• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring Proyek Ducting FO Kawasan Tahap III Summarecon Bandung Menggunakan Metode Earned Value Management

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Monitoring Proyek Ducting FO Kawasan Tahap III Summarecon Bandung Menggunakan Metode Earned Value Management"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Monitoring Proyek Ducting FO Kawasan

Tahap III Summarecon Bandung Menggunakan

Metode Earned Value Management

1st Puji Prabawa Mualim

Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom Bandung, Indonesia pujiprabawa02@gmail.com

2nd Devi Pratami Fakultas Rekayasa Industri

Universitas Telkom Bandung, Indonesia devipratami@telkomuniversity.ac.id

3rd Achmad Fuad Bay Fakultas Rekayasa Industri

Universitas Telkom Bandung, Indonesia fuadbay@outlook.com

berbagai bidang yaitu bidang pendidikan, bidang konstruksi sipil, dan bidang konstruksi jaringan. PT. DCM sedang menjalankan pekerjaan ducting FO (Fiber Optic) kawasan tahap III di kawasan Summarecon Bandung. Perlu dilakukan proses monitoring dan controlling pada saat fase eksekusi proyek agar sasaran proyek dapat tercapai dengan waktu, biaya, dan kualitas yang sesuai. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu Earned Value Management. Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan dari 16 Januari 2020 hingga 20 Mei 2020, pengerjaan proyek dinyatakan terlambat dengan 19.85% pekerjaan dari perencanaan belum tercapai dan kinerja biaya proyek dinyatakan kurang baik dengan kondisi 3% over budget dari realisasi pekerjaan. Hasil dari forecasting menunjukkan bahwa proyek akan selesai pada minggu ke-27 dengan estimasi biaya akhir senilai Rp 1,309,154,423. Nilai tersebut Rp 41,918,733 lebih besar dari total biaya pada rencana anggaran biaya.

Kata Kunci—Earned Value Management, monitoring, performansi, forecasting.

I. PENDAHULUAN

Proyek adalah upaya yang bersifat sementara yang dilakukan untuk menghasilkan output berupa produk atau jasa yang bersifat unique [1]. Proyek memiliki serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan spesifik untuk diselesaikan dalam spesifikasi tertentu, memiliki tanggal mulai dan berakhir yang ditentukan, memiliki dana yang terbatas, dan menggunakan sumber daya seperti manusia, peralatan, dana dan multifungsi [8]. Penulis melakukan penelitian pada PT. DCM yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang antara lain bidang pendidikan, bidang konstruksi sipil, dan bidang konstruksi jaringan. PT. DCM sedang menjalankan pekerjaan ducting FO (Fiber Optic) kawasan tahap III di kawasan Summarecon Bandung. Sistem ducting merupakan sarana dan utilitas saluran infrastruktur jaringan komunikasi, yang dapat digunakan secara bersama oleh seluruh penyelenggara layanan komunikasi secara terpadu dan selaras dengan estetika wilayah.

Waktu pelaksanaan proyek berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) pekerjaan Ducting FO Kawasan Tahap III di Kawasan Summarecon Bandung adalah dimulai pada tanggal 16 Januari 2020 dan harus selesai pada tanggal 16 Juni 2020 dengan masa pemeliharaan selama tiga bulan. Penelitian yang dilakukan pada

proyek pekerjaan ducting FO kawasan tahap III di kawasan Summarecon Bandung ini dilakukan saat fase executing. Pada fase executing dilakukan proses monitoring dan controlling yang penting dilakukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan proyek dan membantu manajer proyek dalam menilai penyimpangan dan melihat dampak terhadap waktu dan biaya dari tujuan yang telah ditetapkan pada perencanaan proyek [3]. Penelitian yang dilakukan oleh Pratami, dkk. (2018) menyebutkan bahwa dampak terhadap waktu dan biaya termasuk salah satu dari beberapa dampak dalam pengelompokan dampak proyek [10].

Proses monitoring dan controlling adalah proses melakukan

tracking, reviewing, dan reporting progress keseluruhan untuk

memenuhi tujuan kinerja yang telah ditentukan dalam perencanaan manajemen proyek. Manfaat utama dari proses ini adalah memungkinkan pemangku kepentingan untuk memahami keadaan proyek saat ini, mengenali tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah kinerja, dan memiliki visibilitas terhadap keadaan proyek selanjutnya dengan perkiraan biaya dan jadwal [1]. Proses monitoring & controlling yang dilakukan pada penilitian ini yaitu monitoring &

controlling terhadap kinerja penjadwalan dan kinerja

penjadwalan pada proyek. Diperlukan informasi mengenai tingkat efisiensi kinerja terhadap waktu dan biaya aktual proyek untuk menentukan bagaimana tren performansi proyek yang diperoleh dalam periode yang telah ditentukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Demirkesen & Ozorhon (2017) menyatakan bahwa analisis kinerja proyek dapat digunakan oleh manajer proyek di industri konstruksi untuk menyusun dan menerapkan strategi yang efektif. Itu bisa digunakan untuk memastikan keberhasilan suatu proyek dan dapat dijadikan sebagai evaluasi setelah penyelesaian proyek [4].

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Earned

Value Management (EVM). Alvarado dkk. (2005) menyatakan

bahwa EVM adalah metode yang efektif untuk mengelola proyek atau portofolio proyek karena mencakup ruang lingkup, penjadwalan, dan penganggaran. Penjadwalan pada proyek berperan penting dalam memprediksi biaya dan waktu dalam sebuah proyek [9]. Dengan membandingkan baseline pengukuran kinerja dengan actual schedule dan cost

performance, EVM mengintegrasikan cost baseline dan

(2)

schedule baseline untuk membentuk performance measurement baseline [5].

Tiga dimensi utama yang dikembangkan pada metode EVM ini adalah planned value (PV), earned value (EV), dan actual cost (AC). Pada metode EVM juga dilakukan variance analysis dan

trend analysis. Analysis variance yang digunakan dalam EVM

adalah penjelasan sebab, dampak, dan tindakan korektif untuk biaya, jadwal, dan varians pada penyelesaian [1]. Dengan menggunakan EVM semua progress kinerja proyek dari setiap periode dapat diidentifikasi apakah proyek berjalan dengan baik atau tidak menggunakan kurva-s, selain itu dengan EVM juga dapat melihat seberapa lama proyek dapat diselesaikan dan biaya yang telah dikeluarkan [6].

Hingga saat ini, EVM telah diterapkan secara luas pada berbagai organisasi dan industri untuk kepentingan monitoring dan controlling proyek. EVM dinyatakan sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk tujuan pengendalian kinerja proyek [1]. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Mahmoudi, dkk (2019) yang menyatakan bahwa EVM dapat mencegah masalah sebelum masalah tersebut terjadi pada proyek yang sedang berjalan sehingga sangat membantu implementasi pada proses

controlling proyek [7]. Penggunaan metode EVM dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja proyek serta penghitungan terhadap efisiensi waktu dan biaya aktual proyek untuk mendapatkan tren performansi proyek pada periode yang telah ditentukan. EVM juga dapat memberikan informasi mengenai keadaan proyek dalam jangka waktu tertentu serta memperkirakan bagaimana kecenderungan kinerja proyek pada periode kedepannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kinerja proyek menggunakan metode EVM untuk mengetahui kondisi proyek dari segi schedule dan cost. Setelah mengetahui kondisi proyek dari segi schedule dan cost, dapat dilakukan peramalan terhadap kinerja proyek untuk kedepannya.

A. Earned Value Management

EVM analisis dilakukan dengan membandingkan baseline pengukuran kinerja dengan jadwal aktual dan kinerja biaya. EVM dalam manajemen proyek secara strategis dapat membantu perencanaan dan pengendalian kinerja biaya dan kinerja jadwal [2]. EVM mengembangkan dan memonitor tiga dimensi utama yaitu Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actial Cost (AC). Penjelasan ketiga dimensi utama dalam EVM adalah sebagai berikut.

1. Planned Value (PV) adalah anggaran resmi yang digunakan untuk pekerjaan yang dijadwalkan dan harus diselesaikan untuk komponen aktivitas pada work breakdown structure (WBS). Anggaran ini dialokasikan secara bertahap selama masa proyek, tetapi pada titik tertentu, nilai yang direncanakan menentukan pekerjaan yang seharusnya telah diselesaikan. PV juga dikenal sebagai Budgeted Cost of Work

Scheduled (BCWS) yang biasanya menunjukkan sumber

daya kumulatif yang dianggarkan pada schedule proyek. 2. Earned Value (EV) adalah ukuran kemajuan pekerjaan yang

dinyatakan dalam anggaran pada titik waktu tertentu. EV

juga dikenal sebagai Budgeted Cost of Work Performed (BCWP). yang mencerminkan nilai pekerjaan yang sebenarnya telah dicapai hingga saat ini (atau dalam periode waktu tertentu), dinyatakan sebagai nilai yang direncanakan untuk pekerjaan itu. EV yang diukur perlu dikaitkan dengan BAC, dan EV yang diukur tidak boleh lebih besar dari anggaran PV resmi untuk suatu komponen. EV sering digunakan untuk menghitung persentase penyelesaian suatu proyek. Kriteria dari pengukuran progress harus ditetapkan untuk setiap komponen pada WBS untuk mengukur pekerjaan yang sedang berlangsung.

3. Actual Cost (AC) adalah biaya realisasi yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang dilakukan pada suatu kegiatan selama periode tertentu atau total biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diukur oleh EV. AC juga dikenal sebagai Actual Cost of Work Performed (ACWP), merupakan indikasi tingkat sumber daya yang telah dikeluarkan untuk mencapai pekerjaan aktual yang dilakukan hingga saat ini atau dalam periode waktu tertentu.

B. Variance & Schedule Analysis

Variance & schedule analysis merupakan penjelasan

(penyebab, dampak, dan tindakan korektif) untuk cost variance (CV), schedule variance (SV), dan variance at completion (VAC), schedule performance index (SPI), dan cost

performance index (CPI). Berikut merupakan yang termasuk

dalam variance & schedule analysis.

1. Schedule Variance (SV) merupakan ukuran performansi jadwal yang dinyatakan sebagai selisih antara EV dan PV. Hal ini merupakan metric yang berguna karena dapat menunjukkan apakah proyek terlambat atau lebih cepat dari

schedule yang telah direncanakan. Berikut adalah

persamaan dari SV.

SV = EV – PV (1)

2. Cost Variance (CV) merupakan jumlah defisit atau surplus anggaran pada waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai selisih dari EV dan AC. CV menunjukkan bagaimana performansi biaya pada suatu proyek. Berikut adalah persamaan dari CV.

CV = EV – AC (2)

3. Schedule Performance Index (SPI) mengukur seberapa efisien tim proyek dalam menyelesaikan pekerjaan. Berikut adalah persamaan dari SPI.

𝐒𝐏𝐈 =𝐄𝐕

𝐏𝐕 (3)

4. Cost Performance Index (CPI) merupakan ukuran efisiensi biaya dari angaran sumberdaya, dinyatakan sebagai rasio nilai yang diperoleh terhadap biaya yang sebenarnya. Nilai CPI dihitung berdasarkan persamaan berikut.

𝐂𝐏𝐈 =𝐄𝐕

𝐀𝐂 (4)

Informasi terkait kondisi proyek dapat ditentukan dengan melakukan variance analysis. Hasil interpretasi dari variance

analysis dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

(3)

TABEL I. INTERPRETASI VARIANCE &PERFORMANCE ANALYSIS Ukuran Performansi Schedule SV > 0 SPI > 1 SV = 0 SPI = 1 SV < 0 SPI < 1 Cost CV > 0 Ahead of schedule under budget On of schedule under budget Behind of schedule under budget CPI > 1 CV = 0 Ahead of schedule on budget On of schedule on budget Behind of schedule on budget CPI = 1 CV < 0 Ahead of schedule over budget On of schedule over budget Behind of schedule over budget CPI < 1

A. Variance & Schedule Analysis

Work Breakdown Structure (WBS) adalah pengelompokan

kegiatan pekerjaan yang dilakukan disebuah proyek, mulai dari paket pekerjaan hingga aktivitas aktivitas pekerjaan yang dilakukan [1]. Gambar. 1 merupakan WBS untuk proyek ducting

fiber optic kawasan tahap-III Summarecon Bandung.

B. Earned Value Analysis

TABEL II. EARNED VALUE ANALYSIS

Tanggal PV Cum EV Cum AC Cum

16-Jan-20 1,785,714 1,267,236 1,500,000 23-Jan-20 59,428,019 41,906,250 6,300,000 6-Feb-20 130,530,847 83,812,500 40,175,000 13-Feb-20 201,633,675 125,718,750 84,250,000 20-Feb-20 283,913,707 167,625,000 127,625,000 27-Feb-20 366,193,738 270,373,000 215,148,625 5-Mar-20 469,405,020 373,121,000 299,327,750 12-Mar-20 572,616,301 475,869,000 403,476,375 19-Mar-20 677,242,356 578,617,000 507,625,000 26-Mar-20 781,868,410 651,380,125 605,581,875 2-Apr-20 886,494,464 724,143,250 709,955,417 9-Apr-20 991,120,518 796,906,375 824,328,958

Tanggal PV Cum EV Cum AC Cum

16-Apr-20 1,039,889,982 869,669,500 908,677,500 23-Apr-20 1,075,198,922 890,379,688 951,224,500 30-Apr-20 1,110,507,863 911,089,875 961,468,250 4-May-20 1,145,816,803 931,800,063 971,712,000 14-May-20 1,188,377,944 952,510,250 984,018,250 21-May-20 1,229,234,508 28-May-20 1,249,159,821 4-Jun-20 1,258,197,736 16-Jun-20 1,267,235,650

C. Variance & Performance Analysis

Variance & performance analysis merupakan penjelasan

analisis terhadap cost variance (CV), schedule variance (SV), dan Schedule Performance Index (SPI), Cost Performance

Index (CPI). Variance & performance analysis dapat dilihat

pada Tabel III.

TABEL III. VARIANCE &PERFORMANCE ANALYSIS

Tanggal SV CV SPI CPI

16-Jan-20 -518,479 -232,764 0.71 0.84 23-Jan-20 -17,521,769 35,606,250 0.71 6.65 6-Feb-20 -46,718,347 43,637,500 0.64 2.09 13-Feb-20 -75,914,925 41,468,750 0.62 1.49 20-Feb-20 -16,288,707 40,000,000 0.59 1.31 27-Feb-20 -95,820,738 55,224,375 0.74 1.26 5-Mar-20 -96,284,020 73,793,250 0.79 1.25 12-Mar-20 -96,747,301 72,392,625 0.83 1.18 19-Mar-20 -98,625,356 70,992,000 0.85 1.14 26-Mar-20 -130,488,285 45,798,250 0.83 1.08 2-Apr-20 -162,351,214 14,187,833 0.82 1.02 9-Apr-20 -194,214,143 -27,422,583 0.80 0.97 16-Apr-20 -170,220,482 -39,008,000 0.84 0.96 23-Apr-20 -184,819,235 -60,844,812 0.83 0.94 30-Apr-20 -199,417,988 -50,378,375 0.82 0.95 4-May-20 -214,016,741 -39,911,937 0.81 0.96 14-May-20 -235,867,694 -31,508,000 0.80 0.97 Berdasarkan hasil analisis schedule performance, rata-rata nilai SV yang didapat perminggunya adalah kecil dari 0 atau bernilai negatif dan rata rata nilai SPI yang didapat adalah kecil dari 1. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa rata-rata pengerjaan proyek perminggunya mengalami keterlambatan dari rencana prestasi pekerjaan yang diharapkan. Schedule

performance pada saat cut off date yang telah ditetapkan pada

tanggal 20 Mei 2020 dengan perolehan nilai SV sebesar –Rp 235,867,694. Berdasarkan nilai SV yang diperoleh, dari nilai pekerjaan sebesar Rp 1,118,377,944 yang seharusnya tercapai, hanya Rp 952,510,250 dari nilai pekerjaan aktual yang telah dilakukan. Nilai SPI yang diperoleh adalah sebesar 0.80. Nilai SPI ini menunjukkan bahwa dari tanggal 16 Januari 2020 hingga 20 Mei 2020 memiliki tingkat efisiensi pengerjaan sebesar 80% sehingga dari rata-rata jam kerja perhari yaitu 8 jam sehari, hanya 6 jam 24 menit dari pekerjaan yang direncanakan tercapai.

III. HASIL PENELITIAN

Work Breakdown Structure

Planned Value (PV), Earned Value (EV), Actual Cost (AC)

merupakan tiga indikator utama dalam melakukan earned value

analysis. Dilakukan penghitungan perminggu untuk

masing-masing indikator. Penilaian performansi dilakukan antara tanggal dimulainya proyek yaitu tanggal 16 Januari 2020 hingga waktu cut off date yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu tanggal 20 Mei 2020. Nilai kumulatif untuk PV, EV, dan AC pada proyek pekerjaan ducting FO kawasan tahap-III Summarecon Bandung dapat dilihat pada Tabel II.

(4)

Berdasarkan hasil analisis cost performance dalam rentang waktu 17 minggu, terdapat 7 minggu dengan nilai CV yang didapat kecil dari 0 atau bernilai negatif. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa pada minggu ke 1, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 nilai CV < 0 atau bernilai negatif dan nilai CPI < 1. Proyek berada pada kondisi over budget dari realisasi pekerjaan pada minggu-minggu tersebut. Pada minggu ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 nilai CV > 0 atau bernilai positif dan nilai CPI > 1. Dapat diketahui bahwa proyek berada pada kondisi under

budget dari realisasi pekerjaan pada minggu-minggu tersebut. Cost performance pada saat cut off date yang telah ditetapkan

pada tanggal 20 Mei 2020 dengan perolehan nilai CV sebesar – Rp 31,508,000 dan nilai CPI sebesar 0.97. Nilai CPI ini menunjukkan bahwa dari tanggal 16 Januari 2020 hingga 20 Mei 2020 pengerjaan proyek ducting FO kawasan tahap-III Summarecon Bandung memiliki tingkat efisiensi penganggaran sebesar 97% dari realisasi pekerjaan yang dilakukan.

D. Kurva-S : PV EV AC

Performansi proyek secara kumulatif digambarkan pada kurva-S dan dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana kondisi proyek tersebut dan bagaimana kondisi proyek tersebut untuk kedepannya. Kurva-s proyek pekerjaan ducting FO kawasan tahap III Summarecon Bandung dapat dilihat pada Gambar. 2.

Pada minggu 13 terdapat peningkatan terhadap realisasi biaya sehingga proyek tersebut dinyatakan over budget. Hal tersebut dapat dilihat pada kurva-s dimana garis AC kumulatif berada di atas garis EV kumulatif pada tanggal 9 April 2020 atau pada minggu ke-12 hingga 20 Mei 2020. Secara keseluruhan EV kumulatif yang diperoleh pada proyek berada dibawah garis PV kumulatif dengan persentase pekerjaan yang diharapkan pada saat cut off date adalah 93.78%, dan realisasi dari pekerjaan pada saat cut off date adalah 75% sehingga pencapaian dari realisasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan.

E. Kuadran Performansi

Kuadran performansi proyek dapat digunakan oleh manajer proyek untuk melakukan monitoring kondisi proyek.

Monitoring performance index dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana tren performansi proyek dalam

satu satuan waktu secara parsial. Tren pada kuadran performansi proyek secara parsial diperoleh dari nilai CPI dan SPI pada masing-masing minggunya yang dapat dilihat pada Gambar. 3.

Tingkatan proyek ditunjukkan dalam empat kuadran yaitu kuadran I (good) menunjukkan realisasi penyelesaian pekerjaan mingguan lebih cepat dari perencanaan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah dari perencanaan anggaran mingguan. Kuadran II (marginal) menunjukkan realisasi penyelesaian pekerjaan mingguan lebih cepat dari perencanaan tetapi menghabiskan biaya diatas perencanaan anggaran. Kuadran III (poor) menunjukkan realisasi penyelesaian pekerjaan mingguan lebih lambat dari perencanaan dan menghabiskan biaya diatas perencanaan anggaran. Kuadran IV (marginal) menunjukkan realisasi penyelesaian pekerjaan mingguan lebih lambat dari perencanaan tetapi biaya yang dikeluarkan lebih murah dari perencanaan anggaran mingguan. Penjelasan terhadap letak titik-titik koordinat yang diperoleh pada grafik kuadran performansi proyek secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel IV.

TABEL IV. KUADRAN PERFORMANSI PROYEK

Minggu ke- Tanggal SPI CPI Kuadran

1 16-Jan-20 0.71 0.84 Poor 2 23-Jan-20 0.71 8.47 Marginal 3 6-Feb-20 0.59 1.24 Marginal 4 13-Feb-20 0.59 0.95 Poor 5 20-Feb-20 0.51 0.97 Poor 6 27-Feb-20 1.25 1.17 Good 7 5-Mar-20 1.00 1.22 Good 8 12-Mar-20 1.00 0.99 Marginal 9 19-Mar-20 0.98 0.99 Poor 10 26-Mar-20 0.70 0.74 Poor 11 2-Apr-20 0.70 0.70 Poor 12 9-Apr-20 0.70 0.64 Poor 13 16-Apr-20 1.49 0.86 Marginal 14 23-Apr-20 0.59 0.49 Poor 15 30-Apr-20 0.59 2.02 Marginal 16 4-May-20 0.59 2.02 Marginal 17 14-May-20 0.49 1.68 Marginal

Perubahan signifikan terhadap nilai CPI terjadi pada minggu ke-2 dan ke-3. Pada minggu ke-ke-2 AC kumulatif menunjukkan nilai yang jauh di bawah EV kumulatif, sehingga timbul asumsi Gambar 3. Trend Performance Index

(5)

bahwa pengadaan pipa PVC AW telah dilakukan tetapi pembayaran terhadap pipa belum dilakukan. Lalu, pada minggu ke-3 dilakukan pembayaran terhadap item pekerjaan tersebut. Terjadinya perubahan nilai yang signifikan disebabkan karena pada pengadaan pipa PVC AW memiliki bobot yang cukup besar.

F. Forecasting

Forecasting atau peramalan terhadap kinerja proyek untuk

periode selanjutnya setelah cut off date yang dilakukan adalah berupa penghitungan terhadap Time Estimate at Completion (EACt), To Complete Performance Index (TCPI), Estimate at

Completion (EAC), Variance at Completion (VAC), dan Estimate to Complete (ETC).

1. Schedule Forecasting

Penghitungan Time Estimate at Completion (EACt) dapat dilakukan dengan menggunakan SPI dan rata-rata PV per unit waktu, tim proyek dapat mengetahui perkiraan berapa lama durasi pekerjaan proyek saat cut off date yang telah ditentukan pekerjaan proyek masih berlanjut dibandingkan dengan durasi awal perencanaan proyek. Penghitungan EACt dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut [2].

EACt = (BAC / SPI) / (AC / weeks) (5)

2. Cost Forecasting

a) Estimate at Completion (EAC) berfungsi sebagai estimasi biaya akhir pada proyek jika proyek berlanjut. Untuk menentukan EAC dapat dilakukan dengan cara membagi BAC dengan CPI kumulatif [2].

EAC = BAC/CPI (6)

b) Variance at Completion (VAC) memberikan informasi apakah proyek akan selesai pada kondisi under budget atau

over budget. Nilai VAC didapat dengan mengurangi EAC

dari BAC. Persamaan untuk penghitungan VAC adalah sebagai berikut [2].

VAC = BAC – EAC (7)

c) Estimate to Completion (EAC) merupakan biaya yang diharapkan untuk semua pekerjaan proyek yang tersisa. Dengan asumsi pekerjaan yang sedang berjalan sesuai rencana, biaya untuk menyelesaikan pekerjaan yang tersisa dapat dihitung menggunakan persamaan berikut [2].

𝐄𝐓𝐂 =(𝐁𝐀𝐂−𝐄𝐕)

𝐂𝐏𝐈 (8)

3. To Complete Performance Index (TCPI) merupakan ukuran kinerja biaya yang harus dicapai dengan sumber daya yang tersisa untuk memenuhi tujuan manajemen tertentu, dinyatakan sebagai rasio biaya untuk menyelesaikan pekerjaan luar biasa terhadap anggaran yang tersedia. Untuk persamaan TCPI dengan efisiensi yang harus dijaga agar lengkap sesuai rencana adalah sebagai berikut [2].

𝐓𝐂𝐏𝐈 =(𝐁𝐀𝐂−𝐄𝐕)

(𝐁𝐀𝐂−𝐀𝐂) (9)

Hasil dari forecasting yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel V.

TABEL V. ANALISIS FORECASTING

Indikator Nilai Keterangan

EACt 26.20

Perkiraan total durasi yang

dibutuhkan untuk

penyelesaian proyek adalah 27 minggu.

EAC Rp

1,309,154,423

Estimasi biaya untuk penyelesaian proyek adalah Rp 1,309,154,423.

VAC -Rp

41,918,773

Jika berdasarkan RAB, saat penyelesaian proyek berada di atas anggaran yaitu sebesar Rp 41,918,733.

TCPI 1.11

Tingkat efisiensi yang harus dicapai untuk menyelesaikan proyek agar sesuai dengan rencana anggaran biaya adalah sebesar 1.11.

ETC Rp

326,445,327

Perkiraan biaya pekerjaan proyek yang tersisa dengan kondisi tingkat efisiensi biaya 0.97 untuk mencapai EAC

adalah sebesar Rp

326,445,327.

Perkiraan jadwal penyelesaian proyek yang disebut Time

Estimate at Completion (EACt) adalah selama 27 minggu,

sehingga dibutuhkan durasi tambahan selama 6 minggu dari durasi perencanaan yang awalnya 21 minggu. Estimasi biaya penyelesaian proyek jika kondisi proyek diasumsikan akan terus sama seperti periode sebelumnya yang disebut Estimate at

Completion (EAC) adalah Rp 1,309,154,423. Nilai tersebut Rp

41,918,773 berada di atas anggaran dari rencana anggaran biaya. Perkiraan biaya pekerjaan proyek yang tersisa untuk mencapai nilai EAC adalah Rp 326,445,327. Tingkat efisiensi yang harus dicapai dalam menyelesaikan proyek jika ingin sesuai dengan total biaya pada rencana anggaran biaya adalah sebesar 1.11. Hasil dari forecasting yang dilakukan diinterpretasikan pada Kurva-S forecasting yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva-S Forecasting Jika nilai TCPI telah didapatkan, maka interpretasi dari nilai

tersebut adalah dengan ketentuan sebagai berikut. 1) Jika TCPI < 1 : Easier to complete

2) Jika TCPI = 1 : Same to complete 3) Jika TCPI > 1 : Harder to complete

(6)

IV. USULAN UNTUK PROYEK

1. Analisis performansi kinerja menggunakan metode earned

value management akan lebih efektif jika pihak proyek

menyediakan activity network diagram, sehingga dapat dilakukan analisis dengan critical path method (CPM) yang digunakan dalam melihat tindakan yang akan dilakukan terhadap aktivitas yang terdapat pada jalur kritis.

2. Penambahan kombinasi resources dapat dilakukan pada proyek pekerjaan ducting FO kawasan tahap-III Summarecon Bandung, jika manajer proyek ingin mempercepat waktu penyelesaian proyek. Jenis kombinasi

resources yang dapat dilakukan antara lain space, cost, tools, method, human resource, dan time.

3. Manajer proyek dapat mengambil manfaat dari metode EVM yang dikombinasikan dengan CPM agar tindakan yang dilakukan akan efektif dalam mengendalikan waktu dan biaya proyek. Semakin banyak aktivitas suatu proyek maka kombinasi metode EVM dengan CPM akan memberikan manfaat bagi pengelola proyek dalam memahami kondisi pada current period dan kondisi kedepannya. Dengan begitu pengelola proyek dapat mengambil langkah yang tepat agar sasaran proyek dapat tercapai dengan waktu, biaya, dan kualitas yang sesuai dengan ekspektasi stakeholder.

V. KESIMPULAN

1. Berdasarkan trend yang ada, kinerja penjadwalan proyek pekerjaan ducting FO kawasan tahap III di kawasan Summarecon Bandung adalah cenderung terlambat. Pada saat cut off date, pengerjaan proyek dinyatakan terlambat dengan 19.85% pekerjaan dari perencanaan belum tercapai. Lalu, kinerja biaya proyek dinyatakan kurang baik dengan kondisi 3% over budget dari realisasi pekerjaan pada saat

cut off date. Jika dilihat pada kurva-S, kondisi over budget

tejadi saat perpotongan dimana nilai AC kumulatif lebih besar dari nilai EV kumulatif. Item pekerjaan yang menjadi penyumbang keterlambatan terbesar pada proyek adalah pekerjaan dan pemasangan manhole, karena nilai deviasi antara bobot perencanaan dan bobot aktual yang besar pada pekerjaan yang tersisa.

2. waktu untuk pengerjaan aktual sebesar 80% sehingga dari rata-rata jam kerja perhari yaitu 8 jam sehari, hanya 6 jam 24 menit yang optimal dari pekerjaan yang direncanakan tercapai. Hingga 20 Mei 2020, pengerjaan proyek ducting FO kawasan tahap-III Summarecon Bandung memiliki tingkat efisiensi penganggaran sebesar 97% dari realisasi pekerjaan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap nilai CPI terjadi pada minggu ke-2 dan ke-3. Pada minggu ke-2 AC kumulatif menunjukkan nilai yang jauh di bawah

EV kumulatif, timbul asumsi bahwa pengadaan pipa PVC AW telah dilakukan tetapi pembayaran pipa PVC belum dilakukan. Lalu, pada minggu ke-3 dilakukan pembayaran terhadap item pekerjaan tersebut. Terjadinya perubahan nilai yang signifikan disebabkan karena pada pengadaan pipa PVC AW memiliki bobot yang cukup besar

3. Estimasi durasi penyelesaian proyek berdasarkan analisis performansi yang dilakukan hingga cut off date yang telah ditentukan adalah selama 27 minggu. Dibutuhkan durasi tambahan selama 6 minggu dari durasi perencanaan yang awalnya 21 minggu. Estimasi biaya akhir berdasarkan hasil

forecasting yang dilakukan adalah senilai Rp 1,309,154,423. Nilai tersebut Rp 41,918,733 lebih besar dari total biaya pada rencana anggaran biaya.

[1] Project Management Institute, (2017). A Guide to the Project Management Body of Knowledge - 6th Edition. PMI.

[2] Project Management Institute, (2017). Practice Standard for Earned Value Management. PMI.

[3] Assaad, R., El-Adaway, I. H., & Abotaleb, I. S. (2020). Predicting Project Performance in the Construction Industry.

[4] Demirkesen, S., & Ozorhon, B. (2017). Impact of Integration Management on Construction Project Management Performance. International Journal of Project Management 35 (2017) 1639 – 1654. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2017.09.008.

[5] Alvarado, C., M., Silverman, R., P., & Wilson, D., S. (2005). Assessing the Performance of Construction Projects : Implementing Earned Value Management at The General Services Administration. Journal of Facilities Management. Vol.3, No.1, PP 92-105. http://dx.doi.org/10.1108/14725960510808419.

[6] Prayogi, R., Pratami, D., Puspita, I., A., & Bermano, A., R. (2019). Measuring Schedule Performance of Fiber to The Home Project Using Earned Value Management. Atlantis Highlights in Engineering (AHE), Vol. 2, International Conference on Industrial Enterprise and System

Engineering (IcoIESE 2018).

https://www.researchgate.net/publication/332228472.

[7] Mahmoudi, A., Bagherpour, M., & Javed, S., A. (2019). Grey Earned Value Management : Theory and Applications. IEEE Trancsactions on Engineering Management.

[8] Kerzner, H. (2017). Project Management, A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controling, Eighth Edition, John Willey & Sons,Inc

[9] Afifi, N., D., Puspita, I., A., & Akbar, M., D. (2020). Developing Schedule with Linear Programming (Case Study : STTF II Project Komplek Sukamukti Banjaran). Internal Journal of Innovation in Enterprise System

(IJIES), Vol. 04, No. 02.

https://ijies.sie.telkomuniversity.ac.id/index.php/IJIES/article/view/77/56 [10] Pratami, D., Fadlillah, F., Haryono, I., Bermano, A., R. (2018). Designing Risk Qualitative Assessment on Fiber Optic Instalation Project in Indonesia. Internal Journal of Innovation in EnterpriseSystem (IJIES), Volume 2, Issue 02, July 2018, pp 44-56. https://ijies.sie.telkomuniversity.ac.id/index.php/IJIES/article/view/25

Gambar

TABEL III. V ARIANCE  &amp; P ERFORMANCE  A NALYSIS
TABEL IV. K UADRAN  P ERFORMANSI  P ROYEK
Gambar 4.  Kurva-S Forecasting Jika nilai TCPI telah didapatkan, maka interpretasi dari nilai

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh mana suatu instalasi lepas pantai yang sudah tidak ekonomis dan kemudian ditelantarkan ataupun instalasi seperti itu meng- ganggu dan membahayakan

Identifikasi perkembangan kognitif tentang berfikir simbolik yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan melihat dan mengumpulkan data dan informasi yang

Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa berat protein dari isolat lapangan (I-147/11) adalah 168.21 kDa, yang masih sama dengan berat protein-S dari virus

Berdasarkan penelitan yang dilakukan di SMA “X” di Kota Semarang maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik, hal tersebut

Adalah keseluruhan obyek penelitian,7adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Madrasah Ibtida'iyah(M1) Ma'arif clan warga Nahdliyin di desa Ngingas dengan perincian

Secara kuantitatif dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat karena ekstrak dan fraksi tersebut dapat meredam

Dari uji yang dilakukan diketahui sampel ekstrak daun jambu air dengan pelarut metanol positif mengandung beberapa senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, alkaloid dan

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) bentuk campur kode dalam video youtube Bayu Skak meliputi penyisipan unsur kata, frasa, kata ulang, idiom,