun mengenai alumni ini pun dimulai.
Vinandhika Parameswari namanya, Viki sapaan akrabnya. Ia adalah Sarjana Hubungan Internasional FISIP UNAIR yang kini bekerja sebagai Biro Protokol, Sekretariat Presiden, Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Perempuan asal Ponorogo tersebut sering terlibat dalam kegiatan keseharian Presiden Joko Widodo maupun Ibu Negara Ibu Iriana.
Mahasiswa angkatan 2010 tersebut bercerita mengenai kesehariannya meramu dan menyusun berbagai acara presiden dan ibu negara. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan untuk acara harian presiden, membuat konsep rencana acara harian presiden, hingga menyusun konsep acara kenegaraan dan masih banyak lagi. “Awalnya aku tidak tahu protokoler itu tugasnya ngapain, yang saya tahu tugasnya menyertai kepala negara,” terang Vinandhika.
Semasa kuliah, Alumni SMAN 1 Jember tersebut mengaku sering mengikuti lomba karya tulis, berbagai lomba pernah ia menangi, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tidak luput dari keikutsertaanya. Ia juga pernah bergabung dalam UKM penalaran. Akan tetapi kemampuan menulisnya pun semakin terasah ketika menjalani kuliah di HI UNAIR.
“Waktu SMA sampai kuliah tuh, suka banget sama lomba karya ilmiah. Apalagi pas masuk HI setelah tahu tugas-tugasnya, jurnal mingguan dan analisis, jadi semakin baik aja nulisnya, walaupun sempat kaget di awal-awal,” tandas perempuan kelahiran 1992 tersebut.
Bagaimana Cerita Masuk Istana?
Setelah lulus dari UNAIR pada tahun 2014, Viki awalnya bekerja di perusahaan Media Monitoring Internasional di Jakarta. Kemudian, ia bersama beberapa teman se-angkatannya mengikuti seleksi CPNS dari Kementrian Sekretariat Negara setahun kemudian. Pada waktu itu, lowongan yang dibutuhkan adalah Sarjana Hubungan Internasional yang akan ditempatkan di Biro Protokol Sekretariat Presiden.
Adapun materi yang diujikan meliputi pengetahuan umum, kewarganegaraan dan matematika dasar. Adapula tes yang berbasis komputer. Setiap peserta tes diharapkan mampu memenuhi standar nilai yang dibutuhkan di setiap materi ujian. Ditempat itu, peserta langsung dirangking siapa aja yang memenuhi kualifikasi, siapa yang memenuhi batas minimum.
Setelah lolos dalam tahap tersebut, berikutnya, ia menjalan tes TOEFL dan juga wawancara oleh pejabat eselon 1 dan 2 dari unit kerja yang berbeda. Yang akhirnya membawa Viki untuk lolos dalam tes tersebut.
“Saya tidak habis berfikir untuk lolos sampai tahap selanjutnya, karena yang lolos dan diterima akhirnya hanya dua orang.” lanjut Viki.
Memori Kuliah
Ketika ditanya soal alasan mengambil studi HI. Viki menceritakan bahwa sejak SMA, Ayahnya gemar membaca dan mengikuti politik internasional. Kegemaran tersebut secara tidak langsung mendorongnya untuk senang mengikuti kajian tersebut. Pada tahun 2010, setelah mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi, Viki diterima sebagai mahasiswa baru HI FISIP UNAIR.
“Ayah suka sekali sama bacaan buku-buku dunia politik global, kemudian saya juga tertarik untuk mengikutinya, akhirnya Ayah mendukung saya mengambil jurusan HI.” Ungkap alumni yang mengaku sempat berminat konsentrasi dalam Bisnis dan Organisasi Internasional tersebut.
Semasa kuliah, Viki mengaku senang dengan berbagai mata kuliah yang dia ambil. Salah satu yang ia ingat adalah mata kuliah Geopolitik dan Geostrategi yang diajar oleh Drs. Djoko Sulistyo, M.S., dan Drs. Wahyudi Purnomo, M.Phil. Ia juga pernah ikut berkolaborasi dalam penulisan ilmiah bersama dosennya, yakni Dra. Baiq Lekar Sinayang Wahyu Wardhani, MA., Ph.D., dan I Gede Wahyu Wicaksana M.Si., Ph.D.
Di penghujung masa kuliah, ia mengambil peminatan Studi Perdamaian dan Keamanan yang kemudian mengantarkannya untuk mengulas tugas akhirnya dengan judul “Terorisme sebagai Tantangan Kelompok Etnis Terhadap Negara: Studi Kasus Gerakan Transnasional Boko Haram di Nigeria”.
Ketika ditanya soal apa manfaat ilmu yang ia pelajari dulu waktu kuliah, Viki menjawab bahwa ilmu hubungan internasional sangat bermanfaat sesuai dengan pekerjaannya saat ini. Apalagi ia bekerja di lingkungan presiden yang notabenenya adalah individu dan juga aktor utama dalam Hubungan Internasional. Manfaat itu sangat terasa, lanjutnya, karena dulu ketika kuliah banyak belajar hal-hal dari berbagai macam isu, lalu mengkajinya melalui berbagai macam sudut pandang.
“Saya bersyukur belajar di HI UNAIR, disana saya belajar banyak hal, membuat jurnal, analisis, belajar berbagai isu multidimensional yang dikaji menggunakan berbagai irisan, liberalisme, realism, kontruktivisme dan lain lain. Jadi, bisa tahu gimana melihat satu permasalahan dari berbagai macam sudut pandang.” Tutur alumni HI yang menyelesaikan kuliah dalam 7 semester tersebut.
Penulis : Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan
IKA-UA: Pemerintah Perlu
Tegaskan Konsep Kemandirian
dan Daya Saing Bangsa
UNAIR NEWS – Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) menyadari bahwa selama ini kemajuan Indonesia di berbaga bidang sudah dicapai, meski belum dikatakan sempurna. Menyadari bahwa tantangan bangsa Indonesia kedepan semakin kompleks, baik karena dinamika sosial politik di dalam negeri maupun perubahan yang cepat geopolitik global; seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa dan kawasan lain, IKA-UA menyampaikan Pokok Pokok Pikiran kepada pemerintah tentang
Kemandirian dan Daya Saing Bangsa.
”Pokok-pokok pikiran ini akan segera kami sampaikan kepada pemerintah sebagai masukan dari lkatan Alumni Universitas Airlangga,” kata Drs. Ec. Haryanto Basoeni, Ketua I Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA), usai mendeklarasikan Pokok-pokok Pikiran IKA-UA, disela pelantikan IKA-UA Wilayah Jawa Timur, di Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Sabtu (4/2).
Ditegaskan, pokok-pokok pikiran IKA-UA tentang Kemandirian dan Daya Saing Bangsa ini merupakan hasil Forum Group Discussion (FGD) IKA-UA yang dilandasi pemikiran bahwa era globalisasi dan perdagangan bebas serta iklim persaingan yang semakin kompetitif ini, diperlukan konsep kemandirian dan daya saing bangsa agar bangsa Indonesia keluar sebagai bangsa pemenang. Tantangan kedepan yang kompleks ini hendaknya disikapi sebagai peluang untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Agar bangsa ini mampu menghadapi peluang itu, maka sumber kekayaan baik SDA, SDM, dan budaya harus dimaksimalkan dengan menggunakan potensi-potensi hebat yang dimiliki bangsa ini, termasuk kompetensi berbagai perguruan tinggi, salah satunya Universitas Airlangga, yang dengan dukungan alumninya merupakan kompetensi unggulan dari salah satu perguruan tinggi tertua di negeri ini.
”Terdapat empat bidang pokok pikiran yang disampaikan IKA-UA, Bidang Kesehatan, bidang Sosial, bidang Hukum dan Bidang Teknologi,” tandas Haryanto Basyoeni.
Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan, IKA-UA mengusulkan agar pemerintah tidak boleh berhenti untuk melakukan pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh Nusantara, terutama di daerah-daerah terpencil. Untuk ini UNAIR berencana membangun Rumah Sakit Apung (RSA) untuk membantu melayani kesehatan masyarakat di daerah terpencil, terutama daerah-daerah tertinggal.
Dengan reputasi Fakultas Kedokteran UNAIR selama ini, pemerataan kesehatan di Nusantara ini diharapkan mampu terealisir. Dalam hubungan ini, semua potensi bidang kesehatan seperti psikologi, kesehatan masyarakat akan dilibatkan sepenuhnya. Dalam pengembangan bidang kesehatan ini, usulan IKA-UA, pemerintah harus fokus promotif dan preventif karena dua hal ini sangat penting.
SUASANA penyampaian Pokok-pokok Pikiran IKA-UNAIR, di Gedung Rektorat Universitas Trunojoyo Madura, Sabtu (4/2). (Foto: Bimo Aksono)
Selain itu pemerintah diharapkan bisa memaksimalkan keunggulan UA di bidang kesehatan, salah satunya lembaga lTD (Institute
of Tropical Disease) yang pada tahun 2016 kembali meraih
penghargaan dari Dirjen Kelembagaan IPTEK DIKTI, sebagaimana pernah diraihnya tahun 2012 sebagai Pusat Unggulan IPTEK (PUI).
masih ada di negeri ini, misalnya masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Misalnya sebagian besar rumah sakit dan Puskesmas masih berpusat di kota-kota besar, dan masih belum meratanya distribusi tenaga kesehatan.
Di bidang sosial, IKA-UA mencermati pertumbuhan ekonomi sudah cukup baik pada kisaran 5%, yang ditopang dengan semakin meningkatnya sisi konsumsi. Padahal jika pertumbuhan ekonomi hanya mengandalkan pada sisi konsumsi, yang notabene dipenuhi dari impor, maka pertumbuhan ekonomi itu belum terlalu baik. Saat ini impor memang masih diperlukan, karena kebutuhan bahan baku dan mesin industri kita masih harus disuplai dari impor. Karena itu pemerintah perlu mendorong agar pertumbuhan ekonomi juga bisa dicapai dari sisi produksi dengan melakukan penguatan industri di berbagai bidang agar Indonesia tak terlalu tergantung pada luar negeri.
”Kami berpendapat bahwa Indonesia harus selalu terus memperkuat fondasi perekonomiannya dari sisi masyarakat,
private sector, dan tata kelola pemerintahan,” tambahnya.
Menurut para alumni UNAIR ini, pemerintah perlu memanfaatkan penggunaan lahan secara efisien dengan mengacu pada tata ruang yang ada untuk mensejahterakan rakyat. Dalam hal ini reformasi bidang agraria perlu dilakukan. Sehingga pemerintah pusat perlu mengembalikan “roh desentralisasi” seperti sudah disepakati agar memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan dan memberi pelayanan kepada masyarakat. Lihat juga usulan di bdiang hukum dan teknologi pada berita yang lain. (*)
Pengurus IKA UNAIR Wilayah
Jatim Siap Dilantik
UNAIR NEWS – Setelah kepengurusannya tersusun, pengurus lkatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) Wilayah Jawa Timur akan dilantik oleh Pimpinan Pusat IKA-UA. Pelantikannya akan dilaksanakan di Lantai 10 Aula Graha Utama, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Kamal, Kabupaten Bangkalan, Sabtu (4/2). Bersamaan dengan pelantikan itu akan diluncurkan
Website IKA-UA dan disampaikan Pokok-Pokok Pikiran Ikatan
Alumni Universitas Airlangga tentang Kemandirian dan Daya Saing Bangsa kepada pemerintah.
Ketua I PP UA, Drs. Ec. Haryanto Basoeni menjelaskan, IKA-UA Wilayah Jawa Timur ini akan dipimpin oleh Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG (K) sebagai ketuanya. Dalam kepengurusan ini juga terdapat dua penasehat yaitu Dr. Ir. H. Sambari Halim Radianto, S.T., M.Si (Bupati Gresik) dan Dr. H. Muh. Syarif, Drs. Ec., M.Si. (Rektor Universitas Trunojoyo Madura).
Dalam program kerja yang telah disepakati oleh pengurus IKA-UA Wilayah Jatim, dalam kegiatan untuk masyarakat antara lain akan dilaksanakan bakti sosial baik untuk bencana alam, duafa, dsb. Program lainnya yaitu ikut mencerdaskan masyarakat dengan membuat kolom media dan memberikan informasi, baik melalui televisi dan radio.
Sedangkan program untuk almamater akan melakukan partisipasi aktif dalam program pencapaian Universitas Airlangga menuju 5 0 0 W o r l d C l a s s U n i v e r s i t y ( W C U ) , s e r t a h a d i r d a n berpartisipasi dalam kegiatan UNAIR. Sedangkan program untuk alumni, antara lain akan mengembangkan Koperasi Alumni, pencatatan alumni dan koordinasi dengan pengurus cabang dan pengurus pusat. Menyelenggarakan acara-acara kebersamaan baik berupa ramah-tamah, buka puasa bersama, menjenguk alumni yang sakit, sosial kematian, dan donor darah.
Bersamaan dengan diluncurkannya website IKA-UA dengan alamat www.alumni.unair.ac.id, diharapkan melalui website ini para alumni UA yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di luar negeri, dapat melakukan update dan bisamelakukan validasi data dirinya secara mandiri.
”Sehingga lKA-UA dan UNAIR akan memiliki database alumni yang akurat, valid, dan terkini yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,” tambah Sekretaris IKA Dr. Budi Widayanto.
Website ini dibangun atas kerjasama antara PP lKA-UA dan UNAIR, berisi database alumni dari 15 fakultas, dimana sampai awal Januari 2017 telah memuat database sekitar 110.000 dari alumni lintas fakultas. Namun belum semua yang tervalidasi. Pada saat bersamaan juga akan dideklarasikan Pokok Pokok Pikiran IKA-UA tentang Kemandirian dan Daya Saing Bangsa. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa dalam era globalisasi dan perdagangan bebas serta iklim persaingan yang semakin kompetitif ini, diperlukan konsep tentang kemandirian dan daya saing bangsa agar bangsa Indonesia keluar sebagai bangsa pemenang.
”Dalam waktu dekat, Pokok Pokok Pikiran ini akan kami sampaikan kepada Presiden sebagai masukan dari lKA-UA kepada pemerintah,” tambah Haryanto Basoeni.
Pengurus inti IKA-UA Wilayah Jatim itu adalah Dr. dr. Hendy Hendarto, Sp.OG(K) (Ketua), Dr. Deni SB Yuherawan, SH.,MS (Wakil Ketua); Drs. Wahjudi, Apt (Sekretaris); Drs. Chris Susanto, Ak (Wakil Sekretaris I); Suci Hariyati, SE (Wakil Sekretaris II); drg. Edward Syah Amir, M.Kes (Bendahara); drg. Shinta Widyansih M, M. Kes. (Wakil Bendahara I); Dra. Ruchul Hayati, Ak. (Wakil Bendahara II); Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes (Wakil Cabang Malang); drg. Priyo Raharjo (Wakil Cabang Madiun); drg. Sri Lestari, M.Kes (Wakil Cabang Jember). Selain itu juga dilengkapi empat bidang, yaitu Bidang Pengabdian
Masyarakat, bidang Pengembangan Bisnis, Bidang Pemberdayaan Anggota dan Jejaring Alumni, serta Bidang Organisasi dan Kerjasama Antar Lembaga. (*)
Penulis: Bambang Bes
Alumnus
Fisika
Jadi
Penanggung Jawab Lab di BATAN
UNAIR NEWS – Berawal dari sekadar coba-coba ikut tes seleksi kepegawaian, kini Sugiyana, alumnus program studi S-1 Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga telah menapaki karirnya sebagai penanggung jawab sebuah laboratorium di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).Ia sebelumnya tak menyangka bahwa dirinya akhirnya diterima di badan yang menggawangi perkembangan penggunaan energi nuklir di Indonesia itu. Usai menamatkan kuliahnya di S-1 Fisika, ia lantas mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke berbagai instansi. BATAN menjadi salah satu sasarannya.
“Nggak ada niat untuk masuk BATAN karena saya juga mengikuti tes di militer pada saat itu,” tutur Sugiyana ketika dihubungi via telepon, Senin (23/1).
Ia kini bertanggung jawab atas salah satu Laboratorium Kedaruratan Nuklir yakni Laboratorium Whole Body Counter. Berkantor di Jakarta, pria asal Magetan itu bertugas memeriksa karyawan yang diduga terkontaminasi interna oleh zat radioaktif.
“Tugas saya adalah memeriksa karyawan yang kontak dengan radioaktif. Setiap negara kan harus punya kedaruratan nuklir.
Di Indonesia itu ya di BATAN, dan saya adalah penanggung jawabnya,” tutur Sugiyana yang mulai bekerja di BATAN pada tahun 1992.
Sebagai pranata nuklir, ia mengatakan, pekerjaannya ini mengharuskan dirinya untuk banyak-banyak memperbarui ilmu baru di bidang spektroskopi dan instrumentasi pendukungnya. Sugiyana harus belajar tentang internal dosimetri serta merawat alat supaya dapat bekerja dengan baik. Ia dan timnya juga wajib menjaga mutu hasil pengukuran sehingga hasil pengukuran dapat diakui oleh internasional.
Untuk menambah pengetahuannya di bidang tenaga nuklir, Sugiyana pernah melakukan pendidikan dan pelatihan di luar pendidikan formalnya. Ia pernah mengikuti pelatihan Internal
Exposure Monitoring di Japan Atomic Energy Research Institute
(JAERI), dan Pemodelan dan Simulasi Komputer di Pusdiklat BATAN, Radiation Measurement and Nuclear Spectroscopy di BATAN-JAERI.
Ia juga pernah mengikuti pelatihan Aplikasi Statistik untuk
Pengolahan Data di Pusdiklat BATAN, Radiological Emergency Preparedness and Response di BATAN dan Japan Atomic Energy Agency (JAEA), serta Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear (CBRN) First Responder Training Program di Defence Research and Development, Kanada.
Meski ia menjadi pranata nuklir, alumnus Fisika tahun angkatan 1985 itu juga melakukan publikasi. Beberapa di antaranya
Tingkat Ketelitian Alat Whole Body Counter Accuscan Canberra Model 2260, Status Prototipe Whole Body Counter Mobile Dual Probe, dan Pembuatan Phantom Manekin 5 Kelompok Umur untuk Kalibrasi Alat Whole Body Counter.
Ditanya mengenai opini pribadinya mengenai masa depan energi nuklir di Indonesia, Sugiyana menuturkan bahwa dirinya sepakat apabila energi nuklir lebih banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Karena energi nuklir sangat murah dan terjamin. Kita juga nggak perlu takut dengan perkembangan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir). Entah kenapa pemerintah lebih mengedepankan bahan bakar fosil atau batu bara itu,” tegasnya.
Fisika
Dulunya, Sugiyana mengakui tak begitu tertarik dengan salah satu bidang ilmu tertua di dunia. Pada saat tes mahasiswa baru, ia menempatkan prodi Teknik Kelautan pada pilihan pertama, dan Fisika pada pilihan kedua.
“Saya asal saja menempatkan jurusan Fisika. Pokoknya, di Jatim. Akhirnya, saya milih di UNAIR,” cerita Sugiyana.
Ia mengakui, semasa kuliah di S-1 Fisika dulu bukan termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi maupun mengikuti konferensi ilmiah. Ketika ditanya, berapa IPK-nya? Ia menuturkan IPK-nya dulu tak lebih dari 2,50 dari skala 4,00.
“Dulu satu angkatan tertinggi sekitar 2,80,” tuturnya.
Ia lantas berpesan kepada mahasiswa UNAIR agar sering memanfaatkan berbagai kesempatan kompetisi-kompetisi mahasiswa antar universitas. “Mahasiswa harus banyak-banyak mengikuti kompetisi antar universitas,” pesannya. (*)
Penulis : Defrina Sukma Editor : Faridah Hari
Langganan Keliling Dunia
Berkat Ilmu Sejarah
UNAIR NEWS – Ia memang berasal dari kalangan keluarga dokter. Ketika di bangku SMA, ia pernah meraih prestasi di bidang olimpiade Biologi. Namun, ia berulang kali keliling dunia berkat kecintaannya terhadap Ilmu Sejarah. Ialah Adrian Perkasa. Sejarawan muda yang kini mulai dilirik dunia.
Adrian Perkasa lahir di Tulungagung, 28 tahun silam. Ayahnya adalah seorang dokter. Adrian kecil sudah memiliki kecintaaan yang besar terhadap bangunan candi, oleh sebab sang ayah, sering mengajaknya ke Trowulan ketika perjalanan menuju Surabaya karena menempuh studi di UNAIR.
Selanjutnya, karena sebuah tugas, ayahnya ditempatkan di Unaaha, sebuah desa terpencil di Sulawesi Tenggara. Di SD yang ia sebut lebih mirip dengan kondisi yang ada di film Laskar
Pelangi itu, ia mendapatkan motivasi besar dari salah seorang
gurunya.
“Kalau kamu mau keliling dunia, kamu harus suka baca,” ujar Adrian menirukan perkataan gurunya ketika SD.
Adrian kecil sudah terbiasa membaca diktat-diktat sejarah. Buku-buku sejarah begitu sulit didapat ketika itu. Kelak, ketika dewasa, ia menyadari bahwa buku-buku bacaan yang ia baca ketika SD adalah bahan materi yang diajarkan di bangku perkuliahan.
Ketika SMA, materi seputar sejarah tak banyak Adrain tekuni. Ia bahkan sempat memiliki prestasi di bidang olimpiade Biologi. Namun kemudian, Ilmu Sejarah lah yang ia pilih ketika masuk ke perguruan tinggi.
“Waktu daftar dimarahi. Sejarah mau jadi apa? Teman-teman pun sebagian besar masuk di kedokteran, kedokteran gigi,
kedokteran hewan,” ujar laki-laki kelahiran Tulungagung, 27 Juni 1988 itu.
Tahun 2006, Adrian memutuskan menjalani dua kuliah sekaligus, S-1 Ilmu Sejarah dan S-1 Hubungan Internasional di Universitas Airlangga. Studi inilah yang kemudian menjadi awal ia berkeliling dunia dengan bermodal ilmu sejarah.
Memilih dunia akademis
Ketika menjalani dua studi sekaligus, Adrian menyadari bahwa Ilmu Sejarah banyak memberinya kesempatan untuk terus berkembang. Skripsinya menjadi skripsi bertema sejarah pertama yang diterbitkan oleh penerbit nasional dengan judul
Orang–Orang Tionghoa dan Islam di Majapahit. Buku itupun
mendapat dukungan dari Profesor Islam kenamaan, Ahmad Syafii Maarif.
“Dari situ aku mikir, dunia akademisi itu ternyata menarik. Di dunia akademisi ini, orang tidak dibedakan berdasarkan asal usul golongan, tua maupun muda, tapi berdasarkan prestasi,” ujar Adrian.
Adrian sempat bergabung di Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pelestarian warisan pusaka. Adrian semakin ‘langganan’ ke luar negeri berkat buku dan makalah penelitian bertema sejarah yang ia tulis. Berbagai negara di belahan dunia menjadi tempat ia berwisata edukasi, seperti Prancis, Taiwan, Hong Kong, Italia, Singapura, Portugal, dan sejumlah negara lainnya.
“Aku jadi tambah sering keliling Indonesia, bahkan dunia, gara-gara sejarah,” ujar aktor film Ketika Cinta Bertasbih dan
Cinta Suci Zahrana ini.
Karena ketertarikan di bidang akademis itu, Adrian kemudian melanjutkan studi S-2 di Universitas Gadjah Mada. Ia pun nyaris tak meminta biaya dari orang tua karena berbagai beasiswa ia dapatkan. Ketika menempuh studi S-2, ia juga
menjadi penerima Graduate Student Fellowship di Asia Research Institute National University of Singapore, pada tahun 2013. Adrian telah menjadi dosen tetap non PNS di Departemen Ilmu Sejarah, UNAIR, sejak 2016 lalu. Tahun 2017 ini, ia sedang menyiapkan sebuah proyek penelitian dengan akademisi tingkat dunia. Ia mendapatkan dana dari organisasi di Uni Eropa dan Amerika Serikat, dan berjejaring dengan akademisi dari Universitas Harvard dan National University of Singapore untuk melakukan penelitian seputar kampung-kampung kuno di Surabaya. Apa saja peluang lulusan sejarah?
Adrian menyadari betul, ilmu sejarah adalah bidang yang memiliki banyak peluang karir di masyarakat, namun tidak banyak orang yang melihat peluang ini.
“Kita sangat dibutuhkan. Hari ini pemerintah dalam negeri sangat membutuhkan persebaran inventarisasi kampung kuno lawas. Banyak sekali peluang, sayang kalau calon mahasiswa tidak melihat peluang itu,” ujar laki-laki yang saat ini dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk membuat buku sejarah Lamongan ini.
Adrian berujar, melalui sejarah, manusia tahu identitas mereka. Melalui sejarah kita diajari untuk menjadi manusia yang terbiasa berpikir kritis.
“Hari ini kita banjir informasi. Kita sangat berhati-hati terhadap segala informasi yang ada. Ada verifikasi sumber. Itu yang sangat penting hari ini. Apalagi kita tahu bangsa ini dibangun tidak hanya satu malam saja,” ungkap Adrian.
Orangtua memang sempat meragukan keputusan Adrian untuk mendalami Ilmu Sejarah. Namun hari ini, ia bisa membuktikan bahwa Ilmu Sejarah yang kerap diremehkan orang, justru memiliki banyak peluang karir. Kuncinya, tanggungjawab dan sungguh-sungguh.
“Dulu orang tua sempat protes. Yang pasti sekarang bangga. Karena kita sudah diberi keluasaan untuk memilih. Kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab,” pungkasnya. (*)
Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan
Yon Koeswoyo dan B-Plus Band
Puaskan Reuni FH UNAIR
UNAIR NEWS – Bermalam Minggu sambil bersuka-ria, berdendang, berjoget dan bernostalgia bersama lagu-lagu Koes Plus, sungguh menyenangkan. Ekspresi romantika itu terpancar dari ratusan alumni Fakultas Hukum dan puluhan alumni fakultas lain di Universitas Airlangga, bereuni dengan menghadirkan Yon Koeswoyo dan David Koeswoyo, dengan iringan B-Plus Band, di Garden Palace Hotel Surabaya, Sabtu (7/1) malam.
Malam melepas kangen Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Hukum (IKA-FH) UNAIR ini juga dihadiri antara lain Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh Nasih, SE., MT., Ak., CMA bersama isteri, Wakil Rektor I Prof. Joko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., PhD., FINASIM, Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., M.Sc., Ketua IKA-UA Drs. Ec. Haryanto Basyuni.
Diantara ratusan alumni FH UNAIR juga terdapat Dr. H. Dossy Iskandar Prasetyo, Sekjen DPP Partai Hanura dan anggota DPR/MPR RI dari dapil III Jawa Timur. Dossy, alumni FH 1982 ini hadir bersama isterinya, Yayuk S. Oetami, yang juga alumni FH dan mantan tenaga kependidikan UNAIR. Kemudian juga hadir Sekjen IKA-UA yang juga mantan Pjs. Bupati Bojonegoro Dr. Akmal Budianto, SH.
Tidak terasa sampai pukul 22.00 berakhir, 33 lagu-lagu Koes Plus menghangatkan suasana reuni FH UNAIR. Mengawali pertunjukan pukul 20.30, B-Plus Band, salah satu band pelestari lagu-lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara, menggebrak dengan lagu “Muda-Mudi”, salah satu lagu yang terkenal. Kemudian Acil (keyboard), Ferry (gitar), Ipin (bass) dan Mamen (drum) menyambung dengan enam lagu berikutnya: Oh Kasihku,
Diana, Pagi Yang Indah, Dewi Rindu, dan Mamen sebagaimana
Murry (alm) menyanyikan lagunya “Desember”.
Pada sesi berikutnya, David Yon Koeswoyo tampil. David ini putera kedua Yon dari isteri pertama, Damiana Susi (cerai). Vokalis grup putera-putera Koes Plus “Yunior” ini mengawali pentasnya dengan “Nusantara V”. Selanjutnya mengalir enam nomor berikutnya, yaitu Oh Kau Tahu (Koes Bersaudara), Tul
Jaenak, Ojo Nelongso (Pop Jawa), Oh Kasihan, Jemu, dan
mengakhiri dengan Nusantara 1 (satu).
David istirahat, ayahnya, Yon Koeswoyo, tampil. Putera keenam alm. R. Koeswoyo dan Rr. Atmini yang bernama lengkap Koesyono ini naik panggung. Laki-laki kelahiran Tuban (Jatim), 27 September 1940 ini mengawali dengan lagu Pelangi. Berikutnya menyenandungkan Why Do You Love Me. Tentu saja, lagu yang pernah meraih puncak tangga lagu di Australia selama empat minggu ini, sehingga mengalahkan Bee Gees, segera disambar penonton dengan ikut nyanyi bersama. Koor oleh hampir semua yang hadir.
YON Koeswoyo dan David didaulat untuk berfoto bersama para alumni UNAIR. (Foto: Bambang Bes)
Berikutnya membawakan nomor Buat Apa Susah dan Telaga Sunyi. Sebelum menyanyi pemain rhythm guitar Koes Plus ini selalu
menyelingi dengan kisah-kisah tentang Koes Plus dan lagu-lagunya. Ia memanggil David untuk berduet dengan lagu Ayah. Selanjutnya duet mereka melahap 15 lagu-lagu Koes Plus. Diantaranya Bus Sekolah, Bunga di Tepi Jalan, Bahagia dan
Derita (permintaan penonton), Kembali (Koes Bersaudara). Pada
nomor Andai Kau Datang Kembali, semua penonton kembali turut
koor.
”Sekarang biar David menyanyikan lagu yang pernah dipopulerkan lagi oleh Yunior: Bujangan,” kata Yon. David pun membawakannya dengan jenaka sebagaimana aransemen khas Yunior. Setelah itu meluncur pop Jawa Kontal Kantil, lalu pop Layang-layang, dan nomor paling populer yang mengisahkan kekayaan alam Indonesia:
Kolam Susu.
Duet ayah-anak ini dilanjutjkan dengan medley lagu-lagu Nusantara. Antara lain Nusantara VII, disambung Nusantara VI,
Nusantara III dan Nusantara 1. Rombongan Yon dan kawan-kawan
sebelum kembali ke Jakarta maka menyanyikan dulu lagu “Kembali
ke Jakarta” sebelum akhirnya pamitan dengan lagu langganan
Koes Plus jika mengakhiri konser: “Kapan-kapan”. “Kapan-kapan
kita bertemu lagi…” begitu antara lain syairnya.
Usai penampilan kedua bintang malam itu segera diburu para alumni yang hadir untuk diajak berfoto bersama. (*)
Penulis: Bambang Bes
Manfaatkan Ilmu, Alumnus
UNAIR Raup Puluhan Juta Tanpa
Modal Sepeser pun
UNAIR NEWS – Muda, berani, dan sarat akan prestasi menggambarkan kesuksesan sosok Dewi Arum Muqqadimah. Di usianya yang baru menginjak 24 tahun, Alumnus Manajemen Pemasaran Universitas Airlangga angkatan 2010 ini memberanikan diri untuk memulai usaha tanpa modal uang sepeser pun.
Berlatar belakang keluarga yang gemar merajut, Dewi berinisiatif untuk mencoba memasarkan produk hasil karya tantenya, berupa barang – barang rajutan yang kebetulan sudah banyak tersedia di rumahnya.
Saat masih menjadi mahasiswa baru di UNAIR, Dewi memanfaatkan fitur Broadcast Message BBM dan mulai gencar memasarkan dagangan dari mulut ke mulut. Tak lama kemudian, respon positif berdatangan atas produk rajutan yang ia pasarkan. Banyak pesanan yang ia terima dengan berbagai macam permintaan bentuk dan model rajutan seperti tas, sarung handphone (case),
tempat pensil bahkan sepatu. Untuk branding, Dewi memilih nama “My Knitted Indonesia”.
Di awal pemasaran, Dewi masih sangat minim pengalaman dan pengetahuan tentang manajemen. Ia pun merasa kesulitan untuk menjual produknya ke pasar dagang. Selain itu, ia juga kesulitan dalam mengelola keuangan. Kendati demikian, ia tetap mencoba mengelola sendiri keuangan dari hasil omzet yang ia dapatkan untuk menambah jumlah produksi.
Manfaatkan kuliah
Berkesempatan menjadi mahasiswa Manajemen Pemasaran UNAIR tidak di sia-siakan oleh Dewi, ia banyak mendapat ilmu tentang manajemen keuangan, salah satunya adalah strategi pemasaran yang ia gunakan untuk memasarkan produknya.
Tak hanya itu, di setiap mata kuliahnya yang memuat mengenai presentasi produk, Dewi dengan bangga selalu mempresentasikan produk rajutannya, sekaligus untuk memperkenalkan produk rajutannya kepada teman-teman maupun dosennya. Selain itu, Dewi juga gemar mengikuti kompetisi Business Plan yang diadakan antar universitas di berbagai wilayah.
“Kami pernah sekelompok waktu kuliah mengikuti business plan di Yogyakarta dan semua dibiayai kampus. Alhamdulillah, kami peringkat ke-empat tingkat nasional,” tutur Dewi saat di wawancarai di Radio Unair.
Strategi pemasaran yang ia gunakan untuk mengenalkan produknya juga melalui pameran – pameran atau bazar yang diselenggarakan di dalam kampus maupun di luar kampus. Dewi selalu mengikuti pameran usaha kecil menengah di beberapa wilayah di Indonesia sebagai ajang untuk pengenalan produknya. Hasilnya, produk My Knitted Indonesia sudah tersebar di seluruh Indonesia.
“Justru kebanyakan orang – orang luar Jawa yang suka dengan produk rajutan ini. Karena kata mereka ini sangat unik dan indah, makannya produk saya ramai terbeli di daerah luar Jawa
sampai mereka rela menunggu untuk mendapatkan produk saya,” tandasnya.
Lambat laun menjalani bisnis dengan berkuliah, Dewi mulai tergesit ide membuat sepatu rajut untuk orang dewasa. Mulanya, produk sepatu rajut yang ia produksi dikhususkan untuk anak – anak dan balita saja. Setelah mengobservasi beberapa tempat pembuatan sepatu dan mendapat ilmu dari ahlinya, Dewi mulai membuat produk sepatu rajut untuk dewasa dengan berbagai macam model. Dan sepatu rajutnya ini menjadi produk Best Selling di antara produknya yang lain.
Terkait prestasi, Dewi pernah mencapai peringkat ketiga di ajang wirausaha muda pemula berprestasi tingkat Jawa Timur (Jatim) oleh Dispora Jatim. Di tahun 2012, My Knitted Indonesia pernah dianugerahi Best Development Product Expo UNAIR dan peringkat lima besar Bussiness Plan Competition yang diadakan UII Yogyakarta. Masih banyak lagi prestasi yang sudah diukir Dewi untuk Produk Rajutannya tersebut.
Melalui kerja kerasnya, ia mampu menghasilkan omzet mencapai 20 juta per bulan. Dewi juga memiliki workshop rajut di daerah Ketintang Surabaya dan juga toko offline di ITC Mega Grosir Surabaya. Bahkan, ia juga sudah mendaftarkan My Knitted Indonesia pada Hak Paten Merk untuk SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
Ke depan, ia berharap produknya bisa berkembang menjadi perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena ia yakin, keunikan dari produk rajutannya memiliki nilai jual yang tinggi.(*)
Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Alumni FE UNAIR 89 Gelar
Khitanan Massal
UNAIR NEWS – Dalam rangka pengabdian masyarakat, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Airlangga angkatan 89 menggelar khitanan massal dengan melibatkan setidaknya 71 peserta asal Surabaya. Acara tersebut dilangsungkan di Masjid Ulul Azmi Kampus C, Minggu (24/12). Ketua IKAFE UNAIR tahun angkatan 89 M. Rusdy Kurniawan mengungkapkan, kegiatan bakti sosial serupa dilakukan secara rutin setiap tahunnya. “Tahun sebelumnya kita pernah mengadakan kegiatan serupa berupa santunan ke panti asuhan atau juga memberikan bingkisan kepada pasukan kuning (petugas kebersihan) Surabaya. Sedangkan, kesempatan tahun ini, kami mengadakan kegiatan khitanan massal yang diikuti oleh adik-adik,” ungkap Rusdy.
Pengarahan dari pihak panitia. (Foto: Akhmad Janni)
Khitanan massal diikuti anak-anak dengan usia 1 sampai 16 tahun secara gratis. Khitanan massal diikuti oleh sebanyak 71 anak yang sebagian besar belum genap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, mereka dikhitan oleh mantri. Usai dikhitan, setiap peserta mendapat bingkisan.
Melalui pelaksanaan kegiatan itu, Rusdy berharap, kegiatan bakti sosial ini akan menggugah alumni yang lain untuk ikut berperan dalam membantu masyarakat. “Semoga dengan adanya khitanan ini bisa bermanfaat serta dapat menggugah alumni-alumi yang lain juga,” tandasnya.
Salah satu peserta khitan massal, Rizky yang masih berusia delapan tahun, tak merasa gugup ketika akan dikhitan. “Nggak gugup,” jawab Rizky singkat, ketika ditanya apakah dia gugup. Orang tuanya, Rosyid, tak lupa berterima kasih kepada pihak penyelenggara acara khitan.
Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S
Jadi Komisioner KPID Jatim,
Amalia Bertekad Ciptakan
Atmosfer Penyiaran Edukatif
UNAIR NEWS – Amalia Rosyadi Putri adalah alumnus Magister Media dan Komunikasi angkatan 2013. Ibu dari satu anak ini lulus pada 2015, dan tergolong studi cepat, satu setengah tahun. Setelah tamat, dia menjadi dosen di Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Kemudian, melanjutkan kuliah kembali di Universitas Airlangga, pada Prodi S3 Ilmu Sosial FISIP.Mantan penyiar Radio Andika FM ini mengikuti seleksi komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur tahun ini. Setelah melewati sejumlah tahapan, dia terpilih menjadi satu di antara tujuh komisioner. Tepatnya, sebagai Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran. Gubernur Soekarwo mengukuhkan dia dan rekan-rekan kerjanya pada 6 Desember 2016 lalu.
Ditanya tentang targetnya ke depan, perempuan asal Ngadiluwih, Kediri, ini menuturkan, dia dan kawan-kawannya bertekad mewujudkan atmosfer penyiaran yang sehat dan edukatif di Jawa Timur. “Televisi dan radio harus mencerdaskan warga. Tidak boleh manipulatif apalagi malah jadi corong fitnah,” ungkap penggemar kesenian wayang tersebut.
Amalia mengatakan, aktivitas penyiaran mesti berpedoman pada aturan yang berlaku. Misalnya, yang termaktub dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Bila
ada yang melalukan pelanggaran, KPID setempat berwenang memberi teguran atau sanksi.
Bila berjalan sesuai rencana, dalam pekan ini, KPID akan memanggil enam lembaga penyiaran yang terindikasi melakukan pelanggaran. Tujuannya, meminta klarifikasi terkait poin-poin yang dianggap melanggar itu. Bila terbukti, KPID akan melakukan tindakan tegas.
“Penyiaran yang baik memiliki peran penting dalam mencetak generasi penerus yang sanggup menjawab tantangan zaman, tidak manja, dan mandiri,” papar Amalia.
Ditanya soal studi doktoralnya, Amalia memasang target lulus setidaknya tiga tahun. Dia juga berharap, akan aktif melakukan riset tentang media, baik saat kuliah maupun setelah lulus kelak. (*)
Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila