• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang :. a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tenta tentang ng Pemilihan Kepala Desa, Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah telah menetapkan Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2016 tentang entang Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak; b. bahwa sehubungan terdapat beberapa perubahan mengenai persyaratan Calon alon Kepala Desa dan mekanisme Pemilihan emilihan Kepala Desa Antarwaktu melalui Musyawarah Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang entang Perubahan atas tas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang entang Pemilihan Kepala Desa, maka Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak Serentak, perlu diubah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas tas Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 201 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak;. 1.

(2) Mengingat. : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1221);. 2.

(3) 7. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2015 Nomor 225) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor Tahun 2018 tentang Perubahan atas Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018 Nomor 255);. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak (Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2016 Nomor 524), diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 7 diubah dan ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf e, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), mempunyai wewenang: a. menerima mandat saksi secara tertulis dari Calon Kepala Desa; b. menolak saksi yang tidak memenuhi ketentuan dan tata tertib dalam proses Pemilihan Kepala Desa; c. memperlakukan semua calon dan saksi secara adil dan merata; d. menjaga pelaksanaan pemilihan berjalan dengan demokratis, berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, serta tertib, aman dan lancar; dan e. memutuskan segala perselisihan terkait penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang bersifat final dan mengikat.. 3.

(4) 2. Ketentuan ayat (1), ayat (3) dan ayat (6) Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) Penduduk yang belum terdaftar dalam DPS yang diumumkan oleh Panitia Pemilihan, melapor kepada pengurus rukun tetangga/rukun warga setempat dengan menunjukkan kartu tanda penduduk/kartu keluarga. (2) Laporan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diteruskan oleh rukun tetangga/rukun warga setempat kepada Panitia Pemilihan. (3) Bagi penduduk yang belum terdaftar dalam DPS dapat meneruskan laporannya kepada Panitia Pemilihan dengan membawa kartu tanda penduduk/kartu keluarga, dengan diketahui oleh rukun tetangga/rukun warga setempat terlebih dahulu. (4) Pelaporan mengenai Pemilih tambahan tanpa diketahui oleh rukun tetangga/rukun warga yang bersangkutan, tidak dapat dilayani oleh Panitia Pemilihan. (5) Dalam hal Panitia Pemilihan telah melakukan verifikasi terhadap data penduduk dan telah memenuhi persyaratan Pemilih, yang bersangkutan didaftar sebagai Pemilih tambahan. (6) Bagi penduduk yang tidak terdaftar dalam DPT dan memenuhi syarat sebagai Pemilih, dapat melaksanakan hak pilihnya pada Hari pelaksanaan pemungutan suara setelah habis waktu pemilihan yang ditentukan dan selama persediaan surat suara masih ada, dengan membawa kartu tanda penduduk atau kartu keluarga yang beralamat di Desa setempat, dan dituangkan dalam berita acara. 3. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 13 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 (1) Calon Kepala Desa tidak diperbolehkan merangkap sebagai pegawai Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/Badan Usaha Milik Desa, atau tenaga honorer pada instansi pemerintah.. 4.

(5) (2) Pengurus lembaga kemasyarakatan yang mempunyai susunan kepengurusan dan mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Desa, diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal Calon Kepala Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan Calon Terpilih. (3) Pengurus lembaga kemasyarakatan yang tidak mempunyai susunan kepengurusan/tunggal dan mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Desa, harus mengundurkan diri dari lembaga kemasyarakatan sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal calon Kepala Desa. (4) Tugas kepengurusan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dirangkap oleh pengurus lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/Penjabat Kepala Desa. (5) Dihapus. 4. Ketentuan huruf d, huruf l, huruf n dan huruf p Pasal 14 diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 14 (1) Dokumen persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) terdiri atas : a. surat permohonan yang ditulis tangan di atas kertas segel atau bermeterai cukup, ditujukan kepada Panitia Pemilihan; b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup; c. surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup; d. fotokopi ijazah pendidikan terakhir, minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat, atau surat keterangan lulus yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; e. akta kelahiran yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang atau surat keterangan kenal lahir/surat pernyataan dari pejabat yang berwenang;. 5.

(6) f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermaterai cukup; g. surat keterangan berbadan sehat dari dokter pemerintah; h. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Kepolisian; i. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling sedikit 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali yang bersangkutan telah selesai menjalani pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada masyarakat bahwa yang bersangkutan pernah dipidana, serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang. j. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap; k. surat pernyataan tidak pernah menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan, baik berturutturut maupun tidak berturut-turut, baik di Desa yang sama maupun di Desa yang berbeda di atas kertas segel atau bermeterai cukup. l. fotokopi kartu tanda penduduk dan kartu keluarga yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang. m. surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi pegawai negeri sipil; n. surat pernyataan tidak terdaftar sebagai anggota/pengurus partai politik atau tidak merangkap sebagai pegawai Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/Badan Usaha Milik Desa dan tenaga honorer instansi pemerintah; o. visi dan misi Kepala Desa secara tertulis; p. pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 4 (empat) lembar; dan q. daftar riwayat hidup; (2) Bagi Calon Kepala Desa terpilih yang berasal dari luar Desa setempat, harus membuat surat pernyataan bahwa Calon Kepala Desa beserta keluarga bersedia menjadi warga Desa setempat dan bertempat tinggal di Desa setempat.. 6.

(7) 5. Ketentuan ayat (3) Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 16 (1) Ijazah pendidikan sederajat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d adalah ijazah Madrasah Tsanawiyah, ijazah Paket B atau ijazah ujian persamaan Sekolah Menengah Pertama. (2) Dalam hal ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hilang, maka yang bersangkutan melampirkan : a. surat keterangan pengganti ijazah yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah/Rektor yang bersangkutan untuk ijazah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA atau Perguruan Tinggi; b. surat keterangan pengganti ijazah yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten/kota yang menerbitkan ijazah Paket A, ijazah Paket B atau ijazah Paket C; atau c. surat keterangan pengganti ijazah yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang menerbitkan ijazah ujian persamaan SD, ujian persamaan SMP atau ujian persamaan SMA. (3) Apabila terdapat lebih dari satu pembuktian yang sah mengenai usia calon, maka yang dijadikan dasar penentuan usia adalah akta kelahiran. 6. Ketentuan ayat (2) huruf a Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 17 (1) Bakal Calon ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan apabila : a. memenuhi persyaratan dan dokumen persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan b. dinyatakan lulus dalam Seleksi Tambahan, dalam hal bakal calon yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a lebih dari 5 (lima) orang. (2) Seleksi Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan dengan menggunakan kriteria secara berurutan sebagai berikut: a. pernah bekerja di salah satu lembaga pemerintahan (tidak termasuk panitia adhoc); b. tingkat pendidikan tertinggi; dan c. usia termuda (termasuk waktu kelahiran).. 7.

(8) 7. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1) Bakal calon yang telah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa, dilarang untuk mengundurkan diri. (2) Calon Kepala Desa yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sanksi tidak dapat mencalonkan diri kembali sebagai Kepala Desa selama 1 (satu) periode Pemilihan Kepala Desa selanjutnya. (3) Dalam hal Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan mengundurkan diri/didiskualifikasi oleh Panitia Pemilihan sebelum atau pada Hari pemungutan suara sedangkan jumlah calon hanya 2 (dua) orang, maka pemilihan ditunda sampai dengan Pemilihan Kepala Desa gelombang berikutnya dengan mengikutsertakan calon yang ikut dalam pemilihan sebelumnya. (4) Dalam hal Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan mengundurkan diri sebelum Hari pemungutan suara, sedangkan jumlah calon lebih dari 2 (dua) orang dan surat suara belum tercetak, maka pengunduran diri yang bersangkutan diumumkan oleh panitia dan pemilihan tetap dilaksanakan dengan tidak mengikutsertakan calon yang mengundurkan diri. (5) Dalam hal Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan mengundurkan diri sebelum atau pada Hari pemungutan suara, sedangkan jumlah calon lebih dari 2 (dua) orang dan surat suara telah tercetak, maka pengunduran diri yang bersangkutan diumumkan oleh panitia dan pemilihan tetap dilaksanakan dengan tidak memperhitungkan jumlah perolehan suara yang bersangkutan. 8. Ketentuan ayat (5) dan ayat (6) Pasal 25 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 25 (1) Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dikenai sanksi: a. peringatan tertulis apabila Pelaksana Kampanye melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan/atau b. penghentian kegiatan Kampanye ditempat terjadinya pelanggaran atau di suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain. 8.

(9) (2) Pelanggaran atas ketentuan larangan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, yang merupakan dan berdampak pada tindak pidana dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundangundangan. (3) Bagi Calon Kepala Desa yang terbukti terlibat dalam pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Pasal 24 ayat (1) huruf j, akan didiskualifikasi dari daftar Calon Kepala Desa Yang Berhak Dipilih. (4) Masyarakat dapat melaporkan tindakan Pelaksana Kampanye yang diduga merupakan pelanggaran, yang disampaikan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan disertai dengan bukti adanya pelanggaran. (5) Bukti pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat berupa: foto, video, rekaman suara dan barang. (6) Laporan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diteruskan oleh Panitia Pemilihan kepada Panitia Pemilihan Daerah untuk difasilitasi dan selanjutnya diputuskan oleh Panitia Pemilihan yang bersifat final dan mengikat. 9. Ketentuan huruf c Pasal 28 diubah dan ditambahkan 2 (dua) huruf yakni huruf d dan huruf e, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 28 Tahapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, terdiri atas kegiatan: a. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara; b. penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak; c. dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang, Calon Terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan suara sah yang lebih luas; d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c berlaku berurutan jika jumlah suara sah terbanyak lebih dari 1 (satu) calon pada wilayah perolehan suara yang lebih luas; dan/atau e. wilayah perolehan suara sah yang lebih luas sebagaimana dimaksud pada huruf c dan huruf d, dihitung dari jumlah suara sah terbanyak pada 1 (satu) TPS.. 9.

(10) 10. Ketentuan ayat (3) Pasal 32 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 32 (1) Ketentuan mengenai bahan, warna, bentuk, dan ukuran surat suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a, ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Daerah. (2) Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyesuaikan dengan jumlah Pemilih yang terdaftar dalam DPT, ditambah 5% (lima persen) sebagai cadangan. (3) Surat suara memuat nomor urut, pas foto berwarna, dan nama dari calon yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. 11. Ketentuan ayat (1) huruf k dan n dihapus dan ayat (2) huruf c angka 4 (empat) dan angka 5 (lima) Pasal 42 dihapus serta ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 42 (1) Syarat untuk menjadi anggota KPPS-PKD adalah : a. warga negara Republik Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat; e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar; f. bersedia dicalonkan menjadi anggota KPPS-PKD; g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih; j. sehat jasmani dan rohani; k. dihapus;. 10.

(11) l.. tidak menjadi anggota partai politik yang dinyatakan dengan surat pernyataan yang sah atau paling kurang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun tidak lagi menjadi anggota partai politik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai politik yang bersangkutan; m. mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur dan adil; dan n. dihapus.. (2) Kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. fotokopi kartu tanda penduduk yang masih berlaku; b. fotokopi ijazah sekolah lanjutan tingkat atas/sederajat atau ijazah terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; c. surat pernyataan bermaterai cukup dan ditandatangani oleh yang bersangkutan : 1. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945; 2. tidak menjadi anggota partai politik paling kurang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun; 3. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih; 4. dihapus; 5. dihapus. d. surat keterangan kesehatan dari dokter pemerintah. (3) Dalam hal syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud huruf b tidak dapat dipenuhi bagi calon anggota KPPS-PKD, dapat diisi oleh orang yang mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam membaca, menulis dan berhitung yang dibuktikan dengan surat pernyataan dan ditandatangani diatas kertas bermeterai oleh yang bersangkutan. 12. Ketentuan ayat (2) Pasal 51 ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf e dan ayat (3) ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf i, serta ayat (7) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 51 (1) Pada saat penghitungan suara, surat suara harus diambil dari kotak suara dan disebutkan satu-persatu serta tidak ditumpuk di meja atau ditangan Panitia Pemilihan. 11.

(12) (2) Surat suara yang telah dicoblos dinyatakan sah, apabila: a. surat suara ditandatangani oleh ketua panitia; dan tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon; b. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan; c. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon; d. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon; dan/atau e. tanda coblos lebih dari satu tetapi tidak terkena calon lain. (3) Surat suara yang telah dicoblos dinyatakan tidak sah, apabila: a. tidak menggunakan surat suara yang telah ditetapkan; b. tidak ditandatangani dan di cap oleh ketua Panitia Pemilihan atau ketua KPPS-PKD; c. terdapat tanda gambar dan/atau tulisan selain yang telah ditetapkan; d. memuat tanda-tanda lain yang menunjukkan identitas Pemilih; e. tanda coblos terdapat pada lebih dari 1 (satu) calon; f. tanda coblos di luar kotak tanda gambar; g. menggunakan alat pencoblos di luar alat yang telah disediakan; h. sobek/rusak atau tanda gambar hilang; dan/atau i. tanda coblos lebih dari satu, tetapi tidak terdapat di dalam salah satu kotak tanda gambar calon. (4) Dalam hal terdapat surat suara yang tidak terdapat tanda coblos pada salah satu tanda gambar calon, maka surat suara dinyatakan blanko. (5) Saksi calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh Panitia Pemilihan, apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan. (6) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat diterima, Panitia Pemilihan seketika itu juga mengadakan perbaikan. (7) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai sah atau tidak sahnya surat suara di antara para saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), maka keputusan ditentukan oleh Panitia Pemilihan.. 12.

(13) 13. Ketentuan ayat (3) Pasal 57 ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf k serta ditambahkan 2 (dua) ayat yakni ayat (4) dan ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 57 (1) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2), diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa, dilaksanakan secara terbuka dan tidak bersifat rahasia. (2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, ketua lembaga kemasyarakatan Desa, dan unsur masyarakat. (3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : a. tokoh adat; b. tokoh agama; c. tokoh masyarakat; d. tokoh pendidikan; e. perwakilan kelompok tani; f. perwakilan kelompok nelayan; g. perwakilan kelompok perajin; h. perwakilan kelompok perempuan; i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; dan k. unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf k, diwakili paling banyak 5 (lima) orang dari setiap dusun atau sebutan lain. (5) Jumlah peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dibahas dan disepakati bersama BPD dan Pemerintah Desa dengan memperhatikan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di Desa yang ditetapkan dengan keputusan BPD. 14. Ketentuan ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 58 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 58 (1) BPD bersama dengan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu mempersiapkan perencanaan Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi rencana kegiatan beserta rencana anggaran biaya. 13.

(14) (3) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi: a. jadwal kegiatan b. tempat penyelenggaraan; c. sarana/prasarana pendukung; dan d. peserta, undangan dan pendamping.. pada. (4) Rencana kegiatan dan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun dengan mengutamakan swadaya gotong royong dan sesuai dengan kemampuan keuangan Desa. 15. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 59 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut Pasal 59 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah Desa berdasarkan rencana kegiatan dan rencana anggaran biaya yang telah disetujui oleh Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu menyampaikan surat kepada Pemerintah Desa mengenai fasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa yang meliputi: a. penyiapan bahan pembahasan tentang Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu; dan b. penyiapan biaya penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu; (3) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu melakukan penyebarluasan informasi kepada masyarakat Desa mengenai Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu. 16. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 60 dihapus. 17. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 61 dihapus. 18. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 62 diubah serta ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 62 (1) Tahapan persiapan meliputi : a. pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu oleh BPD paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;. 14.

(15) b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa oleh Panitia Pemilihan kepada Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak panitia terbentuk; c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diajukan oleh Panitia Pemilihan; d. pengumuman dan pendaftaran bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari; e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh Panitia Pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari; dan f. penetapan Calon Kepala Desa Antarwaktu oleh Panitia Pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan Musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam Musyawarah Desa. (2) Tahapan pelaksanaan meliputi: a. penyelenggaraan Musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh Panitia Pemilihan; b. pengesahan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh Musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara; c. pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan dan peserta Musyawarah Desa melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh Musyawarah Desa; d. pelaporan hasil pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan kepada Musyawarah Desa; dan e. pengesahan Calon Terpilih oleh Musyawarah Desa. (3) Tahapan pelaporan meliputi: a. pelaporan hasil Pemilihan Kepala Desa melalui Musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah Musyawarah Desa mengesahkan Calon Kepala Desa terpilih; b. pelaporan Calon Kepala Desa terpilih hasil Musyawarah Desa oleh ketua BPD kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima laporan dari Panitia Pemilihan; c. penerbitan keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya laporan dari BPD; dan d. pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan Calon Kepala Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 15.

(16) 19. Ketentuan ayat (2) Pasal 63 dihapus dan ditambahkan 2 (dua) ayat yakni ayat (4) dan ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 63 (1) Ketentuan Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) angka 1, melalui keputusan ketua BPD. (2) Dihapus. (3) Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu yang masing-masing dalam jabatannya merangkap anggota, sekurang-kurangnya terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; dan d. anggota. (4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sebagaimana dimaksud ayat (1), jumlahnya disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan anggaran pendapatan belanja Desa. (5) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sebagaimana dimaksud ayat (1), bertanggungjawab kepada pimpinan BPD. 20. Ketentuan ayat (1) huruf b dihapus, ayat (2) huruf d Pasal 65 dihapus dan ayat (3) diubah serta ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (4), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 65 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3), berhenti karena : a. meninggal dunia; b. dihapus; dan c. diberhentikan. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberhentikan karena : a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap; b. terlibat tindak pidana dengan ancaman hukuman kurang dari atau selama 5 (lima) tahun; atau c. melanggar tugas dan wewenang; d. dihapus.. 16.

(17) (3) Dalam hal Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pergantian dari perangkat Desa dan unsur masyarakat. (4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu yang telah dibentuk dan ditetapkan oleh BPD, dilarang mengundurkan diri dan mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa Pergantian Antarwaktu. 21. Ketentuan ayat (1) huruf g dihapus dan huruf n Pasal 69 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 69 (1) Bakal Calon Kepala Desa Antarwaktu harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. warga negara Republik Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar; f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; g. dihapus; h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulangulang; j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; k. sehat jasmani dan rohani; dan l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan; m. tidak terdaftar sebagai anggota/pengurus partai politik; n. tidak merangkap sebagai pegawai BUMN/BUMD maupun tenaga honorer instansi pemerintah; dan o. mempunyai visi dan misi Kepala Desa.. 17.

(18) (2) Bakal Calon Kepala Desa Antarwaktu harus melengkapi dokumen persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. 22. Ketentuan ayat (3) Pasal 72 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 72 (1) Calon yang sudah ditetapkan oleh panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) dan ayat (6) tidak dapat mengundurkan diri. (2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan sanksi berupa pencekalan yang bersangkutan untuk mencalonkan diri kembali sebagai Kepala Desa selama 1 (satu) periode Pemilihan Kepala Desa selanjutnya. (3) Dalam hal calon yang ditetapkan oleh panitia mengundurkan diri atau meninggal dunia sebelum atau pada Hari pelaksanaan Musyawarah Desa sedangkan jumlah calon hanya 2 (dua) orang, maka Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu dilaksanakan secara musyawarah mufakat atau ditunda hingga Pemilihan Kepala Desa Serentak gelombang berikutnya, dengan mengikutsertakan calon yang telah mengikuti pemilihan sebelumnya. (4) Dalam hal calon yang ditetapkan oleh panitia mengundurkan diri atau meninggal dunia sebelum atau pada Hari pelaksanaan Musyawarah Desa sedangkan jumlah calon lebih dari 2 (dua) orang, maka pemilihan tetap dilaksanakan dengan tidak mengikutsertakan calon yang bersangkutan. (5) Calon yang mengundurkan diri atau meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diumumkan oleh panitia. 23. Ketentuan ayat (3) Pasal 73 huruf d diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 73 (1) Peserta Musyawarah Desa berasal dari unsur Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat Desa yang diundang secara resmi sebagai peserta Musyawarah Desa. (2) Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai Pemilih.. 18.

(19) (3) Syarat sebagai Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain : a. pada Hari pelaksanaan Musyawarah Desa dalam Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah; b. tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; d. berdomisili di Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum dibentuknya Panitia Pemilihan, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk; dan e. bukan anggota TNI dan POLRI aktif. 24. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 74 diubah serta ayat (3) dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 74 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu mempersiapkan undangan peserta Musyawarah Desa secara resmi. (2) Undangan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3), baik secara perseorangan dan/atau kelompok masyarakat, dengan dibubuhi tanda tangan ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu. (3) Dihapus (4) Undangan Musyawarah Desa disampaikan oleh BPD paling lambat 2 (dua) minggu terhitung sebelum Hari dan tanggal penyelenggaraan Musyawarah Desa. 25. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 75 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 75 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu dapat mengubah rencana jadwal kegiatan, tempat dan sarana/prasarana Musyawarah Desa dengan tetap berdasarkan swadaya gotong royong dan tanpa menambah jumlah biaya penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Desa yang sudah disiapkan pemerintah Desa serta disetujui oleh BPD. (2) Perubahan rencana jadwal kegiatan, tempat dan sarana/prasarana Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena : a. perubahan kebijakan Daerah; dan b. bencana alam 19.

(20) 26. Ketentuan Pasal 76 dihapus. 27. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 77 diubah dan ayat (3) dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 77 (1) Undangan Musyawarah Desa adalah : a. mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan Panitia Pemilihan; dan b. anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas keinginan sendiri untuk menyaksikan pelaksanaan Musyawarah Desa. (2) Undangan sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak memiliki hak suara dan hak pilih. (3) Dihapus. 28. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 78 diubah, berbunyi sebagai berikut: Pasal 78 (1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Musyawarah Desa yang berasal dari Perangkat Daerah, Camat, tenaga pendamping profesional, aparat penegak hukum dan/atau pihak ketiga untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa. (2) Pendamping Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan sebuah kebijakan publik terkait hal yang sedang dimusyawarahkan. (3) Pendamping Musyawarah Desa melakukan tugas untuk : a. memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan; b. mengklarifikasi arah pembicaraan dalam Musyawarah Desa yang sudah menyimpang dari pokok pembicaraan; c. membantu mencarikan jalan keluar; dan d. mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang dapat berakibat pada tindakan melaan hukum.. 20.

(21) 29. Ketentuan ayat (2), ayat (3) dan ayat (5) Pasal 80 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 80 (1) Setiap calon wajib menunjuk dan memberi kuasa secara tertulis kepada saksi. (2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berjumlah 1 (satu) orang, dan berasal dari Desa tersebut. (3) Saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bukan peserta Musyawarah Desa dan tidak mempunyai hak suara dalam Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu. (4) Dihapus. (5) Kewajiban saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah membantu Calon Kepala Desa sebagai saksi dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu. 30. Ketentuan ayat (2) Pasal 82 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 82 (1) Ketua BPD bertindak selaku pimpinan Musyawarah Desa. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa AntarWaktu merupakan panitia pelaksanaan Musyawarah Desa. 31. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) huruf b dan huruf h Pasal 84 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 84 (1) Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu membacakan susunan acara sebelum Musyawarah Desa dipimpin oleh pimpinan Musyawarah Desa. (2) Susunan acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun sebagai berikut : a. pembukaan oleh pimpinan Musyawarah Desa; b. penyampaian pandangan resmi terkait dengan Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu oleh : 1. Pemerintah Desa; 2. unsur Pemerintah Daerah; c. pengesahan Calon Kepala Desa Antarwaktu yang berhak dipilih oleh Musyawarah Desa; d. teknis pelaksanaan pemilihan oleh panitia;. 21.

(22) e. pelaporan hasil pemilihan oleh panitia kepada Musyawarah Desa; f. pengesahan Calon Terpilih oleh Musyawarah Desa; g. penyampaian catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa oleh sekretaris Musyawarah Desa, dalam hal catatan sementara dan laporan singkat disepakati maka catatan sementara diubah menjadi catatan tetap dan laporan singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa; h. penandatanganan catatan tetap dan laporan singkat oleh pimpinan Musyawarah Desa, ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu, Penjabat Kepala Desa dan salah seorang wakil peserta Musyawarah Desa; i. penutupan Musyawarah Desa; dan j. pembagian risalah kepada anggota Musyawarah Desa dan pihak yang bersangkutan. (3) Sekretaris BPD meminta persetujuan seluruh peserta yang hadir dalam hal susunan acara. (4) Peserta musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berhak mengajukan keberatan dan usulan perbaikan. (5) Dalam hal susunan acara Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah disetujui oleh peserta Musyawarah Desa, maka musyawarah dilanjutkan dengan dipimpin oleh pimpinan Musyawarah Desa. (6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud ayat (5), berjalan sesuai dengan susunan acara.. pada. 32. Ketentuan Pasal 91 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 91 Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila Musyawarah Desa dihadiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87. 33. Ketentuan ayat (2) Pasal 92 diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3), sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 92 (1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dinyatakan sebagai Calon Terpilih.. 22.

(23) (2) Dalam hal terdapat 2 (dua) calon atau lebih memperoleh jumlah suara terbanyak yang sama, maka dilakukan pemilihan ulang dengan hanya mengikutsertakan calon yang mempunyai suara terbanyak yang sama. (3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (2), terdapat 2 (dua) calon atau lebih memperoleh jumlah suara terbanyak yang sama, maka penetapan calon dilakukan berdasarkan usia termuda. 34. Ketentuan ayat (4) Pasal 93 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 93 (1) Hasil Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu melalui musyawarah mufakat atau pemungutan dan penghitungan suara dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh ketua panitia dan sekurangkurangnya 2 (dua) orang anggota Panitia Pemilihan, serta dapat ditandatangani oleh saksi calon. (2) Dalam hal saksi tidak menandatangani berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka hasil musyawarah mufakat atau penghitungan suara tetap dinyatakan sah. (3) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan oleh panitia kepada Musyawarah Desa untuk mendapat pengesahan. (4) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibuat dalam 5 (lima) rangkap masing-masing untuk Panitia Pemilihan, Pemerintah Desa, BPD, Camat dan Pemerintah Daerah melalui Perangkat Daerah yang membidangi urusan Pemerintahan Desa. 35. Ketentuan Pasal 96 dihapus. 36. Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal 97 dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 97 (1) Dihapus. (2) Dihapus. (3) Dihapus.. 23.

(24) (4) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa mengucapkan sumpah/janji, dengan susunan katakata sumpah atau janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4). 37. Ketentuan ayat (1) dan (2) Pasal 101 diubah dan ayat (3) dan (4) dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 101 (1) Biaya pemillihan Kepala Desa dan tugas Panitia Pemilihan Kabupaten yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Desa dibebankan pada APBD. (2) Biaya Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu melalui Musyawarah Desa dibebankan pada APB Desa dan swadaya masyarakat. (3) Dihapus. (4) Dihapus. 38. Ketentuan Pasal 105 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 105 Perangkat Daerah yang membidangi urusan Pemerintahan Desa, Camat dan/atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Bupati dapat melakukan tugas pembinaan dan pengawasan kepada Desa berupa fasilitasi pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.. 24.

(25) Pasal II Peraturan Bupati diundangkan.. ini. mulai. berlaku. pada. tanggal. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah. Ditetapkan di Koba pada tanggal 6 Juni 2018 BUPATI BANGKA TENGAH, Cap/Dto IBNU SALEH Diundangkan di Koba pada tanggal 6 Juni 2018 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH, Cap/Dto SUGIANTO BERITA DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2018 NOMOR 724. 25.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka menunjang perjalanan dinas yang dilakukan oleh kepala desa, perangkat desa, badan permusyawaratan desa dan lembaga kemasyarakatan,

(4) Dalam hal rancangan APB Desa tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), telah ditetapkan, sisa Dana Desa tersebut dapat digunakan mendahului penetapan

(2) Peta batas kawasan perencanaan RTBL Kawasan Kelurahan Dul dan Desa Beluluk Kecamatan Pangkalanbaru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran

(2) Seksi Pengembangan Usaha Produksi dan Kelembagaan Perikanan Budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pengelolaan dan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Kepegawaian dan

(2) Daftar permintaan pembayaran Tambahan Penghasilan yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

(1) Inspektur Pembantu Wilayah I mempunyai tugas membantu Inspektur dalam memimpin, menyelenggarakan, mengatur, membina, mengendalikan, mengoordinasikan, memantau,

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD melakukan pendataan lapangan untuk menentukan perhitungan Pajak reklame atas dasar