• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH BEDA AGAMA DALAM KITAB TAFSIR AL-AHKAM KARYA SYAIKH ALY AL-SHABUNY Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH BEDA AGAMA DALAM KITAB TAFSIR AL-AHKAM KARYA SYAIKH ALY AL-SHABUNY Oleh:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

24 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP NIKAH BEDA AGAMA DALAM KITAB TAFSIR AL-AHKAM KARYA SYAIKH ALY AL-SHABUNY

Oleh:

Misbahul Munir misbahulmunir@gmail.com

Prodi Akhwal Al Syaksiyah STIS Abu Zairi Bondowoso ABSTRAK

Pernikahan Beda Agama adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang berlainan Agama atau berbeda keyakinan, seperti pernikahan antara muslim dengan Musyrikah, dan Musyrikah dengan Muslim. Pernikahan disebut sah apabila telah memenuhi setiap persyaratan yang ditentukan. Dalam Islam, salah satu syarat sahnya nikah adalah beragama Islam.

Tujuan penelitian adalah (1) Mendeskripsikan Konsekuensi Logis Nikah Beda Agama, dan (2) Mendeskripsikan Pandangan Hukum Islam Terhadap Nikah Beda Agama dalam Kitab Tafsir al-Ahkam karya Syaikh Aly al-Shabuny.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif, jenis penelitiaannya library reasearch. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis datanya menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini adalah (1) Konsekuensi logis nikah beda agama adalah (a) Sulit mewujudkan tujuan nikah, karena membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan barokah membutuhkan visi yang sama, tujuan yang sama, dan seagama (yakni sama-sama beragama Islam), (b) Pernikahan dalam Islam itu adalah Ibadah, oleh karena itu, maka seagama (agama Islam) antara suami istri adalah sebuah keniscayaan. Dampaknya adalah ibadah nikahnya menjadi tidak sah, (c) tidak dapat mewujudkan Hifdh al-Nasl (menjaga keturunan), (d) Menimbulkan ketidaknyamanan, (e) menimbulkan permasalahan, terutama bagi anak, (f) Hubungan suami-istri menjadi tidak sah dan dianggap layaknya berzina, (g) Pertalian nasab bapak biologis dengan anaknya terputus. (h) Hukum nafkah bagi bapak biologisnya juga tidak ada, (i) Antara bapak biologis dan anak biologisnya tidak ada hubungan waris, dan (j) jika bapak biologis itu menjadi wali anaknya yang merupakan hasil nikah beda agama, maka status kewaliannya juga tidak sah. Dampaknya, akad pernikahan anak itu juga tidak sah, dan hubungan suami-istrinya pun tidak sah dan (2) Tinjauan hukum Islam terhadap nikah beda agama dalam Kitab Tafsir al-Ahkam Karya Syaikh Aly Shabuny adalah haram. Hal ini didasarkan pada tafsir Qur’an Surah Maidah ayat 221. Tafsir ayat dalam kitab Tafsir Ahkam Karya Syaikh Aly al-Shabuny ini juga dikuatkan oleh beberapa pandangan ulama’ Nusantara, bahwa nikah beda Agama hukumnya adalah haram dan tidak sah. Hal ini juga didasarkan pada al-Qur’an surah al-Maidah ayat 221, hadits Nabi, dan Qaidah fiqh.

(2)

25 A. PENDAHULUAN

Pernikahan Beda Agama adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang berlainan Agama atau berbeda keyakinan, seperti pernikahan antara muslim dengan Musyrikah, dan Musyrikah dengan Muslim. Pernikahan disebut sah apabila telah memenuhi setiap persyaratan yang ditentukan. Dalam Islam, salah satu syarat sahnya nikah adalah beragama Islam. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi pernikahan beda agama di mana salah satu diantara mampelai baik laki-laki atau wanita tidak beragama Islam.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan di atas, maka perlu adanya suatu kajian Tinjaun hukum Islam yang melandasi kemungkinan terjadinya Nikah beda Agama. Fenomena nikah beda agama di kalangan masyarakat Indonesia sering terjadi , sehingga berdampak pada timbulnya kontroversi dan pro-kontra di kalangan masyarakat umum (awam). Oleh karena itu, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif, jenis penelitiaannya library reasearch. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, Analisis datanya menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

C. PEMBAHASAN 1. Pengetian Nikah

Nikah dalam bahasa arab dikenal dengan al-‘aqdu artinya adalah akad yang mengahalalkan sesuatu yang haram. Nikah juga diartikan kumpul, wathi’,

atau jima’ dan Akad. Menurut syara’, nikah yaitu suatu akad yang mengandung

beberapa rukun dan syarat.1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan

bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2 Berdasarkan definisi

ini, maka pernikahan menjadi sah apabila pelaksanaannya telah memenuhi rukun dan syarat sahnya sesuai dengan ketentuan syara’.

1 Ahmad bin Husen dan Abi Syuja’, Fath al-Qarib (Surabaya: Nurul Hidayah), 43 2Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan

(3)

26 2. Tujuan Nikah

Setiap manusia yang melangsungkan pernikahan sudah barang tentu harapannya adalah mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagian adalah salah satu tujuan paling urgen dalam pernikahan, maka menjadi sesuatu yang wajar bahkan merupakan sebuah keniscayaan mengharap do’a restu dari orang lain supaya kebahagiaannya menjadi kebahagiaan yang berkah.

Adapun tujuan Nikah adalah membentuk dan merawat mawaddah (kasih antara suami istri) dan rahmah (belas kasih Allah swt, karunia berupa kasih sayang dari Allah swt, kasih sayang antara suami istri yang diwujudkan dalam sikap saling peduli, menjaga, dan melindungi, serta saling menutupi ‘aib), sehingga terbentuk keluarga Sakinah (merasa tenang, tenteram, aman, nyaman, dan damai).

Tujuan nikah untuk membentuk dan membangun keluarga Sakinah,

Mawaddah warahmah telah ditegaskan oleh Allah swt dalam surat ar-Ruum ayat

21 adalah sebagai berikut;

َو

َرَو ٗةدَ ُ َ ۡ َ َ َ َ َو َ ۡ َ ِإ ْآ ُ ُ ۡ َ ِّ! ٗ َٰ#ۡزَأ ۡ ُ ِ ُ&'َأ ۡ(ِّ) ُ َ! َ*َ+َ, ۡنَأ ٓۦِ/ِ0َٰ1اَء ۡ(ِ)

نِإ ًۚ5َ ۡ6

َنوُ7 َ&َ0َ8 ٖ:ۡ َ;ِّ! ٖ<َٰ1= َ>ِ?َٰ@ ِA

Artinya “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”.3

3. Dalil-dalil Tentang Pernikahan

Adapun dalil-dali yang melandasi pernikahan dan hukum pernikahan adalah sebagai berikut.

1. Ayat al-Qur’an tentang pernikahan

(4)

27

َ

Bَو ۗۡ ُ ۡ0َDَEۡF

َ

أ ۡ َ?َو ٖ5

َGِ ۡHI (ِّ) ٞ ۡKَ, ٌ5َ ِ)ۡMI ٞ5َ)َ َNَو ۚ(ِ)ۡMُO ٰPَQ ِ<َٰRِ ۡHُSۡ?ٱ ْا ُUِ َV َBَو

ْا ُUِ ُV

ُFۡWَO َ>ِXYَ!ْوُأ ۗۡ ُ َDَEۡFَأ ۡ َ?َو ٖكِ ۡHI (ِّ) ٞ ۡKَ, ٌ(ِ)ۡMI ٞWۡDَ َ!َو ْۚا ُ ِ)ۡMُO ٰPَQ َ[ِGِ ۡHُSۡ?ٱ

ُ\ٱَو ]ِر ^ٱ

_ِإ َن

َ

َنوُ7`َaَ0َ8 ۡ ُ +َ َ! ِس +ِ? ۦِ/ِ0ٰ َ1اَء ُ ِّ[َDُcَو ۖۦِ/ِ'ۡذِfِg ِةَ7ِ&ۡhَSۡ?ٱَو ِ5 َۡiٱ َ_ِإ ْآ ُFۡWَO

Artinya “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.4 {Qs.

al-Baqarah (2) : 221}

ۡ َj ِ

ّ ُk (ِ)َو

َنوُ7`َaَV ۡ ُ +َ َ! ِ ۡ[َ ۡوَز َ ۡ;

َ+َ, ٍء

Artinya “dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat kebesaran Allah”.5 {Qs. Adz-Dzariyat (51): 49}

َ)m ۡ ُnِد َDِF ۡ(ِ) َ[ِUِ+ ٰo?ٱَو ۡ ُ ِ) ٰ َpَٰ1

َ ۡ

Nٱ ْا ُUِ '

َ

أَو

ُ ِ ِ ۡhُ8 َء

ٓاَ7َ;ُq ْا ُ' ُ َO نِإ ۚۡ ُ ِrٓ

ٞ sِ+َF ٌtِuٰ َ# ُ\ٱَو ۗۦِ/ِ+ ۡvَw (ِ) ُ\ٱ

Artinya “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya)

lagi Maha mengetahui”.6 {Qs. An-Nur (24): 32}

4 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan…, 53 5 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan…, 862 6 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan…, 549

(5)

28

x+ِ? ُ<ٰ َyِّsx!ٱَو ]ِ<ٰ َzsِDَ{ۡ+ِ? َن ُ| ِDَۡ}ٱَو َ[ِ| ِDَ{ۡ+ِ? ُ<َٰzsِDَۡ}ٱ

َ>ِXYَ!ْوُأ ~ِ<َٰyِّsx+ِ? َن ُDِّsx!ٱَو َ[ِDِّs

ٞ cِ7َ` ٞقۡزِرَو ٞةَ7ِ&ۡh) َُ? َۖن ُ? ُ;َ8 Sِ َنوُء َ€ُ

Artinya “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki

yang mulia (surga)”.7{Qs. An-Nur (24) : 26}

2. Hadits Nabi tentang Pernikahan

: ﻊﺑرﻷ ةأﺮﳌا ﺢﻜﻨﺗ :لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﻦﻋ ﻪﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ةﺮﻳﺮﻫ ﰊأ ﻦﻋ

ﺎﳍﺎﻤﳉو ﺎﻬﺒﺴﳊو ﺎﳍﺎﳌ

(ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ) كاﺪﻳ ﺖﺑﺮﺗ ﻦﻳﺪﻟا تاﺬﺑ ﺮﻔﻇﺎﻓ ،ﺎﻬﻨﻳﺪﻟو

Artinya “Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw. bersabda: wanita itu dikawin karena empat hal: karena hartanya atau karena keturunannya atau karena kecantikannya atau karena akhlak agamanya, maka pilihlah wanita yang

beragama supaya tumbuh usahamau”.8

ﻪﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ﻚﻟﺎﻣ ﻦﺑ ﺲﻧا ﻦﻋو

نأ

ﱯﻨﻟا

ﱵﻨﺳ ح ﺎﻜﻨﻟا ... : لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ

ﻦﻋ ﺐﻏر ﻦﻤﻓ

.(ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ) ﲏﻣ ﺲﻴﻠﻓ ﱵﻨﺳ

Artinya: “dari Anas bin Malik ra. Sesungguhanya Nabi saw. bersabda: Nikah adalah sunnahku maka barang siapa yang tidak suka/senang akan sunnahku

(perjalananku) maka dia bukan dari umatku”.9

4. Rukun Nikah

Adapun rukun nikah menurut Islam adalah yaitu; sighat, wali, dan dua orang saksi10.

7 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan…, 547

8 Ibnu Hajar al-Asqolani. Bulughul Maram min adillatil ahkam. (Surabaya: Nurul Huda), 209

9 Salim Bahreisy dan Abdullah bahreisy. Terjemah Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam.

488

(6)

29

1. Sighat, yaitu perkataan dari pihak wali perempuan, seperti kata wali saya

nikahkan engaku dengan anak saya bernama fulan… jawab pihak laki-laki (mampelai) saya terima menikahi …

2. Wali, 11

ﱄﻮﺑﻻا حﺎﻜﻨﻟا ﺪﻘﻋ ﺢﺼﻳﻻ

akad nikah tidak sah tanpa wali nikah.

3. Dua saksi yang adil, 12

لﺪﻋ يﺪﻫﺎﺷ رﻮﻀﲝ ﻻا ﺎﻀﻳأ حﺎﻜﻨﻟا ﺪﻘﻋ ﺢﺼﻳﻻ

demikian juga dengan kehadiran dua orang saksi. Akad nikah tidak sah kecuali dengan hadirnya wali.

5. Syarat Sah Nikah

Menurut Islam Nikah disebut sah apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun syarat sah nikah adalah sebagai berikut.

1. Beragama Islam; Pengantin pria dan wanita harus beragama Islam. Tidak sah jika seorang muslim menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul Islam.

2. Bukan Laki-laki Mahrom bagi Calon Istri; Pernikahan diharamkan jika mempelai perempuan merupakan mahrom mempelai laki-laki dari pihak ayah. Periksa terlebih dulu riwayat keluargasebelum dilakukan pernikahan.

3. Wali Akad Nikah; Wali akad nikah mempelai perempuan yakni ayah. Namun jika ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah pernikahan.

4. Tidak Sedang melaksanakan haji.13

6. Hakikat Nikah Beda Agama

Nikah beda agama adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang berlainan Agama atau berbeda keyakinan. Nikah beda agama adalah pernikahan yang dilakukan anatara Muslim dengan Musrikah dan Musyrikah dengan Muslim.

Pengertian ini didasarkan pada surah al-Baqarah (2) ayat 221, yaitu;

11Ahmad bin Husen dan abi Syuja’, Fath al-Qarib. (Surabaya: Nurul Hidayah), 44 12 Ahmad bin Husen dan abi Syuja’, Fath al-Qarib,,,. 44

13 https://news.detik.com/berita/d-4830385/rukun-menikah-dan-s.yarat-sahnya-dalam-islam/2 diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

(7)

30

َ

Bَو ۗۡ ُ ۡ0َDَEۡF

َ

أ ۡ َ?َو ٖ5

َGِ ۡHI (ِّ) ٞ ۡKَ, ٌ5َ ِ)ۡMI ٞ5َ)َ َNَو ۚ(ِ)ۡMُO ٰPَQ ِ<َٰRِ ۡHُSۡ?ٱ ْا ُUِ َV َBَو

َO َ>ِXYَ!ْوُأ ۗۡ ُ َDَEۡFَأ ۡ َ?َو ٖكِ ۡHI (ِّ) ٞ ۡKَ, ٌ(ِ)ۡMI ٞWۡDَ َ!َو ْۚا ُ ِ)ۡMُO ٰPَQ َ[ِGِ ۡHُSۡ?ٱ ْا ُUِ ُV

ُFۡW

َ

_ِإ َن

َ8 ۡ ُ +َ َ! ِس +ِ? ۦِ/ِ0ٰ َ1اَء ُ ِّ[َDُcَو ۖۦِ/ِ'ۡذِfِg ِةَ7ِ&ۡhَSۡ?ٱَو ِ5 َۡiٱ َ_ِإ ْآ ُFۡWَO ُ\ٱَو ]ِر^ٱ

َنوُ7`َaَ0

Artinya “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

14

Menurut salah satu penafsiran, yang dimaksud dengan Musyrik/musyrikah

adalah;

ﻮﻬﻴﻟاو ,ﻲﺳﻮNاو ,ﲏﺛﻮﻟا ﻞﻤﺸﻴﻓ ,مﻼﺳﻹا ﻦﻳﺪﺑ ﻦﻳ ﺪﻳ ﻻ ﺮﻓﺎﻛ ﻞﻛ ﺎﻨﻫ كﺮﺸﳌV داﺮﳌاو

,ﱐاﺮﺼﻨﻟاو ,يد

15

.مﻼﺳﻹا ﻦﻋ ﺪﺗﺮﳌاو

Bahwa yang dimaksud dengan Musyrik dalam teks di atas yaitu semua non muslim (yang tidak menganut agama Islam) diantaranya adalah orang-orang

Watsany (penyembah berhala), Majusi (penyembah api), Yahudi, Nasrani, dan

orang Murtad (keluar dari agama Islam).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil satu pemahaman bahwa nikah beda agama adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang berbeda agama, baik dari mampelai laki-laki maupun dari mampelai perempuan.

7. Konsekuensi Logis Nikah Beda Agama

Nikah beda Agama dalam Islam dilarang, karena pernikahan beda agama ini memiliki konsekuensi yang sanagat besar, salah satunya adalah bagi keluarga yang akan dibangun. Adapun konsekuensi logis itu adalah sebagai berikut. 1. Sulit mewujudkan tujuan nikah, karena membangun keluarga sakinah,

mawaddah, warahmah dan barokah membutuhkan visi yang sama, tujuan

yang sama, dan seagama (yakni sama-sama beragama Islam).

14 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 53 15Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min al-Qur’an…,

(8)

31 2. Pernikahan dalam Islam itu adalah Ibadah, oleh karena itu, maka seagama (agama Islam) anatara suami istri adalah sebuah keniscayaan. Dampaknya adalah ibadah nikahnya menjadi tidak sah

3. Islam mengajarkan tentang pentingnya menjaga keturunan, maka menikah beda agama tidak dapat mewujudkan menjaga keturunan (Hifdh al-Nasl).

Adapun kelemahan dari nikah beda agama antara lain; menimbulkan ketidaknyamanan, diakui atau tidak karena hidup bersama orang yang menurut kita ‘salah’. ketidaknyaman itu juga akan berdampak pada hal lain, yakni memunculkan perasaan saling curiga. Misalnya, ketika salah satu pasangan melakukan hal-hal yang baik dengan alasan karena dianjurkan oleh ajaran agamanya. Hal itu menimbulkan potensi anggapan yang muncul dari pasangan bahwa ada ‘upaya lain’ di balik tindakan baik pasangan tersebut, rasa tidak aman, Kelemahan lainnya adalah berkaitan dengan anak hasil pernikahan beda agama. Terlepas dari perspektif hukum positif di Indonesia, bahwa nikah beda agama dilihat dari perspektif sosioligis juga menimbulkan permasalahan, terutama bagi anak. anak dari hasil pernikahan beda agama mesti pandai membatasi diri ketika berbincang dalam satu keluarga. Terutama dalam ketika berbincang mengenai hal yang bersinggungan dengan kepercayaan orang tuanya. Meskipun ketika telah dewasa dan cakap hukum anak berhak memilih sendiri agama sebagai kepercayaannya. Namun, kondisi yang terjadi di lapangan tidak bisa dipungkiri bahwa ada hal yang mesti dijaga oleh anak dalam suatu ‘keluarga yang plural’. Sehingga, secara tidak langsung hal itu berdampak kepada perasaan yang tidak nyaman secara kehidupan sosial. Sebab, dalam budaya masyarakat tertentu di Indonesia, keadaan seperti itu seringkali menjadi ’sasaran pandang’ oleh masyarakat rasa tidak nyaman secara sosial karena selalu menjadi sasaran pandang masyarakat, dan rasa tidak rela dan was-was.16

Selain keterangan di atas, ada beberapa konsekuensi dari pernikahan beda agama. Pertama: hubungan suami-istri menjadi tidak sah dan dianggap layaknya berzina. Kedua: pertalian nasab bapak biologis dengan anaknya terputus. Bapak biologisnya tidaAdak diakui sebagai walinya karena nasabnya terputus. Ketiga:

16 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt565beb1c50465/ini-empat-kelemahan-nikah-beda-agama/ diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

(9)

32 hukum nafkah bagi bapak biologisnya juga tidak ada. Keempat: antara bapak biologis dan anak biologisnya tidak ada hubungan waris. Kelima: jika bapak biologis itu menjadi wali anaknya yang merupakan hasil nikah beda agama, maka status kewaliannya juga tidak sah. Dampaknya, akad pernikahan anak itu juga tidak sah, dan hubungan suami-istrinya pun tidak sah.17

8. Hukum Islam

Hukum Islam hadir ditengah-tengah umat manusia untuk mencitakan kemaslahatan dan menagtur berbagai persoalan agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan bahgia baik di dunia maupun diakhirat.

Hukum Islam adalah 18

.ﺎﻌﺿو وا ,اﲑﻴﲣ وا ,ﺎﺒﻠﻃ ,ﲔﻔﻠﻜﳌا لﺎﻌﻓa ﻖﻠﻌﺘﳌا عرﺎﺸﻟا بﺎﻄﺧ

Artinya “Khithab (kalam) Syari’ (Allah) SWT yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf (dewasa dan berakal sehat) baik berupa tuntutan, perintah, pilihan, atau menempatkan sesuatu sebagai sebab, syarat, dan penghalang.

9. Macam-macam Hukum Islam

Macam-macam hukum syara’ atau Hukum Islam di antaranya adalah wajib, Sunnah, haram, makruh, dan mubah. Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa, Sunnah perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau hukuman, Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala, Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya, Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya.19

10. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Nikah Beda Agama dalam Kitab Tafsir al-Ahkam Karya Syaikh Ali al-Shabuny

17https://inilah.com/news/2134751/nikah-beda-agama-banyak-konsekuensi-negatif,

diakses pada tanggal 27 Agustus 2020

18 Abdul Khalaf. Ushul Fiqh. (jami’ah al-Qahirah), 91

19 Eva Eryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia. (Jurnal Ilmiah Universitas

(10)

33 Analisis hukum Islam terhadap nikah beda agama dalam kajian ini, berangkat dari ayat al-Qur’an surat al-baqarah ayat 221 yaitu:

ٞ ۡKَ, ٌ5َ ِ)ۡMI ٞ5َ)

َ َ

Nَو ۚ(ِ)ۡMُO ٰPَQ ِ<ٰ َRِ ۡHُS

ۡ

?ٱ ْا ُUِ َV

Bَو

َ

َ

Bَو ۗۡ ُ ۡ0َDَEۡF

َ

أ ۡ َ?َو ٖ5

َGِ ۡHI (ِّ)

َO َ>ِX

Yَ!ْوُأ ۗۡ ُ َDَEۡFَأ ۡ َ?َو ٖكِ ۡHI (ِّ) ٞ ۡKَ, ٌ(ِ)ۡMI ٞWۡDَ َ!َو ْۚا ُ ِ)ۡMُO ٰPَQ َ[ِGِ ۡHُSۡ?ٱ ْا ُUِ ُV

َ

_ِإ َن ُFۡW

ۡذِfِg ِةَ7ِ&ۡhَS

ۡ

?ٱَو ِ5 َ

ۡ

_ِإ

َ

ْآ ُFۡWَO ُ\ٱَو ]ِر^ٱ

َنوُ7`َaَ0َ8 ۡ ُ +َ َ! ِس +ِ? ۦِ/ِ0ٰ َ1اَء ُ ِّ[َDُcَو ۖۦِ/ِ'

Artinya “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.20 {Qs.

al-Baqarah (2) : 221}

21

.ت ﺎﻴﻨﺛﻮﻟاو تﺎﻴﺳ ﻮNا ح ﺎﻜﻧ ﺔﻣﺮﺣ ﻰﻠﻋ (ﻦﻣﺆﻳ ﱴﺣ ﺖﻛﺮﺸﳌاا ﻮﺤﻜﻨﺗ ﻻو) : ﱃﺎﻌﺗ ﻪﻟﻮﻗ لد

Artinya “ firman Allah

swt

ن

مﺆﻳ ﱴﺣ ﺖﻛﺮﺸﳌاا ﻮﺤﻜﻨﺗ ﻻو

menunjukan atas

keharaman bagi laki-laki mu’min atau Muslim menikahi perempuan yang beragama majusi (penyemnah api) dan perempuan watsaniyah (penyembah berhala).

Keterangan di atas, jelas secara tegas tidak membolehkan nikah beda agama, dalam hal ini orang mu’min atau muslim tidak boleh menikahi perempuan

majusi dan watsaniyah. Keterangan di atas juga secara implisit menegaskan

bahwa nikah beda agama adalah haram.

22

ﻦﻬﺣ ﺎﻜﻧ زﻮﺠﻴﻓ تﺎﻴﺑﺎﺘﻜﻟا ﺎﻣأو

20 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 53

21Muhammad Ali al-Shabuni. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min al-Qur’an. (Dar Kutub

(11)

34 Sekilas, teks

(

ﻦﻬﺣ ﺎﻜﻧ زﻮﺠﻴﻓ تﺎﻴﺑﺎﺘﻜﻟا ﺎﻣأو

) ini menrangkan bahwa muslim boleh menikahi kitabiyah. Akan tetapi, jika Kitabiyah hari ini status keagamaannya dikategorikan sebagai non Islam/non muslim, maka menurut pendapat yang mu’tamad nikah beda agama adalah haram dan tidak sah. Terkait dengan nikah beda agama, berikut adalah pendapat Ibnu Umar ra.

ح ﺎﻜﻧ ﻦﻋ ﻞﺌﺳ اذا نﺎﻛو ,تﺎﻴﺑﺎﺘﻜﻟا ح ﺎﻜﻧ ح ﺎﻜﻧ ﱘﺮﲢ ﱃا ﺎﻤﻬﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ﺮﻤﻋ ﻦﺑا ﺐﻫذو

ﻞﺟﺮﻟا

23

...ﲔﻤﻠﺴﳌا ﻰﻠﻋ تﺎﻛﺮﺸﳌا ﱃﺎﻌﺗ ﷲ مﺮﺣ :لﺎﻗ ﺔﻳدﻮﻬﻴﻟاو ﺔﻴﻧاﺮﺼﻨﻟا

Pendapat ini semakin memperkuat dan mempertegas bahwa nikah beda agama itu hukumnya adalah haram.

ﺔﻤﻠﺴﳌV كﺮﺸﳌا ﺞﻳوﺰﺗ ﺔﻣﺮﺣ ﻰﻠﻋ (اﻮﻨﻣﺆﻳ ﱴﺣ ﲔﻛﺮﺸﳌاا ﻮﺤﻜﻨﺗ ﻻو) : ﱃﺎﻌﺗ ﻪﻟﻮﻗ لد

ﺎﻨﻫ كﺮﺸﳌV داﺮﳌاو ,

24

.مﻼﺳﻹا ﻦﻋ ﺪﺗ ﺮﳌاو ,ﱐاﺮﺼﻨﻟاو ,يدﻮﻬﻴﻟاو ,ﻲﺳﻮNاو ,ﲏﺛﻮﻟا ﻞﻤﺸﻴﻓ ,مﻼﺳﻹا ﻦﻳﺪﺑ ﻦﻳ ﺪﻳ ﻻ ﺮﻓﺎﻛ ﻞﻛ

Pendapat ini memberikan pemahaman tentang keharaman menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin/muslim. Sedangkan yang dimaksud dengan musyrik di sini adalah semua non muslim termasuk didalamnya adalah Watsaniyah (penyembah berhala), majusi, yahudi, nasrani, dan orang

murtad. Berdasarkan pendapat ini maka menikah beda agama hukumnya adalah

haram.

Mengacu pada keterangan ini, menjadi sangat jelas bahwa Status keagamaan dalam memilih pasangan dan melaksanakan pernikahan menjadi pertimbangan yang sangat vital dan krusial dalam ajaran agama Islam. karena inilah yang patut dan baik menjadi ukuran untuk pergaulan yang akan kekal, serta dapat menjadi dasar kerukunan dan kemaslahatan rumah tangga serta keluarga seumumnya25. Hal ini juga didasrkan pada hadits Nabi saw.

: ﻊﺑرﻷ ةأﺮﳌا ﺢﻜﻨﺗ :لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﻦﻋ ﻪﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ةﺮﻳﺮﻫ ﰊأ ﻦﻋ

ﺎﳍﺎﻤﳉو ﺎﻬﺒﺴﳊو ﺎﳍﺎﳌ

(ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ) كاﺪﻳ ﺖﺑﺮﺗ ﻦﻳﺪﻟا تاﺬﺑ ﺮﻔﻇﺎﻓ ،ﺎﻬﻨﻳﺪﻟو

22 Muhammad Ali al-Shabuni. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min al-Qur’an,,,. 202

23Muhammad Ali al-Shabuni. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min al-Qur’an…, 24Muhammad Ali al-Shabuni. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min al-Qur’an…, 25Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. (Jakarta: Attahiriyah), 358

(12)

35

Artinya “Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw. bersabda: wanita itu dikawin karena empat hal: karena hartanya atau karena keturunannya atau karena kecantikannya atau karena akhlak agamanya, maka pilihlah wanita yang

beragama supaya tumbuh usahamau”.26

Hadits di atas telah cukup untuk memberikan tuntunan bagi muslim untuk memilih pasangan (istri) berdasarkan empat kriteria, yaitu karena kecantikannya, karena kekayaannya, karena nasab atau keturunannya, dan agamanya. Kriteria terakhir yakni karena agamanya, ini menunjukkan bahwa pertimbangan agama menjadi pertimbangan yang sangat krusial dalam memilih atau menikahi perempuan. Kriteria terakhir ini juga menunjukkan bahwa nikah beda agama tidak boleh.

Memperkuat penjelasan di atas, berikut adalah beberapa pandangan

‘ulama’ Nusantara terhadap nikah beda Agama; Majelis ‘Ulama’ Indonesia (MUI)

memperhatikan; (1) Fatwah MUI dalam munas II Tahun 1400/1980 tentang perkawinan campuran dan (2) Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005. Memutuskan dan menetapkan Fatwa Nikah Beda Agama; (1) perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah dan (2) Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab, menurut qaul mu’tamad, adalah haram dan tidak sah.27

Analisis logis keharaman dan tidak sahnya nikah beda agama adalah karena mempertimbangkan kemafsadatannya lebih banyak dari pada kemaslahatannya. Selaras dengan fatwah MUI di atas, Nahdlatul ‘ulama’ sebagai Organisasi Islam terbesar di Indonesia dan memiliki pemikiran dan gerakan keagamaan yang kapabel melalui mu’tamar NU ke 28 di Yogyakarta menyatakan dengan tegas, bahwa nikah beda Agama adalah haram dan tidak sah.28

Senada dengan pandangan di atas, Muhammadiyah melalui Tim Fatwa Tarjih telah mentarjihkan atau menguatkan pendapat yang mengatakan tidak boleh dengan beberapa alasan, antara lain :

1. Ahlul Kitab yang ada sekarang tidak sama dengan Ahlul Kitab yang ada pada waktu zaman Nabi SAW. Semua Ahlul Kitab zaman sekarang sudah jelas-jelas

26Syihabuddin. Ibanah al-ahkam. (Dar al-Fikri, 2012), 249

27Dokumen Fatwa MUI Tentang Perkawinan Beda Agama. Nomor 4/Munas VII/MUI/8/2005. 28Hasil Mu’tamar NU ke-28 di Yogyakarta tentang Nikah Beda Agama

(13)

36

musyrik atau menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Uzair itu anak Allah (menurut Yahudi) dan Isa itu anak Allah (menurut Nasrani).

2. Pernikahan beda agama dipastikan tidak akan mungkin mewujudkan keluarga sakinah sebagai tujuan utama dilaksanakannya pernikahan.

3. Insya Allah umat Islam tidak kekurangan wanita Muslimah, bahkan realitasnya jumlah kaum wanita Muslimah lebih banyak dari kaum laki-lakinya.

4. Sebagai upaya syadz-adz-dzari’ah(mencegah kerusakan), untuk menjaga keimanan calon suami/isteri dan anak-anak yang akan dilahirkan.29

D. KESIMPULAN

1. Konsekuensi Logis Nikah Beda Agama

Konsekuensi logis nikah beda agama adalah (1) Sulit mewujudkan tujuan nikah, karena membangun keluarga sakinah,mawaddah, warahmah dan barokah

membutuhkan visi yang sama, tujuan yang sama, dan seagama (yakni sama-sama beragama Islam), (2) Pernikahan dalam Islam itu adalah Ibadah, oleh karena itu, maka seagama (agama Islam) anatara suami istri adalah sebuah keniscayaan. Dampaknya adalah ibadah nikahnya menjadi tidak sah, (3) tidak dapat mewujudkan Hifdh al-Nasl (menjaga keturunan), (4) Menimbulkan ketidaknyamanan, (5) menimbulkan permasalahan, terutama bagi anak, (6) Hubungan suami-istri menjadi tidak sah dan dianggap layaknya berzina. (7) Pertalian nasab bapak biologis dengan anaknya terputus. (8) Hukum nafkah bagi bapak biologisnya juga tidak ada, (9) Antara bapak biologis dan anak biologisnya tidak ada hubungan waris, dan (10) jika bapak biologis itu menjadi wali anaknya yang merupakan hasil nikah beda agama, maka status kewaliannya juga tidak sah. Dampaknya, akad pernikahan anak itu juga tidak sah, dan hubungan suami-istrinya pun tidak sah.

2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Nikah Beda Agama dalam Kitab Tafsir al-Ahkam Karya Syaikh Aly al-Shabuny

Tinjauan hukum Islam terhadap nikah beda agama dalam Kitab Tafsir

al-Ahkam Karya Syaikh Aly al-Shabuny adalah haram. Hal ini didasarkan pada tafsir

al-Qur’an Surah al-Maidah ayat 221. Tafsir ayat dalam kitab Tafsir al-Ahkam

29http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-12286-detail-hukum-nikah-beda-agama.html.diakses pada

(14)

37 Karya Syaikh Aly al-Shabuny ini juga dikuatkan oleh beberapa pandangan ulama’ Nusantara, bahwa nikah beda agama hukumnya adalah haram dan tidak sah. Hal ini juga didasarkan pada al-Qur’an surah al-Maidah ayat 221, hadits Nabi, dan Qaidah fiqh.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Husen dan Abi Syuja’, Fath al-Qarib. Surabaya: Nurul Hidayah

Dokumen Fatwa MUI Tentang Perkawinan Beda Agama. Nomor 4/Munas VII/MUI/8/2005.

Eryani, Eva . 2017.Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia. (Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 17, No. 2 Tahun 2017)

Hasil Mu’tamar NU ke-28 di Yogyakarta tentang Nikah Beda Agama

http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-12286-detail-hukum-nikah-beda agama.html.diaksespada tanggal 25 Agustuts 2020

https://news.detik.com/berita/d-4830385/rukun-menikah-dan-syarat-sahnya-dalam-islam/2 diakses pada tanggal 23 Agustus 2020

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt565beb1c50465/ini-empat-kelemahan-nikah-beda-agama/ diakses pada tanggal 23 Agustus 2020 al-Asqolani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram min adillatil ahkam. Surabaya: Nurul Huda

Kementerian Agama RI. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahan. Surabaya: Al-Hidayah Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyah

Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyah

Salim Bahreisy dan Abdullah bahreisy. Terjemah Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam.

al-Shabuni, Muhammad Ali. 1999. Rawai’ul Bayan Tafsir ayat ahkam min

al-Qur’an. Dar al-Kutub al-Islamiyah

Referensi

Dokumen terkait

modulk Mem siswa Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4orang Memberikan penjelasan lentang kegiatan yang akan dilakukao secara betkelompok Menyediakan alai

berkurangnya ukuran lebar pori-pori graphene persis seperti hasil yang penelitian mengenai pori-pori karbon (Alonso dkk., 2012) bahwa semakin besar pori-pori

Data diolah dengan tahapan yang digunakan metode perancangan waterfall. Tahap pertama yaitu analisa kebutuhan sistem dengan meeting, dimana perancangan program disesuaikan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tabel 7 (lampiran 5) didapatkan hasil bahwa lama inkubasi berpengaruh secara nyata terhadap N-total PGPR bambu. Berdasarkan

Dapat diformulasikan dari analisis di atas memberikan indikasi sudah adanya pergeseran nilai persepsi masyarakat Aceh terhadap konsep pengertian terminologi ulama dari

Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan juga mencoba mendapatkan keterangan masyarakat yang bersangkutan dengan

da’i, materi dakwah, strategi dakwah, metode dakwah dan media dakwah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif daskriptif, dengan mengambil latar Di Kelurahan Kota