• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERTIFIKASI TANAH WAKAF DI KECAMATAN TAMBAN CATUR KABUPATEN KAPUAS KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SERTIFIKASI TANAH WAKAF DI KECAMATAN TAMBAN CATUR KABUPATEN KAPUAS KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SERTIFIKASI TANAH WAKAF DI KECAMATAN TAMBAN CATUR KABUPATEN KAPUAS KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

TENTANG WAKAF

Uswatun Hasanah1, Parman Komarudin,2, Umi Hani,3

1Universitas Islam Kalimanrtan Muhammad Arsyad Al Banjari, Fakultas Studi Islam, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

E-mail: hamidahnur0427@gmail.com / No HP: 081521631342

2Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Fakultas Studi Islam, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

E-mail:

3Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad AlBanjari, Fakultas Studi Islam, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

E-mail: uhani4150@gmail.com ABSTRAK

Penulisan Skripsi ini adalah hasilpenelitian Lapangan (field research) tentang “Sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas kaitannya dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004”

dengan rumusan masalah bagaimana prosedur pelaksanaan sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas dan Bagaimana prosedur pelaksanaan pembuatan sertifikat tanah wakaf menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004. Yang bertujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas serta untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan pembuatan Sertifikat Tanah Wakaf menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf. Subjek dalam penelitian ini adalah Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur yang belum bersertifikat, objeknya adalah proses pelaksanaan sertifikasi Tanah Wakaf yang dilakukan di Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan penelitian studi kepustakaan untuk mendukung data yang diperoleh tersebut. Dengan data tersebut kemudian dihimpun untuk selanjutnya dianalisis menggunakan metode kualitatif kompratif yaitu dianalisa dengan penjelasan untuk mendapatkan kesimpulan. Yang kemudian didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur belum sepenuhnya terlaksana dengan baik karena masih adanya tanah wakaf yang belum bersertifikat Tanah Wakaf. Karena masih adanya kendala yaitu kurangnya kesadaran Nadzir dan Wakif akan pentingnya Sertifikasi Tanah Wakaf.

Kata Kunci: Sertifikasi Tanah Wakaf, Peraturan Pemerintah

ABSTRACT

The writing of this thesis is the result of field research on "Land Endowment Certification in Tamban Chess District of Kapuas Regency in relation to Law Number 41 of 2004" with the formulation of the problem of how the procedures for the implementation of Land Endowments certification in Tamban District Chess District and how the implementation procedures the making of waqf land certificate according to Law Number 41 of 2004. Which aims to find out the procedure for the implementation of Waqf Land certification in the District of Tamban Chess in Kapuas Regency and to find out how the procedure for the implementation of the Land Waqf Certificate according to Law Number 41 of 2004 concerning waqf.

Subjects in this study are Land Endowments in Tamban Chess District which have not been certified, the object is the process of carrying out Land Waqf certification conducted in Tamban Chess District, Kapuas Regency. This study uses data collection techniques with interviews and literature study research to support

(2)

the data obtained. With the data then collected to be analyzed using a qualitative comparative method which is analyzed with an explanation to get a conclusion. Which then obtained the conclusion that the implementation of Waqf Land certification in the District of Tamban Chess has not been fully implemented properly because there are still waqf lands that have not been certified Land of Waqf. Because there are still obstacles, namely the lack of Nadzir and Wakif awareness of the importance of Land Waqf Certification.

Keywords: Land Waqf Certification, Government Regulation PENDAHULIAN

Dalam setiap kepemilikan Tanah, Sertifikat itu sudah lumrah adanya, karna sebagai tanda bukti tertulis atas sebuah kepemilikan, lalu bagaimana jika Tanah Wakaf yang tidak memiliki sertifikat ? Ini biasanya terjadi pada Tanah-tanah Wakaf pada tahun diatas 2000 an, meskipun pada Zaman sekarang masih saja hal demikian berlaku, yang akhirnya hak atas Tanah Wakaf itu menjadi persengketaan bagi Masyarakat sekitar. Selain itu Desa Sidorejo Kecamatan Tamban Catur juga terkenal dengan Pensertifikatan Tanah Wakaf yang tidak kunjjung usai. Kajian Literatur pada Tesis milik Muhammad Talqiyuddin Alfaruqi yang berjudul Proses Pensertifikatan Tanah Wakaf di Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi, dalam Tesisinya ini ia menekankan pembahasannya pada Tata cara pensertifikatan Tanah Wakaf, Dan skripsi milik Alviansyafiatin dengan judul Persepsi Masyarakat Islam Desa Padangan Kabupaten Bojonegoro Terhadap Sertifikasi Tanah Wakaf, dalam penelitiannya ia membahas bagaimana persepsi masyarakat Islam di Desa Padangan mengenai sertifikasi Tanah Wakaf, begitupula dengan skripsi milik Nizar Zulmi yang berjudul Studi Analisis Pelaksanaan Sertifikasi Tanah Wakaf di KUA Tembalang Kota Semarang, pada penelitiannya ia lebih menekankan pada respon Masyarakat terhadap penyuluhan dari KUA tentang pentingnya pensertifikatan Tanah Wakaf, sedangkan dalam skripsi ini lebih menekankan mengenai Sertifikasi Tanah Wakaf kaitannya dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, yang akhirnya diperoleh kesimpulan mengenai proses pensertifikatan Tanah Wakaf di Desa Sidorejo yang berkaitan dengan Undang-undang Nomor 41 tahun 2004. Dalam karya tulis skripsi dan artikel-artikel sebelumnya belum ada yang membahas pada penekanan mengenai Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pensertifikatan tanah wakaf yang tak kunjung usai. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk Mendeskripsikan permasalahan yang telah diteliti yaitu mengenai sertifikasi Tanah Wakaf.

METODE

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan Artikel ini adalah metode analisis induktif. Analisis induktif yaitu suatu penelitian yang berangkat dari kasus-kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang terjadi dilapangan untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip, proposisi, atau definisi yang bersifat umum. Hal pertama yang penulis lakukan adalah menganalisa terlebih dahulu praktik sertifikasi tanah wakaf yang berkaitan dengan Undang-undang nomor 41 tahun 2004 yang dilakukan masyarakat Sidorejo Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas, kemudian dirumuskan menjadi sebuah teori atau kajian yang baru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wakaf merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari hukum Islam, ia mempunyai jalinan hubungan antara kehidupan spiritual dengan bidang sosial ekonomi masyarakat muslim. Wakaf selain berdimensi ubudiyah ilahiyah, ia juga berfungsi sosial kemasyarakatan. Ibadah wakaf merupakan manifestasi dari rasa keimanan seseorang yang mantap dan rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama umat manusia. Sertifikat merupakan bukti tertulis suatu kepemilikan hak milik perorangan, kelompok maupun masyarakat. Karena, tanpa adanya sertifikat tersebut orang tidak mudah percaya dengan adanya kepemilikan suatu benda atau barang, dan seringkali menimbulkan konflik persengketaan antara sesama masyarakat. Sebuah hadits yang menerangkan tentang perwakafan di Indonesia yaitu:

َعَطَقإوا ُناَسإوِ إلْا َتاَم اَذ ِِ إ

ُهَل وُعإدَي ٍحِلاَص ِدَلَوَو ِهِب ُعَفَتإىُي ِمإلِعَو ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص إهِم ٍةَث َلََث إهِم الًِإ ُهُلَمَع

(3)

Artinya: “Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali dari tiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).

Hadits ini menyebutkan bahwa shodaqoh jariyah merupakan salah satu amal yang akan mengalir manfaat dan fahalanya. Sedangkan inti Shodaqoh jariyah sebagaimana disebut oleh ulama fiqih adalah Wakaf, karna manfaatnya berlangsung lama dan dapat diberdayakan oleh masyarakat umum.

Wakaf merupakan salah satu praktik hukum yang sudah melembaga dan dipraktikkan di indonesia.

Pengaturan tentang sumber hukum, tata cara, prosedur dan praktik perwakafan dalam bentuk peraturan yakni sejak tahun 1960 dengan Undang- Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan pokok-pokok Agraria, peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, peraturan menteri dalam negeri Nomor 6 Tahun 1977 tentang tata cara pendaftaran Tanah mengenai perwakafan Tanah milik.

Banyak terjadi kasus persengketaan Tanah Wakaf dikarenakan tidak adanya bukti tertulis atau sertifikat tentang perpindahan milik,dari milik pribadi ke anggota ataupun kelompok. Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, sertifikasi tanah wakaf belum dapat dilaksanakan karena masyarakat belum mengetahui aturan tentang Sertifikat Tanah Wakaf. Dan setelah berlakunya Undang-undang tersebut berpengaruh terhadap pensertifikatan tanah wakaf dalam hal tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat.

Ibu Wari mengutarakan bahwa dengan mewakafkan tanah mereka telah melakukan ibadah kepada Allah SWT dan amalan dari ibadah itu sendiri tidak akan terputus atau tetap mengalir selama tanah yang diwakafkan tersebut dimanfaatkan selamanya oleh masyarakat umum guna keperluan ibadah atau untuk kesejahteraan umum menurut syari’ah. Perwakafan tanah di Kecamatan Tamban Catur, pada umumnya ditujukan untuk kegiatan peribadatan (misalnya masjid, langgar, madrasah) dan sebagainya, atau dapat dikatakan perwakafan tanah yang dilakukan oleh wakif lebih ditujukan untuk tanah wakaf non produktif.

Di dalam pasal 32 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf disebutkan bahwa: “ PPAIW atas nama Nadzir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Industri yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani”. Hal ini dapat diartikan bahwa tanah wakaf yang sudah mempunyai akta ikrar wakaf menurut Undang-undang harus segera didaftarkan ke Instansi yang berwenang selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari dimulai setelah akta ikrar wakaf ditandatangani.

Pendaftaran tanah wakaf yang sudah mempunyai akta ikraar wakaf ini dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten /Kota setempat dan untuk wilayah Kecamatan Tamban Catur dilaksanakan di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kapuas. Pendaftaran tanah wakaf dilakukan untuk memperoleh Sertifikat Tanah wakaf yang dapat memberikan kepastian hukum terhadap tanah wakaf tersebut. Sebagai contoh tanah wakaf yang ada didesa Sidorejo Kecamatan Tamban Catur yang sudah mempunyai akta ikrar wakaf (AIW) belum didaftarkan ke kantor pertanahan di Kabupaten Kapuas. Padahal tanah wakaf yang penggunaannya untuk masjid tersebut sudah mempunyai akta ikrar wakaf (AIW) sejak tanggal 23 Desember Tahun 2000.1 Artinya sudah melewati batas pendaftaran tanah wakaf ke Kantor Pertanahan setempat sesuai pasal 32 Undang-undang No 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Syatroh selaku Nadzir dari tanah wakaf diatas, menjelaskan bahwa sejak pembangunan masjid diatas tanah wakaf tersebut selesai dilaksanakan pada tahun 1971, akta ikrar wakafnya baru dibuat pada tahun 2000.2 Hal ini bisa terjadi karena pemahaman tentang pentingnya sertifikasi tanah wakaf diKecamatan Tamban Catur masih rendah. Selain itu sikap yang menyederhanakan pentingnya sertifikasi tanah wakaf adalah hal lainnya yang menyebabkan sertifikasi tanah wakaf belum diperoleh. Untuk itulah seharusnya peranan KUA sebagai perpanjangan tangan dari kementrian agama yang mengurusi wakaf harus dapat mensosialisasikan pemahaman terhadap pentingnya sertifikasi tanah wakaf.

(4)

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian diatas tentang sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Tamban Catur Kabupaten Kapuas kaitannya dengan undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf. Dari situ penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu: Pelaksanaan sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Tamban Catur untuk sekarang ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik karena masih adanya tanah wakaf yang belum mempunyai sertifikat tanah wakaf, mengingat sertifikat tanah wakaf mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan dari pemanfaatan tanah wakaf tersebut. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Tamban Catur yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan sertifikasi tanah wakaf, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang baagaimana prosedur dalam memperoleh sertifikat tanah wakaf kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adanya sikap penyederhanaan masyarakat terhadap pentingnya sertifikasi tanah wakaf. Upaya-upaya dalam menyelesaikan kendala-kendala dalam pelaksanaan Sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Tamban Catur yaitu: Pihak KUA lebih dahulu meminta wakif untuk menyelesaikan persoalan internal keluarga wakif (ahli waris) bersama dengan nadzir yang terkait. Setelah masalahnya selesai dan status tanah wakaf tetap dilanjutkan, maka KUA siap memproses dan mendaftarkannya. Dan, KUA mengirim surat permohonan percepatan sertifikasi dan KUA harus melengkapi kembali berkas yang hilang. Kendala lainnya dalam mengeluarkan sertifikat, Kantor Pertanahan Kota harus menunggu persetujuan Kantor Pertanahan Provinsi, sehingga memakan waktu cukup lama. Serta Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf merupakan penyempurna dari Undang-undang yang telah ada, dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 ini juga mempunyai tujuan dan fungsi sert aturan. Aturan yang ada didalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 ini yaitu untuk memberdayakan umat mensejahterakan masyarakat dengan adanya Wakaf.

B. SARAN

Melihat pelaksanaan dan kendala yang terjadi pada proses Sertifikasi Tanah Wakaf di Kecamatan Tamban Catur, maka ada beberapa perbaikan, agar perlu diidentifikasi lagi koordinasi antara kantor Depag dengan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), baik ditingkat provinsi maupun kota beserta instansi terkait lainnya, agar melakukan penyuluhan dan sosialisasi baik kepada para pejabat yang berwenang mengenai wakaf maupun kepada masyarakat terutama mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf serta Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 422 tahun 2004 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Instansi terkait dengan membentuk Tim Teknis dan Kerja.

REFERENSI Buku 1 penulis

Adijani, Al-Alaby, (2002). Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori Dan Praktek, Cet.IV.

Jakarta:Rajawali Pers.

Ali, Chidir. (1987), Badan Hukum, Bandung:Alumni.

Ali, Mohammad Daud. (1998), Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Biltanagy, Josef Johanes. 91984), Hukum Agraria Nasional, Nusa Indah Ende Effendi,Bachtiar, (1963). Pendaftaran Praktek di Indonesia Beserta Pelaksanaannya. Bandung:

Alumni.

Harsono, Boedi. (2000). Hukum Agraria Sejarah Pembentukan UUPA, isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan.

(5)

Hermit. Herman, (2007), Cara memperoleh Sertifikat Tanah Wakaf, Bandung: Mandar Maju.

Jatnika Rahmat, (1983). Pandangan Islam Tentang Infaq, Sedeqah, Zakat dan Wakaf sebagai komponen dalam Pembangunan, Surabaya:Al-Ikhlas.

Perangin, Efendi. (1991). Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum Jakarta: Rajawali Pers.

Perangin, effendi. (1979). Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Notaris Fakultas Hukum UI Perangin, Effendi.(tt) Sari Hukum Agraria Indonesia, Konservasi Hak Atas Tanah, Landreform, Pendaftaran Tanah, Jakarta: Fakultas Hukum UI.

Ridho, Ali. (1981). Badan hukum dan Kedudukan Hukum perseroan, perkumpulan Koperasi, Yayasan Wakaf. Bandung: Alumni.

Sabiq, Sayyid. (1988). Fikih Sunnah Jilid XIV Cet.II. Bandung:Alma Arif (percetakan offset).

S. Nasution. (2003), Metode Research, Jakarta:Bumi Aksar Soehadi, (tt) Penyelesaian Sengketa Tentang Tanah sesudah berlakunya UUPA, Surabaya:Usaha Nasional.

Soekanto, Soekanto. (1982), pengaturan Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

Buku 2 Penulis

Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, (1985). Eksistensi Prona Sebagai Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Jakarta:Ghalia Indonesia.

Buku Lembaga

Departemen Pendidikan Nasional, (1988), Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Agama Ri. (1986), Ilmu Fiqih, Cet.II. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Agama RI. (2003) Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian lain terhadap 100 pasien yang telah menjalani operasi inguinal yang diberikan MgSO 4 50 mg/kgBB 30 menit prainduksi didapatkan kebutuhan petidin sebagai

Respon yang ditunjukkan Suriah ini sesuai dengan pernyataan Al-Moallem yang merupakan Menteri Luar Negeri Suriah dalam wawancaranya dengan televisi pemerintah yang

Untuk menentukan parameter-parameter yang berpengaruh dalam sel surya digunakan persamaan Shockley untuk model dioda tunggal melalui persamaan 2 didapatkan

(2) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining (kelas eksperimen)

Perlakuan perendaman sitrat-garam dapat mengurangi kandungan kalsium oksalat pada tepung talas sebesar 31,15% sedangkan proses perendaman larutan garam pada suhu 80

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal bud chips yang berbeda menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula; waktu pecah mata tunas perlakuan bud chip dari nodus nomor 8 dan 9

Sehubungan dengan bentuk penyajian kesenian Angguk Sripanglaras, penulis mengharap kesenian ini untuk selalu dijaga kelestariannya dan juga dikembangkan, salah satunya

Peringkat ini juga dikenali juga sebagai zaman tahap kemuncak dalam tamadun China kerana pencapaiannya yang menakjubkan dalam pelbagai bidang seperti, kesusasteraan, sains