• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

I Kadek Agus Suryanata1, I Kadek Suartama2, Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri3

1 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, 3 Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: agus_suryanata26@yahoo.co.id1, ik-suartama@undiksha.ac.id2, dewiarum.wmp@undiksha.ac.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 122 siswa. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Sudaji yang berjumlah 26 siswa dan siswa kelas V SD Negeri 3 Sudaji yang berjumlah 26 siswa. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Dari hasil uji-t diperoleh thitung = 3,85 dan ttabel (db = 50 pada taraf signifikansi 5% ) = 2,021. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel , sedangkan hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping adalah 19,85 lebih besar dibandingkan dengan yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 15,62. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, Mind Mapping, Hasil Belajar IPA

Abstract

This study was aimed to determine the differences between of the science learning results of students who take the learning to Teams Games Tournament Coperative model plus mind mapping with students who take the lesson using the conventional model of the fifth grade of SD Cluster VIII, Subdistrict of Sawan, Buleleng Regency, in The Academic Year 2016/2017. The study was quasi- experimental. The population of this study was the all of the students that was 122 students in the fifth grade of of SD Cluster VIII, Subdistrict of Sawan, Buleleng Regency, in The Academic Year 2016/2017. The Samples of this research are students of class V SD No.2 Sudaji, which amounted to 26 students and students of class V SD No.3 Sudaji, which amounted to 26 students. Science student learning outcomes data collected by multiple choice tests. Data collected were analyzed using descriptive statistics analysis and inferential statistics (t-test). Judging from the t-test results obtained t count = 3,85 and t table (db = 50 at a significance level of 5%) = 2,021. This means that tcount>t table, while the result of the average calculation science learning outcomes that learning to Teams Games Tournament model plus mind mapping is 19,85 greater than that learned with the conventional model is 15,62. It means that Teams Games Tournament Coperative model plus mind mapping has an effect of students’ achievement in science lesson in the 5th Grade of SD Cluster VIII, Subdistrict of Sawan, Buleleng Regency, in the academic year 2016/2017.

Keywords: TGT type of cooperative learning model, Mind Mapping, result of science

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa.

Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya didukung oleh tujuan pendidikan nasional.

Seperti halnya yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi para peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berbagai upaya yang ditempuh dalam meningkatkan kualitas pendidikan antara lain, pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran, penyediaan media pembelajaran , serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan berarti apa-apa jika guru sebagai pondasi dasar pendidikan tidak berperan aktif didalamnya. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi.

Guru harus bisa menciptakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan suatu konsep. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA. IPA atau Sains adalah ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Sudana, Astawan, Kusmariyatni, Rati, Riastini, 2016:2). Tujuan IPA secara umum adalah membantu pemahaman siswa mengenai konsep-konsep pengetahuan tersebut dan keterkaitannya terhadap kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis, rasional, analisis, dan kriteria pada siswa dalam rangka mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng pada tanggal 07 Januari 2017, yaitu SD Negeri 1 Sudaji, SD Negeri 2 Sudaji, SD Negeri 3 Sudaji, SD Negeri 4 Sudaji, SD Negeri 5 Sudaji, dan SD Negeri 6 Sudaji, ditemukan permasalahan yaitu rata-rata hasil belajar Ulangan Akhir Semester (UAS) pada semester I mata pelajaran IPA kelas V tergolong rendah. Rata-rata UAS mata pelajaran IPA di Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Mata Pelajaran IPA Kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan

Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2016/2017 No Nama Sekolah Rata-Rata Nilai UAS KKM

1. SD Negeri 1 Sudaji 64,38 66

2. SD Negeri 2 Sudaji 60,80 68

3. SD Negeri 3 Sudaji 70,19 65

4. SD Negeri 4 Sudaji 65,54 71

5. SD Negeri 5 Sudaji 66,41 70

6. SD Negeri 6 Sudaji 63,92 65

(3)

Berdasarkan uraian di atas, menurut hasil wawancara dengan guru permasalahan tersebut muncul dikarenakan 1) Dalam pembelajaran IPA siswa hanya mengamati materi dalam buku, 2) Pola pembelajaran pada IPA cenderung masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional.

Selain guru, pernyataan hasil wawancara dengan siswa adalah sebagai berikut. 1) Siswa cepat bosan dalam menerima materi pelajaran IPA karena kurang maksimalnya guru menggunakan media pembelajaran, 2) Kegiatan diskusi dan presentasi pada kegiatan kelompok didominasi oleh siswa yang berkemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif, dan pisikomotor.

Hal ini dikarenakan ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berkaca dari hal tersebut maka guru dapat menggunakan model-model pembelajaran yang lebih inovatif yang nantinya dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT).

Model pembelajaran kooperatif TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement (Shoimin, 2014: 203).

Aktivitas belajar dengan model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Sintak model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu sebagai berikut. 1) Penyajian Kelas (Class Presentations), 2) Belajar dalam

Kelompok (Teams), 3) Permainan (Games), 4) Tournament dan Evaluasi, 5) Penghargaan Kelompok.

Dengan penerapan model pembelajaran ini, setelah belajar dalam kelompoknya masing-masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan dalam suatu pertandingan/turnamen. Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berlatar belakang berbeda.

Pembelajaran yang dilakukan melalui permainan secara berkelompok akan dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Pembelajaran yang optimal akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang optimal. Dalam pencapaian hasil belajar IPA yang optimal, diperlukan sebuah media yang mampu menghubungkan proses interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk itu dalam pengajaran mata pelajaran IPA salah satu media pendukung yang tepat digunakan adalah dengan menggunakan mind mapping.

Silberman (dalam Shoimin, 2014:105) menyatakan Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang di pelajari, atau merencanakan tugas baru. Buzan (2007:4) mengemukakan Mind Mapping merupakan cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otakmu. Otak manusia sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Tujuan Mind Mapping dalam proses pembelajaran ini adalah untuk mempermudah siswa dalam mencatat materi pelajaran sehingga tidak membosankan. Dengan Mind Mapping siswa akan mengingat banyak informasi yang mereka tulis karena dalam Mind Mapping menggunakan banyak gambar dan symbol serta dengan tulisan yang berwarna warni. Hal ini tentu akan sangat menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

(4)

Tournament (TGT) Berbantuan Mind Mapping terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Bertolak dari masalah diatas, maka tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE

Penelitian yang akan dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD kelas V di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah keseluruhan populasi adalah 122 siswa Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik class random sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi yaitu siswa kelas V SD N 2 Sudaji dengan jumlah 26 siswa dan siswa kelas V SD N 3 Sudaji dengan jumlah 26

siswa . Untuk mendapatkan sampel yang setara, maka dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) siswa kelas V semester I dengan menggunakan analisis varians satu jalur ANAVA A. Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhit sebesar 2,27 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 5 dan dbdal = 116 yaitu diperoleh Ftabel sebesar 2,29. Dengan demikian, maka terlihat Fhit < Ftab, sehingga H1 ditolak dan H0 Diterima.

Selanjutnya, untuk pemilihan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan teknik undian. Dalam proses undian tersebut diperoleh kelas V SD N 2 Sudaji sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Mind Mapping dan siswa kelas V SD N 3 Sudaji sebagai kelas kontrol dengan diberikan model pembelajaran konvensional.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Non equivalent Posttest-Only Control Group Design. Desain ini dipilih karena dalam penelitian eksperimen semu tidak memungkinkan untuk merandom subjek yang ada pada setiap kelas secara utuh.

Desain eksperimennya dapat dilihat pada rumus sebagai berikut.

Keterangan Perlakuan Tes Akhir Model Teams Games

Tournament (TGT)

X O1

Konvensional - O2

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Menurut Agung (2014:92),

“metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”.

Varibel independent atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan mind mapping yang diterapkan pada kelas eksperimen. Variabel dependent atau variabel terikat yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa mata pelajaran IPA.

Dalam penelitian ini terdapat satu jenis data yang diperlukan yaitu data tentang hasil belajar IPA siswa. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk mengukur hasil belajar IPA

(5)

siswa berupa tes hasil belajar IPA yaitu tes objektif pilihan ganda. Dalam penelitian ini diambil 1 Standar Kompetensi yaitu, Standar Kompetensi 7.

Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

Data yang diambil dengan instrumen ini harus benar dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, dilakukan beberapa uji pada hasil uji coba soal sebelum soal tersebut digunakan sebagai pengambil data. Uji-uji yang dilakukan adalah: (1) uji validitas, (2) uji reliabilitas, (3) uji tingkat kesukaran, dan (4) uji daya beda.

Teknk Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Pada analisis statistik deskriptif, data dianalisis dengan menghitung modus, median, mean, skor minimum, skor maksimum standar deviasi, dan varians. Dalam penelitian ini deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar siswa disajikan ke dalam grafik poligon.

Sedangkan pada uji prasyarat atau uji asumsi, data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas distribusi/sebaran data, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui bahwa kedua data tersebut normal dan homogen.

Jika terbukti bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang homogen serta ukuran sampel sama (n1=n2) maka dipergunakan analisis uji t (t- test) dengan rumus (polled varians). Untuk

bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen serta ukuran sampel yang sama. Variabel hasil belajar IPA siswa diukur dengan memberikan post-test berjumlah 30 soal pilihan ganda dengan skor minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 30.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan uji asumsi statistik, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan bersifat homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan mind mapping yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Analisis data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Sudaji yang berjumlah 26 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Sudaji yang berjumlah 26 orang sebagai kelas kontrol.

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Deskripsi Data hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen

Kelompok Kontrol

N 26 26

Skor Maksimal 28 27

Skor Minimal 11 10

Mean 19,85 15,62

Median 20 14,6

Modus 20,5 13,7

Standar Deviasi 4,16 4,13

Varians 17,37 17,08

(6)

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data kelompok eksperimen, yaitu:

mean (M) = 19,85, median (Md) = 20, modus (Mo) = 20,5 varians (s2) = 17,37, dan standar deviasi (s) = 4,16. Data hasil perhitungan post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Post- test Kelompok Eksperimen

Berdasarkan kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa mean lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus (M<Md<Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).

Berdasarkan hasil konversi, diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 19,85 tergolong kriteria tinggi.

Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok kontrol, yaitu:

mean (M) = 15,62, median (Md) = 14,6, modus (Mo) = 13,7, varians (s2) = 17,08,

dan standar deviasi (s) = 4,13, data post- test kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post- test Kelompok Kontrol

Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Selanjutnya, untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M

= 15,62 termasuk kriteria sedang.

Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Uji normalitas sebaran data dilakukan terhadap data hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Normalitas sebaran data diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square (2) dengan kriteria pengujian, jika

2hitung

2tabel pada taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasan dk = (jumlah kelas interval – parameter – 1), maka data berdistribusi normal.

Sedangkan, jika

2hitung

2tabel, maka data tidak berdistribusi normal.

Mean 19,85

Median 20

Modus 20,5

Mean 15,62 Median 14,6

Modus 13,7

(7)

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data

No Kelompok Data χ2hit Nilai Kritis dengan Taraf

Signifikansi 5% Status 1 Skor Post-test pada

Kelompok Eksperimen 7,373 7,815 Normal

2 Skor Post-test pada

Kelompok Kontrol 4,283 7,815 Normal

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat , diperoleh harga

2hitung hasil post-test kelompok eksperimen sebesar 7,373 dan

tabel

2 dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,815.

Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari

tabel

2 (7,373 < 7,815) sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,

2hitung

hasil post-test kelompok kontrol sebesar 4,283 dan

2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,815. Hal ini berarti,

2hitung

hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari

2tabel (4,283 < 7,815) sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas.

Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol.

Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan post-test , diperoleh Fhitung kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 1,02.

Sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,60. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 ditolak jika thitung> ttabel dan H0 di terima jika thitung < ttabel.

Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 3,85. Sedangkan, ttabel

dengan (db = 50) pada taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,85 > 2,021), sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

Faktor yang menyebabkan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping menjadikan peserta didik sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada awal pembelajaran siswa sudah dihadapkan pada masalah yang menuntun siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian siswa mendemonstrasikan cara pemecahan masalah tersebut dengan pertandingan-

(8)

pertandingan antar kelompok. Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA.

Berbeda halnya dengan pembelajaran IPA di kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional, proses pembelajaran didominasi oleh guru yang lebih banyak diwarnai dengan transfer informasi dari guru kepada siswa. Dalam hal ini guru mengambil alih sebagian besar kegiatan pembelajaran, mulai dari mendefinisikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, menerapkan konsep, bahkan sampai dengan menyimpulkan tanpa adanya kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kurang antusias karena materi disampaikan satu arah yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga siswa cepat merasa bosan, serta mengurangi motivasi dan minat siswa untuk belajar. Pada akhirnya juga akan mengakibatkan hasil belajar siswa IPA menjadi kurang optimal.

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipoteis menunjukkan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011), bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dengan media Tournament-Question Cards dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon dan Minyak Bumi siswa kelas X SMA Negeri di Kabupaten Semarang.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Fajri (2012), bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang dilengkapi dengan TTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koloid siswa

kelas XI IPA 4 SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Sudarmi (2014), bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Saptayanti (2016), diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Singasari Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Dilihat dari perolehan rata-rata hasil post-test pada kedua kelompok yaitu hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen memperoleh x= 19,85

(9)

sedangkan hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol memperoleh x= 15,62.

Hasil analisis tersebut menunjukkan rata- rata skor kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kelompok kontrol (Meksperimen > Mkontrol). Melalui pengujian hipotesis diperoleh thitung = 3,85.

Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = 50 diperoleh nilai ttabel = 2,021. Karena thitung = 3,85 dan ttabel

= 2,021, ini berarti thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bagi siswa, agar siswa selalu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan belajar yang menyenangkan sehingga dapat mengembangkan pemahaman dan mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman yang ditemukan sendiri. (2) Bagi guru, hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA karena dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran dengan mengkaitkan kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran, sehingga keaktifan siswa

dapat lebih baik.

(3) Bagi kepala sekolah diharapkan agar memberikan informasi dan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mutu pendidikan sekolah dapat meningkat. (4) Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament berbantuan Mind Mapping dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya,agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan

penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Aditya Media Publishing.

As, Fatmawati. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V

SD”. Tersedia pada

http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php? article= 3039 45&val=1342&title=PENGARUH%

20MODEL%20PEMBELAJARAN%

20KOOPERATIF%20TIPE%20TG T%20TERHADAP%20HASIL%20B ELAJAR%20IPA. (diakses pada tanggal 25 Februari 2017).

Buzan, Tony.2007.Buku Pintar Mind Map.

Jakarta: PT Gramedia.

Fajri, Luluk. 2012. “Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Dilengkapi dengan Teka-Teki Silang bagi Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali pada Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org/ar ticle.php?

article=138659&val=1342.

(diakses pada tanggal 17 Januari 2017).

Saptayanti, Gusti Ayu Kade Emi. 2016.

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika”.

Tersedia pada http://www.fkip- unswagati.ac.id/ejournal/

index.php/edunomic/article/downlo ad/16/15. (diakses pada tanggal 25 Februari 2017).

(10)

Sari, Armynda Dewi Cita. 2012. “Pengaruh Model Teams Games Tournament- Question Cards Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrokarbon”. Tersedia pada http://download.portalgaruda.

org/article.php?article=138659

&val=1342. (diakses pada tanggal 17 Januari 2017).

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Sudana, D Nym. Astawan, I Gd.

Kusmariyatni, Nym. Rati, W. dan Riastini, P N. 2016. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Undiksha Singaraja.

Sudarmi, Made Yanthi. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan”. Tersedia pada http://www.Indosdm.go.id/artikel- 5880-.html. (diakses pada tanggal 25 Februari 2017).

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Gambar

Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Post- Post-test Kelompok Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana kita ketahui, jika alih fungsi lahan hutan tersebut dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu sesuai dengan lingkungan yang mempunyai ekosistem

Tesis dengan judul “Strategi Marketing Lembaga Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Pengguna Jasa Pendidikan (Studi Multi Situs di MTsN Model Trenggalek dan MTsN

4.1.4 Hasil Pengujian Pengaruh Inputan Jenis Batik yang Salah terhadap Klasifikasi Motif Batik Pada pengujian sebelumnya di dapatkan parameter terbaik pada saat level

Pembuktian tindak pidana penipuan dalam perkara nomor 153 /Pid.B/ 2013/PN.BKN dilakukan dengan memperhatikan alat-alat bukti yang dihadirkan di persidangan yang

Berdasarkan hasil penelitian isolasi dan identifikasi bakteri aeorob yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial di ruang rawat inap mata IRINA F RSUP Prof.. Kandou Manado

Semakin berkembangnya zaman merupakan salah satu tuntutan bagi guru untuk terus mengembangkan cara pengajaran yang tepat bagi peserta didik. Kurikulum pun terus

[r]

Terdapat perbedaan tingkat produksi padi dari yang diharapkan dibandingkan dengan kondisi dilapangan, menjadi sebuah tanda Tanya sehingga ditarik satu variable