• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

A l j a b a r L i n e a r 1 1

MODUL

ALJABAR LINEAR 1

Disusun oleh,

ASTRI FITRIA NUR’ANI

2014

Astri Fitria Nur’ani Aljabar Linear 1 1/1/2014

(2)

A l j a b a r L i n e a r 1 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan ... 1

B. Aljabar Matriks ... 5

C. Sistem Persamaan Linear ... 15

BAB II DETERMINAN A. Pengertian Determinan... 22

B. Metode Perhitungan Determinan ... ... 23

C. Sifat-sifat Determinan ... 25

BAB III INVERS MATRIKS A. Pengertian Invers Matriks ... 27

B. Matriks Adjoint ... ... 28

C. Sifat-sifat Invers Matriks ... 29

D. Hubungan Invers Matriks, determinan, dan Solusi SPL . ... 31

i

(3)

A l j a b a r L i n e a r 1

BAB I

MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN

A. Pendahuluan

Bentuk persamaan linear dalam n peubah (variabel):

𝑎1𝑥1+ 𝑎2𝑥2+ … + 𝑎𝑛𝑥𝑛 = 𝑏 Dimana:

𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛, 𝑏 = bilangan – bilangan real 𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛 = peubah

Dengan demikian maka suatu sistem linear dari m persamaan dalam n peubah (sistem linear m x n) adalah sebagai berikut:

𝑎11𝑥1+ 𝑎12𝑥2+ … + 𝑎1𝑛𝑥𝑛 = 𝑏1 𝑎21𝑥1 + 𝑎22𝑥2+ … + 𝑎2𝑛𝑥𝑛 = 𝑏2

. . .

𝑎𝑚1𝑥1+ 𝑎𝑚2𝑥2+ … + 𝑎𝑚𝑛𝑥𝑛 = 𝑏𝑛

Contoh sistem linear:

1. Sistem 2 x 2 𝑥1 + 2𝑥2 = 5 2𝑥1 + 3𝑥2 = 8

2. Sistem 2 x 3 𝑥1− 𝑥2+ 𝑥3 = 2 2𝑥1+ 𝑥2− 𝑥3 = 4

3. Sistem 3 x 2 𝑥1+ 𝑥2 = 2 𝑥1− 𝑥2 = 1 𝑥1 = 4

Definisi 1:

Dua sistem persamaan yang mengunakan peubah-peubah yang sama dikatakan ekivalen jika kedua sistem itu memiliki himpunan penyelesaian yang sama.

Contoh:

𝑥1+ 2𝑥2 = 4 3𝑥1− 𝑥2 = 2 4𝑥1+ 𝑥2 = 6

Dan

4𝑥1+ 𝑥2 = 6 3𝑥1− 𝑥2 = 2 𝑥1+ 2𝑥2 = 4

1

(4)

A l j a b a r L i n e a r 1

Keduanya terdiri dari tiga persamaan yang sama dan sebagai akibatnya kedua sistem persamaan ini harus memiliki himpunan penyelesaian yang sama. Sehingga kedua persamaan tersebut dikatakan ekivalen.

Jika salah satu persamaan dari sistem dikalikan dengan suatu bilangan real bukan nol, maka hal ini tidak berpengaruh pada himpunan penyelesaian dan sistem yang baru akan ekivalen dengan sistem awal.

Contoh:

𝑥1 + 𝑥2+ 𝑥3 = 3

−2𝑥1− 𝑥2+ 4𝑥3 = 1 Dan

2𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = 6

−2𝑥1− 𝑥2+ 4𝑥3 = 1

Definisi 2:

Suatu sistem dikatakan memiliki bentuk segitiga jika koefisien-koefisien dari k-1 peubah yang pertama dalam persamaan ke-k semuanya nol dan koefisien dari xk adalah bukan nol (k = 1, 2, ... ,n).

Contoh:

3𝑥1+ 2𝑥2 + 𝑥3 = 1 𝑥2− 𝑥3 = 2 2𝑥3 = 4

Carilah himpunan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut!

Penyelesaian:

Sistem persamaan diatas memiliki bentuk segitiga, karena koefisien-koefisien dalam persamaan kedua masing-masing adalah 0, 1, -1, dan koefisien-koefisien dalam persamaan ketiga masing-masing adalah 0, 0, 2. Karena berbentuk segitiga, sistem ini mudah untuk diselesaikan. Dari persamaan ketiga diperoleh:

2𝑥3 = 4 𝑥3 = 2

Kemudian substitusikan nilai 𝑥3 = 2 ke persamaan 2 sehinga diperoleh:

𝑥2− 𝑥3 = 2 𝑥2− 2 = 2 𝑥2 = 2 + 2 𝑥2 = 4

2

(5)

A l j a b a r L i n e a r 1

Substitusikan kembali nilai 𝑥3 = 2 dan 𝑥2 = 4 ke persamaan 1 sehingga diperoleh:

3𝑥1+ 2𝑥2 + 𝑥3 = 1 3𝑥1+ 2(4) + 2 = 1 3𝑥1+ 8 + 2 = 1 3𝑥1 = 1 − 10 3𝑥1 = −9 𝑥1 = −3

Jadi himpunan dari sistem persamaan diatas adalah (-3, 4, 2).

Sembarang sistem sigitiga n x n dapat diselesaikan dengan cara yang sama seperti dalam contoh. Pertama persamaan ke-n diselesaikan untuk mendapatkan nilai xn. Nilai ini digunakan dalam persamaan ke n-1 untuk mendapatkan nilai xn-1. Nilai-nilai xn dan xn-1 digunakan dalam persamaan ke n-2 untuk mendapatkan nilai xn-2, dan seterusnya.

Metedo menyelesaikan sistem segitiga ini disebut Substitusi Balik (back- substitution).

Latihan:

1. Analisis apakah persamaan-persamaan berikut ekivalent atau tidak? Jelaskan!

a. 𝑥1+ 𝑥2 = 4 𝑥1− 𝑥2 = 2

3𝑥1 − 3𝑥2 = 6 2𝑥1 + 2𝑥2 = 8

b. 𝑥1− 2𝑥2 = 5 3𝑥1+ 𝑥2 = 1

𝑥1− 2𝑥2 = 5 12𝑥1 + 4𝑥2 = 4

c. 𝑥1+ 2𝑥2− 𝑥3 = 1 2𝑥1− 𝑥2+ 𝑥3 = 3 𝑥1+ 2𝑥2+ 3𝑥3 = 7

6𝑥1 − 3𝑥2 + 3𝑥3 = 9 4𝑥1 + 8𝑥2 − 4𝑥3 = 4 2𝑥1 + 4𝑥2 + 9𝑥3 = 14

d. 3𝑥1+ 2𝑥2+ 𝑥3 = 0

−2𝑥1+ 𝑥2 − 𝑥3 = 2 2𝑥1− 𝑥2+ 2𝑥3 = −1

−2𝑥1+ 𝑥2− 𝑥3 = 2 4𝑥1 − 2𝑥2 + 4𝑥3 = −2 6𝑥1 + 4𝑥2 + 2𝑥3 = 0

3

(6)

A l j a b a r L i n e a r 1 2. Gunakan cara substitusi balik untuk menyelesaikan sistem persamaan berikut:

a. 𝑥1+ 𝑥2+ 𝑥3 = 8 2𝑥2+ 𝑥3 = 5 3𝑥3 = 9

b. 2𝑥1− 𝑥2+ 3𝑥3− 2𝑥4 = 1 𝑥2− 2𝑥3+ 3𝑥4 = 2 4𝑥3+ 3𝑥4 = 3 4𝑥4 = 4

c. 𝑥1+ 𝑥2+ 𝑥3+ 𝑥4+ 𝑥5 = 5 2𝑥2+ 𝑥3− 2𝑥4+ 𝑥5 = 1 4𝑥3+ 𝑥4+ 2𝑥5 = 1 𝑥4− 3𝑥5 = 0 2𝑥5 = 2

Penyelesaian:

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

4

(7)

A l j a b a r L i n e a r 1 B. Aljabar Matriks

1. Pengertian a. Matriks

Yaitu kelompok bilangan yang disusun dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang yang terdiri atas baris-baris dan kolom-kolom.

𝐴 = 𝑎1 𝑏1 𝑐1

𝑎2 𝑏2 𝑐2 dan 𝐵 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎3 𝑏3 𝑐3

b. Baris

Yaitu bagian susunan bilangan yang dituliskan mendatar / horizontal dalam matriks.

𝐴 = 𝑎1 𝑏1 𝑐1 c. Kolom

Yaitu bagian susunan bilangan yang dituliskan tegak / vertikal dalam matriks.

𝐴 = 𝑎1 𝑎2 𝑎3

d. Elemen / unsur

Yaitu bilangan – bilangan (real atau kompleks) yang menyusun matriks itu.

𝐵 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎3 𝑏3 𝑐3

Pada matriks B diatas, elemen/unsurnya yaitu 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3, 𝑏1, 𝑏2, 𝑏3, 𝑐1, 𝑐2, dan 𝑐3 e. Ordo

Yaitu banyak baris dikali banyak kolom pada sebuah matriks.

𝐴 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎3 𝑏3 𝑐3

𝐵 =

𝑎1 𝑏1 𝑎2 𝑏2 𝑎3 𝑏3

Ordo : 3 x 3 ordo : 3 x 2

𝑨𝒎 𝐱 𝒏

dengan :

A = sebuah matriks

m = jumlah baris pada matriks n = jumlah kolom pada matriks

5

(8)

A l j a b a r L i n e a r 1 2. Macam – macam Matriks:

a. Matriks Persegi

Yaitu matriks dengan banyak baris sama dengan banyak kolom (berordo n x n).

𝐴 = 𝑎 𝑐

𝑏 𝑑 matriks A berordo 2 x 2 / berordo 2 𝐵 =

𝑎 𝑏 𝑐

𝑑 𝑒 𝑓

𝑔 𝑕 𝑖

matriks B berordo 3 x 3 / berordo 3

b. Matrks Baris

Yaitu matriks yang hanya memiliki satu baris dan memuat n elemen.

(berordo 1 x n).

𝐴 = 𝑎1 𝑎2 … … … 𝑎𝑛 c. Matriks Kolom

Yaitu matriks yang hanya memiliki satu kolom dan memuat m elemen.

(berordo m x 1).

𝐴 = 𝑎1 𝑎2

⋮ 𝑎𝑚 d. Matriks Skalar

Yaitu matriks yang hanya memuat satu unsur.

𝐴 = 𝑎 e. Matriks Sama

Yaitu matriks yang berordo sama dan unsur yang seletak sama.

𝐴 = 𝑎 𝑏

𝑐 𝑑 dan 𝐵 = 𝑎 𝑏

𝑐 𝑑 , maka A = B f. Matriks Satuan / Identitas

Yaitu matriks persegi yang unsur-unsur pada diagonal utama bernilai 1 dan unsur lainnya bernilai 0 (nol).

𝐴 = 1 0

0 1 𝐵 =

1 0 0 0 1 0 0 0 1

6

(9)

A l j a b a r L i n e a r 1 g. Matriks Segitiga atas

Yaitu matriks persegi yang unsur-unsur dibawah diagonal utama semuanya bernilai 0 (nol).

𝐵 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 0 𝑏2 𝑐2

0 0 𝑐3

h. Batriks Segitiga bawah

Yaitu matriks persegi yang unsur-unsur diatas diagonal utama semuanya bernilai 0 (nol).

𝐵 =

𝑎1 0 0

𝑎2 𝑏2 0 𝑎3 𝑏3 𝑐3

i. Matriks Diagonal

Yaitu matriks persegi yang semua unsur-unsurnya bernilai 0 (nol) kecuali unsur- unsur yang terletak pada diagonal utama.

𝐴 =

𝑎1 0 0

0 𝑏2 0

0 0 𝑐3

j. Matriks Transpos

Yaitu matriks baru yang dihasilkan dari pertukaran baris-baris menjadi kolom- kolom atau sebaliknya.

𝐵 =

𝑎1 𝑏1 𝑎2 𝑏2 𝑎3 𝑏3

𝐵𝑡 = 𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑏1 𝑏2 𝑏3 k. Matriks Simetris

Yaitu matriks yang jika A = At. 𝐴 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎3 𝑏3 𝑐3

𝐴𝑡 =

𝑎1 𝑏1 𝑐1 𝑎2 𝑏2 𝑐2 𝑎3 𝑏3 𝑐3

l. Matriks Nol

Yaitu matriks yang semua unsur-unsurnya bernilai 0 (nol).

𝐴 = 0 0 0 = ∅ 𝐴 =

0 0 0

0 0 0

0 0 0

= ∅

7

(10)

A l j a b a r L i n e a r 1 m. Matriks Konyugat

Yaitu matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengganti tiap elemen dengan konyugantnya (sekawannya).

𝐴 = 𝑎 + 𝑏𝑖 𝑖

𝑎 𝑎 − 𝑏𝑖 𝐴 = 𝑎 − 𝑏𝑖 −𝑖 𝑎 𝑎 + 𝑏𝑖

Teorema:

Dengan menganggap bahwa ukuran-ukuran matriks memadai sehingga dapat dilakukannya operasi yang ditunjukkan, maka aturan-aturan berikut akan sahih:

a. 𝐴 + ∅ = 𝐴 b. 𝐴 − 𝐴 = ∅ c. ∅ − 𝐴 = −𝐴 d. 𝐴 x ∅ = ∅ e. ∅ x 𝐴 = ∅

3. Operasi pada Matriks

a. Sifat-sifat pada Penjumlahan Matriks

Jika A, B, dan C merupakan matriks yang berordo sama, dan k, l adalah skalar dengan k, l ϵ R, maka penjumlahan dan perkalian skalar dengan matriks memenuhi sifat berikut:

a) A + B = B + A Bukti:

Ambil sembarang matriks A, B ϵ Mmxn yaitu:

𝐴 =

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛

⋮ 𝑎𝑚1

⋮ 𝑎𝑚2

⋮ 𝑎𝑚𝑛

dimana 𝑎11, 𝑎12, … , 𝑎𝑚𝑛𝜖 𝑅

𝐵 =

𝑏11 𝑏12 … 𝑏1𝑛 𝑏21 𝑏22 … 𝑏2𝑛

⋮ 𝑏𝑚1

⋮ 𝑏𝑚2

⋮ 𝑏𝑚𝑛

dimana 𝑏11, 𝑏12, … , 𝑏𝑚𝑛𝜖 𝑅

Maka:

𝐴 + 𝐵 =

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛

⋮ 𝑎𝑚1

⋮ 𝑎𝑚2

⋮ 𝑎𝑚𝑛

+

𝑏11 𝑏12 … 𝑏1𝑛 𝑏21 𝑏22 … 𝑏2𝑛

⋮ 𝑏𝑚1

⋮ 𝑏𝑚2

⋮ 𝑏𝑚𝑛

8

(11)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴 + 𝐵 =

𝑎11 + 𝑏11 𝑎12+ 𝑏12 … 𝑎1𝑛+ 𝑏1𝑛 𝑎21 + 𝑏21 𝑎22+ 𝑏22 … 𝑎2𝑛+ 𝑏2𝑛

⋮ 𝑎𝑚1+ 𝑏𝑚1

𝑎𝑚2+ 𝑏𝑚2

⋮ 𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛

𝐵 + 𝐴 =

𝑏11 + 𝑎11 𝑏12 + 𝑎12 … 𝑏1𝑛 + 𝑎1𝑛 𝑏21 + 𝑎21 𝑏22 + 𝑎22 … 𝑏2𝑛 + 𝑎2𝑛

⋮ 𝑏𝑚1+ 𝑎𝑚1

𝑏𝑚2+ 𝑎𝑚2

⋮ 𝑏𝑚𝑛 + 𝑎𝑚𝑛

𝐵 + 𝐴 =

𝑏11 𝑏12 … 𝑏1𝑛 𝑏21 𝑏22 … 𝑏2𝑛

⋮ 𝑏𝑚1

⋮ 𝑏𝑚2

⋮ 𝑏𝑚𝑛

+

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛

⋮ 𝑎𝑚1

⋮ 𝑎𝑚2

⋮ 𝑎𝑚𝑛

𝐴 + 𝐵 = 𝐵 + 𝐴

b) (A + B) + C = A + (B + C) Bukti:

Ambil sembarang matriks A, B, dan C ϵ Mmxn, yaitu:

𝐴 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

dimana 𝑎11, 𝑎12, … , 𝑎𝑚𝑛𝜖 𝑅

𝐵 =

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛

dimana 𝑏11, 𝑏12, … , 𝑏𝑚𝑛𝜖 𝑅

𝐶 =

𝑐11 … 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑐𝑚1 … 𝑐𝑚𝑛

dimana 𝑐11, 𝑐12, … , 𝑐𝑚𝑛𝜖 𝑅 Maka:

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 +

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛

+

𝑐11 … 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑐𝑚1 … 𝑐𝑚𝑛

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 =

𝑎11+ 𝑏11 … 𝑎1𝑛 + 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1+ 𝑏𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛 +

𝑐11 … 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑐𝑚1 … 𝑐𝑚𝑛

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 =

𝑎11+ 𝑏11 + 𝑐11 … 𝑎1𝑛 + 𝑏1𝑛+ 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1+ 𝑏𝑚1+ 𝑐𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛 + 𝑐𝑚𝑛

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 +

𝑏11+ 𝑐11 … 𝑏1𝑛 + 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1+ 𝑐𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛 + 𝑐𝑚𝑛

9

(12)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴 + 𝐵 + 𝐶 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

+

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛 +

𝑐11 … 𝑐1𝑛

⋮ ⋮

𝑐𝑚1 … 𝑐𝑚𝑛 𝐴 + 𝐵 + 𝐶 = 𝐴 + (𝐵 + 𝐶)

c) (k + l) A = kA + lA Bukti:

Ambil sembarang matriks A ϵ Mmxn dan bilangan real (k,l) 𝐴 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

dimana 𝑎11, 𝑎12, … , 𝑎𝑚𝑛𝜖 𝑅

Maka:

𝑘 + 𝑙 𝐴 = (𝑘 + 𝑙)

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

𝑘 + 𝑙 𝐴 =

(𝑘 + 𝑙)𝑎11 … (𝑘 + 𝑙)𝑎1𝑛

⋮ ⋮

(𝑘 + 𝑙)𝑎𝑚1 … (𝑘 + 𝑙)𝑎𝑚𝑛

𝑘 + 𝑙 𝐴 =

𝑘𝑎11 + 𝑙𝑎11 … 𝑘𝑎1𝑛 + 𝑙1𝑛

⋮ ⋮

𝑘𝑎𝑚1+ 𝑙𝑎𝑚1 … 𝑘𝑎𝑚𝑛 + 𝑙𝑚𝑛

𝑘 + 𝑙 𝐴 =

𝑘𝑎11 … 𝑘𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑘𝑎𝑚1 … 𝑘𝑎𝑚𝑛 +

𝑙𝑎11 … 𝑙𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑙𝑎𝑚1 … 𝑙𝑎𝑚𝑛

𝑘 + 𝑙 𝐴 = 𝑘

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 + 𝑙

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 𝑘 + 𝑙 𝐴 = 𝑘𝐴 + 𝑙𝐴

d) k (A + B) = kA + kB Bukti:

Ambil sembarang matriks A, B ϵ Mmxn dan k bilangan Real, yaitu:

𝐴 =

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

dimana 𝑎11, 𝑎12, … , 𝑎𝑚𝑛𝜖 𝑅

𝐵 =

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛

dimana 𝑏11, 𝑏12, … , 𝑏𝑚𝑛𝜖 𝑅

10

(13)

A l j a b a r L i n e a r 1 Maka:

𝑘(𝐴 + 𝐵) = 𝑘

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 +

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛

𝑘(𝐴 + 𝐵) = 𝑘

𝑎11+ 𝑏11 … 𝑎1𝑛 + 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1+ 𝑏𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛

𝑘(𝐴 + 𝐵) =

𝑘(𝑎11+ 𝑏11) … 𝑘(𝑎1𝑛 + 𝑏1𝑛)

⋮ ⋮

𝑘(𝑎𝑚1+ 𝑏𝑚1) … 𝑘(𝑎𝑚𝑛 + 𝑏𝑚𝑛)

𝑘(𝐴 + 𝐵) =

𝑘𝑎11 + 𝑘𝑏11 … 𝑘𝑎1𝑛+ 𝑘𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑘𝑎𝑚1+ 𝑘𝑏𝑚1 … 𝑘𝑎𝑚𝑛 + 𝑘𝑏𝑚𝑛

𝑘(𝐴 + 𝐵) =

𝑘𝑎11 … 𝑘𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑘𝑎𝑚1 … 𝑘𝑎𝑚𝑛

𝑘𝑏11 … 𝑘𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑘𝑏𝑚1 … 𝑘𝑏𝑚𝑛

𝑘 𝐴 + 𝐵 = 𝑘

𝑎11 … 𝑎1𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

+ 𝑘

𝑏11 … 𝑏1𝑛

⋮ ⋮

𝑏𝑚1 … 𝑏𝑚𝑛 𝑘 𝐴 + 𝐵 = 𝑘𝐴 + 𝑘𝐵

b. Jika matriks A, B, dan C adalah matriks-matriks yang memadai untuk dilakukannya perkalian matriks, maka memenuhi sifat-sifat berikut:

a) (AB)C = A(BC) b) (A + B) C = AC + BC c) A (B + C) = AB + AC

4. Transpos Matriks Definisi:

Jika A adalah sembarang matriks m x n, maka transpos A dinyatakan dengan At adalah matriks n x m yang kolom pertamanya sama dengan baris pertama matriks A, kolom kedua sama dengan baris kedua matriks A, dan seterusnya.

11

(14)

A l j a b a r L i n e a r 1 Contoh:

1. Tentukan transpos dari matriks berikut!

𝐴 = 2 3 4 1 0 5 Penyelesaian:

Diketahui matriks 𝐴 = 2 3 4

1 0 5 , maka transposnya yaitu:

𝐴𝑡 = 2 1 3 0 4 5

Definisi:

Jika A matriks berordo n x n dan A = At, maka A disebut Matriks Simetris.

Contoh:

𝐴 = 1 2

2 1 , maka 𝐴𝑡 = 1 2 2 1 𝐵 =

2 −5 8

−5 4 7

8 7 0

, maka 𝐴𝑡 =

2 −5 8

−5 4 7

8 7 0

Teorema:

a) (At)t = A

b) (A + B)t = At + Bt, jika A, B ϵ Mmxn

c) (kA)t = kAt, dengan sembarang skalar k ϵ R

d) (AB)t = BtAt, jika A matriks m x n dan B matriks n x r

5. Invers Matriks Definisi:

Jika A adalah matriks persegi, dan jika kita dapat mencari matriks B sehingga AB = BA = I, maka dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B dinamakan invers dari A.

(A-1 = B)

12

(15)

A l j a b a r L i n e a r 1 a) Matriks Singular

Yaitu matriks persegi yang tidak mempunyai invers.

b) Matriks Non-Singular

Yaitu matriks persegi yang mempunyai invers.

Contoh:

Apakah matriks berikut saling invers?

1. 𝐴 = 2 4

3 1 dengan 𝐵 = − 1

10 3 5 3

101

5

2. 𝐴 = 3 5

1 2 dengan 𝐵 = 2 −5 1 3

Penyelesaian:

1. 𝐴 x 𝐵 = 2 4 3 1 − 1

10 3 5 3

101

5

𝐴 x 𝐵 =

1 2

5

0 8

5

𝐴 x 𝐵 ≠ 𝐼

Jadi, matriks A dan B tidak saling invers.

2. 𝐴 x 𝐵 = 3 5

1 2 2 −5

1 3 𝐴 x 𝐵 = 1 0

0 1 𝐴 x 𝐵 = 𝐼

𝐵 x 𝐴 = 2 −5

1 3 3 5 1 2 𝐵 x 𝐴 = 1 0

0 1 𝐵 x 𝐴 = 𝐼 Jadi, matriks A dan B saling invers.

13

(16)

A l j a b a r L i n e a r 1 Latihan:

1. Tentukan transpos dari matriks-matriks berikut!

𝐵 =

4 3 2

1 −1 0

0 5 1

𝐶 = 2 5 4

𝐷 =

1 2 3

2 0 5

3 5 1

𝐸 = 4

2. Carilah invers dari masing-masing matriks berikut (jika ada) ! a. 𝐴 = −1 0

0 2 b. 𝐴 = 1 1

−1 1

Penyelesaian:

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

14

(17)

A l j a b a r L i n e a r 1 C. Sistem Persaman Linear

1. Pendahuluan

a. Sebuah persamaan linear dengan n peubah dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑎1𝑥1+ 𝑎2𝑥2+ ⋯ + 𝑎𝑛𝑥𝑛 = 𝑏

b. Sistem persamaan linear dengan n peubah dan m persamaan linear dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑎11𝑥1+ 𝑎12𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛𝑥𝑛 = 𝑏1 𝑎21𝑥1+ 𝑎22𝑥2+ ⋯ + 𝑎2𝑛𝑥𝑛 = 𝑏2

: :

𝑎𝑚1𝑥1+ 𝑎𝑚2𝑥2+ ⋯ + 𝑎𝑚𝑛𝑥𝑛 = 𝑏𝑚

c. Diagram penyelesaian Sistem Persamaan Linear :

d. Untuk menyelesaikan suatu SPL dapat digunakan metode sebagai berikut:

1) Metode Eliminasi

Yaitu menghilangkan atau mengeliminasi salah satu peubah dengan cara menambahkan kelipatan suatu persamaan ke persamaan lain.

2) Metode Substitusi

Yaitu mengganti atau mensubstitusi suatu peubah berdasarkan nilai peubah tersebut pada persamaan yang lain.

SPL

Memiliki Solusi (Konsisten)

Tunggal Banyak Solusi

Tidak Memiliki Solusi (Tidak Konsisten)

15

(18)

A l j a b a r L i n e a r 1 Contoh:

Diketahui sistem persamaan linear sebagai berikut:

x + 2y = 1 2x – y = 7

Tentukan solusinya dengan:

a. Metode Eliminasi b. Metode Substitusi

Penyelesaian:

a. Metode Eliminasi 𝑥 + 2𝑦 = 1 2𝑥 − 𝑦 = 7

x 2 x 1

2𝑥 + 4𝑦 = 2

2𝑥 − 𝑦 = 7 5𝑦 = −5 𝑦 = −1

𝑥 + 2𝑦 = 1 2𝑥 − 𝑦 = 7

x 1 x 2

𝑥 + 2𝑦 = 1 4𝑥 − 2𝑦 = 14

5𝑥 = 15 𝑥 = 3

Jadi himpunan penyelesaiannya (HP) = {3, -1}

b. Metode Substitusi 𝑥 + 2𝑦 = 1 ... (1)

𝑥 = 1 − 2𝑦 ... (2) 2𝑥 − 𝑦 = 7 ... (3)

Substitusikan persamaan (2) ke persamaan (3) : 2𝑥 − 𝑦 = 7

2(1 − 2𝑦 ) − 𝑦 = 7 2 − 4𝑦 − 𝑦 = 7

2 − 5𝑦 = 7

−5𝑦 = 5

𝑦 = −1 ... (4)

16

(19)

A l j a b a r L i n e a r 1 Substitusikan persamaan (4) ke persaman (2) :

𝑥 = 1 − 2𝑦 𝑥 = 1 − 2(−1) 𝑥 = 1 + 2 𝑥 = 3

Jadi, himpunan penyelesaiannya (HP) = {3,-1}

2. Eliminasi Gauss – Jordan

Yaitu suatu metode untuk menentukan solusi suatu persamaan linear dengan cara mengubah suatu SPL dalam bentuk persamaan matriks kemudian mereduksi matriks yang bersesuaian dengan SPL tersebut menjadi bentuk Matriks Eselon Tereduksi.

Matriks Eselon Tereduksi adalah matriks yang memenuhi 4 syarat, yaitu:

a. Bilangan tak nol pertama dan setiap baris adalah 1 ( 1 utama).

b. Kolom yang memuat 1 utama hanya memuat nol di tempat lainnya.

c. 1 utama pada baris yang lebih bawah terletak lebih kanan dari pada baris diatasnya.

d. Bila terdapar baris nol maka letaknya pada baris bagian bawah matriks.

Untuk mendapatkan bentuk Eselon baris tereduksi diperlukan Operasi Baris Elementer (OBE) yang terdiri dari 3 operasi, yaitu:

a. Mengalikan suatu baris dengan suatu konstanta k ≠ 0.

b. Menambahkan kelipatan suatu baris ke baris lainnya.

c. Mempertukarkan 2 buah baris.

Contoh:

Diketahui SPL sebagai berikut:

𝑥 + 𝑦 + 𝑧 = 6 2𝑥 + 𝑦 − 𝑧 = 1 𝑥 − 𝑦 + 2𝑧 = 5

Selesaikan SPL tersebut dengan Eliminasi Gauss-Jordan (EGJ)!

17

(20)

A l j a b a r L i n e a r 1 Penyelesaian:

𝐴. 𝑥 = 𝑏

1 1 1

2 1 −1

1 −1 2

𝑥 𝑦 𝑧

= 6 1 5 Matriks diperbesar:

𝐴 𝑏 =

1 1 1

2 1 −1

1 −1 2

6 1 5

𝑥

𝑦 𝑧

=

1 1 1

2 1 −1

1 −1 2

6 1 5

≈ −2𝑏1 + 𝑏2

≈ −𝑏1+ 𝑏3 𝑥

𝑦 𝑧

=

1 1 1

0 −1 −3

0 −2 1

6

−11

−1

≈ −𝑏2 𝑥

𝑦 𝑧

=

1 1 1

0 1 3

0 −2 1 6 11

−1

≈ −𝑏2+ 𝑏1

≈ 2𝑏2+ 𝑏3 𝑥

𝑦 𝑧

=

1 0 −2

0 1 3

0 0 7

−5 11 21 ≈1

7𝑏3 𝑥

𝑦 𝑧

=

1 0 −2

0 1 3

0 0 1

−5 11 3

≈ 2𝑏3 + 𝑏1

−3𝑏3+ 𝑏2 𝑥

𝑦 𝑧

=

1 0 0

0 1 0

0 0 1

1 2 3

𝑥

𝑦 𝑧

= 1 2 3

Jadi, Himpunan penyelesaiaannya (HP) = {1,2,3}

Catatan:

a. SPL memiliki solusi tunggal jika banyaknya 1 utama pada matriks eselon baris tereduksi = banyaknya variabel.

b. SPL memiliki solusi tak hingga jika n (1 utama) < n (variabel).

c. SPL tidak memiliki solusi jika pada matriks eselon baris tereduksi terdapat 1 utama pada kolom paling kanan.

18

(21)

A l j a b a r L i n e a r 1 3. SPL Homogen

Yaitu bentuk khusus dari SPL 𝐴𝑋 = 𝑏 adalah bentuk khusus untuk 𝑏 = 𝜃 (nol) atau bisa dituliskan sebagai 𝐴𝑋 = 𝜃 .

Solusi SPL Homogen : a. Trivial

Yaitu bila SPL Homogen hanya memiliki 𝑋 = 𝜃 sebagai satu-satunya solusi.

b. Tak Trivial

Yaitu bila SPL Homogen memiliki solusi selain 𝑋 = 𝜃 .

Contoh:

Tentukan solusi SPL Homogen dengan matriks koefisien!

𝐴 =

2 −1 1

1 1 −1

4 1 −1

Penyelesaian:

𝐴. 𝑋 = 𝜃

2 −1 1

1 1 −1

4 1 −1

𝑥1 𝑥2 𝑥3 =

0 0 0

Matriks diperbesar:

𝐴 𝑏 =

2 −1 1

1 1 −1

4 1 −1

0 0 0

𝑥1

𝑥2 𝑥3

=

2 −1 1

1 1 −1

4 1 −1

0 0 0

tukar baris ke-1 dengan baris ke-2 𝑥1

𝑥2 𝑥3 =

1 1 −1

2 −1 1

4 1 −1

0 0 0

≈ −2𝑏1+ 𝑏2

≈ −4𝑏1+ 𝑏3 𝑥1

𝑥2 𝑥3

=

1 1 −1

0 −3 3

0 −3 3

0 0 0

≈ −1 3𝑏2 𝑥1

𝑥2 𝑥3 =

1 1 −1

0 1 −1

0 −3 3

0 0 0

≈ −𝑏2+ 𝑏1

≈ 3𝑏2+ 𝑏3

19

(22)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝑥1

𝑥2 𝑥3 =

1 0 0

0 1 −1

0 0 0

0 0 0

Di dapat:

𝑥1 = 0 𝑥2− 𝑥3 = 0 𝑥2 = 𝑥3 Misal:

𝑥1 = 𝑎 , 𝑎 𝜖 𝑅

Maka:

𝑥1 = 0 𝑥2 = 𝑎 𝑥3 = 0

Jadi, solusi SPL tak trivial.

Latihan:

1. Diketahui SPL sebagai berikut:

𝑥 + 𝑦 + 𝑧 = 1 2𝑥 + 𝑦 − 𝑧 = 2 𝑥 − 2𝑧 = 1

Tentukan solusinya dengan metode campuran eliminasi dan substitusi!

2. Diketahui SPL sebagai berikut:

2𝑥 − 𝑦 + 𝑧 = 2 𝑥 + 𝑦 − 𝑧 = 3 4𝑥 + 𝑦 − 𝑧 = 8

Tentukan solusi untuk SPL tersebut dengan EGJ!

3. Diketahui SPL dalam bentuk matrik sebagai berikut:

3 2 1 1

2 2 4 2

1 0 −3 −1

𝑤𝑥

𝑦 𝑧

=

−2 3

−5

Tentukan solusi untuk SPL tersebut dengan EGJ!

4. Diketahui SPL dalam bentuk matrik sebagai berikut:

2 3 1

1 2 1

3 2 1

𝑥1 𝑥2 𝑥3 =

−2 0 2

Tentukan solusi untuk SPL tersebut dengan EGJ!

20

(23)

A l j a b a r L i n e a r 1 5. Diketahui SPL dalam bentuk matrik sebagai berikut:

3 1 4

−1 2 3

1 −3 −2

𝑥 𝑦 𝑧

=

−2 1

−4

Tentukan solusi untuk SPL tersebut dengan EGJ!

6. Diketahui SPL sebagai berikut:

𝑥 − 𝑦 + 𝑧 = 2

−𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 3 𝑥 − 𝑦 + 4𝑧 = 5

Tentukan solusi untuk SPL tersebut dengan EGJ!

7. Diketahui matriks 𝐴 =

3 2 2

2 2 3

1 2 4

. Tentukan solusi SPL Homogen tersebut dengan matriks koefisien!

Penyelesaian :

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

21

(24)

A l j a b a r L i n e a r 1

BAB II DETERMINAN

A. Pengertian Determinan Definisi:

Determinan merupakan suatu fungsi yang didefinisikan pada matriks persegi.

Determinan A didefinisikan sebagai jumlah hasil kali elementer bertanda dari Anxn

yang berbentuk:

𝑎1𝑗 1, 𝑎2𝑗 2… … 𝑎𝑛𝑗𝑛

dengan 𝑗1, 𝑗2, … … , 𝑗𝑛 merupakan permutasi dari himpunan {1,2,.... n)

Hasil kali elementer 𝑎1𝑗 1, 𝑎2𝑗 2… … 𝑎𝑛𝑗𝑛 akan bertanda positif jika banyaknya invers (bilangan bulat kecil yang didahului oleh bilangan bulat lebih besar pada permutasi) adalah genap. Sedangkan 𝑎1𝑗 1, 𝑎2𝑗 2… … 𝑎𝑛𝑗𝑛bertanda negatif jika banyaknya invers adalah ganjil.

Determinan Anxn dinotasikan dengan:

det 𝐴 = 𝐴 = 𝐴 =

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛

⋮ ⋮

𝑎𝑚1 𝑎𝑚2

⋮ 𝑎𝑚𝑛

Contoh:

Hitunglah determinan dari:𝐴 = 𝑎11 𝑎12 𝑎21 𝑎22

Penyelesaian:

Permutasi Hasil Kali Elementer Banyak Invers Tanda (1,2)

(2,1)

𝑎11dan 𝑎12 𝑎12dan 𝑎21

0 1

det 𝐴 = 𝐴 = 𝐴 = 𝑎11. 𝑎22 − 𝑎12. 𝑎21

22

(25)

A l j a b a r L i n e a r 1 B. Metode Perhitungan Determinan

1. Metode Ekspansi Kofaktor

a. Ekspansi Kofaktor sepanjang baris i

𝐴 = 𝑎𝑖1𝑀𝑖1− 𝑎𝑖2𝑀𝑖1+ ⋯ + 𝑎𝑖𝑛𝑀𝑖𝑛 dengan 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 b. Ekspansi Kofaktor sepanjang kolom j

𝐴 = 𝑎1𝑗𝑀1𝑗 − 𝑎2𝑗𝑀2𝑗 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑗𝑀𝑛𝑗 dengan 𝑗 = 1,2, … , 𝑛

Mij (Minor elemen i, j) yaitu determinan matriks A yang sudah dihilangkn baris ke-i dan kolom ke-j nya. Pemilihan baris ke-i dan kolom ke-j bebas.

Tanda (+) atau (-) di depan aij.Mij didasarkan pada:

1) Jika i + j ϵ genap, maka tanda (+).

2) Jika i + j ϵ ganjil, maka tanda (-).

Contoh:

Hitunglah determinan dari matriks 𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

dengan ekspansi kofaktor baris dan kolom!

Penyelesaian:

a. Ekspansi Kofaktor baris ke-2:

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

𝐴 = −3 3 4

2 2 + 2 2 4

1 2 − 3 2 3 1 2 𝐴 = −3 6 − 8 + 2 4 − 4 − 3(4 − 3) 𝐴 = −3 −2 + 2 0 − 3(1)

𝐴 = 6 + 0 − 3 𝐴 = 3

b. Ekspansi Kofaktor kolom ke-3:

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

𝐴 = 4 3 2

1 2 − 3 2 3

1 2 + 2 2 3 3 2 𝐴 = 4 6 − 2 − 3 4 − 3 + 2(4 − 9)

23

(26)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴 = 4 4 − 3 1 + 2(−5)

𝐴 = 16 − 3 − 10 𝐴 = 3

2. Metode Reduksi Baris

Bila A adalah matriks segitiga atau berukuran n x n

𝐴 =

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 0 𝑎22 … 𝑎2𝑛

⋮ ⋮

0 0 …

⋮ 𝑎𝑚𝑛

Maka 𝐴 yang dihitung dengan mengunakan ekspansi sepanjang kolom ke-1 akan diperoleh:

𝐴 = 𝑎11𝑎12… 𝑎𝑛𝑛

Metode reduksi baris memiliki prinsip mengubah bentuk matriks menjadi matriks segitiga atas dengan melakukan OBE (Operas Baris Elementer). OBE pada matriks akan mempengaruhi nilai determinan untuk operasi:

1) Jika menukarkan dua baris maka determinannya bernilai (-). Untuk mengembalikan determinan ke nilai semua, kalikan determinan matriks dengan (-1).

2) Jika suatu baris dikali k ≠ 0 maka nilai determinan menjadi k kali determinan semula. Agar nilai determinan tetap, maka kalikan determinan dengan 1

𝑘. Contoh:

Hitunglah determinan untuk matriks 𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

Penyelesaian:

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

menukar baris 1 dengan baris 3.

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= (−1)

1 2 2

3 2 3

2 3 4

≈ −3𝑏1+ 𝑏2

≈ −2𝑏1+ 𝑏3

24

(27)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= (−1)

1 2 2

0 −4 −3

0 −1 0

≈ −1 4𝑏2

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= −1 (−4)

1 2 2

0 1 3

4

0 −1 0

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= 4

1 2 2

0 1 3

4

0 −1 3 4

𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= 4(1 x 1 x 3 4) 𝐴 =

2 3 4

3 2 3

1 2 2

= 3

C. Sifat-sifat Determinan

1. Jika Anxn matriks diagonal maka 𝐴 adalah perkalian elemen pada diagonal utamanya.

𝐴3x3 =

𝑎 0 0

0 𝑏 0

0 0 𝑐

→ 𝐴 = 𝑎. 𝑏. 𝑐

2. Jika Anxn matriks segitiga atas / bawah maka 𝐴 adalah perkalian elemen pada diagonal utamanya.

𝐴3x3 =

𝑎 𝑏 𝑐

0 𝑑 𝑒

0 0 𝑓

→ 𝐴 = 𝑎. 𝑑. 𝑓

3. Jika ada baris / kolom dari Anxn yang semua elemennya nol, maka 𝐴 = 0.

𝐴3x3 =

𝑎 𝑏 𝑐

0 0 0

𝑑 𝑒 𝑓

→ 𝐴 = 0

4. Jika ada 2 baris / 2 kolom / kelipatannya pada Anxn , maka 𝐴 = 0.

𝐴3x3 =

1 2 3

0 4 1

1 2 3

→ 𝐴 = 0

𝐴3x3 =

1 2 3

2 0 6

−1 5 −3 ≈ 𝑘3 = 3𝑘1

→ 𝐴 = 0

25

(28)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴3x3 =

1 2 3

2 4 6

−1 −1 2

𝑏2 = 2𝑏1 → 𝐴 = 0 5. 𝐴𝑡 = 𝐴

6. 𝐴𝐵 = 𝐴 𝐵

7. Jika suatu baris pada Anxn dikali dengan 𝑘 𝜖 𝑅 maka determinan matriks barunya 𝑘 𝐴

8. Jika Anxn maka 𝑘𝐴 = 𝑘𝑛 𝐴

9. Apabila dua buah baris suatu matriks dipertukarkan maka 𝐴1 = 𝐴 .

Latihan :

1. Hitunglah determinan dari matriks𝐴 =

2 0 2 2

1 2 3 1

3 0 2 1

2 3

2 3

dengan ekspansi kofaktor

baris dan kolom!

Penyelesaian:

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

26

(29)

A l j a b a r L i n e a r 1

BAB III

INVERS MATRIKS

A. Pengertian Invers Matriks Definisi:

Bila A adalah matriks persegi berukuran n x n yang memiliki determinan tidak sama dengan nol, maka invers matriks A (dinotasikan dengan A-1) didefinisikan sebagai matriks yang memenuhi persamaan:

AA-1 = A-1A = I

Dengan I = matriks identitas berukuran n x n.

Invers suatu matriks adalah tunggal.

Apabila 𝐴 = 0 maka A tidak mempunyai invers.

Contoh:

Tentukan invers dari matriks 𝐴 =

3 0 1

0 2 1

2 5 3

! Penyelesaian:

𝐴 𝐼 =

3 0 1 0 2 1 2 5 3

1 0 0

0 1 0

0 0 1

1

3𝑏1

𝐴 𝐼 =

1 0 1

3

0 2 1

2 5 3

1 3 0 0

0 1 0

0 0 1 ≈ −2𝑏1+ 𝑏3

𝐴 𝐼 =

1 0 1

3

0 2 1

0 5 7

3

1 3 0 0

0 1 0

− 2 3 0 1

≈ 1 2𝑏2

𝐴 𝐼 =

1 0 1 3 0 1 1 2 0 5 7 3

1 3 0 0

0 1

2 0

− 2 3 0 1 ≈ −5𝑏2+ 𝑏3

27

(30)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐴 𝐼 =

1 0 1

3

0 1 1

2 0 0 − 1 6

1 3 0 0

0 1

2 0

− 2 3 − 5 2 1 ≈ −6𝑏3

𝐴 𝐼 =

1 0 1

3

0 1 1

2

0 0 1

1 3 0 0

0 1

2 0

4 15 −6

≈ −1

3𝑏3+ 𝑏1

≈ −1

2𝑏3 + 𝑏2

𝐴 𝐼 =

1 0 0 0 1 0 0 0 1

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

𝐴 𝐼 = 𝐼 𝐴−1

Jadi, 𝐴−1 =

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

B. Matriks Adjoint

Matriks Adjoint didefinisikan sebagai matriks Cij transpos dengan Cij adalah kofaktor elemen i,j.

Invers matriks A memiliki rumusan:

𝐴−1 = 1

𝐴 𝐴𝑑𝑗(𝐴) 𝐴−1 = 1

𝐴 𝐴𝑑𝑗(𝐶𝑖𝑗) Dengan Cij = (-1)i+j.Mij

Contoh:

Dengan mengunakan Adjoint matriks, tentukan invers dari 𝐴 =

3 0 1 0 2 1 2 5 3 Penyelesaian:

𝐶11 = (−1)1+1 2 1

5 3 = 6 − 5 = 1 𝐶12 = (−1)1+2 0 1

2 3 = −(0 − 2) = 2 𝐶13 = (−1)1+3 0 2

2 5 = 0 − 4 = −4 𝐶21 = (−1)2+1 0 1

5 3 = −(0 − 5) = 5

28

(31)

A l j a b a r L i n e a r 1 𝐶22 = (−1)2+2 3 1

2 3 = 9 − 2 = 7 𝐶23 = (−1)2+3 3 0

2 5 = − 15 − 0 = −15 𝐶31 = (−1)3+1 0 1

2 1 = 0 − 2 = −2 𝐶32 = (−1)3+2 3 1

0 1 = −(3 − 0) = −3 𝐶33 = (−1)3+3 3 0

0 2 = 6 − 0 = 6

Didapat 𝐶𝑖𝑗 =

1 2 −4

5 7 −15

−2 −3 6

𝑡

Dan 𝐴𝑑𝑗 𝐴 =

1 5 −2

2 7 −3

−4 −15 6

Maka 𝐴 = 3 2 1

5 3 + 1 0 2

2 5 = 3 6 − 5 + 0 − 4 = −1 Sehingga 𝐴−1 = 1

−1

1 5 −2

2 7 −3

−4 −15 6

=

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

C. Sifat –sifat Invers Matriks 1. (AB)-1 = B-1.A-1

2. (A-1)-1 = A 3. A-1.A = I

Menentukan solusi SPL dengan menggunakan invers matriks, pandang persamaan:

A.x = b , dengan A-1 ada A.A-1.x = A-1.b

I.x = A-1.b x = A-1.b

29

(32)

A l j a b a r L i n e a r 1 Jika Anxn dan memiliki invers A-1, maka:

1. Jika B adalah matriks A-1 yang kolom baris ke-i dan ke-j dipertukarkan maka B-1 adalah A-1 yang kolom ke-i dan ke-j juga dipertukarkan.

2. Jika C adalah matriks A yang baris ke-i dikali k, maka C-1 adalah A-1 yang kolom ke-i dikali 1

𝑘.

Contoh:

1. Tentukan solusi SPL berikut dengan persamaan Ax = b!

3 0 1

0 2 1

2 5 3

𝑥 𝑦 𝑧

= 2 3 4 Penyelesaian:

Dari perhitungan sebelumnya diperoleh 𝐴−1 =

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

sehingga:

𝑥 𝑦 𝑧

= 𝐴−1𝑏 𝑥

𝑦 𝑧

=

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

2 3 4

𝑥

𝑦 𝑧

=

−2 − 15 + 8

−4 − 21 + 12 8 + 45 − 24

𝑥

𝑦 𝑧

=

−9 13 29

Jadi, himpunan penyelesaiannya (HP) = {-9,13,29}

2. Tentukan invers dari matriks-matriks berikut!

𝐴 =

3 0 1

0 2 1

2 5 3

Penyelesaian:

𝐴 =

3 0 1

0 2 1

2 5 3

→ 𝐴−1 =

−1 −5 2

−2 −7 3

4 15 −6

30

(33)

A l j a b a r L i n e a r 1 D. Hubungan Invers Matriks, Determinan, dan Solusi SPL

Pada suatu SPL Ax = b dengan A matriks persegi, terdapat hubungan antara keberadaan 𝐴−1, 𝐴 , dan jenis solusi SPLnya, yaitu:

1. A-1 ada jika dan hanya jika 𝐴 ≠ 0, maka SPL memiliki solusi tungal.

2. A-1 tidak ada jika dan hanya jika 𝐴 = 0, maka SPL memiliki solusi tak hingga, solusi banyak, dan tidak ada solusi.

Latihan:

1. Tentukan invers dari matriks-matriks berikut:

𝐵 =

3 0 1

2 5 3

0 2 1

dan 𝐶 =

3 0 1

0 4 2

2 5 3

2. Tentukan invers matriks 𝐴 =

1 4 2

0 2 1

2 3 2

dengan menggunakan:

a. Eliminasi Gauss-Jordan b. Matriks Adjoint

3. Tentukan solusi SPL berikut:

2 1 2

2 3 1

1 1 0

𝑥 𝑦 𝑧

= 3 2 1

Penyelesaian:

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

31

Referensi

Dokumen terkait

Hanya sebagian kecil mahasiswa yang tidak mengalami kesalahan ketika berhadapan dengan problem solving (penyelesaian masalah) tentang soal-soal aplikasi integral dalam fisika..

BUMI melalui anak perusahaanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC) diberikan penghargaan sebagai perusahaan penyumbang devisa ekspor terbaik Indonesia tahun 2017 oleh Bank

Tentukan matriks bentuk eselon baris tereduksi

a) Lama pengeringan granul berpengaruh pada kadar air dalam granul dan tablet, dimana semakin lama pengeringan granul memberikan kadar air yang semakin kecil, waktu alir granul

Demikian juga dengan aktivitas pengelolaan persediaan barang dagangan, sistem informasi akuntansi diperlukan untuk menjamin pengendalian internal yang lebih baik untuk

Setelah mahasiswa mempelajari mata kuliah ini diharapkan mereka memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana perusahaan memperoleh sumber-sumber dana dan menggunakan

Besarnya penyimpangan volume hidrograf satuan rata-rata terhadap observasi untuk masing-masing metode adalah sebesar 7,03 % dengan menggunakan persamaan bentuk “Fungsi α

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian batang dan daun meniran terhadap hati mencit yang diinduksi oleh etanol,