Hubungan Pengetahuan Pengguna Jasa Female Condom Di Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Dengan Perilaku Pemakaian Tegal Panas Kabupaten Semarang
Rahayu Dwi Nofianti, S.Tr.Keb*. Dwi Novitasari, S.Kep. Ns. M.Sc**, Indri Mulyasari, S.Gz. M.Gizi** Mahasiswa D4 Kebidanan, ** Dosen STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Tingkat pengetahuan para pengguna jasa pekerja seks komersial satu dengan yang lain berbeda-beda, termasuk pengetahuan mengenai kontrasepsi female condom, sehingga akan mempengaruhi perilaku para pekerja seks komersial tersebut dalam pemakaian
female condom, pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilakunya, karena
pengetahuan merupakan dasar dalam pembetukan perilaku seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial dengan perilaku pemakaian female condom pada pekerja seks komersial.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental dengan sampel sebanyak 50 orang pengguna jasa pekerja seks komersial. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square (α=0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 23orang (46,0%), dan perilaku pekerja seks komersial dalam pemakaian female condom paling banyak dalam kategori negatif (tidak memakai) sebanyak 32 orang (64,0%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial dengan perilaku pemakaian female condom pada pekerja seks komersial di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang dengan p-value 0.015 < 0,05.
Para pengguna jasa pekerja seks komersial di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang diharapkan untuk mencari informasi tentang berbagai macam kontrasepsi khususnya metode kontrasepsi female condom, sehingga lebih mengerti dan memahami mengenai kontrasepsi female condom.
ABSTRACT
The knowledge level among the user of prostitute is different, including the knowledge about the female condom contraception, which will affect the behavior of prostitute to use female condom contraception. The knowlegde of a person will affect behavior, because knowledge is the basis of a person’s behavior. The purpose of this study is to determine the correlation between the knowlegde of the user of prostitute with the behavior to use female condom at Tegal Panas prostitution complex Semarang regency.
The method used descriptive correlative with cross sectional approach. The sample taking used accidental sampling to 50 samples of the users of prostitute. The statistical test used Chi Square (α=0,05).
The results of this study showed the knowledge of the used of prostitute was mostly in less good category, as many as 23 persons (46,0%), the behavior of the users
of prostitute to use female condom was mostly in negative category, as many as (64,0%), it could be concluded that there was a significant correlation between the users knowledge with the behavior to use female condom at Tegal Panas prostitution complex Semarang regency, with result P-value 0,015< 0,05.
The users of prostitute at Tegal Panas prostitution complex Semarang regency are expected to seek the information about various contraception especialy the method of female condom contraception, so they have knowlegde and understand about the female condom contraception.
Key words : Knowlegde, Behavior, Female Condom Contraception Bibliographies : 26 (2004 - 2013)
PENDAHULUAN
HIV merupakan singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus yaitu virus
yang dapat menyebabkan AIDS. Virus ini sendiri menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain kehadiran virus ini di dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Penyakit HIV / AIDS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan pasti. HIV / AIDS merupakan satu kelompok penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh
World Health Organization (WHO), setiap
tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonorhe, sifilis, herpes genetalis dan jumlah tersebut menurut hasil analisis World Health Organization (WHO) cenderung meningkat dari waktu kewaktu (Daili, 2004).
Indonesia tercatat 14.680 kasus HIV/AIDS 19% diantaranya dialami kaum perempuan. Infeksi HIV memang terus merangkak naik, dengan berbagai macam penyebaran, yaitu dari riset Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 yang
memperlihatkan bahwa perilaku seksual tetap menduduki peringkat teratas dalam penularan HIV/AIDS (61,7%), disusul dengan Injecting Drug User (IDU) (15,9%), homoseksual-biseksual (18,6%),
heteroseksual (13%), perinatal (2,6%),
transfusi darah (0,5%) dan hemofili (0,2%) (Depkes RI, 2013).
Infeksi Human Immunodefisiency
Virus (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia menunjukkan masalah yang cenderung meningkat (Depkes RI, 2010). Peningkatan tersebut juga terjadi di Propinsi Jawa Tengah, data KPAD Jawa Tengah
menunjukkan sampai dengan Desember 2010 dilaporkan sebanyak 2.488 kasus HIV dan AIDS dengan rincian 1.518 infeksi HIV dan 970 kasus AIDS dan sebanyak 319 orang diantaranya sudah meninggal dunia (KPAD Jawa Tengah, 2011).
Penularan HIV/AIDS di kabupaten Semarang menduduki peringkat ke-5 dari 35 kota / kabupaten se-Jawa Tengah. Angka penularan HIV / AIDS di Kabupaten Semarang dari tahun ke tahun juga naik. Januari 2011 tercatat sebanyak 41 orang dinyatakan positif HIV / AIDS . Padahal 2010 jumlah penderita HIV / AIDS di Kabupaten Semarang hanya sekitar 33 orang, hal ini menunjukkan peningkatan penderita HIV / AIDS dari tahun 2010
sampai 2011 (Dinkes Kabupaten Semarang, 2012).
Jawa Tengah sampai dengan Desember tahun 2012 dilaporkan sebanyak 5.882 kasus HIV dan AIDS dengan rincian 3.200 infeksi HIV dan 2.384 kasus AIDS dan sebanyak 676 orang diantaranya sudah meninggal. Sedangkan estimasi menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAD) kasus diperkirakan mencapai 8.506. Bila dilihat kontribusi dari kasus yang diestimasikan KPAD ternyata pelanggan pekerja seks komersial (PSK) sebesar 2.815 penderita dan dari wanita pekerja seks (WPS) sebesar 653 penderita. Sedangkan dilihat dari distribusinya kejadian HIV dan AIDS sudah tersebar di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2013).
Wanita pekerja seks komersial (WPS) dan pelanggannya merupakan kelompok berisiko tinggi terinfeksi HIV. Studi di Kenya dan Zimbabwe, penularan HIV pada WPS dan pelanggannya mencapai angka 80%. Di Banin, Mali, dan Tanzania mencapai 40 % (Center for Health and Gender Equity, 2003). Senada dengan penelitian tersebut, KPA Nasional bersama KPAD Provinsi Jawa Tengah juga memproyeksikan akan terjadinya peningkatan kasus HIV terutama yang bersumber dari (WPS) dan pelanggannya (KPAD Jawa Tengah, 2011).
Wanita pekerja seks (WPS) adalah merupakan kelompok resiko tinggi terkena IMS mengingat pada kelompok ini terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Walaupun infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme, namun ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang (Yuwono, 2007).
Menjadi PSK memiliki banyak resiko. Salah satu resiko yang harus ditanggung oleh PSK adalah tertular dan menularkan HIV/AIDS. Tingginya kasus
penularan HIV/AIDS melalui penjaja seks komersial karena penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko masih sangat rendah berkisar antara 7-45% (Spiritia, 2010).
Kondom perempuan merupakan metode kontrasepsi yang dikendalikan oleh perempuan. Diluncurkannya perkenalan kondom wanita (female condom)
merupakan bagian dari strategi
penanggulangan HIV/AIDS dan
mendorong penggunaan kondom yang lebih luas. Kondom khusus perempuan belum banyak digunakan masyarakat Indonesia. Pemakaian kondom perempuan banyak dianjurkan terutama bagi pekerja seks, karena dapat memberikan kontrol mandiri dalam menjaga kesehatan dirinya (Siti, 2013).
Metode pencegahan yang bisa dikontrol oleh perempuan (female control
metode) ini, dapat mencegah lebih banyak
lagi kasus HIV baru yang disebabkan oleh hubungan seks yang tidak aman (Depkes RI, 2010).
Tingkat pengetahuan antara pekerja seks komersial satu dengan yang lain berbeda-beda, termasuk pengetahuan mengenai female kondom atau kondom wanita. Sehingga akan mempengaruhi perilaku mereka terhadap pemakaian
female condom atau kondom wanita.
Pengetahuan seseorang akan
mempengaruhi dari sikap serta prilaku, karena pengetahuan merupakan dasar dalam pembentukan perilaku seseorang. Apabila prilaku tersebut didasari pengetahuan yang baik maka perilaku seseorang tersebut akan positif, apabila perilaku tersebut tidak didasari dengan pengetahuan yang baik maka perilaku seseorang tersebut bisa negatif ( Alex, 2013).
Penelitian Zaini (2008), yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan perilaku pekerja seks komersial tentang pencegahan penularan penyakit HIV / AIDS di Kediri Jawa Timur tercatat sampai dengan Januari 2008 secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Jawa
Timur terlaporkan sebanyak 1.587 orang (Dinas Kesehatan Kediri, 2007). dengan penyumbang terbesar dari WPS (Wanita Penjaja Seks) sekitar 30%. Hal tersebut didasari pengetahuan pada Wanita Penjaja Seks (WPS) yang kurang dalam cara mencegah peneluran penyakit HIV / AIDS dalam kegiatan seks yang beresiko pada dirinya (Zaini, 2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 1 April 2014 di lokalisasi Tegal Panas yang terletak di Kabupaten Semarang, jumlah pekerja seks komersial kurang lebih sekitar 300 orang pekerja, yang terdiri dari wanita semua. Hasil survey yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu dari pekerja seks yang menggunakan kondom wanita sangat sedikit sekitar 30 dari 300 orang pekerja seks komersial. Sisanya hanya menggunakan metode kontrasepsi kondom pria yang digunakan oleh pelanggan atau tidak memakai pelindung sama sekali karena mereka beranggapan sangat repot untuk digunakan dan tidak nyaman bagi para pelanggan mereka dan ada beberapa pelanggan yang mungkin seudah nyaman menggunakan kondom pria saja. 30 orang yang menggunakan kondom wanita tersebut mereka memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kondom wanita, mengetahui apa itu kondom wanita, fungsi dari kondom wanita dan bagaimana cara menggunakannya serta efektivitas dari kondom wanita tersebut. Mereka beranggapan bahwa sangat penting untuk mencegah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang bisa didapat dari pekerjaan mereka sebagai pekerja seks komersial (PSK), karena masih ada beberapa pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom pria pada saat melakukan hubungan seksual dengan alasan repot dan tidak nyaman. Sehingga membuat mereka sebagai pekerja seks komersial (PSK) memilih untuk menggunakan kondom wanita sebagai bentuk dari perlindungan diri atas tertularnya penyakit meskipun agak repot dalam penggunaannya, dan menurut mereka pilihan untuk
menggunakan kondom wanita lebih baik dari pada menggunakan obat-obat antibiotik. Sedangkan 270 sisanya sebagai pekerja seks komersial (PSK) yang tidak menggunakan kondom wanita, sebenarnya mempunyai pengetahuan yang cukup baik mengenai kondom wanita yang didapat dari penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada setiap bulan sekali hanya saja mereka beranggapan menggunakan kondom wanita tidak memberi efek yang berarti bagi mereka dikarenakan selain repot dalam menggunakannya mereka juga merasa tidak nyaman dalam menggunakan. Mereka lebih memilih menggunakan obat-obatan antibiotik sebagai bentuk dari perlindungan diri dari penyakit.
Berdasarkan hasil di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “hubungan pengetahuan pennguna jasa pekerja seks komersial dengan perilaku pemakaian female condom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Tegal Panas kabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan (Notoatmodjo, 2012). Alasan menggunakan desain ini karena pada penelitian ini peneliti mencari hubungan antara pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial (variable independen) dengan perilaku pemakaian
female condom pada pekerja seks komersial (variabel dependen) dengan memperhitungkan jumlah sampel yang akan diteliti.
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Deskripsi tentang Umur Pengguna Jasa PSK di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, 2015
Variabel N Mean SD Min Max Umur 50 37.96 8.640 23 59
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 50 responden pengguna jasa PSK di lokalisasi Tegal Panas Kab.
Semarang, rata-rata umur responden adalah 37,96 tahun dimana umur paling muda 23 tahun dan paling tua 59 tahun. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Pengguna Jasa PSK di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, 2015
Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD SMP SMA 13 28 9 26,0 56,0 18,0 Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 50 responden pelanggan yang menggunakan jasa PSK di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, paling banyak memiliki pendidikan SMP sejumlah 28 orang (56,0%), dan sejumlah 13 orang (26,0%) memiliki pendidikan SD, sisanya sejumlah 9 orang (18,0%) berpendidikan SMA.
B. Pengetahuan Pengguna Jasa Pekerja
Seks Komersial tentang Female
Condom
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pengguna Jasa Pekerja Seks Komersial tentang Female Condom di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, 2015
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kurang Cukup Baik 23 13 14 46,0 26,0 28,0 Jumlah 50 100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang
female condom di lokalisasi Tegal Panas
Kabupaten Semarang, paling banyak dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 23 orang (46,0%), sisanya yang memiliki pengetahuan cukup tentang female condom sejumlah 13 orang (26,0%),
kemudian yang responden yang memiliki pengetahuan baik tentang female condom berjumlah 14 orang (28,0%).
C. Perilaku Pemakaian Female Condom pada Pekerja Seks Komersial
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pemakaian Female Condom pada Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, 2015 Perilaku Pemakaian Female Condom Frekuensi Persentase (%) Perilaku Negatif ( tidak memakai) Perilaku Positif (memakai) 32 18 64,0 36,0 Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pekerja seks komersial di lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang tersebut, memiliki paling banyak perilaku negatif (tidak memakai) dalam pemakaian female condom, yaitu sejumlah 32 orang (64,0%), sisanya memiliki perilaku positif (memakai) dalam pemakaian female condom
sebanyak 18 orang (36,0%). Karena selain pengetahuan yang kurang paran pengguna juga banyak yang sudah nyaman dengan menggunakan kondom pria saja.
D. Hubungan antara Pengetahuan
Pengguna Jasa Pekerja Seks
Komersial dengan Perilaku
Pemakaian Female Condom pada pekerja seks komersial
Hubungan antara Pengetahuan Pengguna Jasa Pekerja Seks Komersial dengan Perilaku Pemakaian Female Condom pada pekerja seks komersial di Lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang, 2015
Pengetahuan
Perilaku Pemakaian Female Condom
P-Value Negatif Positif Total
f % f % f % Kurang Cukup Baik 19 8 5 82,6 61,5 35,7 4 5 9 17,4 38,5 64,3 23 13 14 100 100 100 0,015 Total 32 62,0 18 38,0 50 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa responden
dengan pengetahuan kurang tentang
female condom, mempengaruhi perilaku PSK tersebut, yang paling banyak memiliki perilaku negatif dalam pemakaian female condom sejumlah 19 orang (82,6%), sedangkan responden dengan pengetahuan cukup tentang female condom berpengaruh juga pada PSK tersebut yang memiliki perilaku negatif dalam pemakaian
female condom sejumlah 8 orang
(61,5%), dan responden dengan pengetahuan baik tentang female condom, dan PSK yang memiliki
perilaku positif dalam pemakaian
female condom sejumlah 4 orang
(17,4%).
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh nilai ² hitung 8,353 dengan P-Value 0,015. Oleh karena P-value 0,015 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial tentang female
condom maka semakin baik juga
perilaku pekerja seks komersial tersebut untuk menggunakan female
condom. Sehingga ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial dengan perilaku pemakaian Female
Condom pada pekerja seks komersial
di lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang.
KESIMPULAN
1. Pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial tentang female
condom di lokalisasi Tegal Panas
Kabupaten Semarang paling banyak masuk dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 23 orang (46,0%).
2. Perilaku pemakaian female condom pada pekerja seks komersial di lokalisasi Tegal Panas Kabupaten
Semarang paling banyak masuk dalam kategori negatif (tidak memakai), yaitu sejumlah 31 siswi (62,0%).
3. Ada hubungan antara pengetahuan pengguna jasa pekerja seks komersial dengan perilaku pemakaian female
condom pada pekerja seks komersial di
lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang.
SARAN
1. Bagi Tempat Penelitian
Untuk meningkatkan pengetahuan pada pengguna jasa pekerja seks komersial maupun pekerja seks komersial tersebut tentang female
condom.
2. Bagi Institusi/STIKES Ngudi Waluyo Hasil penelitian dapat menambah referensi penelitian.
3. Bagi Pengguna Jasa Pekerja Seks Komersial
Diharapkan para pengguna jasa pekerja seks komersial bisa membekali dirinya mencari informasi mengenai kontrasepsi female condom dari berbagai media.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih baik dengan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan female
condom.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Y. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Rohima Press
Arikunto. (2006). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Daili F. (2004). Penyakit Menular
Seksual Edisi 2. Jakarta: Balai
Depkes RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan Universal Precaution di Pelayanan Kesehatan. Jakarta ;
Depkes RI
Depkes RI. (2013). Pedoman Pelayanan
Konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela. Jakarta: Depkes
RI
Dinkes Jawa Tengah. (2013). Profil
Kesehatan Jawa Tengah.
Semarang: Dinkes Jateng
Hartanto S. (2010). Pedoman Untuk Keluarga Berencana, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat AA. (2011). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika.
Kartini H. (2006). Psikologi Wanita. Bandung: Mandar Maju
KPAD Jateng. (2011). Pedoman
Pelaksanaan Dalam Mengatasi Penyakit HIV / AIDS di Jateng.
Jawa Tengah: KPAD Jateng. Mulyani S. (2013). Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo S. (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. (2012). Metodelogi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Penerapan Metode
Penelitian Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika
Riyanto A. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Saryono dan Setiawan E. (2011).
penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Siti H. (2013). Keluarga Berencanadan
Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sobur A, (2013). Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.
Spiritia.(2010). HIV, Kehamilan dan
Kesehatan Perempuan. Jakarta:
Yayasan Spritia
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Tj Sjarifoedin.(2013). Janda-janda Mendunia. Jakarta: Griya Media
Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Jakarta.
Nuha Medika.
Widyastuti. (2007). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Yuwono, dkk. (2007). Penyakit Gonorrhoeae Terhadap Anti mikroba pada Wanita Pekerja Seks di Jawa Barat. Dalam
Pemberantasan Penyakit.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI