• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN BERBASIS KEAGAMAAN PADA ORGANISASI KEMASYARAKATAN : Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN BERBASIS KEAGAMAAN PADA ORGANISASI KEMASYARAKATAN : Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : Ating Supardi NIM 1201373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Purwakarta)

Oleh Ating Supardi

1201373

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Cecep Darmawan, S,Pd., S.I.P., M.Si NIP. 19690929 199402 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

(3)

Oleh Ating Supardi

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Ating Supardi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

ABSTRAK

Ating Supardi. NIM 1201373. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)

Masalah ini dikaji berangkat dari terjadinya degradasi terhadap penghayatan nilai-nilai kebangsaan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi karena mengkaji pola atau keterkaitan antara makna subyektif dan realitas obyektif dalam kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian meliputi pengurus dan anggota Ormas Islam FPI Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan masyarakat Kabupaten Purwakarta yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivis FPI memandang kecintaan terhadap tanah air merupakan prasyarat terbangunnya suatu masyarakat madani yang merupakan wujud dari kecintaan terhadap Allah SWT, (2) Strategi FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan direalisasikan dalam bentuk program kerja, meliputi; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminar pendidikan, musyawarah wilayah, dan pengiriman utusan untuk menjadi relawan bencana alam, (3) Hambatan yang ditemui FPI dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan air meliputi; pelabelan FPI sebagai Ormas anarkis dan radikal, pemberitaan media yang cenderung mendiskreditkan posisi FPI, keberadaan oknum pejabat yang berdiri di belakang tempat-tempat maksiat, adanya perbedaan pemahaman tentang arti pentingnya nilai-nilai kebangsaan serta sulitnya menyamakan persepsi mengenai arah aktivitas dan orientasi yang hendak dicapai, terbatasnya dana kegiatan, belum terpadunya sistem pengkaderan, terpaan globalisasi dan westernisasi yang menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, (4) Upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam mengatasi hambatan yang muncul adalah; membangun sinergitas dengan aparat kepolisian, Satpol PP dan masyarakat, menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat melalui dakwah, menekankan pentingnya musyawarah dalam mengatasi permasalahan, memperkuat komitmen anggota dan pengurus FPI untuk senantiasa melaksanakan program kerja. Rekomendasi yang ditawarkan meliputi; (1) Masyarakat perlu meningkatkan partisipasi terhadap pembangunan bangsa melalui pelibatan diri dalam berbagai kegiatan sosial, (2) Mempertegas status dan kedudukan FPI sebagai organisasi legal, (3) Meningkatkan kerjasama, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait upaya pembangunan mental dan moral generasi bangsa, (4) Perlunya membangun komunitas-komunitas masyarakat yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan di segala bidang, (5) Perlu dilakukan kajian lebih jauh mengenai kinerja Ormas Islam dalam pembangunan bangsa.

(5)

ABSTRACT

Ating Supardi. NIM 1201373. Development Strategy of National Values Based Religiousity on Community Organization (Research Phenomenology of Front Pembela Islam (FPI) in Purwakarta)

This problem is studied departing from the degradation of appreciation values of nationalism and patriotism in all aspects of national life. This study used a qualitative approach with a phenomenological method for assessing the pattern or relationship between subjective and objective reality of meaning in everyday life. Data collected through interviews, observation, and study documentation.

Research subject are members of FPI Islamic organizations, Purwakarta’s

Government, and community selected purposively. The results showed that (1) the activists of FPI saw patriotism is a prerequisite establish of civil society which is a manifestation of the love of Allah, (2) strategy for national values buliding is realized in form of the work program, include; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminars, discussion, and sent volunteer for natural disasters, (3) The obstacles encountered in development national values include; FPI labeling as anarchists and radical mass organizations, media coverage tends to discredit the position of FPI, the presence of officers is standing behind the places of vice, differences in the understanding the importance of national values and the difficulty of equating perception and orientation activities to be achieved, limited funding activities, yet their integrated cadre system, exposure to globalization and westernization that maked social inequalities, as well as a lack of public awareness of the importance of shared values in everyday life, (4) The efforts made FPI Islamic organizations in overcoming barriers arises are; build synergy with police, municipal police and community, promoting the dissemination to the public through propaganda, emphasizing the importance of deliberation in addressing the issue, strengthened our commitment to always perform the work program. Recommendations offered include; (1) People need to increase the participation of nation building through involvement in various social activities, (2) Reinforce the status and position of the FPI as a legal organization, (3) Enhance cooperation, communication and coordination with various stakeholders of mental and moral development efforts of generations, (4) need to build communities of people that support the implementation of development in all areas, (5) a need to further study performance of Islamic organizations in the development of the nation.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB. I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoretis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB. II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Konsep Kinerja ... 12

1. Hakekat Kinerja ... 12

2. Indikator Pengukuran Kinerja ... 13

a. Dimensi Ability ... 14

b. Dimensi Work Effort ... 14

c. Dimensi Organzational Support ... 14

B. Organisasi Kemasyarakatan ... 15

1. Konsepsi Organisasi Kemasyarakatan ... 15

2. Efektivitas Kinerja Organisasi Kemasyarakatan ... 18

3. Karakteristik Organisasi Kemasyarakatan ... 18

4. Bentuk-bentuk Organisasi Kemasyarakatan ... 19

5. Peran Organisasi Kemasyarakatan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ... 21

C. Nilai-nilai Kebangsaan ... 23

1. Hakekat Nilai ... 23

(7)

3. Urgensi Penanaman

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 26

D. Cinta Tanah Air Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan ... 29

1. Makna Cinta Tanah Air ... 29

2. Bentuk-Bentuk Cinta Tanah Air ... 30

E. Penelitian Terdahulu ... 31

F. Kerangka Pemikiran ... 34

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36

1. Subjek Penelitian ... 36

2. Lokasi Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Wawancara ... 48

2. Observasi ... 49

3. Studi Dokumentasi ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 51

2. Display Data ... 51

3. Kesimpulan/verification ... 52

H. Validitas Data ... 53

1. Pengujian Kredibilitas ... 53

a. Memperpanjang masa observasi ... 54

b. Pengamatan yang Terus Menerus ... 54

c. Triangulasi ... 54

2. Pengujian Transferability ... 56

3. Pengujian Dependability ... 57

4. Pengujian Konfirmability ... 58

a. Survey Pendahuluan dan Studi Literatur ... 59

b. Menyusun Rancangan Penelitian ... 59

c. Mengurus Perizinan ... 59

I. Alur Penelitian ... 60

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

1. Sejarah Ormas Islam FPI Purwakarta ... 61

2. Maksud dan Tujuan Ormas Islam FPI Purwakarta ... 63

(8)

FPI Purwakarta ... 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68

1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 68

2. Deskripsi Hasil Observasi ... 88

3 Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 94

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

1. Pengetahuan Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan ... 101

2. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Yang Dilakukan Ormas Islam FPI ... 106

3. Hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 116

4. Upaya yang Dilakukan Ormas Islam FPI untuk Mengatasi Hambatan yang Muncul dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 120

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ... 127

A. Simpulan ... 127

1. Simpulan Umum ... 127

2. Simpulan Khusus ... 127

B. Saran ... 129

1. Bagi Masyarakat ... 129

2. Bagi Aktivis FPI Kabupaten Purwakarta ... 129

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta ... 130

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 130

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ... 51

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ... 55

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ... 55

Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data ... 56

Gambar 3.5 Alur Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPW FPI Purwakarta 2013-2014 ... 67

Gambar 4.2 Pengurus dan Anggota FPI sedang Melaksanakan Halaqoh Internal ... 89

Gambar 4.3 FPI dan masyarakat sedang melaksanakan pengajian sebagai bentuk halaqoh eksternal ... 89

Gambar 4.4 Silaturahmi dengan tokoh agama ... 90

Gambar 4.5 Razia Minuman Keras ... 91

Gambar 4.6 Kegiatan FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 93

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Ormas Islam

dalam Membangun Nilai-Nilai Kebangsaan dan Cinta Tanah Air (Penelitian Fenomenologi Terhadap

Ormas Islam FPI di Kabupaten Purwakarta) ... 42 Tabel 4.1 Kepemimpinan/Tanfidzi DPW FPI Purwakarta ... 65 Tabel 4.2 Rangkaian Peristiwa dan Aktivitas

DPW FPI Purwakarta ... 95 Tabel 4.3 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Pengetahuan

Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan 105 Tabel 4.4 Strategi Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 108 Tabel 4.5 Triangulasi Berdasarkan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Strategi FPI dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 114 Tabel 4.6 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Hambatan

dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 118 Tabel 4.7 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data

Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul dalam Mengembangkan

Nilai-Nilai Kebangsaan ... 122 Tabel 4.8 Analisis SWOT Strategi

Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Pada Organisasi Kemasyarakatan

Front Pembela Islam (FPI) ... 123 Tabel 4.9 Matriks Paradigma Penelitian

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan pada Organisasi

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajemukan agama merupakan salah satu ciri bangsa Indonesia, yang

pada akhirnya mengakibatkan kemajemukan ormas-ormas keagamaan yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kemajemukan ormas keagamaan

termasuk ormas Islam hendaknya tidak dipandang sebagai penghambat

terciptanya kerukunan hidup dalam masyarakat. Keragaman ormas hendaknya

dijadikan sebagai modal untuk bergaul dan berinteraksi guna memperluas

wawasan dan pergaulan dengan sesama. Keragaman ormas Islam hendaknya

dijadikan sarana untuk saling mengenal dan bersilaturahmi dengan sesama.

Bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, kerukunan antar ormas Islam

dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Kondisi ini

penting bagi pembangunan nasional. Pengalaman membuktikan bahwa gangguan

ketertiban dan keamanan telah mengakibatkan tersendatnya proses pembangunan

nasional. Hal ini mudah dipahami karena dana, daya perhatian dan pemikiran

yang seharusnya dipergunakan untuk menunjang pembangunan terpaksa dialihkan

untuk meredakan gangguan keamanan dan memulihkan ketertiban dalam

kehidupan masyarakat.

Keragaman ormas Islam merupakan kenyataan sosial yang tidak bisa

dihindari dalam masyarakat Indonesia. Keragaman ormas Islam terjadi karena

negara Indonesia memberikan jaminan hukum kepada setiap warganya untuk

berorganisasi sesuai dengan keinginannya. Jaminan hukum berorganisasi terdapat

dalam Pasal 28 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Keragaman ormas Islam merupakan modal dasar dalam pembangunan

karena ormas Islam dapat menjadi saluran ataupun penggerak pembangunan

nasional. Akan tetapi, keragaman tersebut tidak mustahil akan menjadi tantangan

jika dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

(12)

Sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, semua ormas Islam,

hendaknya memiliki jiwa patriotisme dan semangat kebangsaan. Artinya, seluruh

ormas Islam selalu memiliki rasa kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara

serta memiliki kesediaan untuk rela berjuang dan berkorban demi kepentingan

bangsa dan negara.

Semangat nasionalisme dan patriotisme, bukan hanya ditampilkan kalau

ada bangsa lain yang ingin menjajah Indonesia, tetapi juga dapat diwujudkan

dengan menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara. Setiap ormas Islam

hendaknya lebih mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada

kepentingan golongan. Kepentingan bangsa dan negara harus menjadi prioritas

utama dalam setiap gerak langkah dan kegiatan yang dilakukan ormas-ormas

Islam.

Jiwa patriotisme ormas Islam sebenarnya bukan hal baru, karena jiwa

keimanan dan ketakwaan bangsa Indonesia telah mengobarkan semangat jihad

dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat jihad yang dilandasi

oleh keimanan dan ketakwaan menjelma mendji pekikan takbir dalam setiap

pertempuran melawan penjajah di seluruh tanah air Indonesia. Patriotisme yang

dilandasi oleh semangat jihad, merupakan modal penting bagi segenap ormas

Islam untuk turut serta dalam membela kepentingan bangsa dan negara. Semangat

keagamaan menjadi daya pendorong ormas-ormas Islam untuk mengobarkan

kecintaan terhadap tanah air, kemerdekaan, bangsa, dan negara.

Ormas Islam dapat menunjukkan sikap nasionalisme dan patriotisme

dengan menjadi “agent of change” atau pembaharu demi kemajuan bangsa. Ormas Islam menjadi agent of change artinya ormas Islam dapat menjadi sarana

untuk menemukan ide-ide atau pemikiran baru yang berguna dan bermanfaat bagi

kemajuan bangsa dan negara. Disamping itu, melalui anggota-anggotanya, ormas

Islam dapat menyebarluaskan berbagai ide atau pemikiran-pemikiran baru yang

bermanfaat kepada anggota masyarakat lainnya. Hal ini dapat dilakukan ormas

Islam melalui pendirian lembaga pendidikan atau kegiatan ilmiah seperti diskusi,

(13)

Konsensus nasional yang selama ini menjadi dasar dalam penanaman,

penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta

memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan

perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata mengalami suatu

kemunduran (degradasi). Ditambah dengan kebijakan pemerintah memberlakukan

otonomi daerah semakin membuat kecemasan tergerusnya nasionalisme dan

munculnya etnosentrisme (Komalasari dalam Jurnal Civics Vol I Nomor 8,

2007:553).

Itulah yang sebenarnya dikhawatirkan Bung Hatta ketika merancang

sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama Bung Karno, bahwa

kedepan tantangan besar bangsa yang telah menjadi satu dalam kerangka

Republik Indonesia ini adalah terjadinya disintegrasi, perang antar-etnik, ras, dan

agama sebagai konsekuansi logis dari negara multikultur. Kekhawatiran Hatta

senada dengan yang dijelaskan Naisbitt (1994: 15) bahwa masalah suku bangsa

ataupun etnis dapat menjadi boomerang bagi bangsa yang kurang arif dalam

melakukan kebijakan politiknya.

Degradasi nilai-nilai kebangsaan saat ini menjadi isu yang hangat

dibicarakan di pelbagai media, baik televisi, koran, radio, dan internet.

Menurunnya nilai toleransi, moderasi, penghargaan akan adanya pluralitas, serta

terkikisnya semangat cinta tanah air menjadikan pentingnya dilakukan suatu

upaya untuk memberikan pencerahan sosial kepada masyarakat ikhwal

pembangunan nilai- nilai kebangsaan.

Tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa semakin mendorong masyarakat

Indonesia pada suatu arah yang semakin menjauhi cita-cita kebangsaan kita.

Sebuah cita-cita yang ingin mengantarkan masyarakat bangsa pada suatu titik

kemulyaan di hadapan bangsa sendiri dan bangsa lain. Sebuah bangsa yang

berkeadaban di tengah fenomena multikulturalitas bangsa yang ada. Selain itu,

tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa tersebut akan mendorong terjadinya implikasi

yang parah secara sosial (Taufiq, 2008: 1).

Cidera sosial yang selama ini terjadi ditandai oleh munculnya pelbagai

(14)

pribadi dan kelompok yang menggadaikan semangat persatuan dan kesatuan

sebagai sebuah bangsa, sikap main hakim sendiri, serta munculnya perasaan “saya yang paling benar” dan lain sebagainya.

Sekaitan dengan itu, dapat diyakini bahwa tatanan sosial kebangsaan

Indonesia akan semakin tidak terarah dan terkendali. Proses sosial kebangsaan

yang demikian turut berkontribusi terhadap semakin terpuruknya bangsa

Indonesia. Bersamaan dengan hal itu, proses transformasi nilai-nilai kebangsaan

seperti nilai toleransi, moderasi, inklusivitas, solidaritas, dan kesediaan untuk

berkerja sama dengan warga bangsa yang lain merupakan sesuatu yang

diniscayakan (Taufiq, 2008: 265).

Selain itu, permasalahan bangsa Indonesia yang sering terjadi pada masa

sekarang dan menjadi isu nasional dan bahkan internasional adalah degradasi

moralitas bangsa yang sangat memprihatinkan. Terjadinya perkelahian,

kerusuhan, tawuran antarpelajar, mahasiswa, dan penduduk yang sangat

meresahkan turut memberikan gambaran mengenai realitas masalah kebangsaan

di Indonesia. Bersamaan dengan berbagai tragedi tersebut, muncul kasus kolusi,

korupsi, dan nepotisme di kalangan pejabat, aparat, dan birokrat yang berdampak

buruk pada tatanan kehidupan masyarakat luas.

Dampak buruk dari ragam fenomena tersebut adalah terjadinya penurunan

tingkat kepercayaan rakyat terhadap kharisma dan kemampuan para pemimpin

negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Masyarakat kehilangan figur

pemimpin yang menjadi panutan, teladan, dan dapat diandalkan dalam upaya

mempertahankan dan meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan

masyarakat. Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, diasumsikan akan

terjadi kendala utama terhadap kelangsungan dan perkembangan negara ke arah

yang lebih baik, bahkan besar kemungkinan akan terjadi kehancuran nilai

kehidupan bangsa.

Menurut Lickona (1992: 14) bahwa terdapat 10 tanda perilaku manusia

yang menunjukkan ke arah kehancuran suatu bangsa, yaitu:

1. Meningkatnya kekerasan.

2. Ketidakjujuran yang membudaya.

(15)

pemimpin.

4. Pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan. 5. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian.

6. Penggunaan bahasa yang memburuk. 7. Penurunan etos kerja.

8. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Meningginya perilaku merusak diri .

10.Semakin kaburnya pedoman moral.

Kesepuluh kriteria sebagai gejala kehancuran suatu bangsa tersebut, jika

diperhatikan secara seksama selaras dengan kehidupan bangsa Indonesia pada

masa sekarang yang sedang dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan.

Tegasnya, pada masa sekarang bangsa Indonesia sedang dilanda krisis warga

negara, sebagai dampak dari perilaku yang mayoritas tidak mengindahkan

nilai-nilai Pancasila sebagai landasan, falsafah, dan pedoman hidup dalam

memperkokoh jatidiri bangsa. Kekuatan nasionalisme bangsa semakin lemah.

Sebaliknya, kosmopolitanisme mengalami peningkatan yang signifikan, etnisitas

mencuat dan mengakar dalam tubuh individu, sehingga mengalahkan nilai

persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat pelbagai gejala yang muncul sebagai

tanda melemahnya nilai-nilai kebangsaan, diperlukan adanya penguatan kembali

nilai-nilai kebangsaan dan semangat cinta tanah air dalam tubuh bangsa Indonesia

oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Salah satu organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang saat ini booming

karena setiap aktivitasnya dinilai kontroversi dalam gejolak politik bangsa adalah

Ormas Islam FPI. Akan tetapi berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan,

disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh media, Ormas

Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara lain

pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan

logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan

lainnyayang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media

nasional. Ormas Islam FPI juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 105) “Dan

(16)

sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang

yang mendapat azab yang berat.” Selain itu pada ayat berikutnya dijelaskan

kembali bahwa

“Maka disebabkan karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Ali Imran [3]: 159)

Dari petikan ayat di atas, Islam amat menyerukan pentingnya musyawarah

dalam menyelesaikan segala permasalahan yang mana hal itu menjadi salah satu

indikator semangat kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Sebagaimana dijelaskan

oleh M. Quraish Shihab (2014) bahwa paham kebangsaan sama sekali tidak

bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah. Bahkan semua unsur

yang melahirkan paham tersebut, inklusif dalam ajaran Al Qur’an, sehingga

seorang muslim yang baik pastilah seorang anggota suatu bangsa yang baik.

Kalau anggota suatu bangsa terdiri dari beragam agama atau anggota

masyarakat terdiri dari berbagai bangsa, hendaknya mereka dapat

menghayati firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 148. “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah yang ditujunya), dia menghadap ke arah itu. Maka berlomba-lombalah kamu (melakukan) kebaikan”

Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan

informasi bahwa aktivitas Ormas Islam FPI yang berlabel penegakan syari’at

agama Islam di Kabupaten Purwakarta sebenarnya bukan kali pertama terjadi.

Sekitar bulan Mei tahun 2006, Ormas Islam FPI berseteru dengan Abdurrahman

Wahid (Gus Dur) dalam acara lintas agama yang digelar di Kabupaten

Purwakarta. Pertikaian ini berawal dari pandangan Gus Dur yang saat itu sebagai

pembicara yang sempat menuding organisasi-organisasi Islam yang mendukung

RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi disokong oleh sejumlah jenderal.

Dasar pembentukan Ormas Islam FPI bertujuan sebagai wadah kerja sama

antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di

setiap aspek kehidupan. Latar belakang pendirian Ormas Islam FPI sebagaimana

(17)

1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya

kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya

pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.

2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di

seluruh sektor kehidupan.

3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan

martabat Islam serta ummat Islam.

Sebenarnya disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh

media, Ormas Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara

lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan

logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan

lainnya yang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media

nasional.

Tindakan Ormas Islam FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan

main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain.

Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-satunya intitusi yang berhak

melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri tidak memiliki

insiatif untuk melakukannya. Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang

responden bahwa Ormas Islam FPI merupakan gerakan lugas dan tanpa kompromi

sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Ia menolak anggapan bahwa

beberapa pihak menyatakan Ormas Islam FPI anarkis dan kekerasan yang

dilakukannya merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran sikap.

Aksi demi aksi perusakan infrastruktur (patung) yang telah dibangun

oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta terus menerus terjadi, sebagaimana

diberitakan oleh http://www.nahimunkar.com/

allahuakbar-umat-muslim-purwakarta-robohkan-patung-karena-tidak-sesuai-ajaran-Islam (terbit tanggal 18

September 2011) sebagai berikut:

(18)

Mulyadi yang selama ini membandel membangun patung, meskipun berkali-kali diingatkan dan dikecam oleh sejumlah ormas Islam. Suasana Kota Purwakarta pun diliputi aksi massa yang secara berani menghancurkan satu persatu wayang yang memiliki nilai ratusan juta rupiah. Sasaran pertama mereka patung Gatot Kaca di Parapatan Comro. Dengan menggunakan tambang yang diikatkan ke bagian leher patung, massa beramai-ramai menariknya hingga roboh. Aksi kemudian dilanjutkan ke Pertigaan Bunder dan Jalan Baru. Dua patung, masing-masing Semar dan Bima pun juga ikut roboh. Aktivis muslim tersebut tetap bersikeras bahwa kotanya harus bersih dari patung-patung berhala.

Banyak juga kalangan yang menilai bahwa kemunculan patung-patung di

daerah Purwakarta merupakan suatu upaya untuk melestarikan budaya Sunda,

karena itu tidak bisa memandang peristiwa ini dari sudut pandang agama. Akan

tetapi, nampaknya patut pula diperhatikan bahwa pemerintah daerah dalam

menentukan dan mengambil kebijakan pembangunan seyogyanya memperhatikan

aspek historis dan kondisi sosial masyarakatnya, sehingga tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi kemasyarakatan bernafaskan

agama sudah seharusnya melakukan segala aktivitas yang mendukung

terbangunnya nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasar pada latar

belakang sebagaimana dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis

Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka

penulis dapat mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut; Pertama, terjadinya

degradasi nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air di masyarakat. Kedua,

semakin kaburnya pedoman moral sebagai landasan masyarakat dalam

berperilaku. Ketiga, penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsan dan cinta tanah

(19)

Keempat, perlu adanya pengkajian mengenai peran organisasi kemasyarakatan

dalam membangun nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan

berbasis keagamaan pada organisasi kemasyarakatan, khususnya yang

dilaksanakan Ormas Islam FPI (Front Pembela Islam). Mengingat luasnya kajian

penelitian, maka penulis membatasi penelitian menjadi beberapa rumusan sebagai

berikut:

a. Bagaimana pengetahuan Ormas Islam FPI tentang nilai-nilai kebangsaan?

b. Bagaimana strategi yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam

mengembangkan nilai-nilai kebangsaan?

c. Hambatan apa yang ditemui Ormas Islam FPI dalam mengembangkan

nilai- nilai kebangsaan?

d. Upaya apa yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk mengatasi hambatan

yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji dan menganalisis strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan berbasis

keagamaan pada organisasi kemasyarakatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji dan menganalisis pengetahuan Ormas Islam FPI tentang

nilai-nilai kebangsaan.

b. Mengkaji dan menganalisis strategi Ormas Islam FPI dalam

mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.

c. Mengkaji dan menganalisis hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI

(20)

d. Mengkaji dan menganalisis upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk

mengatasi hambatan yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai

kebangsaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah dan

memperkaya khasanah keilmuan pendidikan kewarganegaraan khususnya dalam

bidang ilmu kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang

berkepentingan, antara lain :

a. Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman serta mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

kuliah. Selain itu, penulis juga dapat lebih peka terhadap permasalahan

sekitar.

b. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai realitas implementasi nilai-nilai kebangsaan di

masyarakat sehingga dapat menjadi masukan bagi penyusunan dalam

upaya menumbuhkembangkan nilai- nilai tersebut melalui berbagai cara.

c. Bagi pembaca dan masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai strategi Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai

kebangsaan.

d. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

bagi penelitian berikutnya.

E. Struktur Organisasi Tesis

Bab I Pendahuluan meliputi; a) Latar Belakang Masalah, b) Identifikasi dan

Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian dan e)

(21)

Bab II Kajian Pustaka meliputi; a) Konsep Kinerja, b) Organisasi

Kemasyarakatan, c) Nilai-nilai Kebangsaan, d) Cinta Tanah Air Sebagai

Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan e) Penelitian terdahulu, dan f)

Kerangka pemikiran

Bab III Metodologi Penelitian meliputi; a) Subjek dan Lokasi Penelitian, b)

Desain Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Desain Tersebut, c)

Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Metode Tersebut, d)

Definisi Operasional yang Dirumuskan untuk Setiap Variabel, e)

Instrumen Penelitian, f) Teknik Pengumpulan Data, g) Teknik

Pengolahan dan Analisis Data, h) Validitas Data, i) Alur Penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi gambaran umum lokasi

penelitian, gambaran umum hasil penelitian dan analisis hasil penelitian

Bab V Simpulan dan Saran meliputi jawaban atas permasalahan penelitian dan

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para pengurus dan anggota Ormas

Islam FPI Dewan Pimpinan Wilayah Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah

Kabupaten Purwakarta, dan tokoh masyarakat Kecamatan Purwakarta Kabupaten

Purwakarta yang dipilih secara purposif. Secara lebih detailnya subjek dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Jumlah

1. Ketua Dewan Tanfidzi FPI 1 Orang

2. Pengurus FPI 2 Orang

3. Anggota FPI 5 Orang

4. Kantor Kesatuan bangsa dan Politik Purwakarta 2 Orang

5. Polres Purwakarta 1 Orang

6.. Tokoh masyarakat 11 Orang

Jumlah 22 Orang

Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)

Subjek penelitian sebagaiman tertera pada tabel di atas dipilih karena

dianggap dapat memberikan informasi yang aktual dan terperinci mengenai

strategi FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan. Ketua Dewan Tanfidzi

FPI dipilih karena dinilai oleh peneliti mempunyai sejumlah informasi yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Ormas Islam FPI

Kabupaten Purwakarta, terutama dibidang manajerial yang diterapkan ataupun

(23)

kebangsaan. Untuk lebih memperkuat hasil dari penelitian terkait

kegiatan-kegiatan tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan pengurus ormas

Islam FPI untuk lebih memperkuat dan juga memperoleh informasi yang

diperlukan oleh peneliti mengenai strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan

yang dilakukan Ormas Islam FPI.

Anggota ormas Islam FPI peneliti jadikan sebagai subjek penelitian karena

dianggap mempunyai konstribusi yang tidak sedikit terhadap gerakan-gerakan

ormas Islam FPI dalam hal ini kaitannya dengan kinerja ormas Islam FPI dalam

membangun nilai-nilai kebangsaan di Kabupaten Purwakarta. Kepolisian Resort

Purwakarta dan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Purwakarta

peneliti jadikan sebagai responden dalam penelitian ini karena kewenangan dari

sisi kebijakan publik dan juga koordinasi dalam rangka menciptakan situasi yang

kondusif.

Selain melakukan wawancara dengan subjek penelitian tersebut di atas,

peneliti juga menentukan responden-responden lainnya dari beberapa tokoh

masyarakat sebagai subjek penelitian. Tokoh masyarakat ini bukan merupakan

pihak-pihak dari ormas Islam FPI akan tetapi merupakan individu yang

mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan oleh ormas Islam baik

melalui sosialisasi ataupun menggalang kekuatan untuk melakukan gerakan turun

ke lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terletak di Kabupaten Purwakarta yang pemilihannya

dilakukan berdasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh Peneliti

bahwa Purwakarta sebagai salah satu daerah di Jawa Barat merupakan basis

aktivitas Ormas Islam FPI yang senantiasa berkontribusi terhadap

penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsaan yang dilandasi nilai-nilai keislaman.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan

(24)

statistik, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Suatu

pendekatan mengandung kriteria pemilihan yang dipergunakan dalam

menentukan masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dan data penelitian.

Kerlinger (2000: 18) menyatakan bahwa pendekatan atau ancangan ilmiah

merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah

reflektif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi

pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam

pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan dan memverifikasi dan

menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara

matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif.

Disamping menekankan pada faktor peneliti sebagai alat penelitian utama,

penelitian inipun memperhatikan pula metode yang digunakan agar hasilnya

sesuai dengan yang diharapkan. Burgess dalam Nasution (1996: 17)

mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah

metode penelitian, antara lain kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus,

ethnografi, prosedur interpretatif dan lain-lain.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi,

karena peneliti ingin mengkaji pola-pola atau keterkaitan antara makna subyektif

dari realitas obyektif di dalam kesadaran orang yang menjalani aktivitas

kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana Schutz dalam Sudikin (2002: 39)

menjelaskan bahwa tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara

pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di mana

pengalaman dan pengetahuan berakar. Selanjutnya Husserl dalam Sudikin

(2002:36) menjelaskan bahwa fenomenologi menggunakan intuisi sebagai sarana

untuk mencapai kebenaran. Beberapa kata kunci dari fenomenologi adalah

sebagai berikut:

1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena tercakup pula nomena;

(25)

3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka dan terarah pada objek), dan

4. Substansi adalah hal kongkrit yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau (Husserl dalam Sudikin, 2002:36).

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan

konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada

beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga

tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

Menurut Craswell (1998: 54) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian

tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa

disebut “epoche” (jangka waktu). Konsep “epoche” adalah membedakan wilayah

data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep “epoche” menjadi pusat

dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena

untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk

bagian dari individu–individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama

lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau

informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat

kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa

bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja

sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.

Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomenologi dalam

memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai

konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang

sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para

aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan realitas akan

dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi

aksiologis, nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam

pengungkapan makna akan interpretasi subjek.

Jadi, penelitian ini memfokuskan pada kajian strategi ormas Islam dalam

(26)

partisipatif) ikhwal program kegiatan yang dilakukan, mendeskripsikan

pengalaman sejumlah informan serta melakukan studi dokumentasi. Karena itu,

penelitian ini lebih tepat menggunakan tradisi fenomenologi.

Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam

keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi memandang manusia secara aktif

mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami

lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungannya.

Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi

serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.

D. Definisi Operasional

Untuk membatasi kajian permasalahan dalam penelitian serta menghindari

adanya kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan definisi operasional yang

menjelaskan maksud dari variabel penelitian sebagai berikut:

1. Strategi, yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah pola atau langkah

kerja yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai

kebangsaan.

2. Ormas Islam, yang dimaksud Ormas Islam dalam penelitian ini adalah Front

Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta.

3. Nilai-nilai kebangsaan, yang dimaksud nilai-nilai kebangsaan dalam penelitian

ini adalah kesadaran akan pentingnya hidup bersama sebagai sebuah bangsa

yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari

kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan

dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan faktor kunci yang menentukan

keberhasilan suatu penelitian. Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian

kualitatif instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Artinya, peneliti bebas

(27)

observasi dan studi dokumentasi. Sebagaimana Moleong (2000: 132) menjelaskan

sebagai berikut:

“bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia

menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada

akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya” (Moleong, 2000:132).

Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

"divalidasi" seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang akan

terjun ke lapangan. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam

penelitian kualitatif.

Selanjutnya menurut pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa peneliti

terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para

partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang

terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan

wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar

manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak

mengadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu Ketua Ormas

Islam FPI, Pengurus, Anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kab.

Purwakarta serta Masyarakat Purwakarta. Dengan demikian peneliti lebih

leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang

diperlukan untuk kepentingan penelitian.

Untuk memandu pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan pedoman

sebagai acuan dalam pengumpulan data sebagaimana dapat dilihat pada tabel

(28)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap FPI

Kabupaten Purwakarta)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

1. Bagaimana

pengetahuan

Ormas Islam

tentang

nilai-nilai kebangsaan? 1. Nilai ketuhanan 2. Nilai kemanusiaan 3. Nilai

persatuan dan

kesatuan

4. Nilai

musyawarah

5. Nilai keadilan

sosial

1. Bagaimana pendangan

anda mengenai

pentingnya nilai

ketuhanan sebagai

dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

2. Bagaimana pandangan

anda mengenai

penghargaan

masyarakat terhadap

nilai-nilai

kemanusiaan?

3. Bagaimana pandangan

anda mengenai

pentingnya kesadaran

kolektif sebagai

sebuah bangsa?

4. Bagaimana pandangan

anda mengenai

pentingnya

musyawarah sebagai

mekanisme

penyelesaian

kompleksitas

(29)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

permasalahan bangsa?

5. Bagaimana pandangan

anda mengenai

implementasi nilai

keadilan sosial dalam

praktik kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

6. Sejauhmana

pentingnya penanaman

nilai-nilai kebangsaan

pada masyarakat?

7. Hal apa yang

menyebabkan

pentingnya

penumbuhkembangan

nilai-nilai kebangsaan

pada masyarakat?

2 Bagaimana

strategi yang

dilakukan Ormas

Islam FPI dalam

mengembangkan nilai-nilai kebangsaan? 1. Bentuk program 2. Tujuan program 3. Pembinaan mental anggota 4. Pembinaan

moral anggota

dan

masyarakat

1. Program apa saja yang

dilakukan untuk

menumbuhkembangkan

nilai ketuhanan sebagai

dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

2. Program apa saja yang

dilakukan dalam

menumbuhkembangkan

penghargaan terhadap

Aktivis FPI,

Pemerintah

dan tokoh

(30)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

nilai-nilai

kemanusiaan?

3. Program seperti apa

yang dilakukan dalam

menanamkan

pentingnya hidup

bersama dalam

menghadapi tantangan

masa kini?

4. Program apa yang

dilakukan dalam

menginternalisasikan

nilai-nilai musyawarah

dalam menghadapi

permasalahan

sehari-hari?

5. Program apa yang

dilakukan dalam

menciptakan

terwujudnya keadilan

sosial bagi masyarakat?

6. Hal apa yang

melatarbelakangi

dilaksanakannya

program tersebut?

7. Orientasi apa yang

hendak dicapai dengan

melaksanakan

(31)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

8. Bagaimana relevansi

antara program yang

dijalankan dengan

proses

penumbuhkembangan

nilai- nilai kebangsaan?

3 Hambatan apa

yang ditemui

Ormas Islam FPI

dalam membangun nilai-nilai kebangsaan? 1. Kendala internal 2. Kendala eksternal

1. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menjalankan

program-program

penumbuhkembangkan

nilai- nilai kebangsaan?

2. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menjalankan program

penumbuhkembangan

nilai ketuhanan sebagai

dasar kehidupan

berbangsa dan

bernegara?

3. Hambatan apa saja yang

ditemui dalam

menumbuhkembangkan

penghargaan terhadap

nilai- nilai kemanusiaan?

4. Hambatan apa yang

ditemui dalam

penanaman pentingnya

hidup bersama dalam

Aktivis FPI,

Pemerintah

dan tokoh

(32)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

menghadapi tantangan

masa kini?

5. Hambatan apa yang

ditemui dalam

menginternalisasikan

nilai-nilai musyawarah

untuk menghadapi

permasalahan

sehari-hari?

6. Hambatan apa yang

ditemui dalam

mewujudkan keadilan

sosial bagi masyarakat?

7. Bagaimana efekfivitas

program yang dilakukan

hingga terbentuknya

individu yang

mengaplikasikan

nilai-nilai kebangsaan?

4 Upaya apa yang

dilakukan Ormas

Islam FPI untuk

mengatasi

hambatan yang

muncul dalam

membangun

nilai-nilai

kebangsaan?

1. Bentuk upaya

2. Tujuan upaya

3. Relevansi

upaya yang

dilakukan

dengan

hambatan

yang muncul

1. Upaya apa yang

dilakukan dalam

mengatasi hambatan

yang ditemui dalam

menjalankan

program-program

penumbuhkembangkan

nilai- nilai kebangsaan?

2. Upaya apa yang

dilakukan untuk

Pemerintah,

Aktivis FPI,

Tokoh

(33)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

mengatasi hambatan

yang muncul dalam

pengelolaan sumber

daya manusia

organisasi untuk

mengefektifkan kinerja

Ormas Islam dalam

membangun nilai-nilai

kebangsaan?

3. Hal apa saja yang

dilakukan dalam

mempertegas komitmen

anggota untuk

bersama-sama melakukan upaya

penumbuhkembangan

nilai- nilai kebangsaan?

4. Bagaimana upaya yang

dilakukan dalam

memperkuat

kebersamaan sosial di

masyarakat?

5. Upaya apa yang

dilakukan dalam

menanamkan

pentingnya hidup

bersama dalam

menghadapi tantangan

masa kini?

(34)

No Rumusan

Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian

Sumber Data

antara upaya yang

dilakukan dengan

hambaran yang

muncul?

Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan sejumlah data penelitian, peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian

kualitatif, meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik

pengumpulan data dapat disajikan sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Moleong (2000: 150) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki

beberaapa keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Craswell (2008: 226)

bahwa “some advantages are that they provide useful information when you

cannot directly observe participants, and they permit participants to describe

detailed personal information”.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara. Melalui pedoman demikian, interviewer harus memikirkan

bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat

Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara

berlangsung. Kerlinger dalam Hasan (2000: 41) menyebutkan 3 hal yang menjadi

kekuatan metode wawancara :

(35)

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003: 61) disamping kekuatan, metode wawancara juga

memiliki kelemahan, yaitu :

a. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.

b. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi

kurang akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.

dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Craswell (2008: 221) mengemukakan bahwa “observation is a process of

gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a

research site”. Menurutnya observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang

dan tempat-tempat di lokasi penelitian.

Metode observasi dapat pula dikatakan sebagai metode survey seperti

yang dikemukakan Nazir (1988: 65) bahwa metode survey (observasi) adalah

penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang

ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi

(36)

3. Studi Dokumentasi

Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen utama,

oleh karena itu peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber lain berupa catatan

dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985:

276-277) catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari

kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan

penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokuman yang dipandang perlu

untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku

teks, makalah, jurnal, hasil penelitian, dokumen negara.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan secara

sistematis terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan

apa yang telah ditemukan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145).

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil

wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya

dideskripsikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data

dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Hal tersebut

dinyatakan oleh Nasution (1996: 129) bahwa dalam penelitian kualitatif analisis

data harus dimulai sejak awal, data yang diperoleh di lapangan harus segera

dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis sebagai berikut:

“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua

penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verification”.

Selanjutnya Miles dan Huberman (2007:16-18) menjelaskan analisis data

kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu

reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verification sebagaimana

(37)

Gambar 3.1

Komponen-Komponen Analisis Data

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi

dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang

dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi

memberikan gambaran lebih rinci.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan tentunya sangat

banyak, oleh karena itu data yang diperoleh tersebut perlu dicatat dan di lakukan

perincian secara mendetail. Untuk melaksanakan itu perlu dilakukan pereduksian

data. Reduksi data adalah mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk uraian

atau laporan yang terinci. Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal

penelitian dilakukan.

2. Display data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara

terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang

terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya

Pengumpulan data

Reduksi

data

Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penyajian data

[image:37.596.148.506.108.356.2]
(38)

untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun

dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Menampilkan data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu data penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena akan

memudahkan peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan

detail. Selanjunya, dalam penyajian data Miles & Huberman (Malik, 2011),

membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dari pendapat ini diyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi; berbagai

jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan

mudah diraih. Melalui cara ini dengan melakukan analisis data dapat melihat apa

yang sedang terjadi, dan selanjutnya akan menentukan tindakan dalam menarik

kesimpulan yang benar melalui penyajian data tersebut.

Proses penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadikannya dalam satu kategori, berupa

data berkelompok yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan fokus

masalah. Masing-masing kategori dapat berupa urutan-urutan atau prioritas

kejadian.

3. Kesimpulan/verification

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data

dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi

dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data yang dimulai dari

pencatatan data lapangan, kemudian di tulis kembali dalam bentuk unifikasi dan

kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan fokus

(39)

melalui beberapa teknik, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Moleong (2000:

192-195), yaitu:

a. Data yang diperoleh sesuai dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik, ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada substantif fokus penelitian

Sejatinya sebuah penelitian adalah untuk menemukan kebenaran.

Kebenaran yang bukan dibenar-benarkan, tapi kebenaran yang memang benar.

Karena kebenaran itulah yang akan dijadikan landasan bertindak. Bukan atas

dasar asumsi orang lain yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Untuk mendapatkan kebenaran, mestinya suatu penelitian dilandasi

kaidah-kaidah yang baik agar hasilnya dapat dipercaya (Moleong: 2000).

Inilah tahap analisis dan pengolahan data yang akan dilakukan oleh

peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut,

diharapkan penelitian yang dilakukan nanti dapat memperoleh data yang

memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian serta sesuai dengan kaidah-kaidah

ilmiah yang berlaku.

H. Validitas Data

Suatu hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria

valid, realibel, dan obyektif. Mengacu pada pendapat Sugiyono (2007: 366), uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas

internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan

confirmability (objektivitas) sebagai berikut:

1. Pengujian Kredibilitas

Uji kredibilitas data ini merupakan kepercayaan terhadap data hasil

penelitian. Ada beberapa macam cara pengujian kredibilitas data dalam

penelitiankualitatif yaitu: (1) perpanjangan pengamatan, (2) peningkatan

ketekunan, (3) triangulasi, (4) diskusi dengan teman, (5) analisis kasus negatif,

(40)

bahwa untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) dapat dilakukan

melalui beberapa cara, yaitu antara lain:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul

mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang

waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang

disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran

informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam

penelitian ini.

b. Pengamatan yang Terus Menerus

Melalui pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu

peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan

mendalam.Implikasi dari pengamatan yang kontinu, peneliti akanmemperoleh

gambaran yang terinci mengenai apa yang sedang diamati berkaitan dengan

strategi ormas Islam dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008: 330). Dalam penelitian ini

triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh pengurus dan

anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan

masyarakat Kabupaten Purwakarta.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan

member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

lebih mendalam mengenai subyek penelitian. Triangulasi dimaksudkan untuk

mendapatkan keterangan dari beberapa pihak secara terpisah namun dengan

karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang

(41)

Selanjutnya Sugiyono (2007:372) menjelaskan bahwa dalam pengujian

kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Berikut

ini adalah bagan triangulasi sumber, triangulasi cara, dan triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 3. 2

Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga sumber data dilakukan agar bisa lebih

memperkuat dalam pengambilan kesimpulan berbagai aspek yang diteliti dalam

penelitian, apabila dalam hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga

responden tersebut mempunyai kesamaan atau kecocokan dalam jawaban, maka

jawaban tersebut dipakai sebagai acuan dalam hasil temuan di lapangan.

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014) Pengurus Ormas

Islam FPI

Wawancara

Pemerintah Daerah Purwakarta

Masyarakat Kabupaten Purwakarta

Observasi

[image:41.596.104.533.171.388.2] [image:41.596.106.531.587.722.2]
(42)

Triangulasi berdasarkan tiga teknik pengumpulan data yaitu untuk

mengetahui kesesuaian antara hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi,

sehingga data bisa dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan dalam

penelitian ini.

Gambar 3.4

Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data

Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data
Gambar 3.3  Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ulasan di atas penuiis tertarik untuk melakukan peneiitian yang berjudul Pemahaman Mahasiswa Program Studi Akuntansi Tentang Bagi Hasil dalam Mudharabah dan

Adapun tujuan penelitian ini, untuk melihat dampak kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, dan estimasi kematian akibat gempabumi dengan pendekatan empiris di

ABSTRAK: Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana proses pengangkutan sampah pada wilayah pelayanan Kecamatan Tamalanrea, rute jalan pengangkutan

Setelah dilakukan pengujian terhadap fungsionalitas sistem, akan dilakukan evaluasi terhadap sistem yang telah dibangun apakah telah sesuai dengan kebutuhan awal

Fraksi etil asetat memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi butanol, etanol 70% dan n-heksan selain itu

Sementara di sisi lain, peran para pemikir dan aktivis lingkungan Muslim turut mengartikulasikan pentingnya pesan teologis Islam dalam membangun pendidikan lingkungan

Variabel prediktor yang signifikan terhadap HIV ( ) adalah persentase kelompok umur 25-49 tahun terhadap jumlah penduduk ( ) danvariabel yang signifikan terhadap

Sistem kerja yang dipakai dalam merancang alat pemberian pakan ikan secara otomatis ini memerlukan orang untuk meletakkan makanan ikan yang berupa pellet di