• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema Al-Qur an dan Revolusi Mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tema Al-Qur an dan Revolusi Mental"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH KANDUNGAN AL-QUR’AN

Bahtsul Masail dengan Teknik Tea Party Berbasis Al-Qur’an dan Hadits : Implementasi Revolusi Mental Guna Menjadikan Santri Berakhlaqul Karimah

Tema

Al-Qur’an dan Revolusi Mental

Arifah Fitria Hidayati 150111603541 (Angkatan 2015) Ima Nurul Islamiyah 150111607775 (Angkatan 2015) Nur Mega Aris Saputra 170111600041 (Angkatan 2017)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

2017

(2)

2 DAFTAR ISI

COVER ... 1

DAFTAR ISI ... 2

1. PENDAHULUAN ... 3

2. GAGASAN ... 4

a. Kondisi Kekinian ... 4

b. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan. ... 6

c. Prediksi Hasil atas Gagasan yang Diusung ... 7

d. Pihak-Pihak Terkait ... 8

e. Langkah-Langkah Strategis ... 9

4. KESIMPULAN ... 10

5. DAFTAR PUSTAKA... 10

6. LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 11

(3)

3

1. PENDAHULUAN

Pemuda sebagai ‘agent of change’ sejatinya menjadi panutan bagi generasi-generasi di bawahnya. Sebagai golongan yang dianggap “berilmu” segala macam pikiran dan perbuatan, sudah layaknya mencerminkan nilai dan norma masyarakat serta agama. Sejalan dengan uraian tersebut, Kiai Dim menyampaikan bahwa sekolah dan pendidikan bolehlah setinggi langit, tapi kalau dia tidak mengerti adab dan etika, maka ia tampak “murahan”, sehingga orangpun enggan dengannya. Sebaliknya, walaupun ilmunya tak banyak, tapi ia paham bagaimana bersikap, maka ia tampak berkelas dan disukai orang (Soraya Dimyati 2017 : 117). Dalam hal ini pesantren digaungkan menjadi pionir sebagai lembaga pendidian agama untuk program pembentukan akhlaqul karimah bagi para generasi penerus bangsa, namun kenyataan dilapangan tak selaras dengan apa yang digaungkan. Ironisnya saat ini semakin sering kita melihat para remaja pesantren atau “santri” banyak yang melakukan hal-hal yang sepatutnya tidak dilakukan menurut ajaran al-quran dan hadis. Penulis meyakini salah satu penyebabnya adalah paradigma masyarakat bahwa pondok pesantren sebagai tempat penampungan remaja yang bermasalah. Selain itu maraknya hal tersebut dirasa terjadi dikarenakan rendahnya aspek keilmuan mereka dalam mengkaji ilmu agama, krisis mental, maladjusment, serta diperkuat dengan tidak adanya wahana bagi santri untuk mencurahkan apa yang menjadi problematikanya.

Seperti dilansir dari berita yang membuat dunia pendidikan di pesantren berkabung, Kendal, 16 Januari 2017 (http://regional.kompas.com) – Kasat Reskrim Polres Kendal, AKP Arwansa mengatakan bahwa penyebab meninggalnya santri Pondok Pesantren Modern Selamat, Kendal, Jawa Tengah, berinisial DK (17), karena berkelahi dengan temannya.

Adapun berita yang mengguncang dari seorang santri, Karanganyar, 4 Agustus 2017 (https://news.detik.com) – Seorang santri di Pondok Pesantren Darul Mustofa, Desa Salam, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar ditemukan tewas gantung diri. Korban ditemukan oleh beberapa santri di rangka bangunan tempat jemuran. Dalam rangkian ayat Al-Qur’an sesungguhnya telah disampaikan larangan untuk bunuh diri, misalnya dalam QS An Nisa: 29 disebutkan:

اًمي ِح َر ْمُكِب َناَك َ َّاللَّ َّنِإ ْمُكَسُفْنَأاوُلُتْقَت َلَ َو

“Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah sangat menyayangi kalian.” [QS An Nisa`: 29]

(4)

4

Hal tersebut diperkuat dengan sebuah hadits yangmana Nabi Muhammad shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda:

َيِقْلا َم ْوَي ِهِب َبِِّذُع ٍءْىَشِب ُهَسْفَن َلَتَق ْنَم ِةَما

“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya pada hari kiamat, ia akan disiksa dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai seorang yang terdidik yang akan menjadi pendidik penulis mengusung prinsip berdasarkan sebuah hadits yang berbunyi:

ِساَّنلِل ْمُهُعَفْنَأ ِساَّنلا ُرْيَخ

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ath Thabarani).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan urgensi revolusi mental maka diusunglah karya tulis ilmiah Al-Qur’an dengan judul “Bahtsul Masail dengan Teknik Tea Party Berbasis Al-Qur’an dan Hadits : Implementasi Revolusi Mental Guna Menjadikan Santri Berakhlaqul Karimah”.

2. GAGASAN

a. Kondisi Kekinian

Dunia pesantren dianggap sebagai sebuah kehidupan yang unik, dengan berbagai komponen di dalamnya. Pondok pesantren sebagai lembaga masyarakat tidak lepas dari eksistensinya untuk bisa memberikan kontribusinya secara besar terhadap pelayanan dalam kehidupan beragama sekaligus menjadi tonggak utama untuk pembentukan moral bangsa dan wadah revolusi mental bagi para pemuda bangsa. Penulis sebagai saksi hidup atmosfer di dalam pondok pesantren menemukan beberapa alasan seseorang memilih belajar di pondok pesantren diantaranya, yang pertama karena keinginan orang tua. Rata – rata seseorang yang disuruh menuntut ilmu Pondok karena anak tersebut berkelakuan tidak baik dirumah atau orang tua takut anaknya terpengaruh oleh kondisi pergaulan yang bebas pada kondisi ini

(5)

5

seorang santri merasa tidak nyaman dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan pondok yang sederhana dan pastinya sangat berbeda dengan lingkungan atau keadaan di rumah disamping segudang peraturan dan sanksi yang mengikat, apalagi jika di rumah biasa dengan fasilitas yang lengkap seperti handphone, laptop, tv dan pada akhirnya dia harus hidup tanpa barang – barang tersebut di lain sisi seorang santri dituntut untuk beradaptasi dengan teman yang memiliki beragam karakter yang berasal dari daerah seluruh Indonesia yang pastinya memiliki sifat yang berbeda dengan dirinya dan ada santri yang memang dipaksa mondok karena sudah terpengaruh pergaulan bebas, memiliki kebiasaan buruk (suka mencuri), mudah marah dan sering melanggar aturan sehingga membuat persoalan di Pondok Pesantren semakin lengkap.

Alasan kedua karena keinginan diri sendiri untuk menambah ilmu agama, pada hal ini tidak terlalu bermasalah baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan sekitar tetapi dalam hal ini terkadang seorang yang baru mondok masih perlu menyesuaikan lingkungan dan dalam memahami materi yang ada di Pondok Pesantren. Ketiga seorang pemuda itu menjadi santri karena diajak atau ikut teman karibnya lebih tempatnya ikut-ikutan saja. Pada hal ini seorang yang mondok hanya ikut-ikut saja, apalagi dengan seruan yang lagi trend yaitu semangat untuk berhijrah dan cenderung ikut-ikutan sehingga tidak memiliki niat yang kuat dan belum memiliki tujuan atau niat yang jelas. Tetapi mereka mudah beradaptasi karena sudah memiliki teman yang akrab sehingga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan pondok, kondisi yang dihadapi lebih ke penataan niat atau pembiasaan dalam mempelajari ilmu dan aturan pondok yang mengikat para santri.

Maka dari beberapa alasan dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang dihadapi santri baru antara lain : Penyesuaian diri terhadap lingkungan pondok pesantren dengan berbagai aturan yang mengikat, sosialisasi dengan santri lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki karakter berbeda, niat yang sepenuhnya belum dari hati, dan yang paling fatal masih maraknya meminjam barang oleh sesama santri yang tanpa sepengetahuan yang punya (ghosob) maupun yang benar-benar tindak pencurian barang yang dilakukan oleh sesama santrinya. Kesemuanya dapat terkantongi dalam istilah krisis mental.

Dampak dari krisis mental tersebut menyebabkan santri tidak nyaman dan akhirnya memilih boyong dari pondok dan lebih parahnya jika santri yang dari awal sudah nakal jika

(6)

6

di pondok tidak mendapat perhatian khusus maka dia akan menjadi santri yang suka mengambil barang yang bukan miliknya, seenaknya sendiri, tidak mentaati peraturan pondok dan dampak lebih besarnya jika semua santri tidak bisa benar-benar memahami karakter kesantrian maka nantinya sewaktu keluar dari pondok pesantren dia tak ada bedannya dengan pemuda yang tidak pernah mondok mungkin hanya berbeda pada keimanan dan keilmuan tetapi pada penampilan tetap tidak ada bedanya yang perempuan masih saja berpakaian ketat bahkan ada yang melepas kerudung saat sudah keluar dari pondok pesantren. Padahal harapannya santri yang keluar dari pondok itu bisa memiliki akhlaqul karimah. Sejalan dengan hal tersebut dalam sebuah hadits telah diterangkan sebagai berikut:

اًقُلُخْ مُهُنَس حَأاًناَميِإَْنيِنِم ؤُم لاُْلَم كَأَْمّلَس َوِْه يَلَعُّْاللَىّلَصِّْاللَُْلوُس َرَْلاَقَْلاَقَْة َر ي َرُهيِبَأْ نَع

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya (diantara mereka).” (HR.

al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)

b. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan.

1. Ta’zir

Ta’zir adalah memberi pelajaran berupa hukuman yang sesuai tingkat pelanggaran kepada santri yang melanggar peraturan pondok pesantren biasanya diberikan oleh pembina atau ustad/ustadzah bisa berupa denda (semen, uang) maupun hukuman secara fisik, tetapi ta’zir tidak sepenuhnya membuat jera bagi santri yang melanggar justru dia semakin menjadi apalagi dengan ta’zir fisik santri pun semakin menjadi se- enaknya sebaliknya jika ta’zir uang atau barang santri yang mampu beranggapan dia bisa membayar denda itu dan akan terus melanggar karena beranggapan mampu untuk membayar denda atau ta’zir tersebut. Solusi yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahan pun sekarang dianggap tidak efisien karena tidak berfungsi secara maksimal dan dianggap menjadi rutinitas biasa oleh santri dan menjadi hal yang lazim.

2. Sistem Kamar Acak

Sistem kamar acak salah satu solusi yang ditawarkan dengan harapan agar santri baru mudah dalam mengenal lingkungan barunya dan santri senior dapat membimbing santri baru tersebut agar cepat beradaptasi dengan keadaan yang ada di Pondok

(7)

7

Pesantren tersebut. Tetapi masalah baru malah bermunculan sistem senioritaspun tak bisa dihindari santri senior menyuruh dan se-enaknya kepada santri baru dan hal tersebut membuat santri baru yang masih dalam proses adaptasi menjadi semakin tidak nyaman dengan lingkungan barunya dan memilih untuk boyong dari pondok.

3. Sistem DO

Ada beberapa Pondok Pesantren menggunakan sistem drop out atau yang lebih sering di sebut pengembalian santri kepada orang tua. Hal ini dikarenakan pelanggaran yang dilakukan santri sudah sangat berat dan berulang tetapi justru hal ini bukannya menjadikan seorang santri yang di drop out itu sadar tetapi dia akan semakin liar tidak terkendali karena menggangap dirinya gagal dan tidak perduli dengan keadaan lingkungan serta pergaulannya.

Dari beberapa solusi yang pernah di lakukan tidak sepenuhnya dapat membuat santri menjadi jera dan tidak membuat santri menjadi nyaman berada di pondok pesantren karena belum bisa beradaptasi baik dengan lingkungan pondok maupun dengan teman sejawatnya. Selain itu kurangnya pengawasan, perhatian, dan bimbingan yang menyeluruh membuat santri menanggalkan budi dan akhlaq mereka.

c. Prediksi Hasil atas Gagasan yang Diusung

Berdasarkan uraian kondisi kekinian dan solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan maka penulis menggagas sebuah solusi sebagai wujud kepedulian sosial dan pengembangan keilmuan tercetuslah “Bahtsul Masail dengan Teknik Tea Party Berbasis Al-Qur’an dan Hadits” sebagai implementasi revolusi mental guna menjadikan santri berakhlaqul karimah.

Bahtsul Masail dapat diketahui lebih lanjut melalui penjelasan dari Jannah (2014: 102) yang mengungkapkan bahwa belakangan ini Bahtsul Masail menjadi metode yang cukup

“ngetrend” di dunia pesantren. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang bersifat diskusi atau musyawarah. Biasanya dalam metode ini beberapa santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqoh (lingkaran kecil) yang dipimpin langsung oleh kyai untuk membahas atau mengkaji persoalan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam dunia Bimbingan dan Konseling (BK) adapun Bimbingan Kelompok yang dipimpin oleh seorang konselor atau guru BK yang memiliki banyak teknik untuk memberikan layanan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggagas kemudian

(8)

8

memadukan metode pembelajaran yang ada di pesantren dengan salah satu teknik dalam Bimbingan Kelompok guna memperoleh ketercapaian yang optimal atas persoalan krisis mental seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun teknik yang hendak dipadukan adalah teknik tea party. Teknik tersebut juga diterapkan dalam buzz group (kelompok kecil) yang mengusung beberapa problematika yang selanjutnya dibahas bersama dalam kelompok dengan berputar searah jarum jam, sehingga memungkinkan setiap anggota kelompok mengungkapkan pendapatnya atau uneg-uneg yang dimilikinya.

Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits melatih santri agar memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapatnya, santri bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya, dengan menitikberatkan pada argumen logika, kajian ayat, hadits, dan kitab tertentu yang relevan dengan persoalan yang dibahas.

Berdasarkan uraian tersebut penggagas optimis bahwa dengan menerapkan solusi tersebut persoalan krisis mental dan implementasi revolusi mental menuju santri berakhlaqul karimah dapat tercapai.

d. Pihak-Pihak Terkait

Berikut ini beberapa pihak-pihak terkait yang memiliki pengaruh dalam terlaksananya Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits, yaitu:

1. Pengasuh Pondok Pesantren (Kiai dan Ibu Nyai)

Dalam hal ini pengasuh berperan sebagai pemimpin pesantren dan mengatur manajemen pesantren tersebut. Kaitannya dengan gagasan penulis yakni memberikan legitimasi bagi prosedural pelaksanaan Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits.

2. Pengurus Pondok Pesantren

Pengurus dapat berperan aktif dalam memberikan kontribusinya untuk implementasi revolusi mental, dengan terlebih dahulu diberikan bekal dan pelatihan mengenai Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits. Sehingga dapat turut memberikan layanan pada para santri.

3. Ustad dan Ustadzah

Selain berperan sebagai tenaga pendidk dalam pesantren Ustad dan Ustadzah dapat menjadi model untuk memberikan percontohan mengenai akhlaqul karimah. Ustad dan Ustadzah tersebut dapat turut berperan dalam hal publikasi layanan tersebut agar

(9)

9

para santri secara keseluruhan mengetahui adanya Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits.

4. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)

Guru Bk atau Konselor disini sebagai center point dan fasilitator , untuk pelaksanaan Bahtsul Masail dengan teknik Tea Party berbasis al-qur’an dan hadits.

5. Orangtua Santri

Orangtua santri berperan sebagai motivator alami atas segala persoalan yang dihadapi anaknya dalam kehidupan pesantren, melalui forum monitoring bersama antara pengasuh, pengurus dan guru BK atau konselor.

6. Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling

Dosen jurusan BK berperan sebagai ahli dan memberikan masukan-masukan serta sebagai pembimbing dalam pengembangan gagasan tim penulis.

7. Santri

Santri sebagai sasaran pemberian layanan berperan aktif dalam

e. Langkah-Langkah Strategis

Analisis Kebutuhan Santri

Sosialisasi dan Pelatihan pada Pengasuh dan Pengurus Pesantren

Membuat Pamflet atau Brosur untuk menarik Santri

Membuat Formulir Pendaftaran bagi

Santri Pelaksanaan

Layanan Follow-up

(10)

10

4. KESIMPULAN

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Santri yang Meninggal di Ponpes Selamat Kendal Diduga karena Berkelahi.

tanggal 16 Januari 2017. (Online), (http://regional.kompas.com), diakses 08 Oktober 2017.

Anonim. 2017. Santri Ponpes di Karanganyar Tewas Gantung Diri. tanggal 5 Agustus 2017.

(Online), (https://news.detik.com), diakses 08 Oktober 2017.

Jannah, Hasanatul. 2014. Pesantren Pusat Konseling bagi Generasi Muda. Madura:

Kementrian Agama Pamekasan, Vol. 5, No. 1. Dari Portal Garuda. (Online).

(httpdownload.portalgaruda.orgarticle.phparticle=401014&val=6785&title=PESAN TREN%20DAN%20PUSAT%20KONSELING%20BAGI%20GENERASI%20MU DA), diakses 06 Oktober 2017.

Soraya Dimyati. 2017. Kiai Dim (KH.A DIMYATHI ROMLY) Ayah, Guru, dan Pembimbing Umat-Kabeh Wes Ono Tulisane. Jakarta: PT Gramedia.

(11)

11

6. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pada tahap selanjutnya parameter- parameter tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan misalnya menentukan laju absorpsi, metabolisme dan ekskresi melalui urin:

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana karakteristik 10 penyakit utama yang ada di

Dari ketiga jenis pandan ini, jenis yang terakhir telah umum dibudidayakan dan dikenal dengan beberapa nama lokal serta daunnya digunakan sebagai bahan anyaman. Kerajinan

Pada tampilan selanjutnya akan dibahas rancangan J2ME pada handphone, berikut ini adalah tampilan rancangannya, pada tampilan ini pelanggan akan memilih

b) Dimensi Efektivitas, Dapat disimpulkan bahwa Kinerja Bidang Pengelolaan Pasar Dalam Pemungutan Retribusi Pasar pada Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan

Dalam penelitian ini ada dua kelompok yang digunakan sebagai sampel penelitian diantaranya kelas VII A sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode

Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dapat memberikan jalan keluar dari masalah yang selama ini dihadapi oleh para guru