• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN No Media Bina Ilmiah 79

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN No Media Bina Ilmiah 79"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

_____________________________________

PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM SIRKULASI

PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BAGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 PRAYA

TAHUN 2013/2014

Oleh

Kadiam

Kepala SMAN 3 Praya Lombok Tengah

Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep

Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Praya pada bulan Oktober-Nopember 2013.

Pengambilan data dilakukan di SMAN 3 Praya dengan satu kelas eksperimen dan satu kelas pembanding.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Berdasarkan hasil

penelitian, diperoleh nilai rata-rata pretest dan posttes kelas eksperimen adalah 37,54 dan 83,83 dan kelas

pembanding 34,85 dan 72,42 serta peningkatan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 46,29 dan

kelas pembanding 37,57. Dari hasil uji normalitas Gain dadapat tingkat penguasaan konsep siswa kelas

eksperimen lebih tinggi (0,74) dibandingkan kelas pembanding (0,58). Tingkat signifikasi perbedaan

penguasaan konsep antar kelompok penelitian adalah 0,005, ini menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem

sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar.

Kata Kunci : Media animasi, penguasaan konsep.

PENDAHULUAN

Kemajuan media komputer memberikan

beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio

visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer

mendapat perhatian besar karena kemampuannya

yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan

pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan

dan internet, komputer seakan menjadi primadona

dalam

kegiatan

pembelajaran.

Penggunaan

komputer merupakan salah satu bagian dari

teknologi informasi yang saat ini digunakan oleh

para praktisi pendidikian dalam upaya menyajikan

materi pelajaran. Komputer sebagai penyedia

informasi dirasakan perlu untuk digunakan karena

dapat

menyajikan

informasi

dengan

baik

(Sihombing,

2013).

Media

pembelajaran

memberikan penekanan pada posisi media sebagai

wahana penyalur pesan atau informasi belajar

untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar.

Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar

berlangsung bahan belajar (learning matterial)

yang diterima siswa diperoleh melalui media

(Asra, 2009)

Media pengajaran yang sedang berkembang

untuk saat ini yaitu multimedia. Penggunaan

multimedia merupakan kombinasi dari grafik, teks,

suara, video, dan animasi. Objek yang tidak dapat

dilihat

langsung,

dapat

digantikan

dengan

penggunaan multimedia yang berupa penayangan

teks, grafik, suara, video, dan animasi.

Multimedia

mengandung

unsur

komputer.

Multimedia

memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya

dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi

memberikan kesempatan kepada subjek untuk

mengembangkan kognitif dengan lebih baik,

kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena

informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk

seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata

(Saguni, 2006

). Media pembelajaran dapat

digunakan

untuk

meningkatkan

pengalaman

belajar ke arah yang lebih konkret. Multimedia

sebagai gabungan berbagai jenis media mampu

menciptakan suasana belajar yang begitu menarik

dan menyenangkan sehingga akan memberikan

motivasi belajar yang lebih tinggi dalam diri

seswa.

Multimedia

memberikan

kesempatan

kepada siswa untuk belajar tidak hanya dari guru,

tetapi memberikan kesempatan siswa untuk

mengembangkan kognitif dengan lebih baik,

kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena

informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk

seperti gambar dan kata-kata (Puspita, 2008).

Media animasi yang merupakan kumpulan

gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga

menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan

audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan

pesan-pesan

pembelajaran.

Kehadiran

media

animasi dalam pembelajaran Biologi sangat

mendukung

proses

penyampaian

berbagai

informasi dari guru ke siswa. Proses-proses biologi

yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan

(2)

kepada siswa, seperti proses fotosintesis, respirasi

aerob, dan berbagai proses dalam sistem organ

manusia. Pada proses belajar mengajar, siswa

sering dihadapkan pada materi yang abstrak dan

diluar pengalaman sehari-hari sehingga matri

pelajaran sulit diterima dan dipahami oleh siswa.

Keistimewaan yang dimiliki oleh animasi intinya

untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit

dipraktekkan dikelas (Sihombing, 2013).

SMA Negeri 3 Praya adalah salah satu SMA

yang terdapat di Lombok Tengah. SMA ini

memiliki ruang multimedia yang didalamnya

terdapat komputer dan LCD yang bisa menunjang

proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan

peneliti, ruang multimedia ini hanya digunakan

oleh guru mata pelajaran komputer, sedangkan

guru

mata

pelajaran

lain

jarang

sekali

menggunakan ruang multimedia ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam

penelitian tersebut dibatasi pada penggunaan

animasi dengan menggunakan software Microsoft

Power

Point

pada

proses

penyampaian

pembelajaran terhadap penguasaan konsep sistem

sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3

Praya.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Media Pengajaran

Media pengajaran merupakan seperangkat alat

bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru

atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan

siswa atau peserta didik (Danim, 1994). Dapat pula

diartikan bahwa media pembelajaran adalah

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan

siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Gagne dalam Sardiman (2002) menyatakan bahwa

media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar, sementara Brigss berpendapat bahwa

media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar. Menurut Hamidjojo dalam Arsyad (2003)

menyatakan bahwa media sebagai semua bentuk

perantara yang digunakan oleh manusia untuk

menyampaikan ide, gagasan atau pendapat yang

dikemukakan sampai kepada penerima yang dituju.

Media pendidikan oleh Arsyad (2003) dapat

diartikan sebagai berikut: a). Media pendidikan

memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hardware yaitu sebagai suatu benda yang

dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca

indera. b). Media pendidikan memiliki pengertian

nonfisik yang dikenal sebagai sofware (perangkat

lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

perangkat keras yang merupakan isi yang ingin

disampaikan kepada siswa.

b. Jenis dan Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Bahri (1995), media tidak hanya

terdiri dari dua jenis. Klasifikasi dari

macam-macam media pengajaran bisa dilihat dari jenisnya,

daya liputnya, dari bahannya dan dari caranya. 1).

Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi: a).

Media auditif atau Audio, adalah media yang

mengandalkan suara saja. Contohnya radio. b).

Media Visual, adalah media yang mengandalkan

indra penglihatan. Contohnya film bisu, gambar,

lukisan, simbol dan slide. c). Media Audiovisual,

adalah media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis ini mempunyai kemampuan

yang lebih baik dari dua sebelumnya. 2). Dilihat

dari daya liputnya, media terbagi menjadi: a).

Media dengan daya liput luas dan serentak,

penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat

dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak

didik yang banyak dalam waktu yang sama seperti

radio dan televisi serta internet. b). Media dengan

daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat,

media ini dalam penggunaannya membutuhkan

ruang dan tempat yang khusus seperti film sound

slides, film rangkai, yang harus menggunakan

tempat tertutup dan gelap. 3). Dilihat dari bahan

pembuatannya, media terbagi kedalam: a). Media

Sederhana, adalah media yang bahan dasarnya

mudah

diperoleh,

harganya

murah,

cara

pembuatannya mudah dan penggunaannya mudah.

b). Media Kompleks, adalah media dengan bahan

dan alat pembuatan yang sulit diperoleh dan

harganya

mahal.

Penggunaan

jenis

ini

memerlukan keterampilan memadai.

Sudjana dalam Bahri,(1995) merumuskan

fungsi media pengajaran dalam pendidikan

menjadi 6 kategori, yaitu: a). Penggunaan media

dalam proses belajar mengajar bukan fungsi

tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai

alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar

mengajar yang efektif. b). Penggunaan media

pengajaran adalah bagian yang integral dari

totalitas mengajar. Jadi media merupakan salah

satu unsur yang harus dikembangkan guru. c).

Media

pengajaran

dalam

pengajaran,

penggunaannya integral dengan tujuan dari isi

pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian

bahwa penggunaan media pengajaran harus

melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. d).

Penggunaan media dalam pengajaran bukan alat

hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar

melengkapi proses proses mengajar supaya lebih

menarik perhatian siswa. e). Penggunaan media

(3)

_____________________________________

dalam

pengajaran

lebih

diutamakan

untuk

mempercepat

proses

belajar

mengajar

dan

membantu siswa menangkap pengertian yang

diberikan guru. f). Penggunaan media dalam

pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu

belajar mengajar.

Fungsi media menurut Levie & Lentz (dalam

Arsyad, 2003) yaitu sebagai berikut: 1). Fungsi

Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian

siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

yang berkaitan dengan makna visual yang

ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2). Fungsi Afektif, dapat dilihat dari tingkat

kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks

bergambar. 3). Fungsi Kognitif, terlihat dari

temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan

bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian

tujuan

untuk

memahami

dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung

dalam gambar. 4). Fungsi Kompensatoris, terlihat

dari hasil penelitian bahwa media visual yang

memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca

untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.

c. Media Animasi Komputer dalam Biologi

Pada dasarnya bahasa yang dapat dimengerti

oleh

komputer

adalah

sinyal-sinyal

elektromagnetis yang mendasar pada konsep hidup

dan mati. Bahasa komputer secara umum

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu bahasa

mesin, bahasa rakitan dan bahasa tingkat tinggi.

Bahasa mesin adalah bahasa dasar dari komputer

dan bersifat unik. Bahasa rakitan bersifat neumonic

yaitu berupa simbol-simbol dan kode-kode tetapi

lebih tinggi dari bahasa mesin yang banyak

digunakan para pembuat bahasa komputer. Bahasa

tingkat

tinggi

adalah

bahasa–bahasa

yang

digunakan oleh programer aplikasi yang mencoba

memecahkan berbagai masalah (Adjie, 2005).

Media pembelajaran animasi yang merupakan

kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa

sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi

dengan audio sehingga berkesan hidup serta

menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Media

animasi pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai

perangkat ajar yang siap kapan saja digunakan

untuk menyampaikan materi pelajaran. Kehadiran

media animasi dalam pembelajaran Biologi sangat

mendukung

proses

penyampaian

berbagai

informasi dari guru ke siswa. Proses-proses

biologis yang kompleks dapat dengan mudahnya

dijelaskan

kepada

siswa,

seperti

proses

fotosintesis, respirasi aerob dan berbagai proses

dalam sistem organ manusia. Pentingnya animasi

sebagai media pembelajaran adalah memiliki

kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang

rumit atau komplek serta sulit dijelaskan dengan

hanya gambar atau kata-kata saja. Media animasi

pembelajaran dapat digunakan untuk menjelaskan

materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh

mata (India, 2013).

Media animasi yang digunakan dalam proses

pembelajaran biologi ternyata dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian

Marzuki (2009) menjelaskan bahwa penggunaan

animasi multimedia dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penguasaan materi pokok

sistem peredaran darah. Penguasaan materi pokok

sistem peredaran darah pada siswa dengan

penggunaan animasi lebih tinggi dibanding tanpa

menggunakan animasi multimedia. Puryaningsih

(dalam India, 2013) dalam hasil penelitiannya juga

menunjukkan penggunaan media animasi yang

ditinjau dari motivasi berprestasi dan kemampuan

awal dalam pembelajaran biologi umum memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

siswa, serta menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang dibelajarkan menggunakan media

animasi lebih tinggi daripada siswa yang

dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi.

Penggunaan media animasi, prestasi belajar

mahasiswa lebih baik dari pada menggunakan

modul. Penelitian membuktikan bahwa ada

interaksi antara motivasi dengan kemampuan awal

terhadap prestasi belajar biologi umum (India,

2013).

d. Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi

Penguasaan

adalah

kemampuan

yang

mengharapkan pebelajar mampu menguasai arti

atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini pebelajar tidak hanya hafal secara

verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah

atau fakta yang ditanyakan (Purwanto, 2006).

Penguasaan merupakan aspek yang mengacu pada

kemampuan memahami makna materi yang

dipelajari. Pada umumnya unsur penguasaan ini

menyangkut kemampuan menangkap makna suatu

konsep, yang ditandai dengan kemampuan

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, dan berkreasi. Untuk mencapai

tujuan dalam tingkatan penguasaan ini dituntut

keaktifan belajar murid yang lebih banyak

(Ibrahim, 2013).

Konsep adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama.

Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar

dengan pemahaman dan dikenal dengan concept

formation. Orang dapat belajar konsep melalui

(4)

benda-benda, gambar-gambar, dan penjelasan

verbal (Winkel, 1996). Siswa telah mengetahui

suatu konsep apabila: a). Dapat menyebutkan nama

contoh-contoh konsep; b). Dapat menyebutkan

ciri-ciri konsep tersebut; c). Dapat memilih,

membedakan antara contoh-contoh maupun yang

bukan contoh; d). Mampu memecahkan masalah

yang berkenaan dengan konsep tersebut (Hamalik,

2004).

Sistem sirkulasi adalah materi ajar untuk

SMA kelss XI IPA yang tersusun dalam standar

kompetensi (SK) 3 yaitu menjelaskan struktur dan

fungsi organ manusia dan hewan tertentu,

kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta

implikasinya pada salingtemas. Sistem sirkulasi

masuk kedalam KD 3.2. yaitu, Menjelaskan

keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta

kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem

peredaran darah. Sistem sirkulasi memiliki

beberapa materi pokok yaitu, struktur dan fungsi

darah, struktur alat peredaran darah dan proses

peredaran darah manusia, kelainan/penyakit pada

sistem peredaran darah, dan peredaran darah pada

hewan. Materi-materi dalam sistem sirkulasi ini

terdiri

dari

beberapa

sifat

yaitu,

faktual,

konseptual, prinsipal, dan prosedural. Faktual yaitu

segala hal yang berwujud kenyataan dan

kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa

sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama

bagian komponen suatu benda, dan sebagainya.

Konsep yaitu segala yang berwujud

pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai gasil

pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khas,

hakikat, inti/isi, dan sebagainya. Prinsip yaitu

beberapa hal utama, pokok, dan memiliki posisi

penting,

meliputi

detail,

rumus,

postulat,

paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep

yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis

atau berurutan dalam mengerjakan suatu sistem.

Dalam materi ini banyak konsep yang bersifat

abstrak. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi

sistem sirkulasi untuk diajarkan dengan bantuan

media animasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri

3 Praya pada bulan Nopember – Desember 2013.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Praya

tahun ajaran 2013/2014.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah dua kelas dari kelas XI IPA SMA Negeri 3

Praya tahun ajaran 2013/2014 yaitu satu kelas

sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi

sebagai

kelas

pembanding

yang

kemudian

dilakukan rotasi pada pertemuan selanjutnya.

a.

Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode

eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan

desain penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Desain penelitian kelas eksperimen dan

kelas pembanding

KELOMPOK PRETEST VARIABEL TERIKAT

POSTEST

Eksperimen Y1 X Y2

Pembanding Y1 - Y2

Keterangan:

Y

1

: Tes awal atau pretest

X

: Pemberian perlakuan

Y

2

: Tes akhir atau posttest

b. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah

serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk

mengukur

keterampilan

pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki

oleh

individu

dan

kelompok

(Riduwan, 2003).

2. Kuesioner (Angket)

Angket adalah daftar pertanyaan yang

diberikan kepada orang lain yang bersedia

memberikan

respon

(responden)

sesuai

permintaan

pengguna

(Riduwan,

2003).

Angket digunakan pada penelitian ini untuk

mengukur minat siswa terhadap animasi yang

telah disampaikan oleh peneliti. Validitas isi

angket diuji dengan bertanya kepada ahli

(dosen).

Pelaksanaan

pengambilan

data

(pengisian

angket)

dilakukan

setelah

penggunaan

media

pembelajaran.

Skala

pengukuruan angket dalam penelitian ini

menggunakan skala Likert.

c. Teknik Analisa Data

1. Analisa data tes

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal

yang akan digunakan sebagai alat uji

dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui validitas dan

realibilitas soal tersebut dengan menggunakan

sofware AnatesV4.

2. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

(instrumen) dalam mengukur suatu data.

(5)

_____________________________________

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen

dilakukan dengan sofware AnatesV4.

Keputusan uji:

3.

Reliabilitas

Reliabelitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan alat pengukuran yang sama. Pengujian

reliabelitas

soal

menggunakan

sofware

AnatesV.

Sedangkan untuk membuktikan perbedaan

antara

kelas

eksperimen

dan

kelas

pembanding digunakan perhitungan statistik

yaitu uji mann-whitney (mann-whitney test).

Untuk mengetahui, apakah hipotesis ditolak

atau diterima, maka dilakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis menggunakan uji mann-whitney.

Sebelum dilakukan uji mann-whitney, terlebih

dahulu dilakukan uji narmalitas dan uji

homogenitas.

Uji

normalitas

untuk

mengetahui apakah data terdistribusi normal

dan

uji

homogenitas

dilakukan

untuk

mengetahui

homogen

atau

tidaknya

kecenderungan sebaran data untuk kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

4.

Uji normalitas

Pada penelitian ini, uji Normalitas dilakukan

dengan menggunakan program pengolah data

SPSS (Statistical Product and Service

Solution) melalui uji Normalitas one sample

Kolomogorof-Sminov

(K-S).

Kriteria

pengujiannya

adalah

jika

nilai

sig.

(signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05

maka dikatakan data tidak terdistribusi

normal, sedangkan jika nila sig. (signifikasi)

>0,05 maka dikatakan data terdistribudi

normal.

5.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas ditujukan untuk menguji

kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga

generalisasi

terhadap

populasi

dapat

dilakukan.

Pada

penelitian

ini,

uji

Homogenitas dilakukan dengan menggunakan

program pengolah data SPSS melalui uji

Levene (Levene Test). Kriteria pengujiannya

adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai

probabilitas <0,05 maka data berasal dari

populasi-populasi yang variannya tidak sama,

sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau

nilai probabilitas >0,05 maka dikatakan data

berasal

dari

populasi-populasi

yang

mempunya varian yang sama.

6.

Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan

program pengolah data SPSS melalui uji

mann-whitney (mann-whitney test). Kriteria

pengujiannya

adalah

jika

nilai

sig.

(signifikasi) atau nilai probabilitas >0,05

maka berarti tidak ada pengaruh media

animasi terhadap penguasaan konsep biologi,

sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau

nilai probabilitas <0,05 maka ada pengaruh

media animasi terhadap penguasaan konsep

biologi.

Kategorisasi terhadap nilai indeks gain yang

diperoleh siswa dilakukan untuk mengetahui

tingkat penguasaan konsep siswa yang telah

dilakukan pembelajaran dengan penghitungan

sebagai berikut:

n

skor

ideal

pretest

pretest

posttest

G

=

Tabel 2. Kategorisasi Indeks Gain

Nilai Indeks Gain

Kategori

> 0,7

Tinggi

0,3 – 0,7

Sedang

< 0,3

Rendah

7.

Analisis Data Angket

Uji hasil angket dapat dianalisis dengan

menggunakan skala likert yaitu menganalisis

jawaban pada angket yang telah diisi,

menghitung skor jawaban, mencari letak dari

jumlah skor yang diperoleh dengan melihat

pada rentang, kemudian menarik kesimpulan

dengan

menjumlahkan

persentase

pada

pernyataan.

a)

Skor antara 0-50 berarti sangat tidak setuju

b)

Skor antara 51-100 berarti tidak setuju

c)

Skor antara 101-150 berarti setuju

d)

Skor antara 151-200 berarti sangat setuju

Persentase dari skor yang diperoleh, dianalisis

dengan rumus:

(Riduwan, 2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.

Penguasaan Konsep

Data tes adalah hasil analisa data pretest dan

posttest pada KD 3.2 (Menjelaskan keterkaitan

antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan

penyakit yang terjadi pada sistem peredaran

darah). Pada kelas eksperimen digunakan media

animasi dan kelas pembanding digunakan media

gambar. Setelah didapat nilai pretest dan posttest

(6)

dari kedua kelas penelitian dapat dilakukan uji

Normalitas Gain untuk mengetahui tingkat

penguasaan

konsep

siswa

terhadap

sistem

sirkulasi. Hasil analisis data dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis nilai rata-rata pretes dan

posttest kelas eksperimen dan kelas

pembanding

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 1 dapat

diketahui rata-rata hasil analisis data pretest dan

posttest kedua kelas penelitian. Nilai rata-rata

pretest kedua kelas penelitian terdistribusi normal

dan homogen. Artinya, kemampuan awal dari

kedua kelas adalah sama. Pada nilai posttest

terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu pada

kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas

pembanding, yaitu 11,4122. Hal ini karena kelas

eksperimen dikenai perlakuan, yaitu penggunaan

media animasi dalam poses pembelajarannya. Dari

nilai pretest dan posttest ini, maka akan dilanjutkan

uji Normalitas Gain untuk melihat tingkat

penguasaan konsep siswa terhadap materi yang

telah diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel

4.

Tabel 4. Hasil analisis data dengan uji Normalitas

Gain

kelas eksperimen

dan

kelas

pembanding

No

Kelas

N Gain

Kategori

1

Eksperimen

0,7411

Tinggi

2

Pembanding

0,5767

Sedang

Setelah dilakukan uji Normalitas Gain, dapat

diketahui bahwa kelas eksperimen yang dilakukan

pembelajaran dengan media animasi, tingkat

penguasaan konsep siswa >0,7, maka penguasaan

konsep siswa kelas eksperiman termasuk dalam

kategori tinggi. Sedangkan pada kelas pembanding

yang dilakukan pembelajaran dengan media

gambar, tingkat penguasaan konsep siswa berada

pada rentang 0,3 – 0,7, maka penguasaan konsep

siswa kelas pembanding termasuk dalam kategori

sedang. Bisa dikatakan bahwa penguasaan konsep

siswa yang diajar dengan menggunakan media

animasi lebih tnggi dibanding penguasaan konsep

siswa yang diajar dengan media gambar. Setelah

penghitungan rerata nilai posttest, maka rerata

tersebut diuji dengan menggunakan

Whytney U test. Sebelum dilakukan uji

Mann-Whytney U terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas dan homogenitas. Setelah dilakukan uji

normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji

homogenitas dengan uji Levene, didapatlah hasil

pada Tabel 5 dibawah ini:

Tabel 5. Hasil Analisa data pretest dan posttest

kelas eksperimen dan kelas pembanding

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai

pretest dan posttest terdistribusi normal. Ini

ditunjukkan oleh nilai signifikasi > α . Nilai

signifikasi rata-rata pretest kelas eksperimen dan

kelas pembanding >0,05. Nilai signifikasi rata-rata

posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding

>0,05. Jadi, semua data terdistribusi normal dan

bisa dilanjutkan dengan uji homogenitas data.

Setelah dilakukan uji homogenitas data terhadap

dua kelompok penelitian, nilai homogenitas

rata pretest adalah > 0,05 dan homogenitas

rata-rata posttest adalah > 0,05. Dengan demikian nilai

pretest dan posttest terdistribusi normal dan

homogen sehingga memenuhi syarat untuk

dilakukan uji hipotesis.

Untuk melihat tingkat signifikasi perbedaan

penguasaan konsep antar kelompok penelitian

dilakukan Uji statistik non-parametrik dengan

Whytney U. Setelah dilakukan uji

Mann-Whytney diperoleh signifikasi 0,005. Hasil uji

Mann-Whytney

ini

menunjukkan

bahwa

pembelajaran dengan menggunakan media animasi

secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan

konsep

sistem

sirkulasi

siswa

dibanding

pembelajaran dengan media gambar.

Lebih unggulnya penguasaan konsep siswa

kelompok eksperimen disebabkan karena dalam

proses pembelajaran menggunakan media animasi,

proses-proses biologis yang kompleks dapat

dengan mudah dijelaskan pada siswa. Animasi

memiliki

kemampuan

untuk

menyampaikan

sesuatu yang rumit atau kompleks dan sulit

dijelaskan dengan gambar atau kata-kata saja.

Media animasi dapat digunakan untuk menjelaskan

materi yang secara nyata tidak dapat dilihat oleh

(7)

_____________________________________

mata sehingga membuat proses pembelajaran

menjadi lebih menarik dan konkret.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sahin (2006),

animasi memberikan kesempatan siswa untuk

mengamati

dunia

nyata

dan

berinteraksi

dengannya,

memberikan

pengalaman,

dan

membantu memecahkan masalah. Dengan animasi

dapat meniru/replika opjek sebenarnya sehingga

siswa tidak hanya dimotivasi oleh animasi, tetapi

belajar dengan berinteraksi dengan raplika itu

seolah siswa melihat opjek aslinya. Menurut Grabe

dan Grabe (1996) dalam Sahin (2006), dengan

animasi

akan

lebih

sederhana

shingga

memungkinkan pelajar fokus pada informasi

paenting dan membuat pelajar lebih mudah

mengingatnya. Kennepohl (2001) dalam Sahin

(2006) mengatakan animasi dapat menjelaskan

pada situasi laboratorium dan menjadikan lebih

unggul

dalam

waktu

sehingga

proporsi

laboratorium dapat dikurangi, dan eksperimen

yang berbahaya dapat dilakukan dengan animasi

sehingga akan lebih efektif.

McClean at all (2005) mengatakan bahwa

dengan animasi dapat membantu pemahaman

konsep yang kompleks karena dapat membantu

mengkonversi konsep yang abstrak ke objek visual

tertentu yang dapat dimanipulasi. Grafis adalah

visualisai untuk menambah informasi yang

disajikan dalam teks sehingga menjadikan siswa

fokus pada pelajaran. Menurut O’Day (2006),

animasi yang paling efektif adalah ketika animasi

dipadukan dengan suara (audio) dan diikuti oleh

narasi secara serempak untuk membatu proses

pembalajaran. Animasi dan grafis dengan narasi

lisan atau tulisan lebih efektif daripada tanpa

narasi.

Animasi

menyediakan

cara

urutan

menyampaikan peristiwa biologi yang komplek

untuk lebih mudah dipahami. Hal yang membuat

animasi lebih efektif adalah katika animasi

memiliki atribut-atribut pedagogis yang lengkap

misalnya animasi yang bernarasi lebih efektif

dibanding animasi yang tidak bernarasi, animasi

verbal lebih bermanfaat dibanding animasi

bernarasi

visual,

kata-kata

dan

gambar

dikombinasikan.

Animasi merupakan kumpulan gambar yang

diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan

kesan bahwa gambar-gambar yang ditampilkan

bergerak. Animasi sesuai untuk menciptakan

realita dari sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh

realita dalam citra visual. Dengan karakteristik

yang demikian, animasi dapat menjadi media

pembelajaran

yang

baik

karena

dapat

memperlihatkan

aspek-aspek

yang

dinamik

sehingga lebih informatif, lebih jelas menampilkan

materi subjek sehingga siswa mampu membuat

interpretasi yang benar. Animasi tidak memerlukan

pemakaian simbol tambahan (tanda panah, garis

putus-putus, dan lain-lain) seperti yang sering

digunakan pada ilustrasi statis. Dengan demikian,

siswa yang belajar dengan memanfaatkan animasi

tidak perlu melakukan proses dekoding untuk

menginterpretasikan simbol agar dapat memahami

materi. Selain itu tampilan keduanya yang

memikat dapat menarik perhatian siswa karena

pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu

yang dinamis daripada. Animasi dapat membantu

sisa yang memiliki pengetahuan awal yang rendah

untuk memahami materi yang disampaikan.

Animasi

menyediakan

sejumlah

peranan

pengajaran yaitu menarik dan mengarahkan

perhatian, menggambarkan domain pengetahuan

mengenai perpindahan, dan menjelaskan fenomena

pengetahuan komplek (Puspita ,2008)

Menurut pendapat Soendari (2013), dengan

menggunakan media animasi komputer, siswa

terbantu dalam memahami materi. Penyajian

gambar yang menarik dan bergerak menjadi daya

tarik tersendiri bagi anak untuk memperhatikan

materi yang disajikan dalam animasi tersebut.

Fasilitas yang dihadirkan oleh tampilan gambar

animasi menambah kesan pada anak sehingga

dapat mendorong minat dan motivasi anak yang

cenderung

memiliki

hambatan

dalam

memfokuskan perhatian untuk pembelajaran

-pembelajaran yang bersifat akademis seperti

halnya mata pelajaran sains. Ketertarikan anak

terhadap gambar animasi didukung oleh tampilan

fasilitas animasi tersebut diataranya warna yang

menarik, pemilihan background, dan pemilihan

karakter. Selain gambar yang menarik, animasi

juga menampilkan penjabaran kata-kata sederhana

untuk memahami gambar.

Hal

ini

didukung

oleh

data

hasil

angket/kuisioner yang telah diberikan pada siswa

setelah proses pembelajaran dengan media

animasi. Dari hasil angket dapat diketahui bahwa

57,69% siswa sangat berminat terhadap animasi

yang

telah

diberikan,

42,31%

menyatakan

berminat, 0% menyatakan kurang berminat, 0%

menyatakan tidak berminat terhadap animasi yang

telah diberikan dalam proses pembelajaran. Dari

data ini dapat dikatakan bahwa siswa tertarik

terhadap animasi yang telah diberikan saat proses

pembelajaran. Dengan ketertarikan ini, maka siswa

akan termotivasi dan mudah menerima pelajaran

yang diberikan serta menguasai konsep-konsep

materi yang telah diberikan.

Berikut adalah tabel ketuntasan belajar siswa

kelas eksperimen dan kelas pembanding.

(8)

Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata

pelajaran biologi pada SMAN 3 Praya kelas XI

adalah 65. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa

rata-rata ketuntasan belajar siswa setalah dilakukan

pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 92,23

%, jauh lebih tinggi dibanding dengan rata-rata

ketuntasan belajar siswa kelas pembanding yaitu

70,85 %. Hal ini menunjukkan bahwa panggunaan

media animasi dapat meningkatkan penguasaan

konsep siswa pada mata pelajaran biologi pokok

bahasan sistem sirkulasi. Dengan menggunakan

media animasi, penguasaan konsep siswa menjadi

lebih merata. Hal ini didukung oleh data angket

yang telah diberikan pada siswa setelah proses

pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa

tertarik terhadap animasi yang telah diberikan.

Sehingga penguasaan konsep siswa tinggi dan

persentase ketuntasan belajar siswa tinggi dan

merata.

Penguasaan konsep siswa diukur dari tes

evaluasi hasil belajar. Soal yang ada dianalisis

jenjang kognitifnya berdasarkan taksonomi Bloom

revisi. Pembuatan soal tidak lepas dari tingkat

tujuan

pembelajaran

yang

telah

didesain

sebelumnya. Setelah dilakukan uji validitas soal,

maka didapatkan formulasi perbandingan soal

untuk setiap jenjang yaitu soal yang menguji

tingkat pengetahuan siswa 31,1% (C1), soal yang

menguji tingkat pemahaman siswa 37,8% (C2),

soal yang menguji kemampuan dalam penerapan

pengetahuan 6,7% (C3), soal yang menguji tingkat

kemapuan analisis siswa 15,6% (C4), soal yang

menguji tingkat kemapuan evaluasi siswa 4,4%

(C5), soal yang menguji tingkat kemapuan sintesis

siswa 4,4% (C6). Analisis terhadap setiap

indikator jenjang kognitif juga dilakukan untuk

melihat sebaran penguasaan konsep siswa pada

setiap jenjang kemampuan berpikir. Informasi

mengenai hal tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata persentase Setiap Jenjang

Kognitif Dapat Dijawab Oleh Siswa

Pada Tabel 8 terlihat penguasaan konsep

siswa di kelas eksperimen unggul di semua jenjang

kognitif kecuali pada jenjang C1. Pada jenjang C1

kelas pembanding 1,16% lebih unggul dibanding

kelas eksperimen. Kealas eksperimen jenjang C2

19,25%, C3 16,07%, C4 20,13%, C5 11,3%, C6

30,35% lebih unggul dari kelas pembanding. Dari

setiap jenjang kognitif rata-rata kelas eksperimen

lebih tinggi dibanding kelas pembanding. Ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan media

animasi dalam proses pembelajaran, siswa akan

mudah menguasai konsep-konsep yang ada dalam

materi, sehingga soal dengan berbagai jenjang

yang diberikan bisa dijawab oleh sebagian besar

siswa.

PENUTUP

a.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar

siswa untuk mengukur penguasaan konsep dengan

menggunakan

media

animasi

mengalami

peningkatan yang ditunjukkan dengan data gain

sebesar 0,74 yang dikategorikan tinggi, dengan

signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar

kelompok

penelitian

adalah

0,005

yang

menunjukkan

bahwa

pembelajaran

dengan

menggunakan media animasi secara signifikan

dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem

sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan

media gambar.

b. Saran

Setelah melakukan penelitian, hal yang

disarankan oleh peneliti adalah agar sebelum

proses pembelajaran dilakukan, media yang akan

digunakan diipersiapkan lebih dulu sehingga waktu

yang digunakan bisa maksimal.

(9)

_____________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, S. 2005. Macromedia Flash Profesional 8.

Lmpung: Dian Rakyat

Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Asra, Darmawan, Reina. 2009. Komputer dan

Media Pendidikan si sekolah Dasar.

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi.

Bahri, S, Zaid, A. 1995. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rinika Cipta.

Danim, S. 1994. Media Komunikasi Pendidikan.

Bumi Aksara.

Hamalik, O. 2001. Media Pendidikan. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Ibrahim, R, Syaodih, S, Nana. 2013. Perencanaan

Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

O’Day, D H. 2006. Animated Cell Biology: A

Quick and Easy Method for Making

Effective,

High-Quality

Teaching

Animations. Department of Biology,

University of Toronto at Mississauga,

Mississauga, Ontario, Canada L5L 1C6.

Purwanto, N. 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik

Evaluasi

Pembelajaran.

Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Puspita, G. N. 2008. Penggunaan Multimedia

Interaktif dalam Pembalajaran Biologi.

Radita, A. 2013. Kajian Implementasi penggunaan

Media

Pembelajaran

dalam

Pembelajaran Biologi di SMA Kelas XI

di Kabupaten Lombok Tengah. Skripsi.

Indralaya: FKIP Universitas Sriwijaya.

Riduwan. 2003. Metodologi Penelitian Untuk

Pemula. Jakarta: Alphabeta.

Sahin, Sami (2006). Computer Simulation In

Education: Implications for Distance

Education. Gazi University: Turkey

Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Soendari.

2013.

Pengaruh

Media

Animasi

Komputer terhadap Hasil Belajar Sains

Anak Tunagrahita Ringan. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. 1999. Metode Statistika. Bandung:

Tarsito

Sudjana, N., Rivai, A. 2009. Media Pengajaran.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Gambar

Tabel 7.   Rata-rata  persentase  Setiap  Jenjang  Kognitif Dapat Dijawab Oleh Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpedoman pada kedua peraturan tersebut diatas, maka ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung

Keseluruhan hasil wawancara yang dikemukakan di atas memberikan gambaran bahwa pelaksanaan fungsi LPM dalam pembangunan desa pada lima desa lokasi sampel ternyata belum

Model konseling perkawinan berbasis komunitas ini melibatkan partisipasi aktif komunitas misalnya PKK maupun pengurus dan kader organisasi wanita lainnya yang berperan

Bentuk laporan pengelolaan Program Jaminan Sosial oleh BPJS sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Description of government transparency above shows that application of government transparency is not only about the openness to outsiders, but also includes internal and

Sistem deteksi plat nomor kendaraan mengambil gambar menggunakan kamera seperti halnya smart CCTV dan menggunakan pengolahan citra untuk mendeteksi dan mengenali

Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang mana telah memeberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan