• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA

Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar

siti.reskinanda03@gmailcom

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide, atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Dalam proses berbicara, pembicara merupakan komunikator, dan pendengar merupakan komunikan.

Dalam menyampaikan informasi, secara lisan seorang pembicara harus mampu menyampaikannya dengan baik dan benar agar informasi tersebut dapat diterima oleh pendengar. Oleh karena itu, kemampuan berbicara yang baik, menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.

Keterampilan bahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Dipihak lain,

(2)

2

dalam membaca si penerima pesan berupaya memberikan makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.

Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim harus memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus memiliki keteramplilan dalam melakukan proses decoding. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain tergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru, dan wartawan.

Ada 4 aspek keterampilan berbahasa Indoneia yaitu mendengar (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis.

Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian keterampilan berbicara?

2. Apa saja aspek-aspek dalam pengaplikasian keterampilan berbicara?

3. Bagaimana keterkaitan aspek berbicara dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya?

4. Bagaimanakah aplikasi keterampilan berbicara dalam pembelajaran?

(3)

3 BAB II PEMBAHASAN A.1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan erat dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7).

Pengertian menyimak menurut beberapa ahli :

1. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

2. Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu

(4)

4

diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

3. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.

4. Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

5. Menurut Mulgrave (1954:3-4) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Jadi pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.

A.2. Aspek-aspek Dalam Pengaplikasian Keterampilan Berbicara Keterampilan bahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut.

1. Keterampilan menyimak (listening skills) 2. Keterampilan berbicara (speaking skills) 3. Keterampilan membaca (reading skills) 4. Keterampilan menulis (writing skills)

(5)

5

Keempat keterampilan bahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.

Tabel 1: Empat Aspek Keterampilan Bahasa

Ciri-ciri Lisan Tulisan

Reseptif Mendengarkan Membaca

Produktif Berbicara Menulis

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan bahasa berhubungan satu sama lain.

1. Keterampilan menyimak (listening skills)

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya.

Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang

(6)

6

diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.

Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:

a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory);

b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;

c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata;

d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;

e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);

f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;

g. menebak makna dari konteks;

h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);

i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;

j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);

k. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

2. Keterampilan berbicara (speaking skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan

(7)

7

secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat:

a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;

b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;

c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;

d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;

e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;

f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;

g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

3. Keterampilan membaca (reading skills)

(8)

8

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara.

Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah:

a. mengenal sistem tulisan yang digunakan;

b. mengenal kosakata;

c. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;

d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;

e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;

f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi;

g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;

h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;

i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan;

j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;

k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;

l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan- tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide- ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

(9)

9 4. Keterampilan menulis (writing skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran- pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk:

a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;

b. memilih kata yang tepat;

c. menggunakan bentuk kata dengan benar;

d. mengurutkan kta-kata dengan benar;

e. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;

f. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;

g. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan;

h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;

i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.

(10)

10

A.3. Keterkaitan Aspek Berbicara Dengan Aspek Keterampilan Berbahasa Lainnya

yaitu antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.

a) Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.

Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.

b) Hubungan Berbicara dengan Membaca

Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.

Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.

Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca.

Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.

c) Hubungan Berbicara dengan Menulis

Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif- ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi.

Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui

(11)

11

bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.

A.4. Aplikasi Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, pengaplikasian berbicara sangat dibutuhkan demi meningkatkan keterampilan berbicara.

1. Ada beberapa metode atau teknik dalam melatih keterampilan berbicara, diantaranya :

1) Metode Jigsaw.

Metode jigsaw adalah metode pidato tanpa teks.

2) Metode Audio-lingual

Metode Audio-lingual adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khotbah dan lain-lain.

2. Azies dan Alwasilah (1996) tiga jenis teknik dan metode dalam pengajaran berbicara, yaitu :

a. Diskusi dan debat

Diskusi dan debat merupakan kegiatan berbicara yang paling mudah dilaksanakan, karena dalam diskusi siswa tidak dibatasi oleh topik – topik tertentu. Semua topik yang bermanfaat untuk dipikirkan dapat dijadikan bahan atau materi dalam kegiatan berbicara.

Dengan memasukkan topik – topik menarik yang sedang terjadi di sekitar kita, dalam kegiatan berbicara, guru bisa menciptakan suasana

(12)

12

mental pembelajar yang kita kehendaki. Dalam sebuah diskusi kita bisa membentuk kelompok, karena dalam situasi kelompok kecil setiap orang berkesempatan mengemukakan dan bersilang pendapat dengan siswa lain.

Kemampuan interaksi siswa akan berkembang secara alami, seperti kontak mata, bahasa tubuh selain itu juga siswa mendapat pelajaran baru dalam kegiatan diskusi, yaitu siswa dapat belajar bagaimana melakukan strategi giliran berbicara, bagaimana menginterupsi, dan bagaimana mengungkapkan ketidaksetujuan atau kekecewaan.

b. Drama (Role Playing)

Bermain peran ( role playing) merupakan teknik yang banyak dipakai dalam program bahasa. Selain menyenangkan, bermain peran juga menawarkan pelarian mentak dari ruang suasana kelas. Teknik ini dapat dilakukan secara terkontrol, seperti mengikuti perkembangan logis suatu dialog dalam sebuah buku, atau bisa pula dilakukan secara bebas dengan membebaskan imajinasi dan kreativitas.

c. Information Gap

Information gap merupakan salah satu teknik pengajaran berbicara.

Istilah information gap ini mengacu pada bagian tertentu yang tak terpisahkan dalam komunikasi sehari – hari, yaitu pembicara mengatakan sesuatu yang belum diketahui oleh pendengar. Dan pendengar secara aktif mendekode dan mereaksi apa yang ingin dsampaikan oleh pembicara.

Selain tiga tenik yang telah diuraikan, ada satu teknik yang terbilang efektif dalam pengajaran berbicara, yaitu teknik cerita berantai. Teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali kepada siswa yang pertama1[3].

(13)

13

Pemilihan teknik cerita berantai ini, karena teknik ini mampu mengajak siswa untuk berbicara. Selain itu, dengan teknik ini, siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas serta mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu siswa diharapkan mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.

Hal tersebut sepadan dengan pendapat Tarigan, menurutnya penerapan cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya juga meningkat.

Penggunaan teknik cerita berantai ini memberikan beberapa manfaat dalam upaya peningkatan keterampilan berbicara siswa, yaitu:

1. Pembelajaran berlangsung lebih efektif

2. Keaktifan siswa lebih meningkat

3. Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa maupun antar

siswa dengan guru

4. Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik

Setiap teknik tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan teknik ini. Kelemahan dalam teknik ini, yaitu:

a. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari waktu belajar normal

b. Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian

c. Kalimat yang relative panjang sulit untuk disimak

Dalam memilih metode pengajaran, guru tidak hanya melihatnya dari sisi manfaat dan tujuan pengajaran saja. Tetapi, guru juga harus menyesuaikannya dengan kapasitas kemampuan siswa. Siswa berpikir bahwa kemampuan berbicara bahasa adalah produk dari belajar bahasa, tetapi berbicara juga merupakan bagian penting dari proses belajar bahasa.

Oleh karena itu, ada beberapa instruktur yang efektif yang dapat digunakan dalam mengajar siswa, yaitu :

a. Menggunakan Respon Minimal

Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah

(14)

14

satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran.

b. Mengenali Script

Script merupakan beberapa situasi komunikasi yang berhubungan dengan seperangkat informasi yang diprediksi dan diucapkan. Dalam script, hubungan antara giliran pembicara dan salah satu yang berikut sering dapat diantisipasi.

c. Menggunakan Bahasa Untuk Berbicara Tentang Bahasa (Metalingual)

Metalingual dapat digunakan siswa untuk membantu diri sendiri dalam pengetahuan mereka tentang bahasa dan keyakinan mereka dalam menggunakannya. Ini instruktur membantu siswa belajar untuk berbicara sehingga siswa dapat menggunakan berbicara untuk belajar. Instruktur juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek pemahaman.

Dari beberapa teknik dan instruktur yang telah diterapkan guru memilih metode yang tepat dalam pengajaran berbicara, karena berbicara merupakan proses interaksi lisan yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi.

(15)

15 BAB III PENUTUP

a. Simpulan

Kemampuan berbicara yang baik adalah kecakapan seseorang dalam menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar dapat dipahami pendengar. Untuk menjadi pembicara baik, pembicara harus mampu menangkap informasi secara kritis dan efektif, hal ini berkaitan dengan aktivitas menyimak. Apabila pembicara merupakan seorang penyimak yang baik maka ia mampu menangkap informasi dengan baik.

b. Saran

Dari uraian tersebut, kita tahu bahwa berbicara bukanlah pekerjaan mudah yang tidak perlu dipelajari. Untuk itu kita sebagai seorang guru harus mampu menjadi seorang pembicara yang baik karena kita selain sebagai seorang pendidik juga sebagai seorang informan yang memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan kepada siswa.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Buku praktis bahasa indonesia jilid 2 2009. Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

http://septimartiana.blogspot.co.id/2014/01/artikel-keterampilan- berbicara.html. Diakses pada 23 April, pukul 20.17 WITA.

http://keterampilanberbicarakimia13.blogspot.co.id/2013/11/keterampilan- berbicara-pengertian.html. Diakses pada 23 April, pukul 20.39 WITA.

http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2014/05/aspek-aspek- keterampilan-dalam.html. Diakses pada 01 Mei, pukul 20.45 WITA.

http://duniayeniernawati.blogspot.co.id/2011/05/teknik-pengajaran- berbicara.html. Diakses pada 01 Mei, pukul 21.05 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH LATIHAN KOLASE BERBAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PAD A ANAK CEREBRAL PALSY D I SLB RISANTYA BAND UNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Metode numerik adalah teknik-teknik yang digunakan untuk merumuskan masalah-masalah matematika agar dapat diselesaikan dengan operasi-operasi aritmatika (hitungan) biasa

Perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin disebabkan respon atas pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa rencana Bank Sentral

Bayi baru lahir yang tidak bernapas atau apnea setelah dilakukan tindakan resusitasi awal membutuhkan tindakan resusitasi lanjutan pada penelitian ini yaitu ada 9 bayi, dan

 Mengukuhkan jual beli dengan persaksian atau catatan (dokumentasi), karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual

Uji hipotesis menyatakan bahwa variabel profitabilitas, leverage, komite audit, dan dewan direksi berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hasil uji hipotesis

Two Stay Two Stray memberikan pengaruh yang sangat tinggi terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN 35 Pontianak Selatan, adapun simpulan secara khusus yaitu

Akhirnya skripsi dengan judul “ Pengaruh pemberian pupuk dan penanaman sayuran terhadap kualitas fisik tanah ” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains