• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian otonomi yang luas dan sistem desentralisasi kepada daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemberian otonomi yang luas dan sistem desentralisasi kepada daerah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian otonomi yang luas dan sistem desentralisasi kepada daerah menunjukkan, bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan urusan daerahnya termasuk mengelola anggarannya sendiri. Akuntabilitas menjadi kata kunci, karena institusi pemerintah dituntut untuk transparan dalam pertanggungjawaban anggarannya (Smith, 1999). Akuntabilitas dalam penganggaran tidak sekedar menunjukkan bagaimana uang publik diserap dan dibelanjakan, tetapi juga menunjukkan kemampuan bagaimana dana yang tersedia dikelola sesuai prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah, yaitu efektif, efisien, transparan, akuntanbel, tertib, adil, patuh dan taat pada peraturan perundang-undangan (Pasal 23 ayat 2 UU No. 32 Th 2004).

Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian operasional. Kenis (1979) menyatakan bahwa anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk menyusun rencana pengeluaran dan pendapatan, sebagai alat untuk melakukan pengendalian operasional, koordinasi, komunikasi, motivasi, serta sebagai alat untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja. Bagi pemerintah daerah, anggaran menjadi penting karena menunjukkan kinerja serta akuntabilitasnya tercermin dalam kelengkapan laporan yang disajikan. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus memiliki master plan pengembangan wilayah yang bersinerji dengan rencana pembangunan

(2)

pemerintah pusat. Implementasinya dituangkan dalam bentuk program/kegiatan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah. Tingkat keberhasilan anggaran pendapatan dan belanja yang dikelola oleh pemerintah daerah salah satunya dapat diukur dengan membandingkan realisasinya dalam satu tahun anggaran.

Pada tahun anggaran 2013, Pemerintah Kabupaten Tabanan mengelola pendapatan Rp 1.214,81 milyar dengan realisasi Rp 1.253,03 milyar dan anggaran belanja Rp 1.252,90 milyar dengan realisasi Rp 1.198,70 milyar. Adanya capaian anggaran yang melampaui atau tidak mencapai target yaitu pendapatan sebesar 103,15 persen dan belanja 95,67 persen tersebut dapat disebabkan antara lain seperti: (1) adanya efisiensi anggaran, (2) pengelola anggaran cenderung menetapkan anggaran lebih rendah untuk memudahkan dalam mencapai

realisasinya sehingga kecenderungan terjadi senjangan anggaran, atau (3) anggaran yang tidak bisa terealisasi menjadi kendala tersendiri karena

dianggap pengelolaan anggaran tidak sesuai dengan target yang diharapkan.

Rincian anggaran pendapatan dan belanja dapat dilihat dalam Tabel 1.1 Tabel 1.1

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Tabanan Tahun 2013 (Milyar Rupiah)

Sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Tabanan 2013

No Uraian Target

Anggaran

Realisasi

Anggaran Capaian

(%)

1. Pendapatan Asli Daerah 202,742 255,418 123,98

Dana Perimbangan 734,684 734,577 99,99

Lain-lain Pendapatan yang Sah

277,383 263,031 94,83 Total Pendapatan 1.214,81 1.253,03 103,15 2. Belanja Tidak Langsung 841,575 809,336 96,17

Belanja Langsung 411,324 389,366 94,66

Total Belanja 1.252,90 1.198,70 95,67

(3)

Kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan disamping tercermin pada capaian an ggaran, juga dapat dinilai dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun anggaran 2013. LHP tersebut menunjukkan bahwa kinerja pengelola anggaran pada sejumlah SKPD masih terdapat beberapa masalah. Statemen tersebut mengacu pada opini yang diterima dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yaitu Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap sistem dan tata kelola keuangan di sejumlah SKPD. Pemberian opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil maksimal karena Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), belum mampu diraih oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan. Berdasarkan capaian anggaran dan opini WDP terhadap LHP atas LKPD tahun anggaran 2013, maka gambaran tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kinerja pengelola anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, salah satunya yaitu prilaku pengelola anggaran. Johnson et al (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kinerja keuangan dengan prilaku pegawai.

Penelitian ini mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Suarya (2010) menggunakan kompensasi, pelatihan, kepemimpinan dan lingkungan kerja sebagai variabel independen dan kinerja pengelolaan anggaran sebagai variabel dependennya. Penelitian ini selanjutnya menempatkan komitmen organisasi yang diduga sebagai penentu utama keberhasilan pengelola anggaran dalam mengelola anggarannya. Oleh sebab itu peneliti menstruktur kembali

(4)

variabel-variabel penelitian sebelumnya dengan menambahkan variabel komitmen organisasi sebagai variabel intervening.

Kompensasi merupakan bentuk balas jasa yang diterima pengelola anggaran dalam bentuk finansial dan non finansial. Kompensasi dapat dihitung dan dapat dikonversi dengan uang, dapat diukur dari persepsi pengelola anggaran berkaitan dengan kelayakannya, kesesuaiannya dengan tingkat pendidikan, masa kerja serta tanggungjawab. Secara umum kompensasi berhubungan dengan kesesuaian jumlah yang diterima dikaitkan dengan pencapaian kinerja, serta balas jasa dalam bentuk imbalan karir yaitu rasa aman, pengembangan diri, kejelasan sistem karir dan imbalan sosial (pujian dan penghargaan). Kompensasi merupakan salah satu faktor yang memotivasi pegawai untuk berkomitmen terhadap organisasi (Stillo, 2011; Carrigan, 2011). Kompensasi tidak hanya berfungsi sebagai balas jasa semata, namun lebih dari itu, kompensasi dapat memotivasi pengelola anggaran agar tetap berada dalam organisasi dan dapat diajak bersama- sama bertanggungjawab terhadap jalannya organisasi. Disamping itu, kompensasi yang baik akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi, yang berdampak pada meningkatnya komitmen pada organisasinya (Sudarwanti, 2007).

Kebijakan pemerintah untuk memberikan kompensasi/ insentif berupa tunjangan prestasi kerja dan uang lembur dapat memotivasi pegawai bekerja lebih baik (Safwan dan Abdullah, 2014). Ketidakpuasan terhadap kompensasi akan menurunkan semangat dalam berkinerja yang berdampak pada menurunnya kinerja organisasi (Suhartini, 1999). Sebaliknya, kompensasi yang memadai akan memberikan insentif untuk meningkatkan kinerjanya. Pengelola anggaran akan

(5)

termotivasi dalam bekerja, bergairah dalam mencari solusi untuk mengatasi permasalahan terkait pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi akan tumbuh jika terdapat kompensasi yang terukur dan adil yang berdampak pada peningkatan kinerja organisasi (Murty dan Hudiwinarsih, 2012; Marin and Sanchez, 2005; Murphy, 1985).

Lingkungan kerja yang kondusif wajib diciptakan oleh pimpinan agar komitmen pengelola anggaran tumbuh yang akan diikuti dengan minatnya untuk berkinerja. Lingkungan kerja dapat berupa: 1) kondisi fisik yaitu keadaan tempat kerja, baik bangunan maupun ruangan dimana karyawan sehari-hari melakukan aktifitasnya, 2) fasilitas kerja yaitu ketersediaan alat-alat kerja yang digunakan untuk mendukung jalannya tugas, 3) hubungan kerja yaitu kondisi hubungan antara pimpinan dengan bawahannya dan sesama rekan sekantor (vertikal dan horizontal), dan 4) pola komunikasi yaitu terciptanya pola komunikasi yang efektif antara pimpinan dengan bawahannya dan antara rekan kerja. Pegawai apabila berada dalam lingkungan kerja yang nyaman akan mampu meningkatkan kepuasan dalam bekerja sehingga pegawai tersebut lebih berkomitmen terhadap organisasinya (Akhtar, 2014). Sebaliknya, apabila lingkungan kerja yang kurang nyaman akan mengakibatkan menurunnya kepuasan kerja yang nantinya akan dapat berdampak pada menurunnya komitmen organisasi (Kurniasari dan Halim, 2013). Lingkungan kerja juga merupakan hal penting yang dapat berimplikasi dalam meningkatkan kinerja (Olson and Borman, 1989). Lingkungan kerja yang kondusif baik kondisi fisik maupun non fisik, akan mendorong untuk melaksanakan tugas dengan baik sehingga kinerja meningkat. Pernyataan tersebut

(6)

selaras dengan penelitian Suryantari (2012), Dharmawan (2011), Stillo (2011), Suarya (2010), dan Widyawati (2008).

Komitmen pengelola anggaran merupakan salah satu modal dasar yang harus diciptakan atasan untuk dapat digunakan mencapai tujuan organisasi.

Organisasi tanpa adanya komitmen, maka tujuan organisasi sulit untuk dapat dicapai. Menumbuhkan komitmen dalam organisasi penting dilakukan karena komitmen berhubungan dengan kinerja. Komitmen organisasi didefinisikan

sebagai keyakinan pegawai dan berhubungan dengan organisasi (Allen and Meyer, 1990). Komitmen organisasi adalah sikap yang merefleksikan

loyalitas pegawai pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan (Luthans, 2006:249). Pengelola anggaran dengan komitmen yang rendah, lebih mementingkan dirinya sendiri sehingga tujuan organisasi tidak dapat tercapai yang dapat berimplikasi pada penurunan kinerja, sebaliknya pengelola anggaran yang memiliki komitmen tinggi akan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan setiap pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja. Penelitian- penelitian tentang pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja diantaranya Prasetyo dan Kompyurini (2008), Sumarno (2005), Coryanata (2004), Darma (2004), Cook and Wall (1980), dan Mowdey et al (1979).

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu :

1) Apakah terdapat pengaruh positif kompensasi pada komitmen organisasi?

2) Apakah terdapat pengaruh positif lingkungan kerja pada komitmen organisasi?

3) Apakah terdapat pengaruh positif komitmen organisasi pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan?

4) Apakah terdapat pengaruh positif kompensasi pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan?

5) Apakah terdapat pengaruh positif lingkungan kerja pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan?

6) Apakah terdapat pengaruh positif kompensasi terhadap kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui komitmen organisasi?

7) Apakah terdapat pengaruh positif lingkungan kerja terhadap kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui komitmen organisasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah di rumuskan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kompensasi pada komitmen organisasi.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh lingkungan kerja pada komitmen organisasi.

(8)

3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh komitmen organisasi pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan.

4) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kompensasi pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan.

5) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh lingkungan kerja pada kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan.

6) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kompensasi terhadap kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui komitmen organisasi.

7) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pengelola anggaran Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui komitmen organisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan konseptual pada bidang sains keperilakuan khususnya pengaruh kompensasi dan lingkungan kerja pada kinerja pengelola anggaran melalui komitmen pengelola anggaran terhadap organisasi.

2) Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) yang ada di Kabupaten Tabanan dalam pengelolaan anggaran.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efisiensi removal Ammonium Nitrogen dari lindi TPA Benowo dengan presipitasi struvite menggunakan CFSTR, faktor-faktor

Penulis juga mau mengucapkan terima kasih yang sebesar– besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, serta doa selama penyusunan skripsi ini

 Jadi pada Deep Learning terdapat algoritma baru untuk training (dengan cara yang berbeda) pada banyak lapisan jaringan.... ALGORITMA-ALGORITMA DEEP

No Puskesmas Kategori Nama Klinik Alamat 6 Duren 30 KLINIK Pratama RI Anugerah Medika Jl.

positif terhadap return saham perusahaan, apabila variabel struktur kepemilikan mayoritas naik 1 satuan, maka return saham perusahaan akan naik 0,003 poin. β 2 =

Peneliti dalam penelitian ini pun tidak memiliki kontrol untuk mengatur komunikasi keluarga dalam membangun konsep diri dalam keluarga yang salah satu

1) Menetapkan tujuan iklan, tujuan-tujuan ini harus didasarkan kepada keputusan masa lalu tentang pasar sasaran, mengatur posisi, dan bauran pemasaran yang mendifinisikan

Remaja sangat rentan terhadap pengaruh dari luar sehingga perlu bimbingan orang tua secara intensif agar terhindar dari pengaruh luar yang negatif seperti