• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategies for Trawl Fisheries By-catch Management (REBYC-II CTI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategies for Trawl Fisheries By-catch Management (REBYC-II CTI)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

”Strategies for Trawl Fisheries By-catch Management (REBYC-II CTI)”

PANDUAN

SHARING DATA DAN INFORMASI TEMATIK PERIKANAN DAN LINGKUNGAN PERAIRAN

UNTUK

PENGELOLAAN PERIKANAN PUKAT HELA (TRAWL) DI PERAIRAN ARAFURA

FIRST EDITION, 2013

(2)

ii PERSIAPAN DOKUMEN

Dokumen ini disusun berdasarkan serangkaian pertemuan/ workshop:

1. Kantor KKP lt. 9 (7 Maret 2013): Rapat Pra-workshop

 Persiapan awal

2. Workshop on Parameters and Indicator of Habitat to be Expressed in Map of Trawl Fishing Gear Management in Arafura Seas yang diselenggarakan di Hotel Royal, Bogor tanggal 19-22 Maret 2013.

 Identifikasi parameter (beserta indikatornya) yang penting bagi pengelolaan perikanan trawl Arafura

3. Hotel Millenium (19 April 2013): Tindak lanjut Workshop

 Kesepakatan materi yang memerlukan penelusuran referensi lebih lanjut 4. Bangkok (8-11 Mei 2013): Regional technical WS on data collection – trawl

fisheries management information & data requirements

 Lesson learnt kegiatan pemetaan dari negara lain

 Identifikasi (potensi) data yang tersedia terkait perikanan trawl Arafura (berdasarkan existing regulations)

5. AP Sorong (17 Juni s.d. 28 Juli 2013): Pelatihan observer on-board

 Identifikasi program observer on-board sebagai sumber data & informasi untuk evaluasi pengelolaan trawl Arafura

6. Hotel Lorin Sentul (2 – 5 September 2013):

 Kesepakatan akhir format dan cakupan ‘Guidelines’

Serangkaian kegiatan/ workshop tersebut merupakan bagian dari Proyek FAO dengan kode Project symbol: GCP/RAS/269/GFF). Proyek FAO tentang Strategies for trawl; fisheries by-catch management (REBYC-II CTI) GEF bertujuan:

1. Sustainable fisheries resources & healthy marine ecosystem

2. Reduce by-catch, discards & fishing impact on biodiversity and the environment

Sekretariat:

Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat 10110 (Gedung MINA BAHARI 2, Lantai 9)

Telp./Fax: +6221-3520726

E-mail: [email protected]

(3)

iii INDONESIA REBYC-II CTI

Project symbol: GCP/RAS/269/GFF

Strategies for Trawl Fisheries By-catch Management National Project Coordinator

Endroyono

National Technical Officer Imron Rosidi

ABSTRAK

Panduan Sharing Data dan Informasi Tematik Perikanan dan Lingkungan Perairan untuk Pengelolaan Perikanan Pukat Hela (Trawl) Di Perairan Arafura dikembangkan atas dasar partisipasi dan kontribusi dari pemangku kepentingan yaitu pelaku usaha, lembaga riset, LSM, akademisi, dan proyek lainnya.

Pedoman ini dirancang untuk memberikan panduan manajemen yang tepat untuk penyusunan peta habitat dan proses pengumpulan data yang baik, dari parameter dan indikator kunci yang dapat menggambarkan habitat, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin kesinambungan penyampaian data dan evaluasi peta habitat untuk kegiatan penangkapan menggunakan trawl di perairan Arafura.

Dengan panduan ini diharapkan ada partisipasi pemangku kepentingan untuk melakukan sharing data dan informasi, guna meningkatkan best practices fishing trawl in Arafura sea. Tentunya panduan ini harus mudah dimengerti, mudah dilaksanakan, setra efektif dalam updating.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Jakarta, Maret 2013

(4)

iv DAFTAR ISI

PERSIAPAN DOKUMEN ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

RISALAH ... 1

1. LATAR BELAKANG ... 1

2. RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN MANFAAT ... 3

2.1 RUANG LINGKUP ... 3

2.2 TUJUAN... 3

2.3 MANFAAT ... 4

2.4 “OUTCOME” ... 4

3. LANDASAN HUKUM ... 4

4. KARAKTERISTIK BY-CATCH, HABITAT KRITIS, HABITAT TARGET SPESIES DAN HABITAT ETP ... 5

4.1 Karakteristik By-catch ... 5

4.2 Karakteristik Discard ... 6

4.3 Karakteristik Habitat Spesies Target ... 7

4.4 Karakteristik Habitat spesies ETP (Penyu) ... 8

4.5 Karakteristik Habitat Kritis untuk operasional trawl ... 8

4.6 Parameter & Indikator Habitat ... 9

5. PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI SERTA EVALUASI DATA ... 9

5.1 Pengumpulan data dan informasi ... 9

5.2 Evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan ... 12

6. KOMPILASI PETA TEMATIK MENJADI ATLAS PENGELOLAAN PERIKANAN TRAWL DI ARAFURA (HARD COPY) ... 13

7. RENCANA AKSI SHARING DATA DAN INFORMASI ... 13

7.1 Pelatihan penyiapan dan penyusunan data dan informasi tematik untuk GIS yang dapat diupload (Oktober 2013)... 13

7.2 Kompilasi data dan informasi tematik oleh sekretariat (Oktober-Nopember 2013 ... 13

7.3 Workshop evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan (November 2013) ... 13

7.4 Produksi peta dan distribusi (Desember 2013) ... 14

8. Lapiran: Panduan menampilkan data tematik berbasis GIS (koordinat) dari

spread sheet file MS Excel ke InaGeoportal ... 16

(5)

1 Panduan Sharing Data dan Informasi Tematik

Perikanan dan Lingkungan Perairan

untuk Pengelolaan Perikanan Pukat Hela (Trawl) di Perairan Arafura RISALAH

Bagian ini memberikan informasi singkat terkait Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan dari Buku Panduan ini, serta Manfaat dengan adanya Peta Habitat yang nantinya dihasilkan berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Panduan ini.

Kotak-kotak informasi ini nantinya tidak akan menjadi bagian dari Panduan itu sendiri, namun perlu untuk dimasukkan ke dalam dokumen Zero Draft sebagai penjelasan dan klarifikasi

Panduan Sharing Data dan Informasi Tematik Perikanan dan Lingkungan Perairan Penyusunan Peta Habitat untuk Pengelolaan Perikanan Pukat Hela (Trawl) di Perairan Arafura disusun berdasarkan partisipasi dan kontribusi dari pemangku kepentingan yaitu pelaku usaha, lembaga riset, LSM, akademisi dan proyek lainnya.

1. LATAR BELAKANG

1.1 Perikanan Trawl di dunia saat ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap ketersediaan stok ikan, degradasi lingkungan dan degradasi keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan alat penangkapan ikan (API) Trawl tidak selektif terhadap by-catch, dan mempunyai dampak negatif terhadap dasar perairan akibat penggunaan dari otter board, tickler chain atau bobbin.

1.2 FAO menginisiasi REBYC-I pada tahun 2002-2008 untuk memperbaiki pengelolaan trawl. REBYC-I dengan nama “Reduction of Environmental Impact from Tropical Shrimp Trawling through the Introduction of By-catch Reduction Technologies and Change of Management”. Kegiatan itu berlanjut untuk periode selanjutnya REBYC-II CTI yang dipengaruhi oleh isu global yaitu coral triangle yang memberi kontribusi terhadap perubahan iklim (climate change).

1.3 Melalui REBYC-I telah dilakukan kegiatan demonstrasi dan pelatihan

pemasangan By-catch Reduction Devices (BRDs) pada trawl, termasuk

Turtle Excluder Device (TED) dan Juvenile and Trash fish Excluder Device

(JTED), dilaksanakan di Sorong, Merauke, Ambon, Tual, Sibolga dan

Tarakan.

(6)

2 1.4 Pembelajaran dari REBYC-I di Indonesia :

a. By-catch terdiri dari juvenile dan hewan lain seperti penyu, ikan hiu, ikan pari, dll. Beberapa di antara spesies tersebut masuk ke dalam kategori Endangered, Threatened, and Protected (ETP) species.

b. Penggunaan BRDs mengurangi total hasil tangkapan, tetapi meningkatkan persentase target tangkapan utama (udang).

c. Pada trawl skala industri, by-catch cenderung dibuang (discard).

Sedangkan pada perikanan skala kecil, seluruh by-catch di antaranya dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan pakan ternak.

d. Kegiatan REBYC-I berkontribusi nyata terhadap terlepasnya Indonesia dari embargo ekspor udang ke Amerika Serikat pada tahun 2005.

1.5 Laut Arafura merupakan perairan yang dikenal memiliki potensi udang dan ikan demersal yang tinggi yang dipengaruhi oleh karakteristik ekosistemnya yang merupakan habitat dari udang dan juvenile ikan seperti substrat dasar umumnya lumpur atau lumpur berpasir, luasan mangrove yang luas dan kontur perairan yang relatif landai. Dengan kondisi perairan yang mendukung operasi penangkapan ikan dan potensi udang dan ikan demersal yang tinggi, Laut Arafura banyak dioperasikan alat tangkap trawl baik skala kecil maupun industri. Penggunaan trawl ini telah menyebabkan perubahan kondisi lingkungan atau habitat serta menurunnya potensi sumberdaya ikan (overfishing).

1.6 Strategies for trawl fisheries by-catch management (REBYC-II CTI) bertujuan untuk: (1) mewujudkan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan dan terjaganya kesehatan ekosistem laut, (2) pengurangan by-catch, discards, dan dampak operasional trawl di Arafura terhadap keanekaragaman hayati.

1.7 Strategi Indonesia dalam melaksanakan project REBYC-II CTI “Strategies for trawl fisheries by-catch management” adalah: (1) Menerapkan konsep MGT Scheme dalam manajemen perikanan trawl di Arafura, (2) Merekomendasikan Manajemen Perikanan ADAPTIF (terbuka untuk selalu direvisi sesuai dengan perkembangan). Konsep MGT scheme terdiri dari:

Mapping, Gear type selection and TAE management. Mapping bermanfaat mengarahkan kegiatan penangkapan untuk menghindari (Avoidance) area yang ditetapkan dalam manajemen perikanan (area yang berpotensi tertangkapnya by-catch, terganggunya habitat dan ekosistem kritis dan perlindungan keanekaragaman hayati). Gear Type selection bermanfaat untuk memilih teknologi penangkapan terbaik dari teknologi yang ada dimasyarakat yang dapat mengurangi (reduction) dampak terhadap habitat

& lingkungan. Total Allowable Effort Management bermanfaat

memelihara keuntungan dari perikanan trawl dalam pemanfaatan (utilized)

dan keseimbangan akses sumberdaya (Fairness) diantara semua kegiatan

penangkapan.

(7)

3 1.8 Penelitian menunjukkan bahwa pelaku penangkapan ikan khususnya nelayan, menyediakan waktu yang sangat banyak untuk melakukan pengamatan sejalan dengan pekerjaanya sebagai nelayan dibandingkan dengan peneliti. Nelayan dapat menjelaskan fenomena alam dan perikanan secara tepat (local knowledge), namun karena keterbatasan pengetahuan mereka (unedukatede) tidak dapat menjelaskan secara ilmiah. Hal ini menjadi tantangan yang sangat besar untuk membangun kerjasama antara pelaku perikanan dan peneliti dalam memperbaiki informasi ilmiah tetang kondisi usaha perikanan dan membangun partisipasi masyarakat dalam memperbaiki manajemen perikanan yang ADAPTIF.

1.9 Pedoman ini digunakan untuk menjelaskan tatacara dalam menerapkan tahapan Mapping dalam MGT scheme dengan sasaran utama untuk menghindari area yang berpotensi tertangkapnya by-catch (avoidance).

Peta disusun dengan cara menetapkan habitat penting (dari siklus hidup) target penangkapan yang telah mengalami gejala overfishing dalam rangka memulihkan stock (to recover overfished stocks).

2. RUANG LINGKUP, TUJUAN DAN MANFAAT 2.1 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari panduan ini adalah untuk memandu menyusun data dan informasi tematik dalam format yang dapat ditampilkan dalam bentuk data spatial dan temporal pada peta dasar, mulai dari pengumpulan data parameter dan indicator habitat, evaluasi untuk plotting habitat kritis, habitat ETP, habitat target species dari trawl, serta oceanography untuk peningkatan pengelolaan perikanan trawl di perairan Arafura.

2.2 TUJUAN

Tujuan dokumen ini adalah:

a. Panduan untuk mengenali peran parameter dan indikator habitat yang sangat relevan dengan kegiatan penangkapan ikan menggunakan trawl di perairan Arafura,

b. Panduan untuk menghimpun data dan informasi parameter dan indikator habitat (habitat kritis, habitat ETP, habitat dari target penangkapan trawl) sesuai periode relevansi data yang melibatkan pelaku penangkapan, lembaga riset (KKP & Non-KKP), Pemda.

c. Panduan untuk upaya sharing data tematik perikanan dan lingkungan

perairan untuk pengelolaan perikanan trawl di Arafura.

(8)

4 2.3 MANFAAT

Manfaat panduan adalah:

a. Pemahaman yang sama mengenai parameter dan indikator habitat perairan,

b. Keseragaman format dan mempermudah penyusunan data dan informasi tematik oleh stake holder,

c. Kemudahan sharing data dan informasi spatial dan temporal 2.4 “OUTCOME”

Peta tematik perikanan dan lingkungan perairan diharapkan:

a. Sebagai pegangan dan petunjuk untuk operasional kapal perikanan dalam rangka menghindari area perairan dan habitat kritis, seperti:

(i) Habitat kritis (perairan berkarang, mangrove, padang lamun dan estuary);

(ii) Habitat target spesies (spawning ground, nursery ground);

(iii) Habitat ETP species (jalur migrasi, nesting, rookery);

b. Sebagai panduan kegiatan operasional API trawl di Arafura untuk beroperasi di luar kawasan lindung (MPA) dan pemberlakuan zonasi

“spatial and/or temporal closure”.

3. LANDASAN HUKUM

Bagian ini membahas dasar peraturan yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam hal menghimpun informasi/ data sesuai dengan yang dibutuhkan.

Berdasarkan inventarisasi aturan dalam bagian ini, seharusnya setiap data yang dibutuhkan untuk pembuatan peta habitat dapat dipenuhi (dan telah tersedia) karena telah ada mandat kepada masing-masing institusi untuk menghimpun data-data tersebut.

Bagian ini merupakan tambahan dan merupakan bahan presentasi pada saat rapat Regional technical WS on data collection – trawl fisheries management information & data requirements (Bangkok, 8-11 Mei 2013)

Available data of trawl fishing in Arafura (Based on the existing regulations):

(9)

5 4. KARAKTERISTIK BY-CATCH, HABITAT KRITIS, HABITAT TARGET

SPESIES, DAN HABITAT ETP 4.1 Karakteristik By-catch

Bagian ini mencoba mendefinisikan by-catch: spesies apa saja dan/atau ukuran berapa, dll? Diharapkan dapat diperoleh kesepakatan spesies apa (dan/ atau ukuran berapa) yang perlu menjadi prioritas untuk dimonitor.

Best minimum requirements: jumlah spesies yang dimonitor sesedikit mungkin, namun spesies tersebut mewakili/ menggambarkan status/

karakteristik perairan tersebut.

Namun, hingga saat penyusunan zero draft ini belum dicapai kesepakatan.

Sehingga hanya karakteristik by-catch yang saat ini ditulis dalam zero draft ini (demikian halnya dengan International Guidelines on By-catch…, FAO hanya memuat karakteristik ini karena berbedanya definisi by-cath untuk setiap negara)

Available Data (Existing Regulation)

Mapping

(Fishing Activity to Avoid Critical Habitats)

Gear Type Selection (Best Fishing Gear Selectivity)

TAE Management (Manage Fishing Capacity) To improve data

quality & validity "Trust building among NWG members" "Implementation of Int'l bycatch guidline"

"Implementation of IPOA fishing capacity"

PER.18/MEN/2010 Log Book

 % Target Species (PI/PU)

 Catch Composition

 Decline Species

 Catch rate per lokasi (disederhanakan dari perusahaan)

 % Target Species

 % Economic Species

 Catch Per Unit Effort

 Reduce effort in critical habitat

 Productivity (standard value)

1/PERMEN-KP/2013 Observer

 % By-Catch % Discard

 Length Distribution (species target % species at risks/indicator)

 Prediction Nursery Ground)

 ETP hotspots (dari WWF)

 % Landed

 % Discard

 Gear Selectivity

Catch Rate every fishing ground

PER.13/MEN/2012 Catch Certificate No. 10/Permen- KP/2013 VMS

PER.07/MEN/2010 SLO

 Pattern Fishing Activity per minggu per jenis API & kapal pengangkut at fisheries management area (data pattern dari PSDKP per bulan)

 Tracking kapal yang ditempatkan observer

Illegal Fishing

PER.30/MEN/2012 License

PER.02/MEN/2011 jo No. 18/Permen- KP/2013 Fishing Gear Selectivity

 Fishing Ground Management (jumlah kapal & jenis API unit & GT)

 Pelabuhan pangkalan

 Gear selectivity

 LKU-LKP (hasil tangkapan)

 Fishing capacity

 Fish hold capacity

 Fairness access to fishing ground

Lembaga Riset dan Akademisi

 Oceanography figure

 Length Maturity

 Seabed and habitat figure

 Life-History Triangle of Target, Indicator and ETP species (sedentary, stradding or highly migratory stocks?)

 Selectivity of existing gear

 Develop gear modification (Towing speed & duration, Head rope, mesh size)

 Low cost fishing activity by gear

 Efficiency fishing gear

 Optimum license

PER.27/MEN/2009 Peta kapal menurut : ukuran GT, jenis API, bahan kapal

Fishing capacity

Central Gov't Revise regulation for more Responsible Fisheries

(10)

6 By-catch adalah ikan atau organisme lainnya yang tidak menjadi tujuan penangkapan untuk diperdagangkan sebagai konsumsi masyarakat.

Tertangkapnya by-catch tidak dapat dihindari pada perikanan yang memiliki beragam alat penangkapan dan keberagaman spesies, akibat sangat rendahnya selektivitas API. By-catch seharusnya tidak ditangkap, karena dapat merugikan secara ekologi dan/atau ekonomi.

The catch of fish or other animals and plants that a fisher did not intend/want to catch, did not use, or which should not be have been caught in the first place

Berbagai by-catch telah dipahami dalam perikanan antara lain:

a. jenis dan ukuran tidak secara khusus ditargetkan dalam perikanan;

b. endangered, threatened and protected species;

c. Juvenile, dan

d. organisme lainnya yang tidak digunakan.

4.2 Karakteristik Discard

Bagian ini mencoba mendefinisikan discards: spesies apa saja dan/atau ukuran berapa, dll? Diharapkan dapat diperoleh kesepakatan spesies apa (dan/ atau ukuran berapa) yang perlu menjadi prioritas untuk dimonitor.

Perlu untuk menyederhanakan (meminimalisir) jumlah spesies yang perlu dimonitor, sehingga memudahkan dalam operasional monev-nya. Namun, harus dipastikan bahwa spesies yang dimonitor tersebut benar-benar dapat menggambarkan karakteristik perairan tersebut.

Discard adalah by-catch yang dilepas atau dibuang ke laut. Discard dapat terdiri dari satu atau beberapa spesies yang mungkin hidup atau mati.

Dalam konteks ini discard adalah melepas ikan yang mungkin bertahan hidup dan membuang ikan yang mati.

Beberapa contoh permasalahan yang timbul akibat discard antara lain:

a. Perubahan ekologi melalui rantai makanan ikan mati atau melepas ikan yang tidak dapat bertahan hidup setelah dilepas;

b. Anggapan pemborosan ikan melalui discard, dan

c. Anggapan bahwa usaha penangkapan tidak berkelanjutan jika terlalu

banyak ikan dibuang apalagi ikan tersebut yang tidak masuk dalam

fisheries management plan.

(11)

7 4.3 Karakteristik Habitat Spesies Target

Di bagian ini perlu disepakati terlebih dahulu definisi & batasan tentang

‘spesies target’. Sebagai contoh, berdasarkan informasi yang ada bahwa kapal-kapal:

- nelayan skala kecil – semua yang tertangkap adalah spesies target

- pukat udang – hanya sekitar 5 jenis udang dan beberapa ikan ekonomis penting (berukuran besar) adalah target spesies

- yang berorientasi ekspor ke China – semua jenis ikan & semua ukuran adalah target spesies

- yang berorientasi ekspor ke Thailand – semua jenis ikan, berukuran >

300gr adalah target spesies (ada industry surimi di Thailand)

- yang berorientasi eskpor ke Taiwan – semua jenis ikan berukuran > 5 Kg adalah target spesies

- yang berorientasi ekspor ke Korea – hanya 5 s.d. 6 jenis spesies tertentu adalah target spesies

Selanjutnya, perlu didefinisikan karakteristik habitat feeding ground (=fishing ground?), habitat spawning ground, dan habitat nursery ground spesies target tersebut.

Karakteristik habitat adalah habitat penting yang merupakan bagian dari siklus hidup spesies yang menjadi target penangkapan.

a. FISHING GROUND

Daerah perairan dimana spesies target penangkapan (ikan/udang) tertangkap dalam jumlah yang maksimal.

Ciri-ciri:

- Kedalaman 10-40 meter - Produktivitas tinggi

- Dasar laut berpasir dan berlumpur b. NURSERY GROUND

Daerah perlindungan asuhan dan pembesaran bagi juvenil ikan/udang yang bertujuan untuk memulihkan ketersediaan stok sumber daya ikan/udang.

Ciri-ciri:

- Muara Sungai/estuaria atau daerah mangrove berpasir - Kedalaman perairan 5-10 meter

- Kaya makanan/nutrisi organik

c. SPAWNING GROUND

(12)

8 Daerah memijah (bertelur) bagi ikan/udang dewasa untuk melakukan siklus reproduksinya.

Ciri-ciri:

- Dasar laut berpasir dan berlumpur - Kedalaman 10-40 meter

- Salinitas berkisar 35 ‰.

Pada konteks ini yang dimaksud target penangkapan adalah dominasi nilai total hasil tangkapan (bukan harga per unit) yang didaratkan untuk konsumsi manusia oleh perikanan trawl di Laut Arafura.

- Udang: 5 ranking teratas - Ikan: 10 ranking teratas

4.4 Karakteristik Habitat spesies ETP (Penyu)

Karakteristik habitat spesies ETP adalah habitat penting yang merupakan bagian dari siklus hidup spesies ETP.

a. Rookery Ground ETP spesies

Rookery ground ETP penyu dicirikan sebagai tempat hidup penting bagi kelangsungan hidup spesies ETP. Wilayah ini meliputi tempat peneluran (nesting ground) dan tempat mencari makan (foraging ground) dalam suatu kawasan tertentu.

b. Migration ETP spesies

Jalur perlintasan pada spesies ETP dapat diperoleh melalui informasi data insitu, Hal ini dapat dipantau melalui tagging satelit yang dipasang pada spesies ETP.

Pada spesies penyu yang terdapat di perairan Arafura ditemui sebanyak 4 jenis penyu, yaitu : Penyu Lekang, penyu hijau, penyu sisik dan penyu belimbing.

4.5 Karakteristik Habitat Kritis untuk operasional trawl

Bagian ini berusaha memberikan “definisi dan batasan” habitat kritis dan peranannya bagi pengelolaan perikanan trawl Arafura. Workshop terakhir menyepakati 4 habitat (mangrove, padang lamun, coral reef, dan estuary).

Apakah seluruh habitat tersebut ‘harus’ dimonitor atau dapat

disederhanakan hanya 1 atau 2 habitat yang benar-benar berpengaruh

signifikan bagi pengelolaan perikanan trawl Arafura? Apa syarat agar

habitat tersebut masih bisa berkontribusi bagi pengelolaan perikanan

trawl?

(13)

9 Habitat kritis terkait perikanan trawl, meliputi:

a. Mangrove b. Padang Lamun c. Coral Reef d. Estuari

4.6 Parameter & Indikator Habitat

Parameter dan indikator yang mempengaruhi habitat, meliputi:

a. Oseanografi meliputi : (1) Arus

(2) Salinitas (3) Suhu (4) Substrat (5) sedimen (6) Upwelling (7) Bathymetri (8) Pasang surut b. Biologi meliputi :

(1) Klorofil (2) Benthic (3) TKG

(4) Length frequency

(5) Komposisi ikan dan ETP (6) Sex ratio

c. KIMIA meliputi:

(1) DO (2) Fosfat (3) Nitrat

d. Limbah meliputi:

(1) Ghost net

(2) Marine debris (termasuk plastic) (3) Polution

5. PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI SERTA EVALUASI DATA 5.1 Pengumpulan data dan informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui peran serta lembaga

penelitian, akademisi dan pelaku usaha dan observer. Parameter dan

indikator yang disampaikan adalah sebagai berikut:

(14)

10 5.1.1 Stakeholder menyampaikan data dan informasi dalam bentuk peta

tematik, antara lain:

No Stakeholder Jenis data yang tersedia

Keterangan 1 P4KSI Distribusi kelimpahan

stok

Demersal dan pelagis TKG

Length frequency

Fishing ground, Nursery ground, dan Spawning ground

2 P2O-LIPI Arus

Salinitas Suhu

Substrat (tipe dasar) Upwelling

Klorofil Bathymetri

3 BBPPI Fishing base jenis API Arafura

Penyebaran API Rumah Ikan

Catch composition

Produktivitas (CPUE) Data Perusahaan

4 BPOL Klorofil a Citra satelit 2010

Suhu permukaan laut Citra satelit 2010 Tinggi permukaan laut Citra satelit 2010 Peta prakiraan daerah

penangkapan ikan

5 BIG Peta dasar garis pantai citra satelit tahun 2011

Peta tematik terumbu karang

citra satelit tahun 2010

Peta tematik Mangrove citra satelit tahun 2009

Peta tematik padang lamun

citra satelit tahun 2010

6 KP3K Peta Tematik MPA

KKLD

7 PSDKP Penyebaran aktivitas kapal ikan per bulan lokasi kasus tindak pidana perikanan

8 WWF Jalur Migrasi penyu

(15)

11 No Stakeholder Jenis data yang

tersedia

Keterangan Rookery penyu

By-catch ETP

9 STP/IPB Catch composition Studi mahasiswa Catch rate

10 SDI Catch rate (total, jenis) Hasil evaluasi logbook

& observer Komposisi ikan

Length frequency

11 Dinas KP Kawasan konservasi (sasi/ petuanan)

Kawasan budidaya izin daerah

Hak ulayat

Sentra nelayan dan jumlah kapal

12 PUP Pelabuhan pangkalan Basis SIPI Fishing ground PI & PU

Produktivitas Basis LKU & LKP 13 Pelaku usaha

(kapten)

catch composition logbook 14 Dit. Pelabuhan

Perikanan

catch rate Petugas pelabuhan Lokasi pelabuhan

Fasilitas BBM

15 Hakim Ad hoc Posisi, jenis dan waktu kasus

Data dari Aparat Penegak Tindak Pidana Perikanan 5.1.2 Untuk keseragaman data dan informasi tematik perikanan dan

lingkungan perairan menggunakan:

a. Peta dasar (digital) bersumber dari BIG yang ditampilkan melalui portal Indonesia go.id pada alamat:

http://www.indonesia.go.id/in/component/content/article/11408 - Klik tombol Sign-up, register data diri

b. Data dan informasi tematik ini disusun menggunakan format Microsoft Excel (terlampir):

- Kolom 2: Latitude (data digital berupa titik koordinat ditulis dengan rumus, misalnya: koordinat 06

0

38’ 39” ditulis

“=sum{06+(38/60)+(39/3600)* (-1)}”.

KET: Jika posisi di lintang selatan (LS), dikalikan factor (-1), Jika

posisi di lintang utara (LU) dikalikan dengan faktor 1

(16)

12 - Kolom 1: Longitude (data digital berupa titik koordinat ditulis dengan rumus, misalnya: koordinat 135

0

38’ 39” ditulis

“=sum{135+(38/60)+(39/3600)}”

NOTE: Penulisan yang tidak sesuai dapat berakibat data digital tidak dapat dibaca, sehingga tidak dapat ditampilkan dalam peta dasar

c. Data digital selanjutnya dikonversi (Save As) dengan ekstensi

“.csv” sehingga dapat diupload pada peta dasar butir (a):

d. Data-data dan informasi yang sudah dalam format GIS dibuat menggunakan datum WGS 84 supaya dapat diupload pada peta dasar butir (a),

e. Data-data dan informasi yang telah diupload agar disimpan (Save) dan di-sharing ke sekretariat melalui e-mail:

[email protected]

Masih ada anggapan bahwa fishing ground (koordinat penangkapan):

- adalah rahasia bagi kaptain/ perusahaan, enggan untuk berbagi info - menulis titik koordinat tidak mudah (merepotkan) nakhoda.

Apakah dimungkinkan jika pelaporan logbook maupun pencatatan data observer on-board tidak ditulis titik koordinat, melainkan area Arafura dibagi menjadi beberapa persegi?

- Berapa resolusi - setiap berapa derajat lintang x derajat bujur (misal: 0,50 x 0,50 atau 10 x 10)?

- Apa yang menjadi dasar penentuan resolusi tersebut?

5.2 Evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan

5.2.1 Evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan dilaksanakan melalui workshop setiap tahun berdasarkan tematik perikanan dan lingkungan perairan di atas untuk mendeskripsikan habitat kritis, habitat penangkapan dan lingkungan guna memperbaiki langkah- langkah pengelolaan perikanan trawl di Laut Arafura.

5.2.2 Dalam workshop yang laksanakan 2 kali setahun yang dihadiri stakeholder perikanan trawl di Arafura dilakukan analisa data sharing baik bersama-sama maupun oleh masing-masing instansi/unit

5.2.3 Hasil workshop menjadi masukan kepada pemerintah untuk

memperbaiki manajemen perikanan ADAPTIF di perairan Arafura

(17)

13 6. KOMPILASI PETA TEMATIK MENJADI ATLAS PENGELOLAAN

PERIKANAN TRAWL DI ARAFURA (HARD COPY) 7. RENCANA AKSI SHARING DATA DAN INFORMASI

7.1 Pelatihan penyiapan dan penyusunan data dan informasi tematik untuk GIS yang dapat diupload (Oktober 2013)

Pelatihan GIS akan diselenggarakan di sekitar Jakarta, dengan instruktur Staf Bakosurtanal, sedangkan peserta pelatihan adalah wakin dari stakeholder yang dapat berpatisipasi untuk sharing informasi. Pelatihan ini diharapkan menjadi TOT (train of trainer) yang dapat menlakukan transfer pengetahuan kepada staf lain dalam unit kerja yang berpartisipasi.

7.2 Kompilasi Data dan Informasi tematik oleh Sektrtariat. (Oktober- Nopember 2013)

Sekertariat Rebyc-II pro-aktif menghimpun data yang tersedia untuk dibuatkan layer masing-masing indicator berdasarkan sumbernya dan di gambarkan (plotting) pada peta dasar. Hasil Kompilasi akan didistribusikan kepada stakeholder lainnya yang mempunyai kompetensi dalam membahas kondisi perikanan trawl di Laut Arafura.

7.3 Workshop evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan (November 2013)

Workshop dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin unsur yang memiliki kompetensi dalam perikanan trawl yang diharapkan dapat lebih mendalami pembahasan aspek biologi udang dan demersal, aspek ekosistem, aspek ekonomi perikanan dan aspek sosial, tanpa meninggalkan keberlangsungan usaha perikanan trawl di Laut Arafura..

Hasil workshop diharapkan dapat menentukan dan merekomendasikan :

1) Zonasi untuk permanen closure atau temporal seasonal closure, sebagai masukan langkah-langkah dalam manajemen perikanan trawl di Laut Arafura. Hal tersebut harus didasarkan pada teknologi yang ada serta mengatur keseimbangan carrying capacity dari zonasi penangkapan dari stok target penangkapan dengan profitability fishing effort trawl.

2) Tindak lanjut penelitian dari stok target dan habitatnya yang dapat

didukung oleh perusahan penangkapan melalui partisipasi pelaku

penangkapan ikan menggunakan trawl seperti :

(18)

14 a. pengumpulan data penangkapan menggunakan log book yang lebih

spesifik dan mudah.

b. Menentukan species target penangkapan yang perlu dimonitor bersama secara berkelanjutan untuk melihat dinamika populasi, seperti length frequency per area per bulan.

c. Menentukan by-catch penangkapan yang perlu dimonitor bersama secara berkelanjutan.

d. Partisipatori menyediakan sample udang/ikan target utama untuk menentukan fecundity dll.

3) Rencana Aksi yang dapat diterapkan melalui kesepakatan di tingkat stakeholder, sebelum dituangkan dalam peraturan menteri. Beberapa hal yang dicoba untuk diterapkan dalam manajemen perikanan trawl ADAPTIF adalah :

a. Spatial and temporal measures

b. Penerapan control terhadap kapasitas penangkapan dan effort di area dimana sering terjadi tertangkapnya by-catch yang mempunyai dampak penting terhadap ecosystem. Penerapannya mengacu pada FAO (1999) IPOA Fishing Capacity.

c. Pemberian jenis insentif yang dapat diterapkan kepada pelaku perikanan trawl yang patuh mengikuti aturan.

d. Menentukan dan mengusulkan jenis tematik peta habitat yang dapat diintegrasikan dalam peta VMS.

4) Kunci keberhasilan penerapan manajemen ADAPTIF perikanan Rencana aksi yang sederhana dan dapat membangun kepercayaan diantara stakeholder, akan mempermudah proses pengambilan keputusan dan memperlancar penerapan manajemen ADAPTIF melalui pengendalian bersama.

7.4 Produksi peta dan distribusi (Desember 2013)

Peta zonasi pengelolaan penangkapan trawl di Laut Arafura, dicetak dalam bentuk poster sebagai bahan diseminasi kepada seluruh stakeholder perikanan trawl di Laut Arafura.

Peta ini harus dijadikan acuan dalam operasi penangkapan dan dalam

implementasinya diharapkan seluruh pelaku perikanan berpartisipasi

memonitor kegiatan penangkapan trawl di zonasi yang telah dsepakati

bersama.

(19)

15 Implementasi Peta antara lain:

1) Critical Habitat yang perlu dihindari dan dilarang untuk kegiatan penangkapan

2) Spatial and temporal seasonal closure area penangkapan perikanan trawl untuk recovery stok target.

3) Kontrol lama penangkapan per kapal trawl (limited trip) berdasarkan produktifitasnya untuk mengurangi tertangkapnya by-catch.

4) Lain-lainnya.

Jadwal Rencana Aksi

Kegiatan

2013

Oktober November Desember Pelatihan penyiapan dan penyusunan data

dan informasi tematik untuk GIS yang dapat diupload

Kompilasi Data dan Informasi tematik oleh Sektrtariat.

Workshop evaluasi kondisi perikanan dan lingkungan perairan

Produksi peta dan distribusi

(20)

16 8. Lampiran :

Panduan Menampilkan Data Tematik Berbasis GIS (koordinat) dari Spreadsheet file MS Excel ke InaGeoportal

”Strategies for Trawl Fisheries By-catch Management (REBYC-II CTI)”

Panduan Menampilkan

Data Tematik Berbasis GIS (koordinat) dari Spreadsheet file MS Excel ke InaGeoportal

INDONESIA, 2013

(21)

17

C T I) D ata tab le ko mp o si si tan g kap an ( Ob ser ve r R E B Y C I I C o n to h F o rmat D a ta

(22)

18

D ata K o mp o s iai H asi l T an g kap an H ar ian Pe ri o d e 2 s /d 15 Ju li 2013 ( O b ser ver R E B Y C II C T I)

(23)

19 2. Ubah Format Koordinat Menggunakan Rumus

- Kolom 1: Longitude (data digital berupa titik koordinat ditulis dengan rumus, misalnya: koordinat 135 0 38’ 39” ditulis “=sum{135+(38/60)+(39/3600)}”

- Kolom 2: Latitude (data digital berupa titik koordinat ditulis dengan rumus, misalnya: koordinat 06 0 38’ 39” ditulis “=sum{06+(38/60)+(39/3600)* (-1)}”.

Keterangan : Jika posisi di lintang selatan (LS), dikalikan factor (-1), Jika posisi di lintang utara (LU) dikalikan dengan faktor 1

Catatan : Penulisan yang tidak sesuai dapat berakibat data digital tidak dapat dibaca, sehingga tidak dapat ditampilkan dalam peta dasar

Penyusunan worksheet diseragamkan sebagai berikut (berurutan)  database sekretariat:

a. Kolom 1 : LATITUDE (rumus) b. Kolom 2 : LONGITUDE (rumus) c. Kolom 3 : LATITUDE_derajat d. Kolom 4 : LATITUDE_menit e. Kolom 5 : LATITUDE_detik

f. Kolom 6 : Utara/ Selatan (LU/ LS) g. Kolom 7 : LONGITUDE_derajat h. Kolom 8 : LONGITUDE_menit i. Kolom 9 : LONGITUDE_detik j. Kolom 10 : Timur/ Barat (BT/ BB)

k. Kolom 11 : TANGGAL (1 kolom: dd/mm/yyyy) l. Kolom 12 : institusi kontributor (nama kapal) m. Kolom 13 : institusi kontributor (perusahaan) n. Kolom 14, dst : data (sesuai tematik)

Penyusunan format lapangan diseragamkan sebagai berikut:

a. Kolom 1 : LATITUDE (rumus) b. Kolom 2 : LONGITUDE (rumus) c. Kolom 3 : LATITUDE_derajat d. Kolom 4 : LATITUDE_menit e. Kolom 5 : LATITUDE_detik

f. Kolom 6 : Utara/ Selatan (LU/ LS) g. Kolom 7 : LONGITUDE_derajat h. Kolom 8 : LONGITUDE_menit i. Kolom 9 : LONGITUDE_detik j. Kolom 10 : Timur/ Barat (BT/ BB)

k. Kolom 11 : TANGGAL (1 kolom: dd/mm/yyyy) l. Kolom 12 : institusi kontributor (kapal)

m. Kolom 13 : institusi kontributor (perusahaan)

n. Kolom 14, dst : data (sesuai tematik)

(24)

20

(25)

21

3. D ata d is imp an d al am fo rmat * .cs v

(26)

22

C at at an : s a tu file * .c s v han y a da pat be ris i s a tu w o rhs h eet , jadi file haru s diber i nam a s pe s ifik s es uai denga n da ta .

(27)

23

4. M en amp ilkan D ata T emat ik ke A tas Peta D ig ital h ttp :/ /tan ah a ir .in d o n esi a. g o .id /h o m e/

(28)

24

ht tp :// tanahai r. indo nes ia .go. id/ hom e /w ebm ap/ v iew er. h tm l?us eE x is ting= 1

(29)

25

Pi lih f ile tab le ko mp o si si tan g kap an -M aster o k 2. csv

(30)

26

5. H as il

(31)

27

Peta d ap at d is imp an (“ sa ve” ) tet ap i h ar u s sig n u p me n jad i p en g g u n a te rl eb ih d ah u lu . Ji ka kl ik d i s al ah s atu ti tik , a kan mu n cu l p o p u p b er isi in fo rmasi yan g t e rd ap at d i d al a m d ata.

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan dan

Rinitis vasomotor merupakan suatu gangguan fisiologik neurovaskular mukosa hidung dengan gejala hidung tersumbat, rinore yang hebat dan kadang – kadang dijumpai adanya bersin

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Untuk sistem otomasi kerja governor sederhana sebagai pengatur frekuensi keluaran generator dengan kontrol PLC dapat dilihat diagram blok kerjanya adalah sebagai

• 17-24 Juni diadakan Kongres yang ketiga di Bandung ini dinamakan kongres (S.I) Nasional yang pertama 80 SI daerah mengirimkan utusan dengan jumlah anggota 360.000 jumlah

Metode yang digunakan untuk analisis kadar air adalah gravimetri, yaitu sam pel dipanaskan pad a suhu 110°C selama 4 jam, analisis rasio O/U juga menggunakan gravimetri yaitu

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMITMEN

Hal ini dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu diawali dengan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang menyebabkan kepayahan otot jantung dalam memompa, maupun