• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN MEDIA HIDDEN CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN MEDIA HIDDEN CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

TEAMS GAMES TOURNAMENT

BERBANTUAN MEDIA

HIDDEN CHART

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD

Nym. Andy Widya Putra

1

, I Md. Suarjana

2, I Wyn. Widiana3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: andywidyaputra99@gmail.com

1,

pgsd_undiksha@yahoo.co.id

2

wayan_widiana@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian adalah seluruh SD kelas IV yang ada di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain non equivalent post test only with control group design. Sampel penelitiannya yaitu 20 orang siswa kelas IV SD 4 Sukasada sebagai kelompok eksperimen dan 19 orang siswa SD 3 Sukasada sebagai kelompok kontrol yang dipilih dengan sistem random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media hidden chart dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan thitung 3,47 > ttabel 2,02 (dengan taraf signifikan 5%). Hal

ini membuktikan bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: model pembelajaran TGT, media hidden chart, hasil belajar

Abstract

This research aimed at finding out the difference of the science learning result of the students who learnt through TGT with hidden chart media and ones who learnt through the conventional method. This research was quasi-experimental, by using non equivalent post test only with control group design. The sample was 20 students of the fourth grade of SD 4 Sukasada as the experiment group and 19 students of SD 3 Sukasada as the control group, which were chosen through random sampling technique. The result of the research shows that there is a difference between the result of science learning of the students who learnt through TGT with hidden chart media and ones through the conventional model, with thitung

3.47 > ttabel 2.02 (with significance level of 5%). This shows that the TGT with hidden chart

media has significance effect on science learning result if it is compared with the ones who used the conventional learning model.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bertujuan menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global. Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya didukung oleh tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi para peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UU No. 20 tahun 2003).

Sejalan dengan fungsi sistem pendidikan nasional di atas, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan hampir mencakup seluruh komponen pendidikan, yaitu. (1) Peningkatan bekal awal siswa baru. (2) Peningkatan kompetensi guru. (3) Peningkatan isi kurikulum. (4) Peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. (5) penyediaan bahan ajar yang memadai. (6) Penyediaan sarana belajar. Sehubungan dengan peningkatan isi kurikulum, kebutuhan terhadap pendidikan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan paradigma zaman globalisasi.

Sejalan dengan pengembangannya, kurikulum berorientasi pada prinsip-prinsip, yaitu. (1) Berorientasi pada tujuan. (2) Relevansi dengan kebutuhan. (3) Efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan. (4) Fleksibilitas. (5) Berkesinambungan. (6) keterpaduan. dan (7) bermutu, (Aqib, 2002:39).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, (PP No. 32 Tahun 2013).

Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap perubahan. Ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus selalu dirubah atau diperbaharui, yaitu. (1) Adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan. (2) Cepatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga subject matter

yang harus disampaikan kepada peserta didikpun semakin banyak dan beragam. (3) Adanya perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik, ekonomi, maupun daya dukung lingkungan alam, baik pada tingkat lokal maupun global, (Depdiknas, 2008:1).

Dalam pelaksanaan kurikulum, salah satu masalah yang sering menjadi penyebab terhadap kurang optimalnya pendidikan di Indonesia adalah berkaitan dengan kegiatan pembelajaran khususnya dalam bidang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada pembelajaran IPA khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar, masih sering ditemukan rerata hasil belajar yang tergolong rendah. Hal ini disebabkan pelaksanaan proses pembelajaran IPA cenderung menerapkan model pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran dengan model konvensional mengacu pada teori belajar behavioristik.

Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan berpijak pada aliran belajar behavioristik lebih menekankan pada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya memiliki keterkaitan antara stimulus dan respon, oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting, (Sanjaya, 2006:178). Dalam orientasi pembelajarannya, Pengetahuan telah terstruktur rapi sehingga belajar adalah pemerolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pengetahuan

(3)

yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.

Sehubungan dengan teori behaviorisme di atas, pembelajaran yang terjadi secara umum masih diarahkan pada kemampuan pengetahuan siswa dalam menghafal informasi serta berpedoman terhadap buku teks sebagai sumber belajar. Secara keseluruhan, pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan kurangnya kesempatan bagi siswa untuk dapat sepenuhnya aktif dan kreatif dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar.

Dalam situasi demikian, peranan siswa dalam meningkatkan hasil belajar akan tercapai kurang maksimal. Siswa akan menjadi beranggapan bahwa pembelajaran hanya sekadar pemenuhan jangka pendek dan rasa ingin tahu terhadap pelajaran yang terkait dengan hasil belajar. Hal ini sangat bertentangan dengan pembelajaran IPA yang menekankan pada pengembangan pengetahuan terhadap lingkungan alam melalui proses ilmiah.

IPA atau Sains adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan, (Susanto, 2013:167). Tujuan IPA secara umum adalah membantu pemahaman siswa mengenai konsep-konsep pengetahuan tersebut dan keterkaitannya terhadap kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19-21 Januari dan wawancara pada tanggal 26-29 Januari 2015 di Gugus IV Kecamatan Sukasada, didapatkan temuan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher

centered). Selain itu, guru masih

menggunakan model pembelajaran konvensional. Kurangnya guru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif membuat siswa cenderung pasif selama mengikuti proses pembelajaran.

Selain kegiatan observasi dan wawancara, dilakukan pula pencatatan dokumen. Hasil pencatatan dokumen berupa rata-rata nilai hasil belajar Ulangan Tengah Semester (UTS) pada Semester I/ganjil diperoleh dari guru mata pelajaran

IPA kelas IV di seluruh SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Berdasarkan nilai hasil belajar UTS IPA siswa Kelas IV di Gugus IV, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar yang masih rendah.

Hal ini terlihat dari total 8 kelas yang ada, hanya 6 kelas yang memenuhi KKM, diantaranya: SD N 1 Sukasada (rata-rata 73,05; KKM 65), SD N 2 Sukasada (rata-rata 77,86; KKM 67), SD N 3 Sukasada (rata-rata 71,68; KKM 63), SD N 5 Sukasada (rata-rata 71,44; KKM 70), SD N 1 Ambengan (rata-rata 69,68; KKM 66), dan SD N 2 Ambengan (rata-rata 70,07; KKM 67). Selain keenam kelas tersebut, terdapat dua kelas lainnya yang memiliki rata-rata di bawah KKM, diantaranya: SD N 4 Sukasada (rata-rata 63,85; KKM 64), dan SD N 3 Ambengan (rata-rata 66,66; KKM 67). Hal tersebut menandakan bahwa hasil belajar IPA siswa belum maksimal.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa masih belum maksimal. Menyikapi kondisi tersebut, guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan penting dalam pendidikan diharuskan menguasai keterampilan serta pengetahuan yang luas untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal. Kecakapan guru sebagai unsur pembelajar di kelas sangat dibutuhkan dalam menentukan metode-metode ataupun model-model pembelajaran yang tepat, mengingat peranan guru hanya sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah.

Pemilihan model pembelajaran sesuai dengan standar yang ditetapkan kurikulum merupakan salah satu kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru diharapkan mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru diharapkan mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan

(4)

dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk

interpersonal skill, (Riyanto, 2012:267).

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe atau variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT).

Model pembelajaran TGT dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka, (Trianto, 2009:83).

Dengan penerapan model pembelajaran ini, setelah belajar dalam kelompoknya masing-masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan dalam suatu pertandingan/turnamen. Pembelajaran yang dilakukan melalui permainan akademik ini bertujuan untuk mengingatkan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya. Hal ini menjadi ciri khas yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya.

Mengingat tingkat perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, maka diperlukan penggunaan media dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Media memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal. Pembelajaran yang optimal akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang optimal. Materi IPA yang sangat kompleks menyebabkan siswa menjadi jenuh. Salah satu alternatif yang tepat mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan media hidden chart.

Media hidden chart merupakan salah satu jenis media chart. Hidden chart sangat tepat digunakan dalam pembelajaran IPA karena siswa terkadang jenuh dan bingung apabila dihadapkan dengan materi yang sangat banyak. Materi yang disajikan pada media hidden chart dalam bentuk

lembaran-lembaran chart yang di pajang dan mula-mula disajikan dengan tertutup. Penyajian materi dengan menggunakan media hidden chart, dapat menuntun pola pikir siswa, sehingga siswa dapat menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pada uraian sebelumnya, maka dipandang perlu untuk diadakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPA dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Hidden Chart terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2014/2015”.

Model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart, dalam tahap penyajian materi, guru menggunakan media hidden

chart. Melalui penggunaan media hidden

chart, siswa diajarkan untuk memahami

suatu pengalaman di lingkungan alam sekitar yang dapat dipahami secara langsung oleh siswa. Siswa aktif menggali pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan yang bersifat kontekstual.

Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media

hidden chart dan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimen). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada. Gugus IV Kecamatan Sukasada meliputi SD N 1 Sukasada, SD N 2 Sukasada, SD N 3 Sukasada, SD N 4 Sukasada, SD N 5 Sukasada, SD N 1 Ambengan, SD N 2 Ambengan, dan SD N 3 Ambengan. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 188 siswa. Dari 8 SD yang ada di Gugus IV

(5)

dilakukan uji kesetaraan untuk menentukan sampel setara atau tidak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random

sampling.

Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas pada masing-masing sekolah. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel, selanjutnya sampel dirandom kembali untuk menentukan kelas yang bertindak sebagai kelas kontrol dan kelas yang bertindak sebagai kelas eksperimen. Berdasarkan hasil pengundian, diperoleh kelas IV SD N 4 Sukasada sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 20 orang dan kelas IV SD N 3 Sukasada dengan jumlah siswa 19 orang sebagai kelompok kontrol.

Rancangan eksperimen yang digunakan adalah non-equivalent posttest

only control group desain, dengan pola

sebagai berikut.

(Diadaptasi dari Setyosari, 2010:159) Keterangan:

X = Perlakuan berupa model

pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart

O1 = Post-test kelas eksperimen O2 = Post-test kelas kontrol

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dan model pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA. Untuk mengukur hasil belajar IPA siswa digunakan tes. Jenis instrumen berupa tes objektif pilihan ganda. Tes tersebut kemudian diuji coba lapangan untuk mencari validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya bedanya. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik

deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil post-test terhadap 20 orang siswa kelas IV di SD N 4 Sukasada yang belajar dengan model pembelajaran teams games

tournament berbantuan media hidden chart

dalam kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 19 dan skor terendah adalah 10.

Tes hasil belajar berjumlah 20 butir soal dalam bentuk tes obyektif. Setiap butir soal memiliki skor 1 sehingga skor maksimal ideal tes yaitu 20 dan skor minimal idealnya yaitu 0.

Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) yang digambarkan dalam grafik garis menunjukkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi (Koyan, 2011:117). Karena Mo > Md > M (16,83 > 16,38 > 15,70). Adapun hasil perolehan Mean, Median, Modus data post-test hasil belajar kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Grafik Garis Data Post-Test

Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

10,5 12,5 14,5 16,5 18,5

F

re

k

u

en

si

Data

R

X

O

1

---

R

O

2 M = 15,70 Md = 16,38 Mo = 16,83

(6)

Hasil ini berbeda dengan perolehan

post-test hasil belajar kelompok kontrol.

Hasil post-test terhadap 19 orang siswa kelas IV di SD N 3 Sukasada yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dalam kelompok kontrol. Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik garis tampak bahwa sebaran data pada kelompok kontrol merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah (Koyan, 2011:116). Karena Mo < Md < M (12,25 < 12,57 < 12,68). Adapun hasil perolehan Mean, Median, Modus data post-test hasil belajar kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Grafik Garis Data Post-Test

Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Uji prasyarat terhadap sebaran data meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus

Chi-Square

2

)

, diperoleh hasil belajar

IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang kedua yaitu uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil

perhitungan uji homogenitas varians dengan menggunakan rumus uji F, varians data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Setelah uji prasyarat terpenuhi, dilanjutkan dengan, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan uji-t independent “sampel tak

berkorelasi”, yang menunjukkan bahwa varians kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah homogen serta berdasarkan jumlah siswa pada tiap kelas yang berbeda maka pada uji-t sampel tak berkorelasi ini digunakan rumus polled varians dengan kriteria H0 ditolak jika thitung

> ttabel dan H0diterima jika thitung < ttabel. Hasil

analisis uji-t independent “sampel tak

berkorelasi” didapatkan nilai thitung > ttabel

1 2 , 1 1 n

n , yaitu 3,47 > 2,02 pada derajat

kebebasan 37 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima.

Ini berarti, hipotesis nol (H0) ditolak.

Sebaliknya, hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Artinya, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.

Pembahasan

Hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2014/2015 didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) berbantuan media

hidden chart dan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan pengaruh yang berbeda terlihat dari hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen lebih tinggi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

7

10

13

16

19

F

re

k

u

en

si

Data

M = 12,68 Md = 12,57 Mo = 12,25

(7)

dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Hal ini berdasarkan pada perolehan rata-rata skor hasil belajar IPA dan kecenderungan skor hasil belajar IPA. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 15,70 berada pada kategori tinggi sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 12,68.

Hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang digambarkan pada grafik garis tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif yang berarti sebagian besar skor yang diperoleh siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, skor hasil belajar IPA siswa yang digambarkan dalam grafik garis tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling positif yang artinya sebagian besar skor yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Hipotesis penelitian diuji menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t didapatkan bahwa nilai thitung = 3,47 dan ttabel = 2,02 (db = 37

dengan taraf signifikansi 5%). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > dari ttabel)

sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.

Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa faktor. Tahapan-tahapan model pembelajaran Teams

Games Tournament sangat mempengaruhi

hasil belajar IPA siswa.

Sejalan dengan pernyataan di atas Slavin (2008:166) menguraikan lima komponen pembelajaran dalam TGT antara lain sebagai berikut. 1) Tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas.

Tim memberikan dukungan bagi kinerja kelompok akademik siswa. 2) Games, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. 3) Turnamen, sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan hal yang terbaik. 4) Rekognisi, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran TGT yang dilakukan pada proses pembelajaran, terlihat bahwa keunggulan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT yaitu peran guru yang tidak lagi sebagai sumber informasi

(teacher-centered), melainkan berubah

menjadi fasilitator, motivator, mediator, dan pembimbing yang mengarahkan siswa untuk mampu menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebelumnya yang dimiliki siswa.

Perbedaan proses pembelajaran yang terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memberikan dampak yang berbeda pula pada hasil belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model TGT berbantuan media hidden chart

menyebabkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlatih untuk aktif dalam bekerja sama dengan siswa lainnya, menyampaikan pendapat, dan mengkomunikasikan sesuatu yang ada di pikirannya kepada guru dan siswa lain.

Ilmu yang diperoleh siswa juga akan lebih lama diingat karena diperoleh berdasarkan kerja kerasnya sendiri, sehingga hasil belajar juga akan meningkat. Dengan demikian, hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

(8)

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar IPA siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.

Hal ini berdasarkan perhitungan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh thitung

sebesar 3,47 sedangkan ttabel dengan db =

37 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,02. Artinya thitung lebih besar dari ttabel (thitung >

ttabel) sehingga H0 ditolak atau H1 diterima.

Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 15,70 sedangkan rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 12,68. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media hidden chart

berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, siswa disarankan agar menyiapkan diri dengan baik sebelum pembelajaran berlangsung dan mengikuti pembelajaran sesuai dengan arahan guru, sehingga siswa lebih cepat memahami materi pelajaran dan dapat menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum dalam pembelajaran IPA. Kedua, guru disarankan agar dapat memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, menerapkan model pembelajaran kooperatif yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Ketiga, peneliti lain disarankan agar meneliti permasalahan ini dalam lingkup yang lebih luas sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik sesuai perkembangan zaman, dan juga agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan Suatu

Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2010. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Singaraja: Jurusan

Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.

Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru

dalam Pembelajaran. Surabaya:

Insan Cendekia.

Arifin, Zainal. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai

Konstruktivistik: Sebuah

Pengembangan Pembelajaran

Berbasis CTL (Contextual Teaching &

Learning). Jakarta: Prestasi

Pustakarya.

Isjoni. 2014. Cooperative Learning

Efektifitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: Alfabeta.

Kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Standar

(9)

2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan

Lanjut (Teknik Analisis Data

Kuantitatif). Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

---. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 pasal 1 ayat 16

tentang Standar Nasional Pendidikan.

2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan

Sabbatical Leave Model-model

Pembelajaran. Singaraja: Undiksha.

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi

Pembelajaran yang Efektif dan

Berkualitas. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Rusnadi, Ni Made. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester 1 SD No. 5 Tamblang Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT

Indeks Permata Puri Media.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Santyasa, I Wayan. 2005. Belajar dan

Pembelajaran. Singaraja: Undiksha.

Suandewi, Ni Made. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT)

Berbantuan Alat Peraga Konkret untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Kelas V

SDN 2 Pupuansawah Tabanan.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran

Sains Terkini. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Sudana, Dewa Nyoman, dkk. 2010. Bahan

Ajar Pendidikan IPA SD. Singaraja:

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Evaluasi Hasil

Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian

Pendidian dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(10)

Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning

(Teori, Riset dan Praktek). Bandung:

Nusa Media.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2013. Model-Model

Pembelajaran Inovatif dan Efektif.

Bandung: Alfabeta.

Tegeh, I Made. 2009. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

---. 2011. Pengantar Penelitian

Pendidikan bagi Pengembangan

Profesi Pendidikan & Tenaga

Kependidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional. Waluya, Bagja. 2008. “Bahan Ajar Media

Pembelajaran”. Tersedia pada

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR ._PEND._GEOGRAFI/197210242001

121-BAGJA_WALUYA/MEDIA_PEMBEL. GEOGRAFI/Bahan_Ajar_Media_Pem belajaran.pdf. (diakses tanggal 19 Maret 2015).

Wijayanti, Ni Luh Gede Suryani. 2013.

Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV

SD Negeri 1 Kerobokan. Skripsi

(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Gambar

Gambar  1.  Grafik  Garis  Data  Post-Test  Hasil  Belajar  Kelompok   Eksperimen 012345678910 10,5 12,5 14,5 16,5 18,5FrekuensiDataR X O1---------------------- R O2M = 15,70 Md = 16,38  Mo = 16,83
Gambar  2.  Grafik  Garis  Data  Post-Test  Hasil  Belajar  Kelompok   Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan penetapan pajak bagi wajib pajak yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado, telah sesuai dengan dengan Peraturan Daerah No.2 Tahun 2011,

Hal ini terlihat pada lebar koridor yang lebih lebar dibandingkan dengan area hunian, cahaya pada bukaan jendela yang lebar lebih banyak masuk ke area podium, ruang

Jumlah pengusaha lemang makanan khas Tebing Tinggi semakin berkurang bahkan dari pengusaha lemang yang masih berproduksi, valome penjualannya semakin menurun.

Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

Adapun kelemahan sistem yang sedang berjalan pada Badan Akreditasi Provinsi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (BAP PAUD dan PNF) pada saat melakukan

Musabaqah Hifzhil Qur’an Battle adalah jenis lomba pelantunan ayat-ayat suci al-Quran dengan metode hafalan yang dipertandingkan, sehingga yang akan diujikan adalah

1) Imitasi, adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, serta apa saja