• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG

PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

I. UMUM

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Pusat memberikan perluasan dan kewenangan kepada Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam bidang pajak Daerah, hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Perluasan Basis Pajak Daerah dengan memberikan kewenangan kepada Daerah untuk memungut Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah, sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah diatur dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagimana diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pemungutannya merupakan kewenangan Pusat, kewajiban perpajakan adalah salah satu sarana dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan kewajiban bernegara yaitu untuk membiayai pembangunan khususnya pembangunan Daerah, guna tercapainya masyarakat adil dan sejehtera.

Bumi air, dan Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat. Tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki fungsi sosial, selain itu sebagai kebutuhan dasar untuk papan dan lahan usaha, serta merupakan alat investasi yang menguntungkan, memberikan manfaat ekonomis bagi pemiliknya, oleh sebab itu bagi mereka yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian nilai ekonomi yang diperolehnya kepada Pemerintah Daerah melalui Pembayaran pajak. Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan memperhatikan aspek Keadilan terutama masyarakat ekonomi lemah dan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yaitu dengan mengatur nilai perolehan hak atas tanah dan bangunan yang tidak dikenakan pajak.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, sebagai pengganti Undang-undang Nomor 20 tahun 2000 pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Barat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 perlu diadakan pemungutan pajak Bea Peroleahn Hak Atas Tanah dan Bangunan melalui pajak daerah dengan nama Bea Perolahna Hak atas Tanah dan Bangunan.

Tarif yang ditetapkan menurut Rancangan Peraturan Daerah ini sebesar 5% (lima Persen) dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak, penetapan tariff ini sesuai dengan prinsif yang dianut dalam Undang-undang ini :

a. Pemenuhan keawajiban Bea Perolehan Hal Aatas Tanah dan Bangunan berdasarkan system Self Assessment, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang atau utang pajaknya.

b. Besarnya tariff ditetapkan sebesar 5 % (lima Persen) dari Nilai perolehan Objek Pajak Kena Pajak.

(2)

c. Agar Peraturan Daerah ini dapat berlaku efektif, maka kepada wajib pajak maupun kepada pejabat-pejabat umum yang melanggar keteutan atau tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana ditentukan oleh Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi menurut Peraturan daerah ini, dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. d. Hasil penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan

Penerimaan Daerah, untuk meningkatkan pendapatan Daerah guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam rangka memantapkan otonomi Daerah;

e. Senua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan ata bangunan di luar ketentuan dalam Peraturan daerah ini tidak diperkenankan.

f. Penerimaan atas bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima dinas Pengelolaan Keuangan Daerah atau langsung ke Bank Persepsi yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL : Pasal 1

Cukup Pasal 2

Ayat (1)

Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang berupa :

a. Tanah, termasuk tanaman di atasnya; b. Tanah dan Bangunan;

c. Bangunan.

Yang dimaksud dengan Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan atau perairan, antara lain : a. Gedung;

b. Rumah; c. Kolam Renag; d. Tempat olah raga; Ayat 2

Huruf a angka 1).

Jual Beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan.

Angka 2).

Yang dimaksud dengan Tukar menukar adalah suatu persetujuan, dengan mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang lain.

Angka 3)

Yang dimaksud dengan Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang penghibah menyerahkan suatu barang secara Cuma-Cuma, tanpa dapat meariknya kembali untuk kepentingan seseorang yang menerima atau menyerahkan barang itu.

(3)

Angka 4).

Hibah Wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia;

Angka 5)

Orang yang mendapat atau berhak harta kewarisan atau harta pusaka baik segala ahli waris maupun bukan ahli waris dari pewaris.

Angka 6).

Yang dimaksud dengan pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dari orang pribadi atau badan hukum kepada perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya.

Angka 7)

Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan adalah pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang bersama.

Angka 8)

Penunjukan Pembeli dalam lelang adalah penetapan pemenang lelang pleh pejabat lelang sebagaimana yang tercantum dalam risalah lelang.

Angka 9)

Sebagai pelaksanaan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, terjadi peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut.

Angka 10)

Penggabungan usaha adalah suatu Penggabungan dari dua badan uasaha atau lebih dengan tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan uasaha lainnya.

Angka 11).

Yang dimaksud ddengna peleburan usaha adalah penggabunagn dari dua atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan badan uasaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung.

Angka 12).

Pemekaran usaha adalah pemisahan suatu badan usaha menjdi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tnapa melakulikuidasi.

Angka 13)

Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada penerima hadiah, akta yang dibuat dapat berupa akta hibah.

Angka 14) Cukup Jelas

(4)

Huruf b Angka 1)

Yang dimaksud dengan Pemberian hak Baru karena kelanjutan pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari Negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak.

Angka 2)

Yang dimaksud pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah pemberian hak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan hukum dari negara menurut atau dari pemegang hak milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (3) Huruf a

Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Huruf b

Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Huruf c

Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 5Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok-Pokok Agraria.

Huruf d

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam Keputusan Pemberiannya oleh Pejabat yang berwenang memberikan atau dalam perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Huruf e

Hak milik atas suatu rumah susun adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah. Hak milik atas suatu rumah susun meliputi hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.

Huruf f .

Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.

(5)

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan tanah dan atau bangunan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum adalah tanah dan atau bangunan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah atau kegiatan yang semata-mata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan.

huruf a.

azas perlakuan timbal balik adalah azas perlakuan yang sama mengenai hak istimewa dan kekebalan terhadap perwakilan negara asing (diplomatik dan konsuler) beserta pejabatnya yang berstatus diplomatik di Indonesia sebagaimana perlakuan terhadap perwakilan Republik Indonesia (diplomat dan konsuler) beserta pejabatnya yang berstatus diplomatik di luar negeri. huruf b. Cukup Jelas huruf c. Cukup Jelas huruf d.

Yang dimaksud dengan konversi hak adalah perubahan dari hak lama menjadi hak baru menurut undang-undang pokok Agraria, termasuk pengakuan hak oleh pemerintah.

Contoh : Bekas Tanah milik adat menjadi hak baru.

Yang dimaksud dengan perbuatan hukum lain misalnya perpanjangan hak atas tanah tanpa adanya perubahan nama

Contoh : Perpanjangan HGB. Huruf e

Yang dimaksud dengan Wakaf adalah perbuatan hukum orang pribadi atau badan yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yeng berupa hak milik tanah dan atau bangunan dan melembagakannya untuk selama-lamya untuk kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun. Huruf f. Cukup Jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 4 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a.

Yang dimaksud Harga Transaksi adalah harga yang terjadi dan telah disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.

(6)

Huruf b

Yang dimaksud dengan nilai pasar adalah harga rata-rata dari transaksi jual- beli secara wajar yang terjadi di sekitar letak tanah dan atau bangunan. Dalam hal tukar menukar ke dua belah pihak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Huruf c. Cukup Jelas. Huruf d. Cukup Jelas. Huruf e. Cukup Jelas. Huruf f. Cukup Jelas. Huruf g. Cukup Jelas. Huruf h. Cukup Jelas. Huruf i. Cukup Jelas. Huruf j. Cukup Jelas. Huruf k. Cukup Jelas. Huruf l. Cukup Jelas. Huruf m. Cukup Jelas. Huruf. N. Cukup Jelas. Huruf o. Cukup Jelas. Huruf P. Cukup Jelas. Ayat (3)

Wajib Pajak B membeli Tanah dan Bangunan dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (harga Transaksi) Rp. 60.000.000,- , Nilai Jual Objek Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan tersebut yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebesar Rp. 75.000.000, maka yang dipakai sebagai dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bungunan adalah sebesar Rp. 75.000.000,- dan Bukan Rp. 60.000.000,-

Ayat (4)

a. Pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak A membeli tanah dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 50.000.000,- Nilai Perolehan Objek Pajak tidak Kena Pajak sebesar Rp. 60.000.000. karena Nilai Perolehan Objek Pajak berada dibawah Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak, maka perolehan haka atas tanah tersebut tidak dikenakan Bea Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan

b. Pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak A membeli tanah dengan : - Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 80.000.000,- - Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp. 60.000.000,- (-) - Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp. 20.000.000.-

(7)

Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 5. Cukup Jelas Pasal 6. Ayat (1). Cukup Jelas. Contoh :

Wajib Pajak “A” membeli Tanah dan Bangunan dengan :

- Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 65.000.000,-

- Nilai Perolehan Objek Pajak tidak Kenan Pajak Rp. 60.000.000,-

- Nilai Perolehan objek Pajak Kena Pajak Rp. 5.000.000,-

- Pajak yang terutang (5% xRp. 5.000.000) Rp. 250.000,-

Ayat (2)

Cukup Jelas. Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a s/d huruf n

Yang dimaksud dengan sejak tanggal dibuat dan ditandatanginya akta adalah tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta pemindahan hak dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris.

Huruf o

Yang dimaksud dengan sejak tanggal penunjukan pemenang lelang adalah tanggal ditanda tanganinya Risalah Lelang oleh Kepala Kantor Lelang Negara atau Kantor Lelang lainnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang memuat antara lain nama pemenang Lelang. Ayat (2). Cukup Jelas. Pasal 8. Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2).

Yang dimaksud dengan “Risalah Lelang” adalah kutipan lelang yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor yang membidangi Pelayanan Lelang Negara. Ayat (3)

1. Yang dimaksud dengan pendaftaran Hak Atas Tanah adalah untuk menjamin kepastian Hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah yang meliputi :

a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran Hak-hak atas Tanah dan Peralihan Hak.

c. Pemberian surat-surat dan tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

2. Yang dimaksud dengan Peralihan Hak Atas Tanah adalah suatu perbuatan hukum pemindahan Haka lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftartan jika dibuktikan dengan akta yang

(8)

dibuat oleh PPATyang berwenang, kecuali untuk untuk daerah-daerah yang terpencil dan belum ditunjuk PPAT sementara.

Pasal 9 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Pasal 10. Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas Pasal 11. Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak, yaitu ditetapkan oleh Bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan menggunakan SKPD, system pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah Sistem Self Assessment dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk mmenghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SKPD.

Ayat (3).

Cukup Jelas Ayat (4)

Yang dimaksud dengan Dokumen Lain yang dipersamakan adalah dokumen yang yang dipersamakan dengan SKPD sebagaitelah dilunasi kewajiban Wajib Pajak (Bukti Pembayaran dari Bank Persepsi)

Ayat (5)

mengatur Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayara sendiri. Diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD,

Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dapat diterbitkan SKPDKB dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan.

Pasal 12

Ayat (1) Huruf a Angka 1). Cukup Jelas

(9)

Angka 2). Cukup Jelas Angka 3).

Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara Jabatan adalah penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Huruf b. Cukup Jelas Huruf c.

Ketentuan pasal 13 ini memberikan kewenangan kepada Bupati untuk dapata menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, atau SKPDN. Hanya terhadap kasus tertentu dengan perkataan lain hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban materiel.

Contoh :

1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009 setelah ditegur dalam jangka waktu paling lama 5 tahun Bupati Dapat menerbitkan SKPDKB atau pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009 dalam jangka waktu paling lama 5 tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang yang kurang bayar tersebut, Bupati dapat menerbitkan SKPDKB ditambah sanksi administrasi.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 tahun sesudah pajak yang terutang ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebakan penambahan jumlah pajak yang terutang Bupati dapat menerbitkan SKPDKBT.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah keidit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, Bupati dapat menerbitkan SKPDN. Ayat (2)

1. Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan yaitu mengenakan sanksi administrative berupa bunga sebesar 2 % sebulan dari pajak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administrative berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan menerbitkan SKPDKB 2. Contoh :

Wajib Pajak memperoleh Tanah dan Bangunan pada Tanggal 29 Maret 2005.

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 110.000.000,- NJOPTKP Rp. 60.000.000,-(-) Pajak yang terutang Rp. 50.000.000,-

Pajak yang terutang = 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal 30 Desember 2005, ternyata ditemukan data yang belum terungkap yang menunjukkan bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak sebenarnya adalah Rp. 160.000.000,- maka pajak yang seharusnya terutang adalah sebagai berikut.

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 160.000.000,- Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp. 60.000.000,-(-) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp. 100.000.000,-

(10)

Pajak yang terutang :

5 % x Rp. 100.000.000,- Rp. 5.000.000,- Pajak yang telah dibayar Rp. 2.500.000,- (-) Pajak yang Kuran dibayar Rp. 2.500.000,-

Sanksi administrasi berupa Bunga dari 29 Maret 2005 sampai dengan 30 Desember 2005 = 10 x 2% x Rp. 2.500.000,- = Rp. 500.000,-

Jadi jumlah pajak yang seharusnya dibayar sebesar = Rp. 2.500.000,- +Rp. 500.000,- = Rp. 3.000.000,-. Ayat (3)

1. Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu dengan ditemukannya data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan, sehingga pajak yang terutang bertambah, maka terhadap wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan 100 % dari jumlah kekurangan pajak.

2. Sanksi administrasi ini tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sebelum diadakan tindakan pemeriksaan.

Contoh :

Pada tanggal 29 maret 2010, dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain diperoleh data baru bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana tersebut ayat (2) ternyata adalah Rp. 200.000.000,- maka pajak yang seharusnya dibayar adalah sebagai berikut :

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp. 200.000.000,- Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp. 60.000.000,- (-) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp. 140.000.000,- Pajak yang terutang 5%xRp. 140.000.000,- = Rp. 7.000.000,- Pajak yang telah di bayar Rp. 5.000.000,- (-) Pajak yang Kurang di bayar Rp. 2.000.000,- Sanksi administrasi berupa kenaikan :

100% x Rp. 2.000.000,- = Rp. 2.000.000,- Jadi, jumlah pajak yang harus di bayar di bayar sebesar =

Rp. 2.000.000,- + Rp. 2.000.000,- = Rp. 4.000.000,- Ayat (4).

Cukup Jelas

Ayat (5)

Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3), yaitu wajib pajak tidak mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 25 % dari pokok pajak yang terutang.

Dalam kasus ini, Bupati Menetapkan pajak yang terutang secara jabatan melalui penerbitan SKPDKB.

Selain sanksi administrative berupa kenaikan sebesar 25 % dari pokok pajak yang terutang juga dikenakan sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kuranng atau atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 Bulan sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.

Penjelasan :

Ketentuan Pasal ini mengatur penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan Ketetapan pajak ditujukan kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena ditemukannya data fiscal tidak dilaporkano leh wajib pajak

(11)

Contoh :

Pada tanggal 1 Januari 2009 Jumlah Pajak yang Terutang sebesar Rp. 5.000.000,- pada saat terjadinya perolehan hak tersebut, pajak dibayar sebesar Rp. 4.000.000,- atas kekurangan pajak tersebut diterbitkan SKPDKBT Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banunan pada tanggal 1 April 2009 dengan perhitungan sebagai berikut :

Kekuarang Bayar Rp. 1.000.000,- Bunga 4 x 2% X Rp.1.000.000,- Rp. 80.000,- (+) Rp. 1.080.000,- Pajak yang terutang Rp. 1.080.000.,- x 25% = Rp. 270.000,- Jadi, jumlah pajak yang harus di bayar di bayar sebesar =

Rp.1.080.000,- + Rp. 270.000,- = Rp. 1.350.000,- Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Ayat (1) Huruf a, Cukup Jelas Huruf b.

Wajib Pajak A memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 18 Jauari 2009. Berdasarkan pemeriksaan Surat Setoran Pajak Daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang disampaikan wajib pajak A ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan pajak kurang payar sebesar 1.500.000,- atas kekurangan pajak tersebut diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Bea Peroelahan Hak Atas Tanah dan Bangunan pada tanggal 20 April 2009 dengan perhitungan sebagai berikut :

Kekurangan Bayar Rp. 1.500.000,- Bungan = 4 x 2% x Rp. 1.500.000,- = Rp. 120.000,-

Jumlah yang harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar Rp. 1.620.000,-

Huruf c.

Cukup Jelas. Ayat (2)

Imbalan berupam Bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak daerah tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak daerah Kurang Bayar Ayat (3). Cukup Jelas Pasal 15. Cukup Jelas. Pasal 16. Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas Ayat (4). Cukup Jelas

(12)

Pasal 17.

Ayat (1).

Yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar Pajak dan tagihan yang berkaitan dengan pajak sesuai dengan ketengtuan peraturan Prundang-undangan yang berlaku

Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 18.

Ayat (1).

Surat Ketetapan Pajak daerah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan, Surat Ketetapan Pajak daerah Kurang Bayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, Surat Ketetapan Pajak daerah Kurang Bayar Tambahan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau bangunan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangungan, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.Merupakan sarana administrasi bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah untuk melakukan penagihan.

ayat (1) angka f yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah Pejabat pembuat Akta Tanah

Ayat (2).

Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah keterlambatan wajib pajak mengajukan keberatan yang bukan karena kesalahannya, misalnya Wajib Pajak Sedang Sakit, atau karena musibah.

Ayat (3).

Cukup Jelas Ayat (4).

Cukup Jelas Ayat (5).

Tanda bukti penerimaan Surat Keberatan sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan formal. Diterima atau tidak hak mengajukan Surta Keberatan dimaksud, tergantung dipenuhinya ketentuan batas waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) , ayat (2), dan ayat (3) yang dihitung mulai diterbitkannya surat ketetapan pajak sampai saat diterimanya Surat Keberatan tersebut oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Tanda bukti penerimaan tersebut oleh wajib pajak dapat juga dipergunakan sebagai alat control baginya untuk mengetahui sampai kapan batas waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 berakhir.

Tanda bukti penerimaan iitu diperlukan untuk memastikan bahwa keberatan dikabulkan, apabila dalam jangka waktu tersebut wajib pajak tidak menerima surat keputusan dari Bupati atau pejabat yang dtunjuk atas keberatan yang diajukan.

Pasal 19 Ayat (1)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum baik bagi wajib pajak maupun fiskus dan dalam rangka tertib administrasi, yaitu apabila dalam jangka waktu 12 (dua Belas) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Keberatan, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan, berarti keberatan tersebut dikabulkan.

(13)

Ayat (2)

Dalam keputusan keberatan tidak tertutup kemungkinan utang pajaknya bertambah berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain karena ada data baru yang tadinya belum terungkap atau belum dilaporkan.

Ayat (3). Cukup Jelas. Pasal 20 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Pasal 21 Ayat (1)

Imbalan berupa bunga dihitung sejak tanggal pelunasan sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bngunan lebih bayar.

Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas Ayat (4). Cukup Jelas Ayat (5). Cukup Jelas Pasal 22 Ayat (1). Cukuf Jelas Ayat (2) Huruf a. Cukup Jelas Huruf b. Cukup Jelas Huruf c. Cukup Jelas Huruf d. Cukup Jelas Huruf e.

Yang dimaksud dengan “Kondisi tertentu objek pajak antara lain lahan pertanian yang sangat terbatas, bangunan ditempat sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan wajib pajak teretntu.

Ayat (3).

(14)

Ayat (4). Cukup Jelas. Ayat (5). Cukup Jelas Pasal 23 Ayat (1)

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, antara lain dalam hal :

a. Pajak yang dibayarkan lebih besar daripada yang seharusnya terutang; b. Pajak yang terutang yang dibayarkan oleh wajib pajak sebelum akta

ditandatangani, Ayat (2)

Bupati atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dapat berupa kurang Bayar dengan menerbitkan SKPDKB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, atau berupa SKPDLB, atau mengukuhkan Pajak yang terutang tetap dengan menerbitkan SKPDN tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.

Ayat (3).

Ayat ini memberikan kepastian hukum baik kepada wajib pajak maupun fiskus dan dalam rangka tertib administrasi perpajakan daerah, oleh karena itu permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan oleh wajib pajak harus diberikan keputusan.

Ayat (4). Cukup Jelas Ayat (5). Cukup Jelas Ayat (6). Cukup Jelas Ayat (7). Cukup Jelas Pasal 24 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas Pasal 25 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas

(15)

Ayat (3). Cukup Jelas Pasal 26 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a. Cukup Jelas. Huruf b. Cukup Jelas Huruf C.

Yang dimaksud dengan pemeiksaan adalah : a. Pemeriksaan Kantor; b. Pemeriksaan Lapangan. Ayat (3). Cukup Jelas Pasal 27 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3) Huruf a. Cukup Jelas Huruf b. Cukup Jelas Ayat (4). Cukup Jelas Ayat (5). Cukup Jelas Ayat (6). Cukup Jelas Pasal 28 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Pasal 29 Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Huruf a. Cukup Jelas Huruf b. Cukup Jelas Huruf c. Cukup Jelas Huruf d. Cukup Jelas

(16)

Huruf e. Cukup Jelas Huruf f. Cukup Jelas Huruf g. Cukup Jelas Huruf h. Cukup Jelas Huruf i. Cukup Jelas Huruf k. Cukup Jelas Ayat (4). Cukup Jelas Pasal 30. Cukup Jelas Pasal 31

Tindak pidana dibidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau berakhirnya tahun pajak yang berasangkutan.

Pasal 32 Ayat (1)

Pengenaan pidana kurungan dan pidana denda kepada pejabat tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati dimaksudkan untuk menjamin bahwa kerasiaan mengenai perpajakan daerah tidak akan diberitahukan kepada pihak lain, juga agar wajib pajak dalam memberikan data atau keterangan kepada pejabat mengenai perpajakan daerah tidak ragu-ragu.

Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas Ayat (4). Cukup Jelas Pasal 33. Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Pasal 34. Cukup Jelas Pasal 35 . Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1

Referensi

Dokumen terkait

Saat keluaran jaringan tidak sama dengan keluaran yang diharapkan maka keluaran akan menyebar mundur ( backward) pada lapisan tersembunyi diteruskan ke unit. pada

Penelitian deduktif adalah upaya mempelajari suatu fenomena dari gejala- gejala umum ke khusus, sebagai contoh kebijakan AS di Asia Timur menyangkut pada porsi keamanan dan

pertanyaan/penyelidikan untuk konsultasi publik dan rekomendasi atas persetujuan formal dari draf akhir. The Standardisation Committee decides by a positive vote of 70

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan program Tha Prink: Pengolahan limbah tusuk sate yang telah dilaksanakan di desa Bendungan kecamatan Kudu kabupaten Jombang, dapat

ELECTRONICS SOLUTION/TELESINDO - LT.2 (MALL DEPOK)_HHP ELECTRONICS SOLUTION - LT.1 BLOK A (TERAS KOTA MALL)_HHP ELECTRONICS SOLUTION - LT. 2 B2 (GRAND GALAXY PARK)_HHP

Tujuan Penelitian untuk mengetahui strategi pengembangan Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam peningkatan pelayanan publik di bandara berdasarkan kombinasi dari

Judul Skripsi : Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan