• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari keunikan budayanya dengan cermat. Bali sebagai pulau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempelajari keunikan budayanya dengan cermat. Bali sebagai pulau"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bali terkenal dengan budayanya yang unik. Berbagai tradisi yang mencerminkan adat Bali telah menarik banyak orang luar untuk mempelajari keunikan budayanya dengan cermat. Bali sebagai pulau wisata yang terkenal dengan keindahan pulaunya, juga terkenal melalui kultur religiusitasnya. Berbagai tradisi yang mencerminkan adat Bali telah menarik banyak orang luar untuk mempelajari keunikan budayanya dengan cermat. Dikenal sebagai “Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura”

yang di dominasi oleh mayoritas penduduk yang beragama hindu, Pulau Bali juga dihuni oleh penganut agama lain seperti Islam, Katolik, Protestan, Buddha, serta Kong hu cu.

Memiliki penduduk yang majemuk dan beragam tidak menimbulkan perpecahan pada kehidupan kemasyaratannya. Realitas ini justru melahirkan sikap toleransi antar umat beragama di Bali yang dapat terlihat dari hampir tidak pernah terdengar adanya bentrok antar agama di Pulau Dewata ini. Semua masyarakatnya hidup dengan damai dalam tradisi dan adat yang mereka yakini. Sebagai mahkluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari lingkungan masyarakat tempat mereka hidup bersama, serta berinteraksi dengan individu yang lain. Seperti yang di sebutkan oleh Subadi (2008: 83) yang mengatakan, “manusia hidup dalam masyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama

(2)

2 lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses dari interaksi sosial”.

Pertukaran sosial merupakan teori sosiologi yang berkaitan dengan tindakan yang saling memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar individu, berdasarkan tatanan sosial tertentu.

Objek yang ditukarkan dapat berbentuk benda nyata (materi) maupun tidak nyata (non-materi) yang lazim terjadi dalam sebuah hubungan sosial. Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Adanya pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu, serta pengaruh individu terhadap lingkungannya merupakan hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal).

Fenomena pertukaran sosial banyak terjadi di Indonesia seperti pada tradisi pernikahan. Terdapat keragaman dalam tradisi pernikahan di seluruh nusantara, salah satunya dalam hal seberapa besar uang atau mahar yang harus dikeluarkan untuk menikah. Salah satunya terjadi dalam pernikahan adat sumba yaitu “Belis”. Dimana dalam tradisi pernikahannya keluarga laki – laki dan perempuan yang ingin menikah harus mengeluarkan uang dan sejumlah mahar yang sudah ditentukan untuk dipertukarkan dalam pernikahan guna menandakan sahnya sebuah ikatan perkawinan. Hal serupa juga ditemukan pada daerah yang berbeda yaitu; Nias, Kalimantan Selatan, Aceh, Bugis, dan Suku Sasak di Lombok Tengah. Dimana dalam melangsungkan pernikahan diperlukan untuk membayar mahar yang cukup

(3)

3 tinggi sesuai dengan kesepakatan kedua keluarga demi terselenggaranya sebuah pernikahan dan dapat mempersunting seorang wanita pilihannya.

Hal tersebut juga terjadi di Bali, dengan mayoritas masyarakat bergama hindu ternyata identitas-identitas sosial masih bisa berintraksi secara lebih alamiah. Sebagai salah satu kabupaten dari sembilan kabupaten/kota yang berada di Provinsi Bali, Klungkung merupakan kabupaten yang sukses menerapkan konsep toleransi, karena masyarakatnya dapat hidup berdampingan dalam beragam keyakinan. Terdapat 6 (enam) agama yang di akui Indonesia yaitu Islam, Hindu, Katolik, Protestan, Buddha, dan Konghucu yang dapat di temukan di Klungkung. Di tengah realitas masyarakatnya yang rukun dan harmoni antar kelompok yang ada, menghasilkan fenomena pertukaran sosial yang terjadi secara tidak langsung pada masyarakatnya, seperti fenomena yang terjadi pada kelompok muslim Kampung Jawa dan masyarakat hindu di Kabupaten Klungkung. Sebagai kelompok agama yang paling banyak dianut nomer 2 (dua) di Bali, hubungan yang terjalin baik antara dua kelompok agama ini di dukung oleh sejarah panjang terkait kedatangan masyarakat Muslim ke Bali seiring dengan kejayaan Kerajaan Hindu di Nusantara. Hubungan yang telah terjalin sejak era kerajaan ini memberi imbas yang positif akan kerukunan dua kelompok agama tersebut di masa sekarang.

Kelompok Muslim di Klungkung terbagi menjadi berberapa kampung yang tersebar dan ditinggali oleh masyarakat Muslim, yang semuanya merupakan kampung kuno yang telah berdiri sejak jaman kerajaan seperti; Kampung Islam Gelgel, Kampung Lebah, Kampung

(4)

4 Jawa, dan Kampung Kusamba dan Toya Pakeh. Pada kawasan Kampung Jawa terdapat fenomena pertukaran sosial yang cukup unik. Pelaksanaan tradisi takbiran keliling di laksanakan pada tahun 2015. Masyarakat Kampung Jawa Klungkung rutin mengadakan kegiatan takbiran keliling, pada awalnya diinisiasi oleh Ketua Remaja Masjid Kampung Jawa Klungkung yang biasa dipanggil Herman bersama anggota Remaja Masjid Kampung Jawa. Dengan tujuan untuk mengaktifkan dan meningkatkan Sumber Daya Masyarakat (SDM) generasi muda yang telah lama vakum. Melalui niatan untuk mengaktifkan kembali remaja Kampung Jawa Klungkung, kegiatan takbiran keliling ini telah menjadi tradisi baru yang unik di Kampung Jawa Klungkung, yang rutin di selenggarakan tiap tahunnya sebagai perayaan menjelang hari raya Idul Fitri maunpun Idul Adha.

Relasi sosial antara umat beragama pada kelompok Muslim dan Hindu di Klungkung sejak dulu hingga sekarang dikenal dengan kerukunan antar umat beragamanya yang kokoh. Hubungan yang erat antara kedua kelompok umat beragama ini di latar belakangi oleh riwayat historis. Dhurorudin Mashad (2014) secara umum menyatakan bahwa proses terbentuknya kelompok Islam di Bali sangat erat berkaitan dengan kedatangan orang-orang muslim generasi awal, yaitu pada migrasi pertama kaum Muslim dari Jawa yakni pada era Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460) yang bertepatan era Hayam Wuruk memerintah Majapahit (1350-1389). Peristiwa tersebut terjadi ketika Dalem Ketut Ngelesir berkunjung ke Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Saat kembali ke Bali,

(5)

5 ia disertai oleh empat puluh orang pengiring yang beragama Islam. Ke empat puluh pengawal tersebut kemudian diijinkan menetap di Bali, dan bertugas sebagai abdi kerajaan Gelgel dan diberikan tempat tinggal di Desa Kampung Gelgel yang letaknya tidak jauh dari pusat kerajaan Gelgel yang terdapat di Klungkung.

Hal ini dapat menjadi tanda bahwa kedekatan sosial antar kelompok Hindu dan Muslim memanglah erat, bahkan sudah dianggap layaknya saudara (Nyama Selam) sejak jaman dahulu. Kaum Muslim yang telah mendapat tempat tinggal tersebut kemudian berkembang dan membentuk sebuah Kampung yang dinamai Kampung Gelgel, yang menjadi kelompok Muslim yang paling spesial, sebab Kampung Gelgel merupakan komunitas Muslim pertama di pulau dewata.

Kelompok Muslim yang sudah sejak lama ada cukup disegani oleh masyarakat sekitar yang mayoritas agama Hindu. Mereka hidup rukun, damai, penuh toleransi, bahkan terjadi akulturasi budaya diantara masyarakatnya. Sehingga, Bali di kenal sebagai wilayah kondusif bagi kehidupan toleransi beragama. Kelompok-kelompok Muslim yang sudah berakar sejak lama ini tak hanya menjadi komunitas eksklusif, tetapi juga berinterakasi dan bergaul secara sosial dengan masyarakat Hindu di sekitarnya. (Dhurrorudin Mashad, 2014)

Melalui rasa persaudaraan yang kental antar kelompok agama tersebut mendorong adanya pertukaran sosial di antara masyarakat. Hal ini meliputi pertukaran sosial antara masyarakat muslim Kampung Jawa

(6)

6 dan masyarakat hindu, menegenai hubungan sosial yang rukun dan harmonis karena terjalinnya rasa kasih sayang dan rasa saling hormat yang secara tidak sadar memberikan unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi antara kelompok Hindu dan Muslim beragama di Kabupaten Klungkung.

Pertukaran sosial antara masyarakat muslim dan hindu di Klungkung sangat kental. Apabila warga muslim sedang melakukan hajatan, biasanya masyarakat muslim dan hindu akan saling membantu.

Salah satu contohnya terlihat ketika menjelang hari raya Idul Fitri/ Idul Adha, masyarakat hindu juga ikut berpartisipasi dalam menyemarakkan tradisi takbiran keliling dengan iringan gamelan bali (beleganjur), yang diikut sertakan dalam takbiran keliling yang diselenggarakan oleh umat muslim Kampung Jawa. Kegiatan takbiran keliling awalnya diadakan oleh Remaja Masjid Kampung Jawa pada tahun 2015 yang hanya di lakukan oleh warga Kampung Jawa di Kabupaten Klungkung dengan berjalan kaki sambil membawa obor mengelilingi kawasan Kampung. Namun, pada tahun berikutnya di tahun 2016 pihak Kampung Jawa Klungkung mulai mengundang Banjar Mergan Klungkung, yang telah di anggap sebagai saudara sekaligus tetangga kedalam perayaan malam takbiran, karena lokasi Banjar Mergan dan Masjid Al-Fatah yang berdekatan dan berada pada lingkungan yang sama. Di undangnya Seka Truna Truni (STT) Banjar Mergan ini sebagai undangan sekaligus pengiring, dengan memasukkan budaya lokal berupa gamelan bali (beleganjur) kedalam tradisi takbiran yang berlangsung.

(7)

7 Pelaksanaan tradisi takbiran keliling di Kampung Jawa Kabupaten Klungkung, sejak tahun 2016 mulai menggunakan kendaraan besar seperti; mobil terbuka yang di hiasi hiasan kubah dan bedug, iringan motor besar yang diberi hia san, serta gemerlap lampu hias. Dipilihnya sarana mobil terbuka tersebut guna memperluas jangkauan, memperpanjang rute takbiran, dan mempermudah jalannya banyak orang yang ingin bergabung.

Kegiatan takbiran keliling ini kemudian terus berlanjut setiap tahunnya dengan sekala yang makin membesar, dengan mengundang banjar lain di sekitar kawasan Kampung Jawa sebagai undangan di tahun 2017 yang berlangsung hingga saat ini. Total terdapat 6 banjar umat Hindu yang pernah mengikuti pawai takbiran keliling yang di selenggarakan oleh Kampung Jawa Klungkung ini yakni diantaranya;

Banjar Mergan, Banjar Pande Kota, Banjar Galiran, Banjar Ayung, Banjar Pekandelan, dan Banjar Tapean. Sebagai pengiring kegiatan pawai kelompok hindu Banjar Mergan mendapat sumbangan uang sebesar Rp.

300.000 sebagai dana untuk keperluan ritual yang diperlukan dalam persembahyangan alat-alat musik gamelan umat hindu sebelum di gunakan dalam pawai.

Masyarakat hindu melaksanakan tradisi ogoh-ogoh pada perayaan penyambutan hari raya nyepi, juga dibantu oleh masyarakat muslim pun yang ikut berpartisipasi dalam pengarakan pawai ogoh-ogoh yang di selenggarakan umat hindu tersebut. Perlu diketahui pengertian dari Ogoh- ogoh itu sendiri adalah agenda budaya dalam umat hindu yang dilakukan

(8)

8 sehari sebelum upacara Nyepi berlangsung. Kegiatan ini berupa pawai keagamaan menyusuri jalan protokol di kota Klungkung dengan mengarak boneka raksasa yang menyimbolkan ruh jahat yang di sebut “butha kala”.

Usai di arak, boneka langsung dibakar sebagai simbol melenyapkan angkara murka di dunia.

Pawai ogoh ogoh telah berlangsung di Bali sejak tahun 1980-an.

Partisipan masyarakat Muslim Kampung Jawa dalam kegiatan keagamaan dan budaya milik kelompok Hindu pada saat kegiatan pawai ogoh-ogoh seperti, setiap kali pawai ogoh-ogoh berlangsung banyak warga muslim yang berdiri disepanjang jalan protokol di Kabupaten Klungkung yang dilalui iring-iringan pawai, bahkan pada lingkungan Kampung Jawa sendiri sejak tahun 2005 terdapat kelompok masyarakat muslim yang turut serta membantu pembuatan patung ogoh-ogoh. Sebagian warga muslim lain juga memberikan sumbangan berupa barang-barang seperti koran-koran bekas untuk keperluan pembuatan ogoh-ogoh. Jika memberi sumbangan berupa uang, besar nominalnya biasanya beragam mulai Rp5.000 sampai Rp 50.000.

Menurut penjelasan subjek penelitian yang menyumbang dan berpartisipasi pada tradisi tersebut, ia menuturkan bahwa mereka melakukan hal itu sebagai bagian dari rasa kesenangan dan keinginan mereka untuk membangun toleransi dan keharmonisan. dan menganggap sebagai bentuk dari buah kesenian, dan bentuk dukungan akan pelestarian kebudayaan lokal Bali.Jaringan-jaringan sosial seperti itu sangat memperkuat dan berpengaruh terhadap melekatnya hubungan masyarakat antar etnis di Bali. Kerjasama

(9)

9 yang baik antar etnis dalam suatu masyarakat ini tentu akan mempermudah masyarakat dalam upaya mencapai kemajuan bersama. Masyarakat Klungkung dapat hidup berdampingan secara damai, meskipun terdapat perbedaan agama, masyarakatnya berhasil hidup rukun dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

Berdasarkan uraian tersebut, fenomena ini menjadi menarik untuk di diteliti secara mendalam. Perihal hubungan masyarakat yang berbeda agama dan memunculkan pertukaran sosial pada kelurahan tersebut.

Terjalinnya hubungan rukun dan harmonis antara Kelompok Muslim Kampung Jawa dan masyarakat Hindu di Klungkung yang saling menghormati menghasilkan terjalinnya rasa kekeluargaan di antara dua komunitas agama tersebut dan melahirkan pertukaran sosial.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah Bagaimana pertukaran sosial antar kelompok umat beragama?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pertukaran sosial antara umat beragama tentang tradisi perayaan malam takbiran Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori pertukaran yang digagas oleh George C. Homans dalam menjelaskan realitas pada

(10)

10 masyarakat plural yang memiliki perbeda agama, dan bermanfaat bagi yang akan melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti, hasil penelitian ini mampu memberikan pemahaman terkait pertukaran sosial antar umat beragama.

b) Bagi Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis.

c) Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran dan sumber informasi dalam memahami kehidupan masyarakat antar umat beragama, yang dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi para pembuat kebijakan.

1.5. Definisi Konseptual 1. Pertukaran Sosial

Pertukaran sosial menurut George C. Homans diartikan sebagai sebuah proses pertukaran yang bekenaan dengan perbuatan atau hubungan antara manusia, yang melibatkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran sosial ini bertumpu pada asumsi bahwa individu dalam masyarakat melakukan interaksi untuk memperoleh ganjaran (reward), atau menghindari hukuman (cost) (Poloma, 2003: 59).

2. Umat Beragama

Umat beragama menurut Forum Kerukunan Umat Beragama merupakan suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan serta perkembangan agama-agama besar, sepeti; Islam, Katholik, Kristen, Hindu, dan

(11)

11 Budha. Guna menuju sebuah kehidupan yang harmonis Kelompok umat beragama mempunyai peran penting bagi para anggota kelompoknya dalam kehidupan keagamaan, peran tersebut termasuk dalam menciptakan dan memelihara kehidupan yang rukun, baik di kalangan internal maupun antar kelompok dalam masyarakat., dengan pengertian kehidupan yang nyaman dan penuh tenggang rasa didalam kehidupan yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Riansyah, 2018).

3. Tradisi

Tradisi menurut Shils dikutip Piotr Sztopka (2011: 69) menyebutkan bahwa tradisi merupakan suatu kegiatan atau perilaku dan gagasan yang diwariskan dari kehidupan masa lalu yang masih dijalankan dan dijaga kelestariannya hingga saat ini (Hidayati, 2016: 30).

4. Takbiran

Takbiran berasal dari kata takbir yang dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti seruan membesarkan nama Allah SWT (Allahu Akbar) (Yasyin. 1997:

280-448). Kegiatan melakukan takbir biasa disebut oleh masyarakat dengan sebutan takbiran atau takbir mursal, merupaka kegiatan yang bertujuan untuk mengagungkan nama Allah SWT dengan penekanan kata takbir yaitu Allahu Akbar (Hidayati, 2016: 42).

1.6. Metode Penelitian

1.6.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Dengan mengangkat isu pertukaran sosial antara kelompok

(12)

12 beragama, pada tradisi takbiran keliling di Klungkung. Peneliti perlu mengetahui proses interaksi sosial antara komunitas Muslim dan Hindu, disaat proses pertukaran sosial itu terjadi. Sehingga disinilah letak pentingnya dari sebuah penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1992:29).

Menurut Moleong (2010:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Data penelitian didapatkan melalui pengumpulan data guna mendapatkan data yang lengkap, dimana pengumpulan data tersebut yaitu melalui; wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan dokumentasi lainnya. Setelah semua data terkumpul atau diperoleh, tahapan selanjutnya adalah menyelesaikannya dengan cara mengetik dan mengolah data tersebut agar dapat ditampilkan kedalam laporan penelitian. Data dalam laporan penelitian berupa deskriptif atau menggambarkan fenomena dari permasalahan yang diangkat melaui data dari teknik pengumpulan data di lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif karena di dalam penelitian “Pertukaran Sosial Antar Kelompok Umat Beragama”, data yang di peroleh berbentuk narasi, dengan menggambarkan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti ini mengeksplorasi dan

(13)

13 mengklarifikasi tema penelitian, dengan mendeskripsikan fenomena yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Melalui metode deskriptif kualitatif dirasa lebih relevan untuk mengkaji tema dalam penelitian karena metode ini akan memberikan gambaran yang jelas mengenai realita yang terjadi pada masyarakat tentang pertukaran sosial dan berusaha mendeskripsikan berbagai bentuk fenomena pertukaran sosial pada masyarakat Semarapura Klod Kangin, Kabupaten Klungkung. Dengan demikian, laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran dalam penyajian laporan tersebut.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Jawa yang belokasi di tengah Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Wilayah ini terbagi dalam 2 lingkungan yaitu Lingkungan Pande, Lingkungan Mergan. Lokasi Kelurahan Semarapura Klod Kangin terletak pada pusat kota Semarapura, yaitu berada pada sebelah selatan Desa Kamasan, sebelah barat Kelurahan Semarapura Klod, batas sebelah utaranya yaitu wilayah Kelurahan Semarapura Kangin, dan sebelah timurnya Kecamatan Dawan. Adapun luas wilayah Kelurahan Semarapura Klod Kangin mencapai 79,30 Ha, yang di huni oleh setidaknya 7.189 jiwa penduduk (data 2020).

Kelompok Muslim di Klungkung ini merupakan penganut agama nomer dua terbanyak setelah penduduk mayoritas yang beragama Hindu, Dimana masyarakatnya rata-rata bekerja sebagai pedagang di

(14)

14 pasar/berwirausaha, dan pegawai kantoran. Dari keberagaman yang terdapat di Kabupaten Klungkung melahirkan pertukaran-pertukaran sosial di tengah masyarakatnya khususnya seperti yang terlihat di Kampung Jawa ini. Fokus dari penelitian ini sendiri adalah ingin melihat dan mengetahui bagaimana pertukaran sosial antar kelompok umat beragama pada tradisi perayaan malam takbiran di Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

3. Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012 : 68). Dalam teknik penentuan subjek penelitian purposive sampling, subjek atau informannya telah dipilh sesuai dengan kriteria/syarat tertentu berdasarkan fokus yang di teliti. Dimana peneliti dalam melakukan penelitian telah mengetahui atau telah menentukan siapa yang akan dibuat menjadi subjek atau iforman. Sedangkan sampling merupakan cara menentukan siapa yang akan di wawanacarai sesuai dengan studi peelitianya. Sehingga melalui cara ini peneliti langsung menunjuk siapa yang akan dijadikan subjek atau informan dalam penelitiannya.

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling karena menentukan sendiri subjek dalam penelitian yang berjudul “Pertukaran Sosial Antar Kelompok Umat Beragama”. Karena penelitian ini memiliki fokus dalam subjeknya, maka menentukan subjek yang memenuhi

(15)

15 kriteria dalam menemukan informasi pada data lapangan maupun untuk diwawancarai sangatlah penting. Subjek dalam penelitian ini ialah masyarakat atau penduduk yang terlibat pada kegiatan pertukaran sosial dalam tradisi perayaan takbiran keliling di Kabupaten Klungkung.

Subjek atau informan terpilih berdasarkan syarat tertentu. Maka dari itu peneliti membuat pertimbangan dan kreteria sebagai berikut:

a. Masyarakat, masyarakat yang dijadkan subyek disini adalah masyarakat muslim dan hindu, yang telah berpartisipasi pada kegiatan pertukaran yang berjumlah empat orang.

b. Tokoh masyarakat, yakni Bendesa Adat dan Kepala Kampung Jawa orang yang memiliki peran serta memahami informasi adat dari kelompok yang berintraksi.

c. Tokoh Agama Islam, yakni orang yang memahami informasi akan sejarah Kampung dan tradisi takbiran di Klungkung yang berjumlah satu orang.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau dimana subjek penelitian dilakukan. Data ini diperoleh secara langsung dari subyek yang diteliti, dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dan observasi langsung dilokasi penelitian.

(16)

16 Peneliti menggunakan sumber data primer, guna mendapatkan informasi langsung dan aktual yang diambil dari masyarakat. Dalam penelitian ini, sumber data utamanya adalah dari dari subjek penelitian yakni masyarakat yang melakukan pertukaran sosial beragama antar umat beragama pada tradisi takbiran keliling di Klungkung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui arsip-arsip pemerintah dan media internet dari situs-situs yang terkait dengan konteks penelitian seperti jurnal hasil penelitian. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah jurnal hasil penelitian dan arsip dari kantor kantor kelurahan yang berupa deskripsi wilayah Kelurahan Semarapura Klod Kangin secara keseluruhan baik dengan kondisi geografis, topografis, monografis dari kelurahan guna memahami potensi daerah tersebut.

5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti ini, yaitu:

a. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010: 194) wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan data dari informan atau subjek mengenai penelitian, wawancara digunakan untuk mengumpulkan data untuk mendapatkan suatu informasi yang belum didapatkan dari data sebelumnya, sehingga diperlukan wawancara yang dilakukan

(17)

17 secara mendalam. Teknik pengumpulan data wawancara berfungsi memberikan data lengkap melalui suatu subjek, sehingga dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, sehingga informasi-informasi yang ingin didapat seputar topik penelitian, akan tergambarkan dalam daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara.

Dalam teknik wawancara peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur. Peneliti membuat membuat daftar pertanyaan sebagai panduan kemudian dilakukan pengembangan topikJdalam mengajukan pertanyaan sehingga peneliti dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai denganRkebutuhan informasi yang diinginkan. Wawancara semi-terstruktur digunakan karena dengan judul penelitian tentang “Pertukaran Sosial Antar Kelompok Umat Beragama”. Pihak yang diwawancarai bersifat formal dan non formal sehingga peneliti menyiapkan daftar wawancara sebagai panduan dan dapat diperdalam atau dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi tempat kejadian yang akan ditanyakan kepada subjek tersebut.

Wawancara ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencari data mengenai bagaimana tanggapan dan asumsi masyarakat mengenai pertukaran sosial dalam tradisi perayaan takbiran keliling di Kabupaten Klungkung. Peneliti menentukan subjek yang berhubungan langsung dengan menentukan kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:

(18)

18 a. Pada masyarakat kelompok muslim dan hindu, digunakan wawancara semi formal mencakup garis besar mengenai topik/fokus penelitian yang akan dibahas. Peneliti menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan mudah dipahami sehingga saat mengumpulkan data peneliti dapat menggali data dengan lebih dalam. Sehingga peneliti bisa mendapatkan pemahaman yang lebih banyak atas subjek yang di wawancara.

b. Pada tokoh masyarakat dan tokoh agama, digunakan wawancara formal dengan petunjuk umum yaitu dengan membuat kerangka dan garis besar pertanyaan yang akan ditujukan kepada subjek sebelum dilakukan wawancara.

Peneliti tidak mewawancarai subjek secara berurutan dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kerangka namun, mengembangkan jawaban yang diberikan dari subjek penelitian.

b. Observasi

Observasi ialah sebuah metode pengumpulan data dimana peneliti menagkap segala informasi yang telah mereka tangkap selama melakukan penelitian (W. Gulo, 2002: 116). Observasi merupakan sebuah aktivtas penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan pertanyaan penelitian yang melalui proses pengamatan langsung di lapangan.

(19)

19 Peneliti melakukan observasi agar dapat menyajikan gambaran realistik melaui perilaku atau kejadian, guna dapat menjawab pertanyaan, serta dapat membantujmengetahui kondisi lapangan. Dalam melakukan pengumpulan data peneliti melakukan observasi secara terus terang dengan cara menyatakan maksud dan tujuan kepada subjek bahwa sedang melakukan penelitian.

Sehingga subjek penelitian akan mengetahui aktivitas peneliti dari awal hingga akhir.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi karena melalui teknik wawancara saja tidak cukup. Peneliti langsung mengunjungi lokasi penelitian untuk dapat mengamati bagimana berbagai hal dan kondisi di lapangan, seperti aktivitas masyarakat dan bagimana hubungan dan interaksi sosial antar kelompok Muslim dan Hindu di Klungkung. Maka dalam melakukan penelitian, peneliti mengobservasi segala hal yang berkaitan dengan pertukaran sosial antara Kelompok Muslim dan Kelompok Hindu di Klungkung, sesuai dengan ketentuan yang di rumuskan pada metode Penentuan Subyek dan segala keadaan di sekitarnya yang berkaitan dengan perilaku subjek.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mencari data terkait dengan fenomena pertukaran sosial antara kelompok Muslim dan kelompok Hindu pada masyarakat Kelurahan Semarapura Klod

(20)

20 Kangin. Pengumpulan data melalui dokumentasi ini adalah untuk melengkapi penelitian. Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan tertulis atau gambar yang tersimpan mengenai sesuatu yang sudah terjadi. Dokumentasi tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam memberikan keabsahan data, membuat interpretasi dan penarikan kesimpulan (Djaelani, 2013).

Dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti lampiran gambar atau foto, data-data tertulis yang berhubungan dengan pertukaran sosial dalam tradisi perayaan takbiran keliling di Kabupaten Klungkung.

Dengan mengumpulkan dokumentasi dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian, kemudian ditelaah secara mendalam, dan dapat mendukung serta menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Sehingga dokumentasi ini berguna untuk mendukung data.

5. Tekhik Analisa Data

Teknik Analisis Data menurut Patton, dalam Lexy J Moleong ialah

“analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data itu (Lexy J. Meleong, 2002:280).

(21)

21 Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (1992 : 15- 19), adalah sebagai berikut;

Bagan 1. Proses Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu; wawancara, observasi, juga dokumentasi. Tiga cara tersebut dilakukan guna mendapatkan suatu informasi yang aktual dengan berfokus pada data penelitian yang diteliti. Dalam pengumpulan data tersebut peneliti harus fokus tentang apa yang akan diteliti, sehingga dalamJpengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi, datanya tidak berantakan dan tertuju dalam satu fokus pada penelitiannya tersebut.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah pr0ses pemilihan, penyederhanaan dan abstraksi. Dimana dalam penelitian memf0kuskan wilayah dan penelitian yang akan diteliti, maksudnya dalam hal ini jika melakukan penelitian harus memf0kuskan suatu wilayah, dimana harus melakukan penelitian diwilayah yang bersangkutan atau berhubungan dengan penelitian kita. Peneliti harus f0kuskan penelitian yang akan di teliti, pada suatu wilayah tersebut, guna

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Kesimpulan-Kesmpulan Penafsiar/Verifikasi

(22)

22 menemukan sebuah data hasil penelitian. Dalam hal ini reduksi data memf0kuskan pada pengabstrakan, dan transf0rmasi data yang kasar atau dikatakan dengan penyuluhan data yang akan diteliti atau menentukan wilayah yang akan diteliti.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu pengorganisasian informasi dalam melakukan penelitian, penyajian data didapatkan dari berbagai cara yaitu tentang keterkaitan kegiatan atau kegiatan yang berhubungan dengan penelitian yang di teliti, dimana kita mengikuti semua kegiatan untuk mendapatkan data yang akurat. Di dalam penyajian data terdapat sekumpulan informasi terstruktur untuk memberikan kemungkinan menarik dari kesimpulan serta pada mengambil tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan

Data yang diperoleh dari subjek dan informan tersebut akan ditarik kesimpulannya, sehingga dari data yang diperoleh dapat diketahui hasil dari penelitian tersebut. Penarikan kesimpulan ini merupakan hasil dari penelitian kepada para informan tersebut, yang ditambah dengan hubungan dari sebab akibat pada data tersebut.

Dari model bangan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam penelitian ini pertama peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data dari melakukan pengamatan langsung dilapangan dan subjek penelitian yang ada relevansinya dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kedua, data yang ditemukan di lapangan kemudian di reduksi yaitu proses mengedit data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Ketiga, penyajian data yang ada

(23)

23 disajikan sehingga dapat memberikan deskripsi yang jelas. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan rumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan dengan cara yang sistematis. Keempat, penarikan kesimpulan dimana peneliti melakukan analisa, mencari makna dari data yang ada sehingga dapat ditemukan tema dan pola hubungan dalam penelitian.

6. Uji Keabsahan Data

Validitas data adalah suatu data dari penelitian yang dilakukan dan akan mendapatkan hasil penelitian dari data tersebut yang telah dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2006 : 267). Teknik validitas data menurut Hamidi (2004 : 82-83):

a. Teknik trianggulasi antar sumber data, teknik pengumpulan data, dan dalam pengumpulan data melakukan penelitian ini, peneliti berkontribusi untuk mendapatkan partner untuk melakukan penelitiannya tersebut. Dimana partner peneliti ini membantu dalam hal mendapatkan informasi yang detail terhadap warga-warga yang bersangkutan dengan penelitiannya pada suatu wilayah tersebut, partner dalam peneliti membantu dalam mendapatkan informasi yang mendalam setelah warga diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dimintai jawaban dari warga tersebut.

b. Pengecekan kebenaran informasi, dalam melakukan pengambilan data dari informan maupun subjek, dalam data tersebut kita cek kembali atau melihat kembali apakah data tersebut telah mencakup dari

(24)

24 penelitian kita atau tidak, dan apakah data tersebut akurat, jelas dan praktis. Sehingga dalam pengecekan data tersebut akan diketahui kebenarannya.

c. Akan mendiskusikan suatu penelitian, dalam hasil penelitiannya akan didiskusikan bersama dengan semua anggota dan berkumpul bersama dalam satu ruangan untuk mendiskusikan hasil penelitian.

d. Perpanjangan waktu penelitian, cara ini dilakukan untuk menambah waktu dalam melakukan penelitian, sehingga dalam suatu penelitian kita dapat mengoreksi lebih dahulu atau mengecek terlebih dahulu apakah data yang kita dapatkan akurat, jelas, dan praktis.

Referensi

Dokumen terkait

Maka menurut Supardi (2008: 106) penelitian tindakan kelas merupakan salahsatu cara yang sesuai bagi pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan

Hasil penelitian pengembangan berupa media pembelajaran AR menunjukkan hasil sangat baik dan layak digunakan sebagai media pembelajaran , baik di kelas maupun

Pada staf audit yang berhadapan dengan manajemen klien yunior, 21 responden memilih untuk meminta bukti audit tambahan dan 4 responden memilih untuk tidak meminta

78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang dan Peraturan Menteri ESDM No 7 tahun 2014 Tentang Reklamasi dan Pascatambang, bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi dan

Kepala sekolah sebaiknya menyarankan kepada guru matematika, agar dalam proses pembelajaran matematika guru harus bias memilih model pembelajaran yang tepat, salah

Penelitian terhadap penerapan konsep bagi hasil pada LKS yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang penerapan konsep bagi hasil yang digunakan pada

Ketika ia diam dan keadaan sunyi, aku pun berkata kepadanya, “Aku memohon kepadamu dengan sunguh-sungguh agar Anda berkenan memberitahukan sebuah hadits (khusus) yang

Rencana untuk pemulihan dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, tidak hanya berdampak pada kemampuan proses komputer suatu perusahaan, tetapi juga akan