• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zakat dan Pemerataan Ekonomi di Masa Pandemi COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Zakat dan Pemerataan Ekonomi di Masa Pandemi COVID-19"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Al-Azhar

Journal of Islamic Economics

Volume 3 Nomor 1, Januari 2021

ISSN Print: 2654-5543

DOI: 10.37146/ajie.v3i1.57

Penerbit: Program Studi Ekonomi Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Al-Azhar Journal of Islamic Economics (AJIE) is indexed by Google Scholar and licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Zakat dan Pemerataan Ekonomi di Masa Pandemi

COVID-19

Awang Darmawan, Rina Desiana Institut Agama Islam Sahid (Inais) Bogor

Email: awangdarmawan543@gmail.com

Abstract

Various policy efforts by the Indonesian government in tackling increased poverty have been implemented. Islam has a policy in dealing with increasing poverty, namely through the zakat instrument. However, what needs to be questioned are the efforts of Amil Zakat Institutions in dealing with the Covid-19 pandemic which has caused an increase in the poverty rate, so that it can be used as an instrument of economic equality, especially during the pandemic. This research is a qualitative research which is library research. The data used in this research is secondary data. The results of the discussion show that BAZNAS's contribution is in accordance with all components of the concept of the eight pathways of economic equality in society, namely the programs implemented by BAZNAS. Thus, the great hope of these programs can reduce the poverty rate in Indonesia which has increased as a result of the current Covid -19 pandemic.

Keywords: Zakat, Amil Zakat Institution, Economic Equity, Covid-19 Abstrak

Berbagai upaya kebijakan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi peningkatan kemiskinan telah diterapkan. Islam mempunyai kebijakan dalam menangani peningkatan kemiskinan, yaitu melalui isntrumen zakat. Namun yang perlu dipertanyakan apa saja upaya para lembaga amil zakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang menyebabkan peningkatan angka kemiskianan, sehingga dapat dijadikan sebagai insturmen pemerataan ekonomi, khususnya di masa pandemi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kontribusi BAZNAS sesuai dengan seluruh komponen konsep delapan jalur pemerataan ekonomi masyarakat, yaitu dengan program-program yang diterapkan oleh BAZNAS. Dengan demikian harapan besar dari program-program tersebut dapat menekan angka kemiskinan di Indonesia yang meningkat diakibatkan dari pandemi Covid -19 saat ini.

Kata Kunci: Zakat, Lembaga Amil Zakat, Pemerataan Ekonomi, Covid-19

1. Pendahuluan

Bencana yang terjadi di seluruh dunia adalah adanya virus Covid-19. Corona virus muncul pertama kali di China pada tahun 2019. Virus tersebut mulai menyebar di Indonesia diperkirakan pada bulan April 2019. Pandemi Covid-19 ini berdampak terhadap sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya. Secara khusus dari sektor ekonomi Indonesia dapat dirasakan dengan menurunya pendapatan masyarakat, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya aktivitas ekspor-impor, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Dengan turunnya tingkat perekonomian Indonesia, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan naik secara signifikan. Jumlah penduduk

(2)

Al-Azhar Journal of Islamic Economics, Vol. 3 No. 1, Januari 2021

miskin pada Maret 2020 sebanyak 26,42 juta orang (9,78%), meningkat 1,63 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2019 sebanyak 24, 79 juta orang (9,22%).1

Berbagai upaya kebijakan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi peningkatan kemiskinan di Indonesia telah diterapkan. Namun disamping itu, Islam mempunyai kebijakan dalam menangani peningkatan kemiskinan, yaitu dengan kebijakan pemerataan ekonomi melalui isntrumen zakat, yang mana telah diterapkan dan atau dipraktekkan sejak masa Rasulullah saw. Zakat merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik dan kebijakan fiskal utama dalam sistem ekonomi Islam, serta merupakan salah satu elemen dalam sumber pendapatan nasional dan distribusinya ditunjukkan kepada golongan penerima zakat (mustahik), yaitu: fakir, miskin, fisabilillah, ibnu sabil, amil, mualaf, hamba sahaya, dan yatim piatu.2 Terkait

pemanfaatan dana zakat (dan juga infak dan sedekah), UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, khususnya dalam Bab III tentang Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan dan Pelaporan.

Sampai saat ini Indonesia masih dalam penanganan pendemi Covid-19. Bahkan umat Islam di dunia merasakan perayaan hari besarnya saat pandemi Covid-19. Hari raya Idul Fitir merupakan momen umat muslim membayar zakatnya, dan momen bagi lembaga amil zakat dalam penghimpunan dana zakat sebesar-besarnya. Sebagaimana dikatakan oleh ketua BAZNAS, Bambang Sudibyo bahwa potensi zakat nasional tahun 2020 mencapai kisaran angka Rp 340 triliun.3 Jika para lembaga amil zakat dapat

menghimpun dana zakat, maka sudah semestinya ada penyaluran dana zakat tersebut untuk para mustahik. Dana zakat yang disalurkan tidak hanya dana zakat Idul Fitri, akan tetapi dana zakat lainnya, seperti contohnya zakat harta (mal) dan zakat lainnya. Dengan demikian sudah semestinya instrumen zakat dapat diterapkan sebagai instrumen pemerataan ekonomi. Namun yang perlu dipertanyakan adalah apa saja upaya para lembaga amil zakat dalam menerapkan instrumen zakat tersebut, khususnya disaat pandemi Covid-19 yang menyebabkan peningkatan angka kemiskianan di Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai insturmen pemerataan ekonomi di Indonesia, khususnya di masa pandemi.

Sebuah penelitian pada tahun 2020 oleh Dewi Fitrotus Sa’diyah ditawarkan 6 strategi pengembangan kerangka konsep dan sistem ekonomi Islam yaitu: (1) Dengan menyalurkan bantuan langsung tunai yang bersumber dari zakat, donasi, dan sedekah; (2) Dengan memperkuat wakaf produktif, sukuk terkait wakaf, dan wakaf infrastruktur; (3) Melalui bantuan modal usaha unggulan untuk sektor usaha atau UMKM; (4) Melalui skema qardhul hasan; (5) Meningkatkan ekonomi Islam dan literasi keuangan; (6) Melalui pengembangan teknologi keuangan syariah.4 Berangkat dari keenam strategi

yang ditawarkan dalam penelitian tersebut, zakat merupakan pilihan utama dalam pembahasan ini untuk penanganan pemerataan ekonomi khususnya di masa pandemi Covid-19. Karena zakat merupakan instrumen utama yang ditawarkan Islam dalam

1 Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Jakarta, 2020). h. 141

2 Nurul Huda and others, Keuangan Publik Islam: Pendekatan Teoritis Dan Sejarah, (Jakarta:

Prenadamedia Grup, 2012). h.90.

3 Muhammad Dzulfiqar, ‘Potensi Zakat Nasional 2020 Berkisar Rp 340an Triliun’, 2020

<https://bit.ly/37bcnDC>.

4 D F Sa’diyah, "Strategi Pembangunan Ekonomi Syariah Di Masa Covid-19", Jurnal Dinamika Ekonomi

(3)

ISSN Print: 2654-5543

perekonomian suatu negara serta milihat potensi zakat di Indonesia yang cukup mendukung pemerataan ekonomi di Indonesia.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat literatur review atau penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan (library research) adalah mengumpulkan data pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber informasi kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian seperti melalui abstrak hasil penelitian, indeks, laporan atas lembaga beserta surveinya, review, jurnal, dan buku referensi.5 Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung data primer seperti buku-buku, literature, dan bacaan yang berkaitan untuk menunjang penelitian.6 Adapun

analisis data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan (library research) adalah dengan menganalisis isi (content analysis) yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadapa isi suatu informasi tertulis atau tercetak lalu menyimpulkan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis tersebut.7

3. Hasil dan Analisis 3.1 Esensi Utama Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun agama, serta merupakan salah satu budaya luhur Islam, yang datang memproklamirkan persamaan, kasih mengasihi, kerjasama, dan dapat menjamin kelestarian manusia untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Allah SWT menjadikan zakat sebagai sarana penyuci bagi pelakunya dari kebakhtilan serta sebagai wahana menumbuhkan sikap-sikap solidaritas atau moralitas, serta sebagai sarana penyamarataan di antara hamba-Nya dari harta yang Allah titipkan kepada mereka, juga sebagai wujud bantuan orang-orang yang kaya kepada orang-orang fakir, yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hartanya, dan tidak punya kekuatan untuk bekerja. Zakat juga sebagai sarana mewujudkan ketentraman, yang tidak akan terwujud jika masih adanya komunitas masyarakat yang kelaparan.

Dalam Al-Quran disebutkan dengan jelas 8 golongan asnaf penerima zakat atau disebut mustahik, sebagai target penyaluran zakat. Jika kedelapan golongan asnaf tersebut disejahterakan, maka kemiskinan akan tuntas dan terwujudnya pemerataan ekonomi di suatu negara. Secara khusus dalam sistem ekonomi Islam, zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena implementasi zakat berupakan asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Menurut Muhammad Abdul Mannan, zakat mempunyai enam prinsip, yaitu:8

a) Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.

b) Prinsip pemerataan dan keadilan, merupakan tujuan sosial zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia.

5 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008). h.1. 6 Sugiyo, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2015). h.376

7 Sugiyo, Metode Penelitian Manajemen, h.400

(4)

Al-Azhar Journal of Islamic Economics, Vol. 3 No. 1, Januari 2021

c) Prinsip produktivitas, menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.

d) Prinsip nalar, sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan.

e) Prinsip kebebasan, zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas.

f) Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena. Tujuan utama dari zakat menurut Monzer Kahf adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta pihak yang kaya untuk dialokasikan kepada pihak yang miskin.9 Pada satu sisi

zakat berfaedah terhadap para muzakki, dan di sisi lainnya sangat berfaedah bagi mustahik, bahkan lebih luasnya menjadi sayap Islam yang mengukuhkan Islam secara nyata sebagai agama yang rahmatan lil alamin.

Muhammad Daud Ali menerangkan bahwa tujuan zakat adalah: (1) mengangakat derajat fakir miskin; (2) membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan mustahik lainnya; (3) membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya; (4) menghilangkan sifat kikir; (5) menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin; (6) menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin di dalam masyarakat; (7) mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang terutama yang memiliki harta; (8) mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain padanya; (9) sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.10

Esensi zakat pada perekonomian merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik serta kebijakan fiskal utama dalam sistem ekonomi Islam. Secara umum, zakat dikenakan atas tiga ukuran, yaitu volume produksi, pendapatan atau keuntungan, dan nilai kekayaan. Ketiga indikator esensi zakat tersebut yang menjadi landasan sistem perekonomian suatu negara dalam menentukan dan menerapkan kebijakannya. Zakat merupakan ketentuan yang wajib dalam sistem ekonomi (obligatory zakat system), sehingga penerapannya dilakukan melalui institusi resmi negara yang memiliki ketentuan hukum sehingga pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusiannya dapat terarah. Zakat mempunyai peran penting bukan hanya pada suatu negara, akan tetapi juga memilili implikasi yang menentukan pada kebangkitan peradaban Islam dalam arti yang luas. Implikasi zakat dalam perekonomian, yaitu (1) zakat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan; (2) zakat memperkecil jurang kesenjangan ekonomi; (3) zakat dapat menekan jumlah permasalahan sosial, kriminalitas, pelacuran, gelandangan, pengemis, dan lainnya; (4) zakat dapat menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha.11 Dengan demikian zakat dapat

menjaga tingkat konsumsi masyarakat seminimal mungkin, sehingga perekonomian akan tetap terus berjalan untuk mencapai pemerataan ekonomi.

3.2 Manajemen Pengelolaan Zakat

9 Monzer Kahf, ‘The Principle of Socioeconomics Justice in The Comtemporarry Fiqh of Zakah’, Iqtisad.

Journal of Islamic Economics, 01 (1999).

10 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988). 11 Huda and others. Op.cit. h.91

(5)

ISSN Print: 2654-5543

Pengelolaan zakat sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 1, yaitu terdapat dua model organisasi yang mengelola zakat. Pertama, zakat dikelola lembaga yang dibentuk oleh pemerintah. Kedua, zakat dikelola lembaga yang dibentuk oleh masyarakat. Tetapi dalam pelaksanaannya, pemerintah lebih memosisikan diri sebagai regulator dan fasilitator dalam rangka memastikan bahwa pengelolaan zakat dilakukan dengan baik dan diperuntukkan demi kemaslahatan umat. Sementara untuk model kedua, masyarakat memiliki wewenang yang besar untuk mengelola zakat, akan tetapi diharuskan berkoordinasi, melaporkan, dan siap dibina oleh pemerintah.12

Esensi lembaga zakat baik BAZ maupun LAZ semuanya merupakan lembaga keuangan. Namun tegasnya bukanlah lembaga keuangan perbankan dan bukan pula lembaga keuangan asuransi. Memang ada perbedaan karakter yang mendasar membandingkan antara lembaga zakat dan perbankan atau asuransi. Perbedaannya sangat jelas terutama melihat dari legal lembaga zakat yang yayasan, dibanding perbankan dan asuransi yang berlegal Perusahaan Terbatas (PT). Sementara lembaga-lembaga yang berlegal yayasan pun, ternyata tidak semuanya memiliki kesamaan karakteristik.

Sinergi antara peran negara dan masyarakat sangat diperlukan karena pengelolaan zakat membutuhkan skala prioritas, kerjasama. Dan data-data yang komprehensif untuk pendayagunaan zakat. Dengan dibentuknya lembaga khusus yang mengani pengelolaan zakat, lembaga tersebut berfungsi seperti holding company yang memiliki hubungan sinergis dengan lembaga-lembaga di bawahnya, juga lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat.

Telah dijelaskan dalam firman Allah Swt surah at-Taubah ayat 60, bahwasanya ‘amil zakat sebagai salah satu mustahik zakat. Dalam hal ini Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah ‘amil zakat itu sendiri. Lembaga pengelola zakat ini sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Menurut UU Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 3, keberadaan Pengelola Zakat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan pemerataan ekonomi.

Proses pengumpulan zakat dalam konteks masa kini lebih banyak mengikuti konsep fundraising, yaitu suatu kegiatan yang memiliki tujuan penggalangan dana untuk tujuan tertentu. Fundraising zakat berarti upaya mengumpulkan zakat dari perorangan atau badan usaha untuk mencapai tujuan zakat. Sumber utama fundraising zakat adalah muzakki. Maka, mengingat proses fundraising zakat merupakan hal yang mendasar bagi upaya pengelolaan zakat, pihak-pihak yang telah diberi wewenang untuk mengelola zakat harus mampu meyakinkan masyarakat muslim mengenai pentingnya zakat.13 Fundraising bertujuan dalam rangka mencapai pengumpulan zakat tersebut, maka fundraising membutuhkan strategi atau metode tertentu, antara lain secara langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect fundraising). Fundraising secara langsung adalah teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana proses interaksi dan daya akomodasi

12 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Perberdayaan

Zakat, Standarisasi Amil Zakat Di Indonesia: Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Jakarta, 2013).

13 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Perberdayaan

(6)

Al-Azhar Journal of Islamic Economics, Vol. 3 No. 1, Januari 2021

terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Sedangkan fundraising tidak langsung adalah teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara Iangsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising tanpa memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Program pemberdayaan mustahik merupakan inti dari zakatraising. Dari program ini masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana performance lembaga zakat.

Pendayagunaan dana zakat dapat dilasanakan dengan beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan, yaitu:14

a. Pengembangan ekonomi dalam bentuk penyaluran modal, pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), pembangunan industri, penciptaan lapangan kerja, peningkatan usaha, pelatihan, dan pembentukan organisasi.

b. Pembinaan SDM melalui beasiswa, diklat dan kursus keterampilan, dan lembaga pendidikan.

c. Layanan sosial yang mendasar seperti kebutuhan darurat untuk makan, kebutuhan pengobatan, bayar SPP dan tunggakannya, dan kebutuhan darurat lainnya. Program pendayagunaan dana zakat untuk penanggulangan kemiskinan akan semakin optimal apabila sinergi antara pemerintah, organisai pengelola zakat, dan masyarakat terjadi dengan baik. Sinergi tersebut perlu dibangun terus-menerus serta diperkuat demi tujuan pengelolaan zakat itu sendiri.15

Secara umum tugas dan fungsi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah melakukan upaya pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pengelolaan zakat. Dari penjelasan fungsi dan tujuan lembaga zakat sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat, sehingga dapat berkontribusi dalam pemerataan perekonomian.

3.3 Esensi Utama Zakat

Setiap negara menginginkan warga negaranya hidup berkecukupan secara merata dan adil. Ekonomi yang berkeadilan sudah seharusnya diperkuat, agar masyarakatnya dapat merasakan kesetaraan sosial ekonomi. Agar terciptanya ekonomi yang berkeadilan maka sudah semestinya terjadi transfer antara warga negara yang berkelebihan dalam ekonomi atau modal kepada warga yang kurang berkecukupan dalam ekonomi atau modal (equity) untuk meningkatkan kualitas hidupnya, bukan hanya sekedar equality atau kesamaan perlakuan.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak akan menjamin mampu menekan angka kemiskinan, jika tidak adanya pemerataan ekonomi. Secara empiris konsep ekonomi yang cenderung menganut pemerataan akan sedikit lamban dalam mengejar angka pertumbuhan ekonomi, namun memiliki fondasi yang kuat. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan semua rakyat, bukan segelintir pengusaha dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga ekonomi pemerataan biasanya lebih kuat dalam menghadapi berbagai kondisi krisis ekonomi.

Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yang bertumpu pada tiga pilar yaitu lahan, kesempatan dan

14 Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004).

15 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Perberdayaan

(7)

ISSN Print: 2654-5543

peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti apa-apa bagi kesejahteraan masyarakat tanpa adanya pemerataan yang adil di masyarakat. Untuk mewujudkan pemerataan ekonomi inilah, pada masa pemerintahan Pak Harto, beliau mencanangkan konsep delapan jalur pemerataan, yaitu:16

a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya sandang, pangan, dan perumahan.

b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. c) Pemerataan kesempatan kerja.

d) Pemerataan kesempatan berusaha.

e) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.

f) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air. g) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Hingga saat ini pemerintah Indonesia menjadikan kedelapan jalur tersebut merupakan instrumen dalam menerapkan pemerataan ekonomi masyarakat Indonesia, yang mana bukan hanya peran pemerintah saja, namun melibatkan peran pemerintah dan masyarakat dari berbagai lini.

3.4 Peran Zakat Pada Masa Pandemi Covid-19 Sebagai Pendukung Pemerataan Ekonomi

Salah satu dampak pandemi Covid-19 yang sangat dirasakan di Indonesia, yaitu meningkatnya angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2020 meningkat 1.63 juta orang dibandingkan dengan September 2019. Beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode September 2019-Maret 2020, yaitu:17

a. Pandemi Covid-19 yang berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk akan mendorong terjadinya peningkatan angka kemiskinan. b. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto

(PDB) Kuartal I-2020 mengalami pertumbuhan yang melambat. Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang sebesar 5,02%.

c. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia Maret 2020 mengalami penurunan 64,11% dibandingkan Maret 2019. Meskipun pemerintah secara resmi mengumumkan kasus Covid-19 pada Maret 2020 namun sektor pariwisata dan pendukungnya sudah mulai terdampak sejak bulan Februari 2020.

d. Pada periode September 2019–Maret 2020, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan, antara lain beras (1,78%), daging ayam ras (5,53%), minyak goreng (7,06%), gula pasir (13,3%), dan telur ayam ras (11,10%).

16 Didin S Damanhuri, Ekonomi Politik Dan Pembangunan: Teori, Kritik, Dan Solusi Bagi Indonesia Dan

Negara Sedang Berkembang (Bogor: IPB Press, 2010).

(8)

Al-Azhar Journal of Islamic Economics, Vol. 3 No. 1, Januari 2021

e. Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk pada Desil 1 periode September 2019– Maret 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,67% namun peningkatannya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan GK yang sebesar 3,20%.

f. Penduduk hampir miskin yang bekerja di sektor informal mencapai 12,15 juta orang (Susenas, Maret 2019). Kelompok ini merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap kemiskinan dan paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19. Dari beberapa faktor tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa tingkat kemiskinan dapat meningkat dikarenakan dampat dari pandemi Covid-19, yang sangat berdampak pada perekonomian sehingga meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia khususnya. Covid-19 yang merebak pertama kali di Wuhan, China telah menjadi pandemi di seluru negara, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dan usaha yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menekan penyebaran Covid-19 dan menjaga kesehatan masyarakat. Maka perlu diapresiasi apa yang telah diusahakan pemerintah Indonesia untuk masyarakatnya. Dalam hal ini, tidak lepas dari peran lembaga masyarakat (selain pemerintah) dalam menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya lembaga masyarakat yang ikut serta dalam penanganan masalah efek dari pandemi Covid-19 adalah lembaga-lembaga zakat, atau yang diwakili secara nasional oleh lembaga-lembaga Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS).

BAZNAS yang ikut serta membantu kerja pemerintah dalam pananganan masalah efek Covid-19, terutama dalam masalah menurunnya tingkat aktivitas perekonomian masyarakat Indonesia. Beberapa program utama yang telah dilakukan BAZNAS dalam menghadapi krisi ekonomi dan sosial yang diakibatkan Covid-19, yaitu:18

a. Program penyaluran khusus meliputi program darurat kesehatan dan program darurat sosial ekonomi.

Pada program darurat kesehatan, BAZNAS telah melaksanakan langkah-langkah strategis, seperti menyelenggarakan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyemprotan disinfektan di tempat-tempat publik, memasang wastafel sehat di beberapa pusat keramaian, menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatan yang tersebar di rumah sakit rujukan Covid -19, serta menyediakan ruang isolasi bagi pasien yang memiliki gejala terinfeksi Covid-19 di Rumah Sehat Baznas (RSB).

Pada program darurat sosial ekonomi, BAZNAS memprogramkan pemenuhan paket logistik keluarga, program Cash For Work (CFW) yang melibatkan pekerja informal, memprioritaskan penyaluran zakat fitrah kepada masyarakat yang terkena dampak, serta melakukan bantuan secara langsung kepada mereka yang membutuhkan.

b. Program penyaluran pengamanan dengan menerapkan beberapa penyesuaian di antaranya:

1) Adaptasi proses: adaptasi cara berbisnis mustahik, pengamanan produk mustahik dari paparan Covid-19, mengubah pola pemasaran, mengubah pola pembinaan, dan lain-lainnya.

18 Pusat Kajian Strategis BAZNAS, Survei Persepsi Publik Terhadap BAZNAS Dalam Penanganan

(9)

ISSN Print: 2654-5543

2) Adaptasi output: salah satunya pada perubahan produksi para penjahit menjadi produksi masker kain, contoh lainnya para produsen madu dapat meningkatkan volume produksi madu, dan lain-lainnya.

Dengan kedua program tersebut, BAZNAS telah menyalurkan dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) untuk keperluan penanganan dampak pandemi Covid-19, penyaluran tersebut terbagi menjadi 3 komponen, yaitu:19

a. Penyaluran dana lewat BAZNAS dapat membantu masyarakat. b. Program BAZNAS sudah menjangkau masyarakat rentan. c. Ketaatan terhadap aturan dalam pendistribusian bantuan.

Dalam survei yang telah dilaksanakan oleh BAZNAS mengenai persepsi publik terhadap BAZNAS dalam penanganan Covid-19, menyatakan bahwa penyalurun ZIS yang dilakukan BAZNAS dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 sangat baik. Artinya masyarakat Indonesia sangat percaya terhadap BAZNAS bahwa dalam penanganan dampak pandemi Covid-19 penyaluran ZIS benar-benar dilakukan dengan penuh amanah, tepat sasaran, dan menjangkau masyarakat rentan terdampak, mudah diakses, dilakukan dengan tepat mematuhi protokol kesehatan Covid-19, serta prinsip-prinsip syariat Islam tanpa kepentingan pihak lain.

Sebagaimana yang telah disebut sebelumnya mengenai konsep delapan jalur pemerataan ekonomi masyarakat, maka BAZNAS telah berkontribusi dalam upaya pemerataan ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kontribusi atau upaya BAZNAS tersebut sesuai dengan seluruh komponen konsep delapan jalur pemerataan ekonomi masyarakat, yaitu dengan program-program yang diterapkan oleh BAZNAS. Dengan demikian harapan besar dari program-program tersebut dapat menekan angka kemiskinan di Indonesia yang meningkat diakibatkan dari pandemi Covid-19 saat ini. Dan segala upaya yang telah diterapkan oleh BAZNAS merupakan komponen pemerataan ekonomi, maka sudah semestinya instrumen zakat menjadi instrumen yang paten dalam perekonomian di Indonesia.

4. Penutup

BAZNAS merupakan lembaga yang mengelola ZIS. Dimana segala program dan upaya yang diterapkan oleh BAZNAS merupakan upaya pemerataan ekonomi masyarakat, yang sesuai dengan delapan konsep jalur pemerataan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Dana zakat yang terkumpul oleh BAZNAS sudah disalurkan kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang terdampak oleh pandemi Covid-19.

Referensi

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988) Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi (Jakarta, 2020)

Baihaqi, Ahmad Briezy, and Puspitasari Puspitasari, ‘Analisis Dampak Pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia, Zakat Dan Pdrb Terhadap Kemiskinan Di Provinsi

(10)

Al-Azhar Journal of Islamic Economics, Vol. 3 No. 1, Januari 2021

Aceh’, Journal Publicuho, 3.2 (2020), 177 <https://doi.org/10.35817/jpu.v3i2.12272> Damanhuri, Didin S, Ekonomi Politik Dan Pembangunan: Teori, Kritik, Dan Solusi Bagi

Indonesia Dan Negara Sedang Berkembang (Bogor: IPB Press, 2010)

Desiana, Rina, and Sidik Tono, ‘Implikasi Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2012-2015.Pdf’, Ijtihad: Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam, 02 (2017), 223–339

Dzulfiqar, muhammad, ‘Potensi Zakat Nasional 2020 Berkisar Rp 340an Triliun’, 2020 <https://bit.ly/37bcnDC>

Huda, Nurul, Achmad Aliyadin, Agus Suprayogi, Decky M Arbain, Hastomo Aji, Restukanti Utami, and others, Keuangan Publik Islam: Pendekatan Teoritis Dan Sejarah (Jakarta: Prenadamedia Grup (Kencana), 2012)

Jaelani, Aan, and Tika Fatichah Hanim, ‘Sustainability of Public Finance During The COVID-19 Outbreaks in Indonesia’, Al-Amwal : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah, 12.1 (2020), 109 <https://doi.org/10.24235/amwal.v1i1.6557>

Jureid, ‘Ekonomi Syariah Sebagai Alternatif Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Pada Era Covid-19’, Jurnal Kajian Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 5.2 (2020)

Kahf, Monzer, ‘The Principle of Socioeconomics Justice in The Comtemporarry Fiqh of Zakah’, Iqtisad. Journal of Islamic Economics, 01 (1999)

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Perberdayaan Zakat, Standarisasi Amil Zakat Di Indonesia: Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Jakarta, 2013)

Leli, Maisarah, ‘Urgensi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Di Masa Vandemi COVID Ditinjau Dari Prespektif Ekonomi Islam’, Jurnal At-Tasyri’Iy, 3.1 (2020), 8– 23

Mannan, Muhammad Abdul, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993)

Pusat Kajian Strategis BAZNAS, Survei Persepsi Publik Terhadap BAZNAS Dalam Penanganan COVID-19 (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS), 2020)

Sa’diyah, D F, ‘Strategi Pembangunan Ekonomi Syariah Di Masa Covid-19’, Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah, 7.2 (2020), 169–80

Sudewo, Eri, Manajemen Zakat (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004) Sugiyo, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Kesenjangan informasi pada masyarakat adalah akibat rendahnya perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perpustakaan sebagai inti infrastruktur

yang terlihat dari rasa bersalah dan berdosa yang berlebihan. Neurosis timbul pada diri seseorang bila: a) terjadi konflik antara dorongan dan kekuatan yang menghalangi

Untuk mengetahui pengaruh interaksi antar konsumen, interaksi penyedia jasa dengan konsumen dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen. 1.4

Pelabuhan ini sebagai salah satu pintu gerbang pembangunan kota Makassar yang melayani tidak hanya pelayaran nasional tetapi juga internasional akan tetapi

Serta adanya dana kas yang masuk (dana ZIS dan dana non halal) yang tidak dipisahkan, serta badan amil zakat mengenai Standar Akuntansi Zakat adalah masih disajikan dalam

Namun ternyata masyarakat Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan tidak banyak tahu mengenai ukuran dalam mengeluarkan zakat, mereka hanya terpaku

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No.03 Tahun 2012 tentang Data Tenaga Honorer Kategori I dan Daftar Nama