TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh : Ating Supardi NIM 1201373
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Purwakarta)
Oleh Ating Supardi
1201373
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001
Pembimbing II
Dr. Cecep Darmawan, S,Pd., S.I.P., M.Si NIP. 19690929 199402 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh Ating Supardi
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
© Ating Supardi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Ating Supardi. NIM 1201373. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)
Masalah ini dikaji berangkat dari terjadinya degradasi terhadap penghayatan nilai-nilai kebangsaan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi karena mengkaji pola atau keterkaitan antara makna subyektif dan realitas obyektif dalam kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian meliputi pengurus dan anggota Ormas Islam FPI Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan masyarakat Kabupaten Purwakarta yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivis FPI memandang kecintaan terhadap tanah air merupakan prasyarat terbangunnya suatu masyarakat madani yang merupakan wujud dari kecintaan terhadap Allah SWT, (2) Strategi FPI dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan direalisasikan dalam bentuk program kerja, meliputi; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminar pendidikan, musyawarah wilayah, dan pengiriman utusan untuk menjadi relawan bencana alam, (3) Hambatan yang ditemui FPI dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan air meliputi; pelabelan FPI sebagai Ormas anarkis dan radikal, pemberitaan media yang cenderung mendiskreditkan posisi FPI, keberadaan oknum pejabat yang berdiri di belakang tempat-tempat maksiat, adanya perbedaan pemahaman tentang arti pentingnya nilai-nilai kebangsaan serta sulitnya menyamakan persepsi mengenai arah aktivitas dan orientasi yang hendak dicapai, terbatasnya dana kegiatan, belum terpadunya sistem pengkaderan, terpaan globalisasi dan westernisasi yang menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari, (4) Upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam mengatasi hambatan yang muncul adalah; membangun sinergitas dengan aparat kepolisian, Satpol PP dan masyarakat, menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat melalui dakwah, menekankan pentingnya musyawarah dalam mengatasi permasalahan, memperkuat komitmen anggota dan pengurus FPI untuk senantiasa melaksanakan program kerja. Rekomendasi yang ditawarkan meliputi; (1) Masyarakat perlu meningkatkan partisipasi terhadap pembangunan bangsa melalui pelibatan diri dalam berbagai kegiatan sosial, (2) Mempertegas status dan kedudukan FPI sebagai organisasi legal, (3) Meningkatkan kerjasama, komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait upaya pembangunan mental dan moral generasi bangsa, (4) Perlunya membangun komunitas-komunitas masyarakat yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pembangunan di segala bidang, (5) Perlu dilakukan kajian lebih jauh mengenai kinerja Ormas Islam dalam pembangunan bangsa.
ABSTRACT
Ating Supardi. NIM 1201373. Development Strategy of National Values Based Religiousity on Community Organization (Research Phenomenology of Front Pembela Islam (FPI) in Purwakarta)
This problem is studied departing from the degradation of appreciation values of nationalism and patriotism in all aspects of national life. This study used a qualitative approach with a phenomenological method for assessing the pattern or relationship between subjective and objective reality of meaning in everyday life. Data collected through interviews, observation, and study documentation.
Research subject are members of FPI Islamic organizations, Purwakarta’s
Government, and community selected purposively. The results showed that (1) the activists of FPI saw patriotism is a prerequisite establish of civil society which is a manifestation of the love of Allah, (2) strategy for national values buliding is realized in form of the work program, include; hisbah, halaqoh, syahriahan, seminars, discussion, and sent volunteer for natural disasters, (3) The obstacles encountered in development national values include; FPI labeling as anarchists and radical mass organizations, media coverage tends to discredit the position of FPI, the presence of officers is standing behind the places of vice, differences in the understanding the importance of national values and the difficulty of equating perception and orientation activities to be achieved, limited funding activities, yet their integrated cadre system, exposure to globalization and westernization that maked social inequalities, as well as a lack of public awareness of the importance of shared values in everyday life, (4) The efforts made FPI Islamic organizations in overcoming barriers arises are; build synergy with police, municipal police and community, promoting the dissemination to the public through propaganda, emphasizing the importance of deliberation in addressing the issue, strengthened our commitment to always perform the work program. Recommendations offered include; (1) People need to increase the participation of nation building through involvement in various social activities, (2) Reinforce the status and position of the FPI as a legal organization, (3) Enhance cooperation, communication and coordination with various stakeholders of mental and moral development efforts of generations, (4) need to build communities of people that support the implementation of development in all areas, (5) a need to further study performance of Islamic organizations in the development of the nation.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB. I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8
1. Identifikasi Masalah ... 8
2. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
1. Tujuan Umum ... 9
2. Tujuan Khusus ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoretis ... 10
2. Manfaat Praktis ... 10
E. Struktur Organisasi Tesis ... 10
BAB. II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Konsep Kinerja ... 12
1. Hakekat Kinerja ... 12
2. Indikator Pengukuran Kinerja ... 13
a. Dimensi Ability ... 14
b. Dimensi Work Effort ... 14
c. Dimensi Organzational Support ... 14
B. Organisasi Kemasyarakatan ... 15
1. Konsepsi Organisasi Kemasyarakatan ... 15
2. Efektivitas Kinerja Organisasi Kemasyarakatan ... 18
3. Karakteristik Organisasi Kemasyarakatan ... 18
4. Bentuk-bentuk Organisasi Kemasyarakatan ... 19
5. Peran Organisasi Kemasyarakatan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ... 21
C. Nilai-nilai Kebangsaan ... 23
1. Hakekat Nilai ... 23
3. Urgensi Penanaman
Nilai-Nilai Kebangsaan ... 26
D. Cinta Tanah Air Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan ... 29
1. Makna Cinta Tanah Air ... 29
2. Bentuk-Bentuk Cinta Tanah Air ... 30
E. Penelitian Terdahulu ... 31
F. Kerangka Pemikiran ... 34
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ... 36
A. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36
1. Subjek Penelitian ... 36
2. Lokasi Penelitian ... 37
B. Desain Penelitian ... 37
C. Metode Penelitian ... 38
D. Definisi Operasional ... 40
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Wawancara ... 48
2. Observasi ... 49
3. Studi Dokumentasi ... 50
G. Teknik Analisis Data ... 50
1. Reduksi Data ... 51
2. Display Data ... 51
3. Kesimpulan/verification ... 52
H. Validitas Data ... 53
1. Pengujian Kredibilitas ... 53
a. Memperpanjang masa observasi ... 54
b. Pengamatan yang Terus Menerus ... 54
c. Triangulasi ... 54
2. Pengujian Transferability ... 56
3. Pengujian Dependability ... 57
4. Pengujian Konfirmability ... 58
a. Survey Pendahuluan dan Studi Literatur ... 59
b. Menyusun Rancangan Penelitian ... 59
c. Mengurus Perizinan ... 59
I. Alur Penelitian ... 60
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61
1. Sejarah Ormas Islam FPI Purwakarta ... 61
2. Maksud dan Tujuan Ormas Islam FPI Purwakarta ... 63
FPI Purwakarta ... 66
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68
1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 68
2. Deskripsi Hasil Observasi ... 88
3 Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 94
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
1. Pengetahuan Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan ... 101
2. Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Yang Dilakukan Ormas Islam FPI ... 106
3. Hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 116
4. Upaya yang Dilakukan Ormas Islam FPI untuk Mengatasi Hambatan yang Muncul dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 120
BAB. V SIMPULAN DAN SARAN ... 127
A. Simpulan ... 127
1. Simpulan Umum ... 127
2. Simpulan Khusus ... 127
B. Saran ... 129
1. Bagi Masyarakat ... 129
2. Bagi Aktivis FPI Kabupaten Purwakarta ... 129
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta ... 130
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 130
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 35
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data ... 51
Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data ... 55
Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ... 55
Gambar 3.4 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data ... 56
Gambar 3.5 Alur Penelitian ... 60
Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPW FPI Purwakarta 2013-2014 ... 67
Gambar 4.2 Pengurus dan Anggota FPI sedang Melaksanakan Halaqoh Internal ... 89
Gambar 4.3 FPI dan masyarakat sedang melaksanakan pengajian sebagai bentuk halaqoh eksternal ... 89
Gambar 4.4 Silaturahmi dengan tokoh agama ... 90
Gambar 4.5 Razia Minuman Keras ... 91
Gambar 4.6 Kegiatan FPI dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Ormas Islam
dalam Membangun Nilai-Nilai Kebangsaan dan Cinta Tanah Air (Penelitian Fenomenologi Terhadap
Ormas Islam FPI di Kabupaten Purwakarta) ... 42 Tabel 4.1 Kepemimpinan/Tanfidzi DPW FPI Purwakarta ... 65 Tabel 4.2 Rangkaian Peristiwa dan Aktivitas
DPW FPI Purwakarta ... 95 Tabel 4.3 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Pengetahuan
Ormas Islam FPI tentang Nilai-Nilai Kebangsaan 105 Tabel 4.4 Strategi Ormas Islam FPI dalam Mengembangkan
Nilai-Nilai Kebangsaan ... 108 Tabel 4.5 Triangulasi Berdasarkan Tiga Teknik Pengumpulan Data
Strategi FPI dalam Mengembangkan
Nilai-Nilai Kebangsaan ... 114 Tabel 4.6 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data Hambatan
dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan ... 118 Tabel 4.7 Triangulasi Berdasarkan Tiga Sumber Data
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Yang Muncul dalam Mengembangkan
Nilai-Nilai Kebangsaan ... 122 Tabel 4.8 Analisis SWOT Strategi
Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Pada Organisasi Kemasyarakatan
Front Pembela Islam (FPI) ... 123 Tabel 4.9 Matriks Paradigma Penelitian
Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan pada Organisasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajemukan agama merupakan salah satu ciri bangsa Indonesia, yang
pada akhirnya mengakibatkan kemajemukan ormas-ormas keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kemajemukan ormas keagamaan
termasuk ormas Islam hendaknya tidak dipandang sebagai penghambat
terciptanya kerukunan hidup dalam masyarakat. Keragaman ormas hendaknya
dijadikan sebagai modal untuk bergaul dan berinteraksi guna memperluas
wawasan dan pergaulan dengan sesama. Keragaman ormas Islam hendaknya
dijadikan sarana untuk saling mengenal dan bersilaturahmi dengan sesama.
Bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, kerukunan antar ormas Islam
dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Kondisi ini
penting bagi pembangunan nasional. Pengalaman membuktikan bahwa gangguan
ketertiban dan keamanan telah mengakibatkan tersendatnya proses pembangunan
nasional. Hal ini mudah dipahami karena dana, daya perhatian dan pemikiran
yang seharusnya dipergunakan untuk menunjang pembangunan terpaksa dialihkan
untuk meredakan gangguan keamanan dan memulihkan ketertiban dalam
kehidupan masyarakat.
Keragaman ormas Islam merupakan kenyataan sosial yang tidak bisa
dihindari dalam masyarakat Indonesia. Keragaman ormas Islam terjadi karena
negara Indonesia memberikan jaminan hukum kepada setiap warganya untuk
berorganisasi sesuai dengan keinginannya. Jaminan hukum berorganisasi terdapat
dalam Pasal 28 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Keragaman ormas Islam merupakan modal dasar dalam pembangunan
karena ormas Islam dapat menjadi saluran ataupun penggerak pembangunan
nasional. Akan tetapi, keragaman tersebut tidak mustahil akan menjadi tantangan
jika dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, semua ormas Islam,
hendaknya memiliki jiwa patriotisme dan semangat kebangsaan. Artinya, seluruh
ormas Islam selalu memiliki rasa kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara
serta memiliki kesediaan untuk rela berjuang dan berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara.
Semangat nasionalisme dan patriotisme, bukan hanya ditampilkan kalau
ada bangsa lain yang ingin menjajah Indonesia, tetapi juga dapat diwujudkan
dengan menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara. Setiap ormas Islam
hendaknya lebih mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada
kepentingan golongan. Kepentingan bangsa dan negara harus menjadi prioritas
utama dalam setiap gerak langkah dan kegiatan yang dilakukan ormas-ormas
Islam.
Jiwa patriotisme ormas Islam sebenarnya bukan hal baru, karena jiwa
keimanan dan ketakwaan bangsa Indonesia telah mengobarkan semangat jihad
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semangat jihad yang dilandasi
oleh keimanan dan ketakwaan menjelma mendji pekikan takbir dalam setiap
pertempuran melawan penjajah di seluruh tanah air Indonesia. Patriotisme yang
dilandasi oleh semangat jihad, merupakan modal penting bagi segenap ormas
Islam untuk turut serta dalam membela kepentingan bangsa dan negara. Semangat
keagamaan menjadi daya pendorong ormas-ormas Islam untuk mengobarkan
kecintaan terhadap tanah air, kemerdekaan, bangsa, dan negara.
Ormas Islam dapat menunjukkan sikap nasionalisme dan patriotisme
dengan menjadi “agent of change” atau pembaharu demi kemajuan bangsa. Ormas Islam menjadi agent of change artinya ormas Islam dapat menjadi sarana
untuk menemukan ide-ide atau pemikiran baru yang berguna dan bermanfaat bagi
kemajuan bangsa dan negara. Disamping itu, melalui anggota-anggotanya, ormas
Islam dapat menyebarluaskan berbagai ide atau pemikiran-pemikiran baru yang
bermanfaat kepada anggota masyarakat lainnya. Hal ini dapat dilakukan ormas
Islam melalui pendirian lembaga pendidikan atau kegiatan ilmiah seperti diskusi,
Konsensus nasional yang selama ini menjadi dasar dalam penanaman,
penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta
memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan
perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata mengalami suatu
kemunduran (degradasi). Ditambah dengan kebijakan pemerintah memberlakukan
otonomi daerah semakin membuat kecemasan tergerusnya nasionalisme dan
munculnya etnosentrisme (Komalasari dalam Jurnal Civics Vol I Nomor 8,
2007:553).
Itulah yang sebenarnya dikhawatirkan Bung Hatta ketika merancang
sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama Bung Karno, bahwa
kedepan tantangan besar bangsa yang telah menjadi satu dalam kerangka
Republik Indonesia ini adalah terjadinya disintegrasi, perang antar-etnik, ras, dan
agama sebagai konsekuansi logis dari negara multikultur. Kekhawatiran Hatta
senada dengan yang dijelaskan Naisbitt (1994: 15) bahwa masalah suku bangsa
ataupun etnis dapat menjadi boomerang bagi bangsa yang kurang arif dalam
melakukan kebijakan politiknya.
Degradasi nilai-nilai kebangsaan saat ini menjadi isu yang hangat
dibicarakan di pelbagai media, baik televisi, koran, radio, dan internet.
Menurunnya nilai toleransi, moderasi, penghargaan akan adanya pluralitas, serta
terkikisnya semangat cinta tanah air menjadikan pentingnya dilakukan suatu
upaya untuk memberikan pencerahan sosial kepada masyarakat ikhwal
pembangunan nilai- nilai kebangsaan.
Tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa semakin mendorong masyarakat
Indonesia pada suatu arah yang semakin menjauhi cita-cita kebangsaan kita.
Sebuah cita-cita yang ingin mengantarkan masyarakat bangsa pada suatu titik
kemulyaan di hadapan bangsa sendiri dan bangsa lain. Sebuah bangsa yang
berkeadaban di tengah fenomena multikulturalitas bangsa yang ada. Selain itu,
tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa tersebut akan mendorong terjadinya implikasi
yang parah secara sosial (Taufiq, 2008: 1).
Cidera sosial yang selama ini terjadi ditandai oleh munculnya pelbagai
pribadi dan kelompok yang menggadaikan semangat persatuan dan kesatuan
sebagai sebuah bangsa, sikap main hakim sendiri, serta munculnya perasaan “saya yang paling benar” dan lain sebagainya.
Sekaitan dengan itu, dapat diyakini bahwa tatanan sosial kebangsaan
Indonesia akan semakin tidak terarah dan terkendali. Proses sosial kebangsaan
yang demikian turut berkontribusi terhadap semakin terpuruknya bangsa
Indonesia. Bersamaan dengan hal itu, proses transformasi nilai-nilai kebangsaan
seperti nilai toleransi, moderasi, inklusivitas, solidaritas, dan kesediaan untuk
berkerja sama dengan warga bangsa yang lain merupakan sesuatu yang
diniscayakan (Taufiq, 2008: 265).
Selain itu, permasalahan bangsa Indonesia yang sering terjadi pada masa
sekarang dan menjadi isu nasional dan bahkan internasional adalah degradasi
moralitas bangsa yang sangat memprihatinkan. Terjadinya perkelahian,
kerusuhan, tawuran antarpelajar, mahasiswa, dan penduduk yang sangat
meresahkan turut memberikan gambaran mengenai realitas masalah kebangsaan
di Indonesia. Bersamaan dengan berbagai tragedi tersebut, muncul kasus kolusi,
korupsi, dan nepotisme di kalangan pejabat, aparat, dan birokrat yang berdampak
buruk pada tatanan kehidupan masyarakat luas.
Dampak buruk dari ragam fenomena tersebut adalah terjadinya penurunan
tingkat kepercayaan rakyat terhadap kharisma dan kemampuan para pemimpin
negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Masyarakat kehilangan figur
pemimpin yang menjadi panutan, teladan, dan dapat diandalkan dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan
masyarakat. Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, diasumsikan akan
terjadi kendala utama terhadap kelangsungan dan perkembangan negara ke arah
yang lebih baik, bahkan besar kemungkinan akan terjadi kehancuran nilai
kehidupan bangsa.
Menurut Lickona (1992: 14) bahwa terdapat 10 tanda perilaku manusia
yang menunjukkan ke arah kehancuran suatu bangsa, yaitu:
1. Meningkatnya kekerasan.
2. Ketidakjujuran yang membudaya.
pemimpin.
4. Pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan. 5. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian.
6. Penggunaan bahasa yang memburuk. 7. Penurunan etos kerja.
8. Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Meningginya perilaku merusak diri .
10.Semakin kaburnya pedoman moral.
Kesepuluh kriteria sebagai gejala kehancuran suatu bangsa tersebut, jika
diperhatikan secara seksama selaras dengan kehidupan bangsa Indonesia pada
masa sekarang yang sedang dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan.
Tegasnya, pada masa sekarang bangsa Indonesia sedang dilanda krisis warga
negara, sebagai dampak dari perilaku yang mayoritas tidak mengindahkan
nilai-nilai Pancasila sebagai landasan, falsafah, dan pedoman hidup dalam
memperkokoh jatidiri bangsa. Kekuatan nasionalisme bangsa semakin lemah.
Sebaliknya, kosmopolitanisme mengalami peningkatan yang signifikan, etnisitas
mencuat dan mengakar dalam tubuh individu, sehingga mengalahkan nilai
persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat pelbagai gejala yang muncul sebagai
tanda melemahnya nilai-nilai kebangsaan, diperlukan adanya penguatan kembali
nilai-nilai kebangsaan dan semangat cinta tanah air dalam tubuh bangsa Indonesia
oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.
Salah satu organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang saat ini booming
karena setiap aktivitasnya dinilai kontroversi dalam gejolak politik bangsa adalah
Ormas Islam FPI. Akan tetapi berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan,
disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh media, Ormas
Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara lain
pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan
logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan
lainnyayang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media
nasional. Ormas Islam FPI juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an (Ali Imran: 105) “Dan
sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat azab yang berat.” Selain itu pada ayat berikutnya dijelaskan
kembali bahwa
“Maka disebabkan karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Ali Imran [3]: 159)
Dari petikan ayat di atas, Islam amat menyerukan pentingnya musyawarah
dalam menyelesaikan segala permasalahan yang mana hal itu menjadi salah satu
indikator semangat kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Sebagaimana dijelaskan
oleh M. Quraish Shihab (2014) bahwa paham kebangsaan sama sekali tidak
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah. Bahkan semua unsur
yang melahirkan paham tersebut, inklusif dalam ajaran Al Qur’an, sehingga
seorang muslim yang baik pastilah seorang anggota suatu bangsa yang baik.
Kalau anggota suatu bangsa terdiri dari beragam agama atau anggota
masyarakat terdiri dari berbagai bangsa, hendaknya mereka dapat
menghayati firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 148. “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah yang ditujunya), dia menghadap ke arah itu. Maka berlomba-lombalah kamu (melakukan) kebaikan”
Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan
informasi bahwa aktivitas Ormas Islam FPI yang berlabel penegakan syari’at
agama Islam di Kabupaten Purwakarta sebenarnya bukan kali pertama terjadi.
Sekitar bulan Mei tahun 2006, Ormas Islam FPI berseteru dengan Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) dalam acara lintas agama yang digelar di Kabupaten
Purwakarta. Pertikaian ini berawal dari pandangan Gus Dur yang saat itu sebagai
pembicara yang sempat menuding organisasi-organisasi Islam yang mendukung
RUU Anti-Pornografi dan Pornoaksi disokong oleh sejumlah jenderal.
Dasar pembentukan Ormas Islam FPI bertujuan sebagai wadah kerja sama
antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di
setiap aspek kehidupan. Latar belakang pendirian Ormas Islam FPI sebagaimana
1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya
kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di
seluruh sektor kehidupan.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan
martabat Islam serta ummat Islam.
Sebenarnya disamping aksi-aksi kontroversial yang sering diberitakan oleh
media, Ormas Islam FPI juga melibatkan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan antara
lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh, bantuan relawan dan
logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas kemanusiaan
lainnya yang menurut aktivis Ormas Islam FPI jarang diekspos oleh media
nasional.
Tindakan Ormas Islam FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan
main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain.
Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-satunya intitusi yang berhak
melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri tidak memiliki
insiatif untuk melakukannya. Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang
responden bahwa Ormas Islam FPI merupakan gerakan lugas dan tanpa kompromi
sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Ia menolak anggapan bahwa
beberapa pihak menyatakan Ormas Islam FPI anarkis dan kekerasan yang
dilakukannya merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran sikap.
Aksi demi aksi perusakan infrastruktur (patung) yang telah dibangun
oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta terus menerus terjadi, sebagaimana
diberitakan oleh http://www.nahimunkar.com/
allahuakbar-umat-muslim-purwakarta-robohkan-patung-karena-tidak-sesuai-ajaran-Islam (terbit tanggal 18
September 2011) sebagai berikut:
Mulyadi yang selama ini membandel membangun patung, meskipun berkali-kali diingatkan dan dikecam oleh sejumlah ormas Islam. Suasana Kota Purwakarta pun diliputi aksi massa yang secara berani menghancurkan satu persatu wayang yang memiliki nilai ratusan juta rupiah. Sasaran pertama mereka patung Gatot Kaca di Parapatan Comro. Dengan menggunakan tambang yang diikatkan ke bagian leher patung, massa beramai-ramai menariknya hingga roboh. Aksi kemudian dilanjutkan ke Pertigaan Bunder dan Jalan Baru. Dua patung, masing-masing Semar dan Bima pun juga ikut roboh. Aktivis muslim tersebut tetap bersikeras bahwa kotanya harus bersih dari patung-patung berhala.
Banyak juga kalangan yang menilai bahwa kemunculan patung-patung di
daerah Purwakarta merupakan suatu upaya untuk melestarikan budaya Sunda,
karena itu tidak bisa memandang peristiwa ini dari sudut pandang agama. Akan
tetapi, nampaknya patut pula diperhatikan bahwa pemerintah daerah dalam
menentukan dan mengambil kebijakan pembangunan seyogyanya memperhatikan
aspek historis dan kondisi sosial masyarakatnya, sehingga tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi kemasyarakatan bernafaskan
agama sudah seharusnya melakukan segala aktivitas yang mendukung
terbangunnya nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Berdasar pada latar
belakang sebagaimana dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis
Terhadap Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta)”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka
penulis dapat mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut; Pertama, terjadinya
degradasi nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air di masyarakat. Kedua,
semakin kaburnya pedoman moral sebagai landasan masyarakat dalam
berperilaku. Ketiga, penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsan dan cinta tanah
Keempat, perlu adanya pengkajian mengenai peran organisasi kemasyarakatan
dalam membangun nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan
berbasis keagamaan pada organisasi kemasyarakatan, khususnya yang
dilaksanakan Ormas Islam FPI (Front Pembela Islam). Mengingat luasnya kajian
penelitian, maka penulis membatasi penelitian menjadi beberapa rumusan sebagai
berikut:
a. Bagaimana pengetahuan Ormas Islam FPI tentang nilai-nilai kebangsaan?
b. Bagaimana strategi yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam
mengembangkan nilai-nilai kebangsaan?
c. Hambatan apa yang ditemui Ormas Islam FPI dalam mengembangkan
nilai- nilai kebangsaan?
d. Upaya apa yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk mengatasi hambatan
yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai kebangsaan?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji dan menganalisis strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan berbasis
keagamaan pada organisasi kemasyarakatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji dan menganalisis pengetahuan Ormas Islam FPI tentang
nilai-nilai kebangsaan.
b. Mengkaji dan menganalisis strategi Ormas Islam FPI dalam
mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.
c. Mengkaji dan menganalisis hambatan yang ditemui Ormas Islam FPI
d. Mengkaji dan menganalisis upaya yang dilakukan Ormas Islam FPI untuk
mengatasi hambatan yang muncul dalam pengembangan nilai-nilai
kebangsaan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah dan
memperkaya khasanah keilmuan pendidikan kewarganegaraan khususnya dalam
bidang ilmu kewarganegaraan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan, antara lain :
a. Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
kuliah. Selain itu, penulis juga dapat lebih peka terhadap permasalahan
sekitar.
b. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai realitas implementasi nilai-nilai kebangsaan di
masyarakat sehingga dapat menjadi masukan bagi penyusunan dalam
upaya menumbuhkembangkan nilai- nilai tersebut melalui berbagai cara.
c. Bagi pembaca dan masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai strategi Ormas Islam FPI dalam mengembangkan nilai-nilai
kebangsaan.
d. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bagi penelitian berikutnya.
E. Struktur Organisasi Tesis
Bab I Pendahuluan meliputi; a) Latar Belakang Masalah, b) Identifikasi dan
Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian dan e)
Bab II Kajian Pustaka meliputi; a) Konsep Kinerja, b) Organisasi
Kemasyarakatan, c) Nilai-nilai Kebangsaan, d) Cinta Tanah Air Sebagai
Implementasi Nilai-Nilai Kebangsaan e) Penelitian terdahulu, dan f)
Kerangka pemikiran
Bab III Metodologi Penelitian meliputi; a) Subjek dan Lokasi Penelitian, b)
Desain Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Desain Tersebut, c)
Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Metode Tersebut, d)
Definisi Operasional yang Dirumuskan untuk Setiap Variabel, e)
Instrumen Penelitian, f) Teknik Pengumpulan Data, g) Teknik
Pengolahan dan Analisis Data, h) Validitas Data, i) Alur Penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi gambaran umum lokasi
penelitian, gambaran umum hasil penelitian dan analisis hasil penelitian
Bab V Simpulan dan Saran meliputi jawaban atas permasalahan penelitian dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para pengurus dan anggota Ormas
Islam FPI Dewan Pimpinan Wilayah Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah
Kabupaten Purwakarta, dan tokoh masyarakat Kecamatan Purwakarta Kabupaten
Purwakarta yang dipilih secara purposif. Secara lebih detailnya subjek dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No. Subjek Penelitian Jumlah
1. Ketua Dewan Tanfidzi FPI 1 Orang
2. Pengurus FPI 2 Orang
3. Anggota FPI 5 Orang
4. Kantor Kesatuan bangsa dan Politik Purwakarta 2 Orang
5. Polres Purwakarta 1 Orang
6.. Tokoh masyarakat 11 Orang
Jumlah 22 Orang
Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)
Subjek penelitian sebagaiman tertera pada tabel di atas dipilih karena
dianggap dapat memberikan informasi yang aktual dan terperinci mengenai
strategi FPI dalam membangun nilai-nilai kebangsaan. Ketua Dewan Tanfidzi
FPI dipilih karena dinilai oleh peneliti mempunyai sejumlah informasi yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Ormas Islam FPI
Kabupaten Purwakarta, terutama dibidang manajerial yang diterapkan ataupun
kebangsaan. Untuk lebih memperkuat hasil dari penelitian terkait
kegiatan-kegiatan tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan pengurus ormas
Islam FPI untuk lebih memperkuat dan juga memperoleh informasi yang
diperlukan oleh peneliti mengenai strategi pengembangan nilai-nilai kebangsaan
yang dilakukan Ormas Islam FPI.
Anggota ormas Islam FPI peneliti jadikan sebagai subjek penelitian karena
dianggap mempunyai konstribusi yang tidak sedikit terhadap gerakan-gerakan
ormas Islam FPI dalam hal ini kaitannya dengan kinerja ormas Islam FPI dalam
membangun nilai-nilai kebangsaan di Kabupaten Purwakarta. Kepolisian Resort
Purwakarta dan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Purwakarta
peneliti jadikan sebagai responden dalam penelitian ini karena kewenangan dari
sisi kebijakan publik dan juga koordinasi dalam rangka menciptakan situasi yang
kondusif.
Selain melakukan wawancara dengan subjek penelitian tersebut di atas,
peneliti juga menentukan responden-responden lainnya dari beberapa tokoh
masyarakat sebagai subjek penelitian. Tokoh masyarakat ini bukan merupakan
pihak-pihak dari ormas Islam FPI akan tetapi merupakan individu yang
mengetahui kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan oleh ormas Islam baik
melalui sosialisasi ataupun menggalang kekuatan untuk melakukan gerakan turun
ke lapangan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini terletak di Kabupaten Purwakarta yang pemilihannya
dilakukan berdasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh Peneliti
bahwa Purwakarta sebagai salah satu daerah di Jawa Barat merupakan basis
aktivitas Ormas Islam FPI yang senantiasa berkontribusi terhadap
penumbuhkembangan nilai-nilai kebangsaan yang dilandasi nilai-nilai keislaman.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan
statistik, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Suatu
pendekatan mengandung kriteria pemilihan yang dipergunakan dalam
menentukan masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dan data penelitian.
Kerlinger (2000: 18) menyatakan bahwa pendekatan atau ancangan ilmiah
merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah
reflektif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi
pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam
pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan dan memverifikasi dan
menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara
matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif.
Disamping menekankan pada faktor peneliti sebagai alat penelitian utama,
penelitian inipun memperhatikan pula metode yang digunakan agar hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan. Burgess dalam Nasution (1996: 17)
mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah
metode penelitian, antara lain kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus,
ethnografi, prosedur interpretatif dan lain-lain.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi,
karena peneliti ingin mengkaji pola-pola atau keterkaitan antara makna subyektif
dari realitas obyektif di dalam kesadaran orang yang menjalani aktivitas
kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana Schutz dalam Sudikin (2002: 39)
menjelaskan bahwa tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara
pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di mana
pengalaman dan pengetahuan berakar. Selanjutnya Husserl dalam Sudikin
(2002:36) menjelaskan bahwa fenomenologi menggunakan intuisi sebagai sarana
untuk mencapai kebenaran. Beberapa kata kunci dari fenomenologi adalah
sebagai berikut:
1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena tercakup pula nomena;
3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka dan terarah pada objek), dan
4. Substansi adalah hal kongkrit yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau (Husserl dalam Sudikin, 2002:36).
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan
konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada
beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Menurut Craswell (1998: 54) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian
tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa
disebut “epoche” (jangka waktu). Konsep “epoche” adalah membedakan wilayah
data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep “epoche” menjadi pusat
dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena
untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk
bagian dari individu–individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama
lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau
informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat
kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa
bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja
sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.
Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomenologi dalam
memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai
konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang
sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para
aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan realitas akan
dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi
aksiologis, nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam
pengungkapan makna akan interpretasi subjek.
Jadi, penelitian ini memfokuskan pada kajian strategi ormas Islam dalam
partisipatif) ikhwal program kegiatan yang dilakukan, mendeskripsikan
pengalaman sejumlah informan serta melakukan studi dokumentasi. Karena itu,
penelitian ini lebih tepat menggunakan tradisi fenomenologi.
Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam
keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi memandang manusia secara aktif
mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami
lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungannya.
Titik berat tradisi fenomenologi adalah pada bagaimana individu mempersepsi
serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.
D. Definisi Operasional
Untuk membatasi kajian permasalahan dalam penelitian serta menghindari
adanya kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan definisi operasional yang
menjelaskan maksud dari variabel penelitian sebagai berikut:
1. Strategi, yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah pola atau langkah
kerja yang dilakukan Ormas Islam FPI dalam membangun nilai-nilai
kebangsaan.
2. Ormas Islam, yang dimaksud Ormas Islam dalam penelitian ini adalah Front
Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Purwakarta.
3. Nilai-nilai kebangsaan, yang dimaksud nilai-nilai kebangsaan dalam penelitian
ini adalah kesadaran akan pentingnya hidup bersama sebagai sebuah bangsa
yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari
kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan
dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan faktor kunci yang menentukan
keberhasilan suatu penelitian. Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian
kualitatif instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Artinya, peneliti bebas
observasi dan studi dokumentasi. Sebagaimana Moleong (2000: 132) menjelaskan
sebagai berikut:
“bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia
menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada
akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya” (Moleong, 2000:132).
Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
"divalidasi" seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang akan
terjun ke lapangan. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam
penelitian kualitatif.
Selanjutnya menurut pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa peneliti
terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para
partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang
terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan
wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar
manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak
mengadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu Ketua Ormas
Islam FPI, Pengurus, Anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kab.
Purwakarta serta Masyarakat Purwakarta. Dengan demikian peneliti lebih
leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk kepentingan penelitian.
Untuk memandu pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan pedoman
sebagai acuan dalam pengumpulan data sebagaimana dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Kebangsaan Berbasis Keagamaan Pada Organisasi Kemasyarakatan (Penelitian Fenomenologis Terhadap FPI
Kabupaten Purwakarta)
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
1. Bagaimana
pengetahuan
Ormas Islam
tentang
nilai-nilai kebangsaan? 1. Nilai ketuhanan 2. Nilai kemanusiaan 3. Nilai
persatuan dan
kesatuan
4. Nilai
musyawarah
5. Nilai keadilan
sosial
1. Bagaimana pendangan
anda mengenai
pentingnya nilai
ketuhanan sebagai
dasar kehidupan
berbangsa dan
bernegara?
2. Bagaimana pandangan
anda mengenai
penghargaan
masyarakat terhadap
nilai-nilai
kemanusiaan?
3. Bagaimana pandangan
anda mengenai
pentingnya kesadaran
kolektif sebagai
sebuah bangsa?
4. Bagaimana pandangan
anda mengenai
pentingnya
musyawarah sebagai
mekanisme
penyelesaian
kompleksitas
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
permasalahan bangsa?
5. Bagaimana pandangan
anda mengenai
implementasi nilai
keadilan sosial dalam
praktik kehidupan
berbangsa dan
bernegara?
6. Sejauhmana
pentingnya penanaman
nilai-nilai kebangsaan
pada masyarakat?
7. Hal apa yang
menyebabkan
pentingnya
penumbuhkembangan
nilai-nilai kebangsaan
pada masyarakat?
2 Bagaimana
strategi yang
dilakukan Ormas
Islam FPI dalam
mengembangkan nilai-nilai kebangsaan? 1. Bentuk program 2. Tujuan program 3. Pembinaan mental anggota 4. Pembinaan
moral anggota
dan
masyarakat
1. Program apa saja yang
dilakukan untuk
menumbuhkembangkan
nilai ketuhanan sebagai
dasar kehidupan
berbangsa dan
bernegara?
2. Program apa saja yang
dilakukan dalam
menumbuhkembangkan
penghargaan terhadap
Aktivis FPI,
Pemerintah
dan tokoh
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
nilai-nilai
kemanusiaan?
3. Program seperti apa
yang dilakukan dalam
menanamkan
pentingnya hidup
bersama dalam
menghadapi tantangan
masa kini?
4. Program apa yang
dilakukan dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai musyawarah
dalam menghadapi
permasalahan
sehari-hari?
5. Program apa yang
dilakukan dalam
menciptakan
terwujudnya keadilan
sosial bagi masyarakat?
6. Hal apa yang
melatarbelakangi
dilaksanakannya
program tersebut?
7. Orientasi apa yang
hendak dicapai dengan
melaksanakan
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
8. Bagaimana relevansi
antara program yang
dijalankan dengan
proses
penumbuhkembangan
nilai- nilai kebangsaan?
3 Hambatan apa
yang ditemui
Ormas Islam FPI
dalam membangun nilai-nilai kebangsaan? 1. Kendala internal 2. Kendala eksternal
1. Hambatan apa saja yang
ditemui dalam
menjalankan
program-program
penumbuhkembangkan
nilai- nilai kebangsaan?
2. Hambatan apa saja yang
ditemui dalam
menjalankan program
penumbuhkembangan
nilai ketuhanan sebagai
dasar kehidupan
berbangsa dan
bernegara?
3. Hambatan apa saja yang
ditemui dalam
menumbuhkembangkan
penghargaan terhadap
nilai- nilai kemanusiaan?
4. Hambatan apa yang
ditemui dalam
penanaman pentingnya
hidup bersama dalam
Aktivis FPI,
Pemerintah
dan tokoh
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
menghadapi tantangan
masa kini?
5. Hambatan apa yang
ditemui dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai musyawarah
untuk menghadapi
permasalahan
sehari-hari?
6. Hambatan apa yang
ditemui dalam
mewujudkan keadilan
sosial bagi masyarakat?
7. Bagaimana efekfivitas
program yang dilakukan
hingga terbentuknya
individu yang
mengaplikasikan
nilai-nilai kebangsaan?
4 Upaya apa yang
dilakukan Ormas
Islam FPI untuk
mengatasi
hambatan yang
muncul dalam
membangun
nilai-nilai
kebangsaan?
1. Bentuk upaya
2. Tujuan upaya
3. Relevansi
upaya yang
dilakukan
dengan
hambatan
yang muncul
1. Upaya apa yang
dilakukan dalam
mengatasi hambatan
yang ditemui dalam
menjalankan
program-program
penumbuhkembangkan
nilai- nilai kebangsaan?
2. Upaya apa yang
dilakukan untuk
Pemerintah,
Aktivis FPI,
Tokoh
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
mengatasi hambatan
yang muncul dalam
pengelolaan sumber
daya manusia
organisasi untuk
mengefektifkan kinerja
Ormas Islam dalam
membangun nilai-nilai
kebangsaan?
3. Hal apa saja yang
dilakukan dalam
mempertegas komitmen
anggota untuk
bersama-sama melakukan upaya
penumbuhkembangan
nilai- nilai kebangsaan?
4. Bagaimana upaya yang
dilakukan dalam
memperkuat
kebersamaan sosial di
masyarakat?
5. Upaya apa yang
dilakukan dalam
menanamkan
pentingnya hidup
bersama dalam
menghadapi tantangan
masa kini?
No Rumusan
Masalah Indikator Pertanyaan Penelitian
Sumber Data
antara upaya yang
dilakukan dengan
hambaran yang
muncul?
Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan sejumlah data penelitian, peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian
kualitatif, meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dapat disajikan sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Moleong (2000: 150) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki
beberaapa keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Craswell (2008: 226)
bahwa “some advantages are that they provide useful information when you
cannot directly observe participants, and they permit participants to describe
detailed personal information”.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Melalui pedoman demikian, interviewer harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat
Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara
berlangsung. Kerlinger dalam Hasan (2000: 41) menyebutkan 3 hal yang menjadi
kekuatan metode wawancara :
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003: 61) disamping kekuatan, metode wawancara juga
memiliki kelemahan, yaitu :
a. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
b. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviewer.
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Craswell (2008: 221) mengemukakan bahwa “observation is a process of
gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a
research site”. Menurutnya observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang
dan tempat-tempat di lokasi penelitian.
Metode observasi dapat pula dikatakan sebagai metode survey seperti
yang dikemukakan Nazir (1988: 65) bahwa metode survey (observasi) adalah
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi
3. Studi Dokumentasi
Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen utama,
oleh karena itu peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber lain berupa catatan
dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985:
276-277) catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari
kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan
penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokuman yang dipandang perlu
untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku
teks, makalah, jurnal, hasil penelitian, dokumen negara.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan secara
sistematis terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan
apa yang telah ditemukan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145).
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil
wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya
dideskripsikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Hal tersebut
dinyatakan oleh Nasution (1996: 129) bahwa dalam penelitian kualitatif analisis
data harus dimulai sejak awal, data yang diperoleh di lapangan harus segera
dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis sebagai berikut:
“Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua
penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verification”.
Selanjutnya Miles dan Huberman (2007:16-18) menjelaskan analisis data
kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verification sebagaimana
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisis Data
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi
dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang
dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah
pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi
memberikan gambaran lebih rinci.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan tentunya sangat
banyak, oleh karena itu data yang diperoleh tersebut perlu dicatat dan di lakukan
perincian secara mendetail. Untuk melaksanakan itu perlu dilakukan pereduksian
data. Reduksi data adalah mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk uraian
atau laporan yang terinci. Reduksi data sangat membantu analisis data sejak awal
penelitian dilakukan.
2. Display data
Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara
terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang
terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya
Pengumpulan data
Reduksi
data
Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penyajian data
[image:37.596.148.506.108.356.2]untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun
dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Menampilkan data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu data penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena akan
memudahkan peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan
detail. Selanjunya, dalam penyajian data Miles & Huberman (Malik, 2011),
membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dari pendapat ini diyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi; berbagai
jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih. Melalui cara ini dengan melakukan analisis data dapat melihat apa
yang sedang terjadi, dan selanjutnya akan menentukan tindakan dalam menarik
kesimpulan yang benar melalui penyajian data tersebut.
Proses penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadikannya dalam satu kategori, berupa
data berkelompok yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan fokus
masalah. Masing-masing kategori dapat berupa urutan-urutan atau prioritas
kejadian.
3. Kesimpulan/verification
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk
memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses pengolahan data
dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi
dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data.
Dengan demikian secara umum proses pengolahan data yang dimulai dari
pencatatan data lapangan, kemudian di tulis kembali dalam bentuk unifikasi dan
kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan fokus
melalui beberapa teknik, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Moleong (2000:
192-195), yaitu:
a. Data yang diperoleh sesuai dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat
b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik, ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.
c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada substantif fokus penelitian
Sejatinya sebuah penelitian adalah untuk menemukan kebenaran.
Kebenaran yang bukan dibenar-benarkan, tapi kebenaran yang memang benar.
Karena kebenaran itulah yang akan dijadikan landasan bertindak. Bukan atas
dasar asumsi orang lain yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Untuk mendapatkan kebenaran, mestinya suatu penelitian dilandasi
kaidah-kaidah yang baik agar hasilnya dapat dipercaya (Moleong: 2000).
Inilah tahap analisis dan pengolahan data yang akan dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut,
diharapkan penelitian yang dilakukan nanti dapat memperoleh data yang
memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian serta sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmiah yang berlaku.
H. Validitas Data
Suatu hasil penelitian dapat dianggap sah apabila dapat memenuhi kriteria
valid, realibel, dan obyektif. Mengacu pada pendapat Sugiyono (2007: 366), uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas
internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan
confirmability (objektivitas) sebagai berikut:
1. Pengujian Kredibilitas
Uji kredibilitas data ini merupakan kepercayaan terhadap data hasil
penelitian. Ada beberapa macam cara pengujian kredibilitas data dalam
penelitiankualitatif yaitu: (1) perpanjangan pengamatan, (2) peningkatan
ketekunan, (3) triangulasi, (4) diskusi dengan teman, (5) analisis kasus negatif,
bahwa untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal) dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu antara lain:
a. Memperpanjang Masa Observasi
Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul
mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang
waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang
disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran
informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam
penelitian ini.
b. Pengamatan yang Terus Menerus
Melalui pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu
peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan
mendalam.Implikasi dari pengamatan yang kontinu, peneliti akanmemperoleh
gambaran yang terinci mengenai apa yang sedang diamati berkaitan dengan
strategi ormas Islam dalam mengembangkan nilai-nilai kebangsaan.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008: 330). Dalam penelitian ini
triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh pengurus dan
anggota Ormas Islam FPI, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, dan
masyarakat Kabupaten Purwakarta.
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian. Triangulasi dimaksudkan untuk
mendapatkan keterangan dari beberapa pihak secara terpisah namun dengan
karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di cross check antara jawaban yang
Selanjutnya Sugiyono (2007:372) menjelaskan bahwa dalam pengujian
kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Berikut
ini adalah bagan triangulasi sumber, triangulasi cara, dan triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 3. 2
Triangulasi dengan Tiga Sumber Data
Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)
Triangulasi berdasarkan tiga sumber data dilakukan agar bisa lebih
memperkuat dalam pengambilan kesimpulan berbagai aspek yang diteliti dalam
penelitian, apabila dalam hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketiga
responden tersebut mempunyai kesamaan atau kecocokan dalam jawaban, maka
jawaban tersebut dipakai sebagai acuan dalam hasil temuan di lapangan.
Gambar 3.3
Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data
Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014) Pengurus Ormas
Islam FPI
Wawancara
Pemerintah Daerah Purwakarta
Masyarakat Kabupaten Purwakarta
Observasi
[image:41.596.104.533.171.388.2] [image:41.596.106.531.587.722.2]Triangulasi berdasarkan tiga teknik pengumpulan data yaitu untuk
mengetahui kesesuaian antara hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi,
sehingga data bisa dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan dalam
penelitian ini.
Gambar 3.4
Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data
Sumber : Data dikembangkan oleh Penulis (2014)
Triangulasi berdasarkan tiga