• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I

Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas

Karya Tulis Ilmiah

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Helen Sihombing 132500022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang senantiasa melimpahkan Kasih sayang dan rahmat-Nya, dan telah memberikan kekuatan, kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas”

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismayadi S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing yang selama ini telah membimbing dan memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Disamping itu penulis juga banyak mendapat bantuan moril dan material dari berbagai pihak dalam menyelesaikan studi dan penulisan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep,Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr.Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Jenny M. Purba S.Kp, MNS, Ph.D Selaku Dosen Pembimbing

Akademik Saya.

(5)

7. Bapak Ismayadi, S.Kep,Ns, M.Kes Selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah saya.

8. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS Selaku Dosen penguji Karya Tulis Ilmiah saya.

9. Kepada kedua orang tua yaitu Bapak saya (E. Sihombing) dan Ibu saya (B.

Sipayung) serta Bibik Asuh saya (Ny. B sipayung) yang tercinta atas segala keikhlasan dalam memberikan kasih sayang serta kakak-kakak saya (Artha dan Rohani) dan Adik saya (Devi), yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. keluarga besar saya yang juga memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya Eltha,Veronika,Ali,Sridevi,Desi,IMelda,Wilda,Yohana, dan Lily,terima kasih telah menjadi sahabat terbaik sampai saat ini dan untuk selamanya.

12. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan khususnya Teman-teman Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2013, terima kasih atas doa, dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan keperawatan.

Medan, 24 Juni 2016

Penulis,

Helen Sihombing

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 6

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur ... 6

1. Pengertian Tidur ... 6

2. Fisiologi Tidur ... 7

3. Pengaruh Tidur ... 7

4. Siklus Tidur ... 10

5. Pola Tidur Normal ... 11

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ... 12

7. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur Pada Lansia ... 13

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 17

1. Pengkajian ... 17

2. Analisa Data ... 24

3. Masalah Keperawatan ... 25

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ... 25

5. Perencanaan Keperawatan ... 26

6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ... 28

BAB III PENUTUP ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan istirahat yang cukup,kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007). Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. (Potter & Perry, 2005).

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54% (National Sleep Foundation, 2007).

Orang Lanjut Usia (Lansia), menurut defenisi World Health Organization

(WHO), adalah orang usia 60 tahun ke atas yang terdiri dari (1) usia lanjut

(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat lanjut

(very old) diatas 90 tahun ( Raharja, 2013). Indonesia meupakan salah satu negara

berkembang yang jumlah penduduknya berusia 60 tahun keatas semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

(8)

terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH) . Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%) . Angka ini meningkat menjadi 69,43% tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% (Kemenkes, 2013). Peningkatan usia harapan hidup tersebut bisa karena pengaruh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang kedokteran. Kualitas hidup merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kerena menurut konstitusi WHO,kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental, serta social secara keseluruhan. Pengukuran kesehatan, serta perawatan kesehatan tidak hanya ditunjukan oleh perubahan frekuensi dan beratnya penyakit, melainkan juga harus meliputi kenyamanan hidup yang dapat dinilai melalui peningkatan kualitas hidup (Pangkahila, 2007).

WHO mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai posisinya dalam kehidupan , dalam konteks kultur dan system nilai dimana mereka hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan , harapan ,standar yang ada, dan perhatian mereka (Pangkahila, 2007). Sedangkan kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks , mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan,kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan social dan jaringan social (Sutikno, 2011). Lansia dikatakan memiliki hidup yang berkualitas apabila mereka memiliki kondisi fungsional yang optimal, sehingga mereka dapat menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna.

Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

dapat berfungsi dengan baik dan merupakan salah satu aspek yang dapat

berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Terdapat perbedaan pola tidur pada

lansia dibandingkan dengan usia muda (Prayitno, 2002). Pada kelompok usia

lanjut, kebutuhan tidur akan berkurang dan mereka cenderung lebih mudah

bangun dari tidurnya. Pada usia 12 tahun kebutuhan untuk tidur adalah 9 jam,

berkurang menjadi 8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6 jam

setengah pada usia 60 tahun dan 6 jam pada usia 80 tahun (Prayitno, 2002).

(9)

Dengan bertambahnya jumlah lansia, maka jumlah permasalahan pada lansia juga akan bertambah. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% pasien yang menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan ansietas . Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur (Prayitno, 2002).

Gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% dan yang paling sering ditemukan adalah insomnia. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur malam, seseorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Hal ini berbeda dengan lansia yang lebih sering terbangun (Amir, 2007).

Indonesia adalah suatu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan secara umum. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya (Kosasih dkk, 2004). Indonesia juga termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan karena tingkat social ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan dibidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Jumlah penduduk pada lansia tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun.

Sedangkan, pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Efendi, 2009).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Mei 2016,

dari data angket 42 orang lansia, terdapat 37 orang lansia tidak pernah mendengar

tentang posyandu lansia, 40 orang lansia berkeinginan dibentuknya posyandu lansia,

42 orang lansia menginginkan pemeriksaan dan pengobatan kesehatan, 10 orang

lansia menderita hipertensi, 5 orang mengalami gangguan pola tidur, 15 orang

menderita reumatik, 3 orang lansia menderita sesak nafas, 2 orang menderita penyakit

jantung, 5 orang tidak memeriksa kesehatan secara rutin. 18 orang lansia hanya

(10)

melakukan kegiatan rumah tangga setiap hari , 20 orang tidak ikut dalam kegiatan social, 4 orang berkebun Wawancara dengan kepala lingkungan I, Kelurahan Sitirejo II dan lansia belum terbentuk posyandu lansia wawancara dengan lansia mengatakan belum pernah mengikuti posyandu lansia Observasi. Berdasarkan hasil Observasi saat pengkajian ditemukan 3 orang lansia menerita stroke, tidak terdapatnya posyandu lansia, dari data angket yang dikumpukan. Tingginya angka penyakit degenerative (Hipertensi, rematik, jantung, dan diabetes mellitus) yang diderita oleh lansia, dikarenakan kurangnya pengetahuan lansia tentang pelayanan kesehatan. Dengan timbulnya berbagai macam penyakit yang diderita oleh lansia pada daerah sitirejo, kemungkinan untuk gangguan pola tidur pada lansia sering muncul, khususnya pada penderita rematik, asma.

Menurut data yang di dapat pada lingkungan I sitirejo II sebanyak kurang lebih 20% lansia mengalami gangguan tidur, mengalami gangguan dikarenakan berbagai faktor yang terjadi pada lansia , baik dalam kondisi fisik yang menderita penyakit, faktor lingkungan, stress dan proses menua. Berdasarkan data diatas, saya tertarik untuk melakukan pengangkatan pada judul saya yaitu “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia dengan Masalah Gangguan Pola Tidur pada Ny. B di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan masalah gangguan tidur penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan

dasar Tidur.

(11)

b. Menegakkan diagnosa pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

c. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

d. Melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dibuat pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memberi asuhan keperawatan kepada lansia untuk meningkatkan kebutuhan tidur yang mengalami terganggu pola tidurnya.

2. Bagi Pasien dengan Gangguan Pola Tidur

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan

tidur di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur 1. Pengertian Tidur

Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan tak sadarkan diri yang relatif dan ini diperlukan agar sel-sel dalam tubuh dapat memulihkan kondisinya (Siti Maryam & Mia, 2010). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat di bangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut :

1. Aktifitas fisik minimal.

2. Tingkat Kesadaran yang Bervariasi.

3. Terjadinya Perubahan-Perubahan proses fisiologis tubuh , dan 4. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang brfluktuasi.

Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan berbeda-beda, organ

pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling dalam selama

tidur adalah indra penciuman. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi pada malam hari tanpa disadari oleh penghuninya yang

sedang tidur. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat kesadaran

yang paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan

mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap

kali tidak dapat tidur.

(13)

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur ini diatur oleh system pengativasian retikularis yang merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).

Selain itu, Reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan Visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan implus yang diterima dipusat otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).

3. Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat ,saraf perifer , endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan musculoskeletal (Robinson 1993, dalam Potter ). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasikan atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus otot, dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticuler activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensorik raba.

Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan proses pikir).

(14)

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya neropinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan system 8imbic seperti emosi.

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto &

Wartonah, 2006).

Tahapan Tidur menurut (Tarwoto & Wartonah, 2006) 1. Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecapatan pernapasan menurun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.

a. Tahapan Tidur NREM 1) NREM Tahap 1

a) Tingkat transisi.

b) Merespons Cahaya.

c) Berlangsung beberapa menit.

d) Mudah terbangun dengan rangsangan.

e) Aktifitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun.

f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) NREM Tahap 2

a) Periode suara tidur.

b) Mulai relaksasi otot.

c) Berlangsung 10-20 menit.

d) Fungsi Tubuh berlangsung lambat.

(15)

e) Dapat dibangunkan dengan mudah.

3) NREM Tahap 3

a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.

b) Sulit dibangunkan.

c) Relakasi otot menyeluruh.

d) Tekanan darah menurun.

e) Berlangsung 15-30 menit.

4) NREM Tahap 4 a) Tidur nyenyak.

b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif.

c) Untuk restorasi dan istirahat , tonus otot menurun.

d) Sekresi lambung menurun.

e) Gerak bola mata cepat.

2. Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.

Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif . Tidur REM ditndai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat ( mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada lakilaki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan Pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala- gejala sebagai berikut :

a. Cenderung Hiperaktif.

b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosi labil).

c. Nafsu makan bertambah.

d. Bingung dan Curiga.

Tahapan Tidur REM

a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.

b. Pada orang dewasa normal REM yaitu, 20-25% dari tidur malamnya.

c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi.

(16)

d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Karakteristik Tidur REM

a. Mata : Cepat, tertutup dan terbuka.

b. Otot- otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.

c. Pernapasan : Tidak teratur, kadanf dengan apnea.

d. Nadi : Cepat dan regular.

e. Tekanan Darah : Meningkat atau Fluktuasi.

f. Sekresi gaster : Meningkat.

g. Metabolisme : Meningkat, temperature tubuh naik.

h. Gelombang otak : EEG aktif.

i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

4. Siklus Tidur

Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).

Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).

Tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek,dan memperjangkan periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.

Perubahan tahap ketahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan

(17)

untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1998 dalam Potter & Perry, 2005)

5. Pola Tidur Normal

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.

a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.

b. Mudah berespons terhadap stimulus.

c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.

2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.

c. Tahap REM 20-30%.

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari.

b. Tahap REM 20%.

4. Prasekolah

a. Tidur 11 jam malam hari.

b. Tahap REM 20%.

5. Usia Sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari.

b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.

b. Tahap REM 20%.

7. Dewasa Muda

a. Tidur 7-9 jam/hari.

b. Tahap REM 20-25%.

8. dewasa pertengahan.

a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.

b. Tahap REM 20%.

(18)

9. Usia Tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.

b. Tahap REM 20-25%.

c. Tahap NREM IV menurun kadang kadang absen.

d. Sering terbangun pada malam hari.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :

1. Status Kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak . Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya , pada klien yang menderita gangguan pada system persendian. Dalam kondisi yang mengalami nyeri pada sendi tidak akan dapat istirahat atau tidur.

2. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.

Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur khususnya lansia.

3. Stress Psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

4. Diet

Makanan yang banyak mengandung L- Triptofan seperti keju,susu,

dagingmdan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.

(19)

Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan mengganggu tidur.

5. Gaya Hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang . Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

6. Obat – Obatan

Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.

7. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal . Namun demikian , keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.

8. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

9. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

10. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

11. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal ,seseorang yang tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur Pada Lansia 1. Pengertian Gangguan Pola Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan

menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu

(20)

dari ketiga maslah berikut : insomnia gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

2. Klasifikasi Gangguan Tidur 1. Insomnia

Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk untuk atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi belum merasa cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japaradi, 2002). Dengan demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang. Ada 3 jenis insomnia yaitu, Insomnia inisial, Insomnia Intermitten dan Insomnia Terminal. Insomnia Inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur.Insomnia Intermitten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga. Sedangkan Insomnia Terminal adalah bangun secara dini, dan tidak dapat tidur lagi. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalam insomnia diantaranya adalah, rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu :

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju, susu.

Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.

b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.

c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.

(21)

d. Berusaha untuk tidur apabila benar- benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.

e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat seblum tidur.

f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.

g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.

2. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semi purposeful aksi motorik , seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur lagi (Japardi, 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak – anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnambulisme mempunyai resiko terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak. Tindakan ini dilakukan untuk mengantisipasi resiko terjadinya cedera pada anak. Ketika anak dalam kondisi somnambulisme, maka anak harus dibimbing untuk kembali ketempat tidur. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnambulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti diazepam dan valium.

3. Hipersomnia

Berlebihan jam tidur pada malam hari lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme.

4. Parasomnia

Merupakan Sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti

samnohebalisme (tidur sambil berjalan).

(22)

5. Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol) . Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis antara lain : hindari stress, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.

6. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat dimana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga karena terjadi akibat kerusakan genetika system saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan.

Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat–alat yang berputar–putar atau berada ditepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis amfetamin.

7. Night Terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.

8. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara

di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat

menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang

menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut

mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.

(23)

B. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Lansia 1. Pengkajian Pada Lansia

1. Biodata

a. Identitas Diri Klien

b. Nama Lengkap : Ny, B Sirait

c. Tempat, Tanggal Lahir : Porsea, 24 Desember 1949

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Status Perkawinan : Menikah

f. Agama : Kristen Protestan

g. Suku : Batak Toba

h. Pendidikan : Spg

i. Pekerjaan : Pensiunan Guru

j. Alamat : Gg. Patri Kel.Sitirejo II no 8 k. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti

2. Keluhan Utama

Ny B mengatakan sulit tidur pada malam hari. Sering terbangun tiba-tiba.

Dan saat akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri pada sendi - sendi lutut.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Provocative/Palliative

1) Apa penyebabnya

Ny. B mengatakan bahwa gangguan pola tidur yang terjadi saat ini dikarenakan klien lelah dan terkadang sedikit nyeri pada sendi.

2) Hal-hal yang memperbaiki Keadaan

Istirahat dengan cukup dan mencoba untuk tidur.

b. Quantity/ Quality

1) Bagaimana dirasakan

Klien merasa kurang istirahat, mata terlihat lesu.

2) Bagaimana dilihat

Klien terlihat lesu, kurang bersemangat.

c. Region

1) Dimana Lokasinya : -

(24)

2) Apakah Menyebar : -

d. Severity : -

e. Time : -

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan dahulu pernah mengalami konstipasi. Tapi sekarang sudah tidak kambuh lagi.

b. Pengobatan/ Tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan sering mengkonsumsi daun daun tradisional untuk pengobatan dengan cara direbus dan mengkonsumsi buah-buahan.

c. Pernah dirawat/ di operasi

Klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan belum pernah dioperasi.

d. Lama Dirawat

Tidak pernah dirawat dirumah sakit.

e. Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi apapun terhadap dirinya f. Imunisasi

Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi pada waktu beliau masih kecil.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Orang Tua

Klien mengatakan tidak ada penyakit yang serius terhadap orang tuanya.

b. Saudara Kandung

Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.

c. Penyakit Keturunan yang ada.

Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan Jiwa.

Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

(25)

e. Anggota Keluarga yang meninggal.

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

6. Riwayat Keadaan Psikososial

a. Persepsi Klien Tentang penyakitnya

Klien mengatakan bahwa dia ingin selalu sehat, dan tidak akan sakit.

b. Konsep Diri 1) Gambaran Diri

Klien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, tidak gemuk.

2) Ideal Diri

Klien mengatakan semoga saja dia tidak mengalami penyakit serius sehingga dapat tetap beraktifitas seperti biasa nya.

3) Harga Diri

Klien merasa senang dengan dirinya, karena anaknya patuh terhadap dia dank lien merasa dihargai.

4) Peran Diri

Berperan sebagai ibu rumah tangga, Seorang istri,ibu dan nenek ditengah-tengah keluarga nya.

5) Identitas Diri

Seorang Ibu rumah tangga dengan pensiunan guru.

c. Keadaan Emosi

Baik , dapat mengontrol emosi.

d. Hubungan Sosial

Hubungan social Klien dengan lingkungan social terjalin dengan baik.

- Orang yang berarti : Suami dan Anak

- Hubungan dengan Keluarga : Kandung

- Hubungan dengan Orang Lain : Terjalin dengan baik - Hambatan dalam berhubungan dengan : Tidak ada

- Orang Lain e. Spritual

1) Nilai dan Keyakinan

Klien percaya dengan keyakinan Agama yang dianutnya

(26)

2) Kegiatan Ibadah

Klien mengikuti Ibadah minggu dan Perkumpulan keluarga f. Istirahat Tidur

- Lama Tidur malam : 21.00-05.00 wib - Setelah mengalami gangguan : 22.00-02.00 wib

- Siang : 13.00-14.00 wib

- Keluhan dengan Tidur :Tidur terganggu, sering terbangun 7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik b. Tanda – tanda Vital

- Suhu Tubuh : 37 C

- Tekanan Darah : 120/80 mmhg

- Nadi : 82x/menit

- Pernapasan : 22 x/menit - Skala nyeri : Skala 3 - Tinggi badan : 150 cm - Berat badan : 60 kg c. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan Rambut

- Bentuk : Normal , Berbentuk bulat.

- Ubun – ubun : Ada

- Kulit kepala : Bersih , tidak ada Ketombe Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut: Rapi , rambut lebat, ikal, ada uban

- Bau : Tidak ada

- Warna Kulit : Kuning langsat Wajah

- Warna Kulit : Kuning langsat

- Struktur Wajah :Bulat, tidak ada kelainan

(27)

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan: 2 buah bola mata dan simetris

- Palpebra : Terbuka

- Konjungtiva dan sclera : Tidak Pucat

- Pupil : Simetris

- Cornea dan iris : Adanya sedikit kekeruhan lensa Hidung

- Tulang hidung : Simetris , normal - Lubang Hidung : Lengkap , ada 2 lubang - Cuping hidung : Normal

Telinga

- Bentuk Telinga : Simetris , lengkap ada 2 daun telinga - Ukuran Telinga : Kecil

- Lubang Telinga : Bersih - Ketajaman Pendengaran : Masih Baik Mulut dan Faring

- Keadaan Bibir : Tidak kering

- Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi dan gigi bersih, gigi lengkap - Keadaan Lidah : Normal

Leher

- Posisi Trachea : Simetris

- Thiroid : Normal , tidak ada pembengkakan

- Suara : Bersih

- Kelenjar Limfe : Ada

- Denyut nadi karotis : Normal, masi teraba Pemeriksaan Integumen

- Kebersihan : Baik

- Kehangatan : Kulit terasa hangat.

- Warna : Kuning langsat

- Turgor : Normal

- Kelembapan : Kulit lembab

(28)

- Kelainan Pada Kulit : Adanya bintik hitam karena proses Menua.

Pemeriksaan Thoraks/Dada - Inspeksi thoraks

(Normal,burelchest,funnelchest,pigeonchest,failchest,kifos Koliasis)

- Pernafasan (Frekuensi,irama) : Normal , tidak sulit dalam bernafas - Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada

Pemeriksaan Paru

- Palpasi Getaran Suara : Tidak dilakukan

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi(Suara nafas,suara : Tidak dilakukan Pemeriksaan Ucapan,suara tambahan)

Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Kedua belah dada normal, simetris - Palpasi : Normal, Tidak ada bunyi tambahan - Perkusi : Normal, Terdengar suara resonan - Auskultasi : Normal, Terdengar suara broncial Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi ( Bentuk,benjolan) : Normal, tidak ada benjolan - Auskultasi : Tidak terdengar kelainan - Palpasi (Tanda nyeri tekan : Tidak adanya pembesaran Hepar /limfa Benjolan,ascites,hepar,lien)

- Perkusi (Suara abdomen) : Normal 8. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a. Pola Makan dan Minum

- Frekuensi makan / hari : 3 x Sehari

- Nafsu / Selera makan : Baik dan Normal - Nyeri Ulu hati : Tidak ada

- Alergi : Tidak ada

- Mual dan Muntah : Tidak ada

- Waktu Pemberian makan : Teratur dan tepat waktu

(29)

- Jumlah dan Jenis makan : 1 Porsi makan dengan nasi Putih dan lauk - Waktu pemberian minum : Setiap saat apabila haus

- Masalah Makan minum : Tidak ada masalah b. Perawatan Diri / Personal hygiene

- Kebersihan Tubuh : Bersih, tidak tampak kotoran,rapi - Kebersihan Gigi dan Mulut : Bersih, Tidak berbau

- Kebersihan Kuku kaki/tangan : Bersih, kuku tidak panjang c. Pola Kegiatan / Aktivitas

- Uraian Kegiatan Klien untuk :

1. Mandi : Dilakukan 2 x sehari dengan mandiri 2. Makan : 3x sehari dilakukan secara mandiri 3. Eliminasi : Dilakukan secara mandiri

4. Ganti Pakaian : Dilakukan secara mandiri

- Uraian aktivitas Ibadah : Klien setiap hari minggu ke gereja.

9. Pola Eliminasi a. BAB

- Pola BAB : Kurang lebih 4-6 kali seminggu - Karakter Feses : Normal , Lembek dan berwarna Kuning - Riwayat Perdarahan : Tidak Pernah

- Diare : Tidak ada

a. BAK

- Pola BAK : Kurang lebih 3 – 6 Kali sehari - Karakter Urine : Normal, Bau tidak menyengat - Nyeri/Rasa terbakar/sulit BAK: Tidak ada

- Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak ada

(30)

2. ANALISA DATA

NO Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1

2

Ds :Ny. B mengatakan Saya sering terbangun apa bila tidur malam. Terkadang tidak bisa tidur nyenyak.

Do :

- K/u Baik

- Konjungtiva enemis - Terkadang menguap - Klien tampak lelah - TD : 120/80 mmhg - N : 80 x/ menit - RR : 24 x/ menit - S : 36 c

Waktu tidur malam sekitar 21.00 – 05.00 wib.

Waktu tidur setelah mengalami gangguan 22.00-02.00 wib Ds : Ny. B mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit reumatik.

Makanan, pantangan dan pengobatannya

Do : Ny.B tampak bertanya tentang rematik, makanan, pantangan, dan cara pengobatannya.

-Faktor menua -Kebisingan

-Keadaan Lingkungan yang tidak nyaman.

-Proses Menua.

-Kurang pengetahuan tentang informasi reumatik.

Gangguan Pola Tidur

Kurang

pengetahuan

tentang reumatik.

(31)

NO Data Penyebab Masalah Keperawatan 3 Ds : Ny. B mengatakan

adanya nyeri pada bagian lutut dan dirasakan pada saat bangun tidur, ketika berdiri dan duduk.

Do :

TD : 130/70 mmhg Nadi : 84x/menit Suhu : 36,5 c

Respirasi : 24x/ menit Ny.B tampak memegangi kakinya.

Skala nyeri : skala 3

-Proses Menua.

-Nyeri

-Tulang mengalami gesekan.

-Permukaan tulang dan sendi tidak lagi licin.

Nyeri

3. Masalah Keperawatan 1. Gangguan Pola Tidur.

2. Kurang Pengetahuan Tentang Reumatik.

3. Nyeri.

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak.

2. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang rematik.

3. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan

terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri

pada persendian.

(32)

5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1

Gangguan Pola Tidur

Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan

lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan gangguan tidur tidak terjadi.

Dengan kriteria hasil :Klien dapat tidur, nyaman dan rileks.

-Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien,

karakteristik dan penyebab

kurang tidur -Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti jam 8.

-Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

-Keadaan tempat tidur yang nyaman -Lingkungan yang tidak berisik dari kebisingan -Tingkatkan aktivitas sehari- hari dan Kurangi aktivitas

sebelum tidur.

-Memberikan informasi rencana keperawatan -mengatur pola tidur .

-Meningkatkan pola tidur.

-Mengurangi gangguan pada pola tidur.

-Memberikan

kenyamanan

untuk tidur.

(33)

NO Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

2 Kurangnya pengetahuan

tentang rematik berhubungan

dengan kurang terpaparnya

informasi tentang rematik

Setelah dilakukan intervensi,

diharapkan : Ny.B diharapkan paham mengenai penyakitnya.

-Kaji tingkat pengetahuan klien.

-Berikan pendidikan

kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi rematik.

-Anjurkan klien untuk

mengkonsumsi

makanan yang dapat dikonsumsi.

-Evaluasi tingkat pengetahuan klien.

-Menambah pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.

-Klien mengetahui tentang rematik untuk pengurangan memicu terjadinya nyeri.

-Mengetahui sejauh mana klien paham tentang peyakit dideritanya.

3 Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri pada persendian.

Setelah dilakukan intervensi hasil yang diharapkan : -Ny.B

melaporkan rasa kesemutan dan nyeri pada sendi berkurang

-Ny. B dapat merasa nyaman, tanpa rasa ngilu dan nyeri pada kaki.

-Menganjurkan Klien untuk mandi

air hangat, kompres sendi-

sendi yang sakit denga kompres hangat.

-Memberikan

masase yang lembut

-Mengajarkan teknik relaksasi.

- Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien sehingga tercapai rasa nyaman.

-Nyeri berkurang melalui masase yang dilakukan.

-Memudahkan untuk ikut

serta dalam terapi dan

mengurangi tegangan

otot/spasme.

(34)

6. Implementasi Dan Evaluasi

Tanggal No Implementasi Evaluasi

26/5/2016 Kamis

1 - Melakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur

Hasil : Klien sering terbangun pada malam hari, klien terbangun kira-kira 1 jam tertidur, jika sudah terbangun klien biasanya melakukan kegiatan minum air hangat, penyebab klien terbangun karena faktor lingkungan dan jika gejala rematik yang membuatnya nyeri

-Menganjurkan klien untuk tidur malam seperti pada jam 8 malam sesuai dengan pola tidur klien.

Hasil : Klien tidur jam 20.00- 04.00 wib.

-Anjurkan Keluarga klien untuk memberikan keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.

Hasil : Keluarga klien menuruti anjuran tersebut.Membuat tempat tidur yang nyaman, lingkungan yang tidak panas.

-Meningkatkan aktivitas sehari- hari dan kurangi aktivitas sebelum tidur.

Hasil : Klien tidak melakukan kegiatan sebelum tidur. Tidak mengerjakan yang berat-berat.

S :Klien mengatakan masih mengalami gangguan sekali- sekali.

O : -K/u Baik

-Klien merasa sudah hampir bisa tidur

-TD : 120/70mmhg -Nadi : 82x/menit -RR : 24x/menit -S : 36 C

Kuantitas tidur pada malam hari dari jam 20.00 – 04.00 wib Pada siang hari 12.00 – 14.00 wib

A : Masalah Sebagian teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan

(35)

Tanggal No Implementasi Evaluasi 26/5/2016

Kamis

2 -Membina hubungan saling percaya dengan klien.

Hasil : Memberi salam kepada klien,dan klien membalas salam tersebut.

-Menjelaskan tentang rematik kepada klien.

Hasil : Klien bertanya mengenai rematik tersebut.

-Menjelaskan Cara untuk mengurangi sakit pada lutut dengan berolah raga.

Hasil : Klien mengatakan telah melakukan olah raga jalan pagi.

-Menjelaskan makanan yang dapat dikonsumsi klien

Hasil : Klien mengkonsumsi susu, telur, buah-buahan dan keju.

-Menjelaskan makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita rematik.

Hasil : Klien mengatakan menghindari konsumsi makanan seperti Kacang, buncis dll.

S : Klien mengatakan sudah paham dengan apa yang disampaikan mengenai rematik, penyebab, makanan yang dapat dan tidak dapat dikonsumsi.

O : Ny. B tampak paham dengan apa yang disampaikan.

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi Dilanjutkan

-Beri penkes tentang rematik.

(36)

Tanggal No Implementasi Evaluasi 26/5/2016

Kamis

3 -Membina Hubungan saling percaya dengan klien.

Hasil : memberi salam pada klien dank lien merespon salam yang disampaikan.

-Mengkaji keluhan yang dirasakan klien, catat faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.

Hasil : Klien mengalami nyeri saat bergerak tiba-tiba, faktor yang mempercepat nyeri saat klien banyak berdiri, klien memegangi lutut yang nyeri.

-Menganjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres sendi-sendi yang sakit dengan kompres hangat.

Hasil : Klien mengatakan setiap malam mandi air hangat, mencontohkan kepada klien mengompres kaki nya dengan air hangat.

-Mengajarkan klien untuk teknik relaksasi.

Hasil : Klien mampu melakukan teknik penarikan nafas saat nyeri menyerang.

-Mengajarkan klien untuk melakukan olahraga kaki, misalnya dengan berjalan pagi hari.

Hasil : Klien mengatakan pagi berjalan untuk olah raga kakinya.

S : Ny. B mengatakan sudah 3 minggu merasakan kesemutan dan nyeri sendi pada lutut- lututnya

-Ny. B mengatakan rasa nyeri sendi tersebut datang ketika akan bergerak missal duduk atau berdiri.

O :

-TD : 120/80 mmhg -Nadi : 82x/menit -Suhu : 36 C

-Respirasi : 24x/menit

-Ny. B tampak memegangi kaki bagian lututnya.

-Ny. B tampak melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan cara tarik nafas dalam.

A : Masalah Teratasi P : Intervensi Dilanjutkan -Kaji pengetahuan klien tentang rematik

-Berikan penkes tentang

penyakit rematik.

(37)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny.B yang mengalami masalah gangguan tidur didapatkan hasil sebagai :

1. Tidur adalah, suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada rasa stress emosional, bebas dari kecemasan.

2. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny.B meliputi dikarenakan berhubungan dengan gangguan lingkungan klien, gejala rematik yang diderita, serta pengetahuan yang kurang mengenai rematik.

3. Tindakan penanganan gangguan pola tidur dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat memicu pola istirahat dengan baik.

4. Masalah Keperawatan yang ditemukan pada Ny.B adalah gangguan pola tidur, Nyeri berhubungan dengan gejala rematik, dan Kurangnya pengetahuan tentang rematik.

5. Dari data yang telah didapat, prioritas masalah utama klien adalah Gangguan Pola Tidur.

6. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny.B dapat berupa mengatur

pola tidur klien, menjelaskan pentingnya kebutuhan tidur pada klien, serta

menghindari kegiatan yang mengganggu pola tidur sehari-hari.

(38)

B. Saran

1. Klien sebaiknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran untuk dapat memperbaiki pelaksanaan gangguan pola tidur agar pemenuhan kebutuhan tidur terpenuhi.

2. Keluarga bekerja sama untuk dapat membuat suasana ataupun keadaan yang memicu ketenangan, agar klien tidak mengalami gangguan tidur.

3. Untuk setiap tindakan asuhan keperawatan yang diberikan, sebaiknya klien

melaksanakannya demi tercapainya asuhan keperawatan yang baik untuk

klien.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta

Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media Jakarta

Maryam Siti.R, dkk (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannnya, Salemba Medika Jakarta

Nugroho Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, edisi 4. Jakarta: EGC

Wartonah Tarwoto (2006) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 3, Salemba Medika Jakarta

Wartonah Tarwoto (2010) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 4, Salemba

Medika Jakarta

(40)

CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Hari/

Tanggal

Implementasi

Keperawatan Evaluasi (SOAP) 1. Gangguan

Pola tidur Berhubungan dengan ketidaknorma lan fisiologis dan faktor menua ditandai dengan klien sering terbangun pada saat tidur.

Jumat/

27/5/2016

1. Mengkaji Pola tidur klien perhari.

Hasil : Klien tidur mulai dari jam 20.00- 04.00 wib

2. Mengkaji tentang keinginan untuk tidur pasien.

Hasil : Semenjak tempat tidur klien nyaman dan nyeri tidak lagi timbul klien merasa ingin tidur dengan nyaman.

3. Mengkaji faktor penyebab gangguan tidur.

Hasil : Klien merasa nyaman dengan kondisi

lingkungannya sehingga dapat

dengan nyaman untuk tidur.

4. Mengkaji tanda-tanda vital klien.

TD : 120/80 mmhg

S :

Ny. B mengatakan untuk tidur nya saat ini semakin membaik, khususnya pada saat tidak ada kebisingan, dan ngilu pada kaki nya.

O :

Tanda-tanda vital T : 36,5 C

RR : 24x/menit HR : 82x/menit BB : 52 kg TB : 150 Cm A :

Masalah Teratasi P :

Intervensi

(41)

RR : 22x/menit HR :82x/menit S : 36 C

5. Mendiskusikan pentingnya kebutuhan istirahat tidur untuk pasien.

Hasil : Klien mengatakan lebih sering untuk mengatur pola tidurnya dengan baik.

6. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur.

Hasil : Klien

meminum air hangat setiap sore.

7. Menganjurkan klien untuk membuat suasana lingkungan nyaman.

Hasil : Tempat tidur klien dilapisi dengan tilam yang lembut, bantal yang bersih.

dilanjutkan

(42)

No Dx Hari/

Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) 2. Kurangnya

Pengetahua n tentang Rematik berhubunga n dengan keterbatasa n kognitif

1. Mengkaji klien untuk mengetahui sejauh apa pandangan mengenai rematik.

Hasil : Klien bertanya apa itu rematik.

2. Mengkaji Klien makanan apa yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi oleh klien Hasil : Klien menunjukkan makanan yang

dikonsumsinya yaitu, susu, dan telur. Dan tidak

mengkonsumsi kacang- kacangan.

3. Mengkaji klien kegiatan apa yang dilakukan untuk mengurangi rematik.

Hasil : Klien berolahraga pagi, mengompres dengan air hangat pada sore hari.

untuk saat ini rematik yang dirasakannya tidak begitu

mengganggu, karena klien tahu rematik tersebut terjadi karena pada umumnya

menyerang lansia.

O :

TD : 120/80 mmhg T : 37 C

RR : 23x/menit HR : 82x/menit A : Masalah Teratasi P : Intervensi Dilanjutkan 3. Nyeri akut

akibat proses inflamasi

1. Mengkaji Skala nyeri yang masih terjadi pada klien.

Hasil : Klien tidak lagi merasa nyeri, dengan skala

S :

Klien mengatakan

bahwa nyeri

sedikit berkurang,

(43)

pada kaki berhubunga n dengan kesemutan dan nyeri pada persendian.

3.

2. Mengkaji kegiatan apa yang dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri.

Hasil : Klien mengompres dengan air hangat.

3. Mengkaji respon klien setelah melakukan teknik relaksasi, kompres hangat dan kegiatan olahraga yang dilakukan.

Hasil : Klien menarik nafas dalam sebanyak 3 kali.

2. Mendiskusikan bersama pasien tentang mengatasi rasa nyeri.

Hasil : Klien melakukan pengompresan ketika nyeri.

3. Mengingatkan pasien untuk tidak memakan makanan yang menyebabkan nyeri pada gejala rematik.

Hasil : Klien

mengkonsumsi buah- buahan, susu, dan telur.

terutama pada saat klien melakukan teknik relaksasi, mengompres kaki dan jalan pagi O :

T : 36,5 C TD : 130/70 mmhg

HR : 82x/menit

RR : 24x/menit

A : Masalah

Teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan

(44)

No Dx Hari/

Tanggal

Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP) 1. Gangguan

Pola tidur berhubungan dengan ketidaknorma lan fisiologis dan faktor menua ditandai dengan klien sering terbangun pada saat tidur.

Sabtu/28/2016 1. Mengkaji pola tidur klien saat ini.

Hasil : Klien tidur pada jam 20.00- 04.00 wib

2. Mengkaji Kondisi kenyamanan klien untuk dapat tidur.

Hasil : Klien tidur diatas tilam yang lembut sehingga terasa nyaman.

3. Mengkaji aktifitas apa saja yang dapat dilakukan sebelum tidur.

Hasil : Sebelum tidur, klien meminum air hangat.

4. Menganjurkan klien untuk meminum air hangat sebelum tidur.

Hasil : Klien minum air hangat segelas pada malam hari.

5. Menganjurkan klien

S : Ny. B

mengatakan saat ini klien sudah bisa tidur.

Kebutuhan tidur semakin baik.

O : T : 37 C TD : 120/80 mmhg

HR : 82x/menit RR : 24x/menit Klien tampak lebih segar, wajah.

Konjungtiva tidak enemis Tidak tampak lesu, tidak tampak menguap.

A :

(45)

untuk membuat suasana lingkungan nyaman.

Hasil : Keluarga membuat kondisi tempat tidur lebih nyaman dengan kasur yang lembut, bantal yang bersih.

Masalah Teratasi P : Intervensi Dilanjutkan

2. Kurangnya Pengetahuan Tentang Rematik berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

1. Mengkaji klien tentang penyakit rematik.

Hasil : Klien paham tentang rematik.

2. Mengkaji klien makanan apa yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi sehari- hari.

Hasil : Klien memperlihatkan susu, telur yang dikonsumsi olehnya.

3. Mengkaji klien aktifitas apa yang dapat membuat rematik itu terjadi.

Hasil : nyeri

muncul ketika klien banyak berdiri, dan

S :

Ny. B

mengatakan

rematik adalah

penyakit yang

pada umunya

menyerang

lansia seperti

dirinya dan

klien

mengatakan

rematik tidak

begitu

menggangu

selama

melakukan

pencegahan dan

mengkonsumsi

makanan yang

dianjurkan.

(46)

bergerak tiba-tiba.

4. Memberi Pendidikan Kesehatan

mengenai rematik.

Hasil : Klien melakukan apa yang disarankan pada pendidikan yang diberi.

O : T : 36 C TD :

120/80mmhg HR : 82x/menit RR : 22x/menit Klien antusias untuk berbicara mengenai gejala rematik yang

dideritanya.

A : Masalah Teratasi P : Intervensi dilanjutkan

No Dx Hari/

Tanggal

Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

3. Nyeri akut akibat proses

1. Mengkaji kapan nyeri yang dirasakan klien.

Hasil : nyeri

S :

Klien mengatakan

bahwa nyeri

sedikit berkurang,

(47)

inflamasi pada kaki berhubun gan dengan kesemuta n dan nyeri pada persendia n.

muncul saat melakukan banyak aktifitas dan bergerak tiba-tiba.

2. Mengkaji kegiatan apa yang dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri.

Hasil :

mengompres kaki dengan air hangat.

3. Mengkaji respon klien setelah melakukan teknik relaksasi, kompres hangat dan

kegiatan olahraga yang dilakukan.

Hasil : Klien menarik nafas saat nyeri muncul dengan

memperagakannya, mengompres dengan air hangat dan jalan pagi hari.

terutama pada saat klien melakukan teknik relaksasi, mengompres kaki dan jalan pagi O :

T : 36 C TD : 120/80 mmhg

HR : 82x/menit RR : 24x/menit Klien tampak biasa dan tidak merasakan nyeri A : Masalah Teratasi P : Intervensi dilanjutkan dengan melakukan

relaksasi, kompres

hangat, dan jalan

pagi.

(48)
(49)
(50)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Rematik

Hari/tanggal : Kamis, 26 Mei 2016

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Keluarga Tn. J

Sasaran : Ny. B

A.Tujuan

1. Tujuan instruksional umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x20 menit, keluarga Ny. B khususnya mengetahui arti dari rematik.

2. Tujuan instruksional khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan diharapkan klien mampu:

1. Mengetahui pengertian rematik.

2. Mengetahui penyebab dari rematik.

3. Mengetahui tanda dan gejalanya rematik.

4. Mengetahui penatalaksanaan rematik..

5. Mengetahui diet untuk penderita rematik.

6. Tanaman obat untuk rematik.

B. Media leaflet.

C.Metode

Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah Ceramah dan tanya jawab.

(51)

D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon anak dan

keluarga

1. 5 Menit

Pembukaan

- Memberikan salam - Memperkenalan diri

- Memberikan pertanyaan dasar seputar materi penyuluhan

Mendengarkan dan menjawab

2. 10 Menit

Pelaksanaan

Menyampaikan materi:

1. Menjelaskan pengertian rematik 2. Menjelaskan penyebab dari rematik.

3. Menjelaskan tanda dan gejala rematik.

4. Menjelaskan penatalaksanaan rematik.

5. Menjelaskan diet untuk penderita rematik.

6. Menjelaskan tanaman obat untuk rematik.

Tanya jawab

Mendengarkan materi penyuluhan,

bertanya

3. 5 Menit

Penutup

-Merangkum semua materi yang telah disampaikan sebelumnya

-Melakukan evaluasi menanyakan ulang secara lisan mengenai pokok-pokok materi

Salam penutup

-Menjawab

pertanyaan

-Memperhatikan

(52)

E. Evaluasi

Sasaran memahami dengan apa yang disampaikan penyuluh ditandai dengan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan secara lisan:

1. Apa pengertian rematik.

2. Apa penyebab dari rematik.

3.Apa tanda dan gejala dari rematik.

4.Apa penatalaksanaan rematik.

5. Apa diet untuk penderita rematik.

6. Apa tanaman obat untuk rematik.

F. Materi penyuluhan

(Terlampir)

(53)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui efek infusa bunga rosella terhadap penurunan kadar Serum Glutamate Piruvat

Hasil ramalan yang diperoleh dari model VAR-GSTAR pada data volume kendaraan yang masuk ke Kota Bandung melalui gerbang tol yang berada di Kota Bandung adalah mengikuti

Diamnya anak-anak bukan berarti bahwa mereka sudah paham dengan pesan yang disampaikan guru secara lisan, hal ini dibuktikan dengan hasil rata-rata keterampilan

Hal itu dibuktikan dengan adanya perbedaan letak, jumlah dan jenis asam amino dari reseptor progesteron yang berikatan dengan kurkumin dan analog- nya melalui

Bagaimana pengaruh Perbedaan Individu terhadap Proses Keputusan Konsumen dalam memilih tempat makan di Kota Bandung menggunakan metode SEM dengan PLSc. Bagaimana

Aljabar Kumjian-Pask dari graf- k ber- hingga baris tanpa sources telah banyak menjadi perhatian kalangan ilmuwan aljabar operator, di antaranya [3, 4, 5, 9, 18, 20]...

Faktor penting yang membedakan dua konteks kontraks diuraikan diatas adalah kesempatanuntuk teribat dalam perilaku yang tidak etis.Dalam beberapa

Service aggregation process model: According to the user’s requirements of the aggregated service and type of SG, it can aggregate a variety of GIS web services to meet the needs of