HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL :
MENURUNKAN RISIKO CIDERA AKIBAT JATUH DI RUANG PERAWATAN DEWASA
RSUD DR.MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Ranti Susanti NIM. ST13060
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL :
MENURUNKAN RISIKO CIDERA AKIBAT JATUH DI RUANG PERAWATAN DEWASA
RSUD DR.MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Ranti Susanti NIM. ST13060
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN (SCAN)
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ranti Susanti NIM : ST13060
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
(Ranti Susanti) NIM.ST13060
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional: menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr. Moewardi”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat arahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dra. Agnes Suharti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Prodi Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini
4. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini
5. Meri Oktarini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini 6. Dr.Endang Agustinar, M.Kes selaku direktur RSUD Dr.Moewardi yang
telah memberikan ijin penelitian
v
7. Segenap dosen pembimbing Progam Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya 8. Rekan-rekan seangkatan Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada yang selalu setia memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini
9. Seluruh Perawat RSUD Dr.Moewardi yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini
10. Keluarga tercinta, bapak, ibu serta adik yang selalu memberikan semangat, cinta kasih serta dorongan dalam menempuh pendidikan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai bekal penyempurnaan karya tulis skripsi yang akan dilaksanakan.
Harapan penulis, semoga skripsi ini sebagai langkah awal dalam menyusun karya tulis skripsi dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta bermanfaat bagi profesi keperawatan.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
Ranti Susanti
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN.. ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Tinjauan Teori ... 7
2.1.1 Keselamatan Pasien ... . 7
2.1.2 Pengetahuan ... 9
vii
2.1.3 Kepatuhan ... 14
2.1.4 Standar Prosedur Operasional ... . 19
2.1.5 Jatuh ... 20
2.2. Keaslian Penelitian ... 24
2.3. Kerangka Teori ... 25
2.4. Kerangka Konsep ... 25
2.5. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27
3.2. Populasi dan Sampel ... 27
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.4. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 31
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 33
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 36
3.7. Etika Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42
4.1 Karakteristik Responden ... 42
4.2 Analisa Univariat ... 44
4.3 Analisa Bivariat ... 46
BAB IV PEMBAHASAN ... 48
5.1 Diskripsi Karakteristik Responden ... 48
5.2 Analisa Univariat ... 51
viii
5.3 Analisa Bivariat ... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
6.1 Kesimpulan ... 54
6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
ix DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Skala Jatuh Morse 23
2.2 Keaslian Penelitian 24
3.1 Definisi Operasional 32
3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi 39 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
kelamin
42
4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur 43 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan
Pendidikan
43
4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman
44
4.5 Tingkat pengetahuan perawat tentang resiko jatuh dan cara pencegahannya di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015
44
4.6 Kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional pada pasien beresiko jatuh ringan, sedang tinggi di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015
45
4.7 Tingkat pengetahuan dan kepatuhan 46
4.8 Hasil Uji Spearman Rank Corelation 47
x DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori 25
2.2 Kerangka Konsep 25
xi DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Keterangan
1 Jadwal Penelitian
2 Perijinan
3 Permohonan Menjadi Responden 4 Persetujuan Menjadi Responden 5 Kuesioner Penelitian
6 Hasil Data SPSS
7 Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015 Ranti Susanti
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:
Menurunkan risiko cidera akibat jatuh Di ruang perawatan dewasa
RSUD Dr.Moewardi Abstrak
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD) salah satunya yaitu risiko jatuh akibat tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis atau non medis. Salah satu cara untuk mempertahankan keselamatan pasien yang beresiko jatuh adalah dengan melaksanakan Standar Prosedur Operasional: menurunkan risiko cidera akibat jatuh dengan patuh. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional: menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr.Moewardi.
Desain penelitian adalah korelasional dengan menggunakan tehnik cross sectional. Pemilihan sampel dengan probability sampling yaitu sebanyak 145 responden. Analisa data dengan menggunakan uji Spearman Rank Correlation.
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional: menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr.Moewardi, p=
0,02 (a 0,05), dengan kekuatan koefisiensi korelasi yaitu sebesar 0,183 atau hubungan sangat rendah.
Rumah sakit diharapkan lebih menggiatkan lagi sosialisasi tentang risiko jatuh kepada seluruh karyawan rumah sakit.
Kata kunci: Pengetahuan, Jatuh, keselamatan pasien Daftar pustaka: 16(2006-2014)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Ranti Susanti
Correlation between Nurses’ Knowledge and Obedience to the Implementation of Standard Operating Procedure:
Decreasing the Risk of Fall Injury at the Adult Ward Room of Dr. Moewardi General Hospital
ABSTRACT
Medical staff needs to be concerned about patient safety and security when providing medical services. Patient safety of a hospital is a system that prevent an unexpected incidence such as the risk of fall injury caused by the medical or non- medical staff. One of the methods to prevent the risk injury is by obediently implementing the standard operating procedure: decreasing the risk of fall injury.
The objective of the research is to analyze the correlation between the nurses’
knowledge and obedience to the implementation of the prevailing Standard Operating Procedure: decreasing the risk of fall injury at the Adult Ward Room of Dr. Moewardi General Hospital.
This research used the correlational method with the cross sectional approach.
The samples of research were 145 respondents. The data of research were analyzed by using the Spearman’s Rank Correlation Test.
The result shows that there was a correlation between the nurses’ knowledge and obedience to the implementation of the Standard Operating Procedure:
decreasing the risk of fall injury at the Adult Ward Room of Dr.Moewardi General Hospital, shown by the p-value = 0.02 which was less than a = 0.05 with the correlation strength of 0.183, meaning that the correlation was very weak.
Thus, hospital needs to improve the socialization of the risk of fall injury to all employees of the hospital.
Keywords: Knowledge, fall, patient safety References: 16 (2006-2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Keselamatan pasien merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Dalam lingkup nasional, sejak bulan Agustus 2005, Menteri Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Nasional Keselamatan Pasien (GNKP) Rumah Sakit, selanjutnya Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Depkes (2010). Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan risiko (Depkes, 2008).
Patient safety rumah sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD) akibat tindakan yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis (Depkes, 2008). Kejadian Tidak Diharapkan diberbagai negara diperkirakan 4,0-16,6% dan hampir 50% diantaranya diperkirakan adalah kejadian yang dapat dicegah (KPP-RS, 2006).
Sesuai dengan pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan, mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang meliputi 6 (enam) hal sebagai berikut:
Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat- lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi merupakan salah satu rumah sakit di Surakarta yang akan menuju pengakuan internasional melalui Joint Commission International (JCI). Oleh sebab itu RSUD Dr.Moewardi menerapkan enam sasaran keselamatan pasien tersebut.
Standar Prosedur Operasional menurunkan risiko cidera akibat jatuh merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang merupakan acuan dalam mempertahankan keselamatan pasien yang berisiko jatuh.
Pengkajian pasien risiko jatuh yaitu dengan menggunakan petunjuk penilaian Morse Falls Scale (FMS) pada pasien dewasa, sedangkan pada pasien anak-anak menggunakan skala Humpty Dumpty. Hasil dari pengkajian pasien risiko jatuh dengan Morse Falls Scale didapatkan pasien risiko jatuh rendah dengan skor <24, sedang dengan skor 25-50 dan tinggi dengan skor >50 (SPO RSUD Dr.Moewardi, 2014).
Menurut Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi kepatuhan dari segi faktor internal antara lain pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
3
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Hasil riset oleh Rizkika, dkk (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan SOP penanganan bahan infeksius di laboratorium PK RSUD Arifin Achmad.
Berdasarkan data dari bidang keperawatan jumlah seluruh perawat RSUD Dr.Moewardi berjumlah 824, dan perawat di ruang perawatan dewasa berjumlah 290 perawat. Telah dilakukan wawancara secara insidental terhadap 10 perawat pada bulan November 2014 didapatkan hasil 3 perawat yang patuh melaksanakan SPO menurunkan risiko cidera akibat jatuh karena dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan merupakan tanggung jawab sebagai seorang perawat dalam melaksanakan SPO, 2 perawat menyatakan kadang-kadang patuh melaksanakan SPO dengan alasan beban kerja yang terlalu berat, malas, dan ada 5 perawat yang tidak patuh melaksanakan SPO karena tidak tahu cara penilaian risiko jatuh dan tidak tahu tentang obat-obatan yang bisa menimbulkan jatuh.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional : menurunkan risiko pasien cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan cidera akibat jatuh didapatkan perawat tidak patuh karena kurang pengetahuan perawat dalam hal penilaian risiko jatuh. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional : menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr. Moewardi?”
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional : menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa di RSUD Dr. Moewardi
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetahuan perawat tentang resiko jatuh dan pencegahannya
2. Mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan risiko cidera akibat jatuh
3. Menganalisis hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional :
5
menurunkan risiko cedera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr. Moewardi.
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada Rumah Sakit tentang hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional: menurunkan risiko pasien cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa sehingga dapat meningkatkan mutu Rumah Sakit. Manajemen rumah sakit akan memberikan sosialisasi tentang patient safety kepada seluruh karyawan Rumah Sakit Dr.Moewardi.
1.4.2. Manfaat bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan untuk menambahkan referensi di Perpustakaan Stikes Kusuma Husada Surakarta
1.4.3. Manfaat bagi peneliti lain
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam pengembangan sistem pelayanan dalam asuhan keperawatan pada pasien jatuh bagi peneliti selanjutnya. Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang bersifat kualitatif dalam kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan risiko cidera akibat jatuh.
1.4.4. Manfaat bagi peneliti
Menambahkan wawasan dan pengetahuan dalam Internasional Patient Safety Goals (IPSG) terutama tentang pengurangan risiko pasien cidera akibat jatuh.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) 1. Pengertian
Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan (Supari, 2005). Patient Safety rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Pasien Safety meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2006).
2. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, pasal 7 ayat (2) meliputi hak pasien, mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan, penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 hal sebagai berikut ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan kewaspadaan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh.
3. Tujuan keselamatan pasien
Tujuan keselamatan pasien antara lain terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Depkes RI, 2006).
9
4. Indikator patient safety
Menurut Dwiprahasto (2008) indikator patient safety dibagi menjadi dua jenis:
1) Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan untuk mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosa sekunder akibat terjadinya risiko pasca tindakan medik.
2) Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik.
2.1.2. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, pengetahuan juga didapatkan dari orang lain dan tradisi (Prasetyo, 2007).
Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan sesorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan (Hidayat, 2007).
2. Cara Mendapatkan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), cara mendapatkan pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Cara tradisional
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahanyang dihadapi pada masa yang lalu.
11
Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
4) Melalui jalan pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
b. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) tingkatan pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu “tahu” merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur
bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan yang benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menajbarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sistesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluating)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
13
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Menurut Nursalam (2011), tingkatan pengetahuan yaitu: baik (76%-100%) cukup (56%-75%), kurang (<56%).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
a. Umur
Umur merupakan usia individu yang terhitung dari mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan diklasifikasikan menjadi:
pendidikan tinggi (akademi/PT), pendidikan menengah (SLTP/SLTA) dan pendidikan dasar (SD).
Dengan pendidikan tinggi maka orang akan cenderung mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang terbaik (experient is the best teacher). Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan.
2.1.3. Kepatuhan 1. Pengertian
Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Kepatuhan adalah tingkat
15
seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dalam dan perilaku yang disarankan (Bart,2004).
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan.
Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai jika manajer keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan motivasi (Sarwono, 2007).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan a. Faktor Internal
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaanterhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,2007).
2) Sikap
Menurut Azwar (2009) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tertentu. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009) antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.
3) Kemampuan
Kemampuan adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas fisik maupun mental, kemampuan seseorang pada umumnya stabil. Kemampuan individu mempengaruhi karakteristik pekerjaan, perilaku, tanggung jawab, pendidikan dan memiliki hubungan secara nyata terhadap kinerja pekerjaan (Ivancevich, 2007).
Manager harus berusaha menyesuaikan kemampuan dan ketrampilan seseorang dengan kebutuhan pekerjaan. Proses penyesuaian ini penting karena tidak ada kepemimpinan, motivasi, atau sumber daya organisasi yang dapat mengatasi kekurangan kemampuan dan ketrampilan meskipun beberapa keterampilan dapat diperbaiki melalui latihan atau pelatihan (Invancevich,2007).
17
4) Motivasi
Menurut Walgito (2004), motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Dengan demikian motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini, goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
b. Faktor Eksternal
1. Karakteristik Organisasi
Subyantoro (2009), berpendapat bahwa karakteristik organisasi meliputi komitmen organisasi dan hubungan antara teman kerja sekerja dan supervisor yang akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan perilaku individu. Keadaan organisasi dan struktur organisasi akan memotivasi atau gagal memotivasi perawat profesional untuk berpartisipasi pada tingkatan yang konsisten sesuai tujuan.
2. Karakteristik Kelompok
Rusmana (2008) berpendapat bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang ataulebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran
serta integritas antar anggota yang kuat. Karakteristik kelompok adalah adanya interaksi, struktur, kebersamaan, adanya tujuan, ada suasana kelompok dan adanya dinamika interdepensi. Anggota kelompok melaksanakan peran tugas, peran pembentukan, pemeliharaan kelompok dan peran individu. Anggota melaksanakan hal ini melalui hubungan interpersonal.
Tekanan dari kelompok sangat mempengaruhi hubungan interpersonal dan tingkat kepatuhan individu karena individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya individu tersebut tidak menyetujuinya.
3. Karakteristik Pekerjaan
Menurut Rahayu (2006), karakteristik pekerjaan adalah sifat yang berbeda antar jenis pekerjaan yang satu dengan yang lainnya yang bersifat khusus dan merupakan inti pekerjaan yang berisikan sifat-sifat tugas yang ada di dalam semua pekerjaan serta dirasakan oleh para pekerja sehingga mempengaruhi sikap atau perilaku terhadap pekerjaannya.
4. Karakteristik Lingkungan
Apabila perawat harus bekerja dalam lingkungan yang terbatas dan berinteraksi secara konstan dengan staf
19
lain, pengunjung dan tenaga kesehatan lain. Konsisi seperti ini yang dapat menurunkan motivasi perawat terhadap pekerjaannya, dapat menyebabkan stress, dan menimbulkan kepenatan (Swansburg, 2004).
2.1.4. Standar Prosedur Operasional 1. Pengertian
Standar Prosedur Operasional adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi (Perry dan Potter, 2005).
2. Manfaat Standar Prosedur Operasional
Manfaat standar prosedur operasional antara lain:
a. Agar petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi
b. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tunggung jawab dari petugas atau pegawai terkait
c. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
d. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya
e. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
2.1.5. Jatuh
1. Pengertian
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbarik/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subjek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa sengaja, bukan akibat dari pukulan keras, kehilangan kesadaran atau kejang. Kejadian jatuh merupakan penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).
2. Faktor risiko
a. Faktor Instrinsik
Faktor Instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor Instrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya
21
menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yanbg disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004).
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor Ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan dan sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).
3. Akibat jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cidera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari- hari dan falofobia atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
4. Komplikasi jatuh
Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004), komplikasi-komplikasi jatuh antara lain:
a. Perlukaan
Perlukaan (Injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robekatau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau fraktur
b. Disabilitas
Disabiliti mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlakuan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.
c. Kematian
Komplikasi yang terburuk akibat jatuh yaitu mengakibatkan kematian.
5. Instrumen Identifikasi Risiko Jatuh
Morse Falls Scale (MFS) merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh. Dengan menghitung Morse Falls Scale pada pasien dapat ditentukan risiko jatuh pada pasien tersebut, sehingga dapat diupayakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan (SPO RSUD Dr.Moewardi, 2014).
23
Tabel 2.1. Skala Jatuh Morse
Parameter Status/keadaan Skor
Riwayat jatuh dalam perawatan ini atau dalam 3 bulan terakhir
Pernah 25
Tidak 0
Diagnosa Sekunder/
banding
Ya 15
Tidak 0
Alat bantu mobilisasi
Furniture 30
Kruk, tongkat, walker 15
Tidak 0
Pemakaian obat-obat tertentu
Ya 20
Tidak 0
Gaya berjalan/ berpindah
Gangguan 20
Kelemahan 10
Normal 0
Status mental
Tidak berorientasi dengan baik
15 Berorientasi dengan baik 0
(SPO RSUD Dr.Moewardi 2014) 6. Kategori Risiko Jatuh
Kategori risiko jatuh adalah risiko jatuh rendah dengan skala
<24, skala risiko jatuh sedang 25-50 dan risiko jatuh tinggi dengan skala >50. Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien dengan risiko jatuh rendah dengan cara pastikan bel pasien mudah dijangkau, roda tempat tidur dalam posisi terkunci, posisikan tempat tidur pada posisi terendah, dan pagar pengaman tempat tidur dinaikkan.
Cara untuk mencegah pasien risiko jatuh sedang yaitu melakukan semua tindakan pencegahan pada risiko jatuh rendah, memakaikan gelang khusus berwarna kuning sebagai tanda pasien risiko jatuh sedang, dan menempatkan tanda kuning pada daftar nama pasien. Sedangkan untuk pencegahan
risiko jatuh tinggi dapat dilakukan pencegahan dengan melakukan semua tindakan pencegahan ringan dan sedang, kunjungi dan monitor pasien setiap 1 jam dan jika memungkinkan tempatkan pasien dekat dengan nurse station (SPO RSUD Dr.Moewardi, 2014).
2.2 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 2.2. Keaslian Penelitian Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Elizabeth Ari
Setyarini, Lusiana Lina Herlina
Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional : Pencegahan Pasien Risiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana
Rumah Sakit
Borromeus
Deskriptif Kuantitatif
75% patuh
melaksanakan SPO dan 25%
tidak patuh melaksanakan
Inayatur Rabbani S, Vivekenanda Pateda, Rocky Wilar, Novie H.
Rampengan
Hubungan
Pengatahuan terhadap perilaku cuci tangan petugas kesehatan di bagian ilmu kesehatan anak BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado
Survey lapangan dengan studi analitik
observasional
78 petugas kesehatan
terdapat 55 orang yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang cuci tangan, dan perilaku cuci tangan paling banyak terdapat dalam kategori buruk berjumlah 48
Suci Rizkika, Tuti
Restuastuti, Fatmawati
Hubungan
pengetahuan dan sikap petugas laboratorium patologi klinik
Survey analitik dengan
pendekatan cross sectional
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
25
terhadap penerapan standard operating procedure (SOP) penanganan bahan infeksius di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
dengan
penerapan SOP penanganan bahan infeksius di laboratorium PK RSUD Arifin Achmad
2.3 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1. Kerangka Teori
(Azwar,2009; Invancevich,2007; Rusmana,2008; Subyantoro,2009)
2.4 KERANGKA KONSEP
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Faktor-faktor yang memepengaruhi
kepatuhan : a. Faktor Internal:
1. Pengetahuan 2. Sikap
3. Kemampuan 4. Motivasi b. Faktor Eksternal :
1. Karakteristik Organisasi 2. Karakteristik Kelompok 3. Karakteristik Pekerjaan 4. Karakteristik Lingkungan
Kepatuhan melaksanakan Standar Prosedur Operasional
Pengetahuan
Kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO :menurunkan
risiko cidera akibat jatuh
2.5 HIPOTESIS
Menurut Sugiyono (2014), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2014) hipotesis dibagi menjadi dua macam :
a. Hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau perbedaan antara dua kelompok.
b. Hipotesis nol (Ho)
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X dan Y.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr.Moewardi 2. Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan risiko cidera akibat jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr.Moewardi
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan desain penelitian korelasional (hubungan/asosiasi) yaitu dengan mengkaji hubungan antara variabel pengetahuan dengan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosdur operasional: menurunkan risiko cidera akibat jatuh. Teknik yang digunakan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).
3.2 POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
(Sugiyono, 2014). Populasi adalah setiap subjek yang mengetahui kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2008).
Pada penelitian ini populasinya adalah semua perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr. Moewardi yang berjumlah 228 perawat.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Tehnik pengambilan sampel dengan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan sampel dengan proportionate Stratified Random Sampling yaitu populasi yang mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2014).
Besar sampel
݊ ൌ
ͳ ሺଶሻ
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = tingkat signifikansi 5% (0,05)
Besar sampel dalam penelitian ini adalah
ൌ
ଵାଶଶ଼ሺǡହሻ;ଶଶ଼= 145 sampel (perawat)
29
Besar sampel tiap ruangan ݊݅
ൌ
x nKeterangan :
ni= jumlah sampel tiap ruangan Ni= jumlah populasi tiap ruangan N= jumlah populasi seluruh sampel n = jumlah sampel seluruhnya
Sampel tiap ruangan a. ICU =୧
x n
= ଶଽ
ଶଶ଼ x 145 = 18
b. ICVCU =୧
x n
= ଶଶ
ଶଶ଼x 145 = 14
c. Aster 5 =୧
x n
= ଶଶ
ଶଶ଼ x 145 = 14
d. Anggrek 1 =୧
x n
= ଶ
ଶଶ଼ x 145 = 17
e. Anggrek 2 =୧
x n
= ଷସ
ଶଶ଼ x 145 = 22
f. Mawar 2 =୧
x n
= ଶଶ
ଶଶ଼ x 145 = 14
g. Mawar 3 =୧
x n
= ଵଽ
ଶଶ଼ x 145 = 12
h. Melati 1 =୧
x n
= ଶ
ଶଶ଼ x 145 = 17
i. Melati 3 =୧
x n
= ଶ
ଶଶ଼ x 145 = 17
Kriteria sampel menurut Nursalam (2011) adalah:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah: perawat yang berpendidikan minimal D3 Keperawatan, perawat yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini adalah perawat yang tidak bersedia menjadi responden, perawat yang merawat pasien anak-anak dan bayi,
31
perawat yang sedang mengikuti pelatihan, perawat yang sedang cuti, perawat yang sedang sakit.
3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat
Tempat penelitian yaitu di ruang perawatan dewasa Rumah Sakit Dr.Moewardi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015.
3.4 VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN
1. Variabel penelitian
1) Variabel Independen / variabel bebas
Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/ terikat (Sugiyono, 2014).
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang risiko jatuh dan pencegahannya.
2) Variabel Dependen/ variabel terikat
Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuan. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut
dengan variabel terikat yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel dependen pada penelitian ini adalah kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional menurunkan risiko pasien cidera akibat jatuh.
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek/ fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat Ukur Indikator
Penilaian
Skala Data
Skor 1. Variabel
bebas
Pengetahuan Tingkat pengetahuan perawat tentang risiko jatuh dan cara pencegahann ya.
Dengan menggunakan kuesioner yang
berjumlah 18 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman.
Benar
diberikan skor 1 dan salah diberikan skor 0.
Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi:
- Pengetahuan baik
- Pengetahuan cukup - Pengetahuan
kurang
Ordinal Baik: 13-18 76-100%
Cukup : 10- 12
56-75%
Kurang:
<10
<56%
2. Variabel Terikat Kepatuhan Perawat melaksana kan standar
Kepatuhan perawat dalam melaksana
Dengan mengguna kan kuesioner yang
Tingkat kepatuhan dikategorikan menjadi:
Ordinal Patuh: 9-18 Tidak patuh: 0-8
33
prosedur operasional
kan standar prosedur operasional pada pasien yang berisiko jatuh rendah, sedang dan tinggi
berjumlah 18 pernyataan.
- Patuh - Tidak patuh
3.5 ALAT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA 1. Cara Penggumpulan data
Cara pengumpulan data yaitu dengan meminta ijin dengan RSUD Dr.Moewardi, menjelaskan tentang penelitian dan tujuan penelitian kepada calon responden, menjelaskan tentang informed consent, setelah responden memahami dan apabila setuju maka, responden diminta untuk menandatangani informed consent tersebut.
Membagikan kuesioner kepada responden, kuesioner terdiri 2 yaitu kuesioner tentang pengetahuan tentang risiko jatuh dan kuesioner tentang kepatuhan melaksanakan standar prosedur operasional risiko jatuh. Setiap kuesioner terdiri dari 18 pernyataan benar dan salah.
Setelah diisi oleh responden, kuesioner ditarik kembali untuk dikoreksi tentang kelengkapan pengisian kuesioner. Kuesioner yang memenuhi syarat akan dilakukan pengolahan data.
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumendalam mengumpulkan data (Nursalam, 2011). Validitas internal/rasional menurut Sugiyono (2014) dibagi menjadi 2:
a. Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat para ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Penelitian ini dikonsulkan dengan ahli di RSUD Dr.Moewardi yaitu dengan Tim International Patient Safety Goals (IPSG) Rumah Sakit Ibu Siti Wachidatur Rochmah, S.Kep,Ns pada tanggal 16 Februari 2015 dan dengan dosen pembimbing Stikes Kusuma Husada Surakarta.
b. Validitas Isi (Content Validity)
Disini dengan membandingkan progran yang ada dengan konsultasi ahli.
Dalam melakukan uji validitas digunakan metode pearson correlation.
r= ேሺՎሻିሺՎሻ௫ሺՎሻ ඥሾՎమିሺՎሻమሿሾՎమିሺՎሻ;ሿ
keterangan :
r = koefisien korelasi ՎX = jumlah skor pertanyaan ՎY = jumlah skor total N = jumlah responden
35
Instrumen dikatakan valid apabila rhitung> rtabel . Dimana rhitung >
0,361 (Sugiyono, 2014).
Reliabilitas merupakan alat ukur yang penting untuk menjamin pengumpulan data yang akurat (Assaf, 2003).
Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Croncbach :
r11= ሼሺ݇െͳሻ݇ } {1-Վ;
;௧ } Keterangan :
r11 : realibilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ a²b : jumlah varians butir a2t : varians total
Jika r11 > 0,7, maka instrumen dikatakan reliabel (Ghozali, 2010).
Untuk melakukan uji validitas kuesioner dilakukan di Rumah Sakit lain yaitu di Rumah Sakit Ortopedi Prof.Dr.R Soeharso Surakarta pada tanggal 13-18 April 2015 dengan jumlah sampel 30 perawat. Dengan hasil didapatkan dari kuesioner pengetahuan dengan jumlah soal 25 didapatkan hasil yang valid yaitu 18 soal rentang nilai valid yaitu 0,364-0,699 sedangkan untuk kuesioner tentang kepatuhan dari 25 pernyataan didapatkan 18 valid dengan rentang nilai 0,378-0,681.
2. Alat Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner pengetahuan dan kepatuhan. Lembar kuesiner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu berisi data karakteristik sampel penelitian yang terdiri dari kode responden, nama responden, umur, pendidikan terakhir, masa kerja dan ruangan tempat bekerja. Bagian kedua digunakan untuk mengambil data tentang pengetahuan sampel penelitian tentang risiko jatuh pasien dewasa yang terdiri dari 18 pernyataan. Skala pengukuran dengan menggunakan skala Guttman yaitu dengan jawaban benar dan salah. Untuk penilaian jawaban benar diberikan skor 1, sedangkan untuk jawaban salah diberikan skor 0 (Sugiyono, 2014). Kuesioner untuk pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan yang favorable dan 6 pertanyaan yang unfavorable. Untuk mengetahui kepatuhan perawat juga dengan memberikan kuesioner yang terdiri dari 18 pernyataan.
Terdiri dari 10 pernyataan favorable dan 8 pernyataan yang unfavorable.
3.6 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Setelah mempelajari jawaban dari seluruh pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner perlu dilakukan proses editing, coding, tabulasi, dan entry data sehingga lebih memudahkan dalam pembacaan data dan meningkatkan kredibilitas analisa (Efendi, 2012).
37
1. Editing data
Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang diteliti, yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap kuisioner untuk memastikan bahwa kuisioner telah lengkap.
2. Coding data
Memasukkan data dengan melakukan coding. Untuk setiap pertanyaan dalam koesioner dengan jawaban yang benar diberikan kode 1 dan yang salah diberikan kode 0. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan: baik= 3, cukup=2 dan kurang=1.
Dan untuk kepatuhan, patuh= 2, tidak patuh=1.
3. Tabulasi
Memasukan data kedalam diagram atau tabel-tabel dengan mengatur frekuensi setiap variabel yang disajikan dalam bentuk diagram presentase.
4. Entery data
Data dari kuesioner diolah dengan menggunakan progam SPSS (Statistical Packages for Sosial Science) dan juga Microsoft Exel untuk mempermudah proses analisis data.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisa data terdiri dari:
1) Analisa univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yaitu pengetahuan dan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional.
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Sugiyono, 2014). Analisa bivariat pada penelitian ini yaitu dengan Spearman Rank Correlation karena skala data dengan ordinal.
rs= Վ;
ேሺேమିଵሻ
Keterangan :
rs = koefisiens korelasi Spearman Rank N = jumlah sampel
ՎD² = jumlah perbedaan rangking pada setiap pasangan yang telah dikuadratkan
Apabila α > 0,05 maka Ho diterima dan Ho ditolak dan apabila α< 0,05 .
Penafsiran terhadap kekuatan hubungan dari nilai koefisien korelasi menurut Sugiyono (2014).
39
Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Korelasi Hubungan Variabel
0,00-0,199 Sangat rendah
0,2-0,399 Rendah
0,4-0,599 Sedang
0,6-0,799 Kuat
0,8-1,000 Sangat kuat
(Sugiyono, 2014) 3.7 ETIKA PENELITIAN
Suatu penelitian harus berpedoman pada norma dan etika. Menurut Nursalam (2008) dalam penelitian yang subjeknya manusia, maka ada tiga prinsip penelitian yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Prinsip Manfaat
a) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek.
b) Bebas dari eksploitasi
Partisipan subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan.
c) Risiko
Peneliti harus mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek penelitian pada setiap tindakan.
Dalam penelitian ini, risiko dapat diminimalisir karena penelitian yang dilakukan bukan bersifat eksperimen dan hanya menggunakan instrumen berupa kuesioner.
2) Prinsip Menghormati Manusia
Peneliti memberikan informed consent dan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian ini. Setelah subjek bersedia menjadi responden, maka subjek menandatangani lembar persetujuan. Pada informed consent dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.
3) Prinsip Keadilan
Peneliti memperlakukan subjek secara adil baik sebelum, selama dan setelah keikutsertaannya dalam penelitian ini tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia sebagai responden.
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
1. Informed consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian dan manfaat penelitian.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.
41
3. Confidential (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.
42
Dari total populasi perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko jatuh di ruang perawatan dewasa RSUD Dr. Moewardi, yang berjumlah 228 perawat dengan tehnik probability sampling didapatkan sampel 145 perawat dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :
4.1. Karakteristik Responden
4.1.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015, n=145 perawat
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 36 24,8
Perempuan 109 75,2
Jumlah (total) 145 100
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui jenis kelamin responden yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 109 orang (75,2%) dan yang paling sedikit adalah laki-laki sebanyak 36 orang (24,8%).
43
4.1.2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Gambaran karakeristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015, n=145 perawat
Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%)
20-29 47 32,4
30-39 78 53,8
40-49 20 13,8
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, didapatkan hasil yang paling banyak yaitu responden dengan umur 30-39 yaitu 78 orang (53,8%) dan yang paling sedikit umur 40-49 yaitu 20 orang (13,8%).
4.1.3. Karateristik Responden berdasarkan Pendidikan
Gambaran karateristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3:
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015, n=145 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
DIII Keperawatan 82 56,56
DIV Keperawatan 5 3,44
S1 Keperawatan 58 40
Jumlah 145 100
Berdasarkan Tabel 4.3, sebagian besar mempunyai latar belakang pendidikan terakhir Diploma III Keperawatan yaitu sejumlah 82 orang (56,56%) dan yang paling sedikit yaitu berpendidikan Diploma IV Keperawatan yaitu sejumlah 5 orang (3,44%).
4.1.4. Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Kerja
Gambaran karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015, n=145 Pengalaman (tahun) Jumlah Persentase (%)
0-10 92 63,5
11-20 48 33,1
>20 5 3,4
Jumlah 145 100
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dari 145 responden, sebagian besar berpengalaman kerja 0-10 tahun yaitu 92 orang (63,5%) dan yang paling sedikit yaitu berpengalaman kerja >20 tahun yaitu 5 orang (3,4%).
4.2. Analisa Univariat
a. Tingkat pengetahuan perawat tentang risiko jatuh dan cara pencegahannya.
Gambaran Tingkat pengetahuan perawat tentang risiko jatuh dan cara pencegahannya dapat dilihat pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan perawat tentang risiko jatuh dan cara pencegahannya di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni
Tahun 2015, n=145
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 70 48,3
Cukup 67 46,2
Kurang 8 5,5
Jumlah 145 100
45
Berdasarkan Tabel 4.5, dari 145 responden, sebagian besar berada pada tingkat pengetahuan kategori baik yaitu sejumlah 70 orang (48,3%), sedangkan untuk tingkat pengetahuan yang cukup berjumlah 67 orang (46,2%) dan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang berjumlah 8 (5,5).
b. Kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional pada pasien yang berisiko jatuh ringan, sedang dan tinggi
Gambaran Kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional pada pasien yang berisiko jatuh ringan, sedang dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional pada pasien berisiko jatuh ringan, sedang dan tinggi di RSUD Dr.Moewardi Bulan Juni Tahun 2015, n=145
Kepatuhan Jumlah Persentase (%)
Patuh 126 86,9
Tidak patuh 19 13,1
Jumlah 145 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, sebagian besar responden patuh melaksanakan standar prosedur operasional yaitu sejumlah 126 orang (86,9%) dan yang tidak patuh berjumlah 19 orang (13,1%).
4.3. Analisa Bivariat
Berikut ini adalah perbandingan antara frekuensi tingkat pengetahuan tentang risiko jatuh dan pencegahannya dengan kepatuhan melaksanakan standar prosedur operasional:
Tabel 4.7 Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Tingkat Kepatuhan
Total Patuh Tidak patuh
Tingkat Pengetahuan
Baik 68 2 70
Cukup 55 12 67
Kurang 3 5 8
Total 126 19 145
Dari hasil Tabel 4.7 diatas didapatkan hasil bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan baik dengan total 70 orang, yang patuh melaksanakan standar prosedur operasional berjumlah 68 orang, sedangkan yang tidak patuh berjumlah 2 orang. Untuk tingkat pengetahuan yang cukup yaitu berjumlah 67 orang yang patuh melaksanakan standar prosedur operasional yaitu berjumlah 55 orang dan yang tidak patuh berjumlah 12 orang. Sedangkan untuk hasil tingkat pengetahuan yang kurang didapatkan hasil 8 orang yang patuh melaksanakan standar prosedur operasional berjumlah 3 orang sedangkan yang tidak patuh berjumlah 5 orang.
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang risiko jatuh dan pencegahannya dengan kepatuhan perawat melaksanakan standar prosedur operasional pada pasien dengan risiko jatuh ringan, sedang dan tinggi di ruang
47
perawatan dewasa RSUD dr. Moewardi adalah menggunakan Uji Spearman Rank Correlation dengan bantuan Program SPSS for Windows Versi 16.0. Kriteria perhitungan uji adalah jika p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil uji yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Spearman’s rho
Variabel P value Koefisien korelasi
Pengetahuan
0,028 0,183
Kepatuhan
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan uji Sprearman Rank Crrelation diperoleh perbandingan nilai pengetahuan dengan kepatuhan adalah 0,028 dengan tingkat significansi 5%. Nilai 0,028 < 0,05, maka Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan. Kekuatan koefisiensi korelasi yaitu sebesar 0.183 atau berhubungan sangat rendah (Sugiyono, 2014). Dengan arah hubungan positif dimana semakin tinggi pengetahuan, maka kepatuhan juga akan semakin baik.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Diskripsi Karakteristik Responden 5.1.1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin mayoritas adalah perempuan sebanyak 109 orang (75,2%). Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian lain yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, yang didapatkan hasil penelitian berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 95,4%. Hal ini bersadarkan survei secara keseluruhan di Rumah Sakit Liun Kendage didominasi oleh perawat perempuan yang tersebar diseluruh ruangan rawat inap maupun rawat jalan (Hamel dan Bawelle, 2013)
Hal ini sesuai dengan pendapat Kozier & Erb’s (2005) tentang filosofi mother instinct bahwa mayoritas perawat datang dari kaum perempuan, dimana seorang perempuan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu serta naluri yang sederhana dalam memelihara kesehatan keluarganya terutama anak-anak.
49
5.1.2. Umur
Berdasarkan rentang usianya, dari 145 responden berdasar ranking terbesar adalah responden dengan umur 30-39 tahun yaitu 78 orang (53,8%). Sesuai dengan yang dikemukakan Cuwin (2009) bahwa usia dewasa (18-40 tahun) merupakan masa dimana seseorang secara maksimal dapat mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizkika (2014) mengemukakan hasil penelitian yang berumur 20-40 tahun berjumlah 31 (91,2%) dengan analisa yaitu umur tersebut merupakan umur reproduktif di Riau dengan jumlah terbanyak dikelompok umur 25-29 tahun.
Diharapkan, dengan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Dengan bertambahnya pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat yang lebih senior diharapkan lebih mampu menyajikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Hal ini merupakan hasil dari pengalaman dan kematangan jiwa (Huclok dalam Nursalam, 2003).
Sedangkan menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008) faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah umur. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
5.1.3. Pendidikan
Dari 145 responden, sebagian besar adalah lulusan Diploma III Keperawatan yaitu sejumlah 82 orang (56,56%). Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 1239 tahun 2001 menyatakan bahwa standar minimal pendidikan perawat pada institusi pelayanan kesehatan adalah Diploma III Keperawatan (Depkes R.I., 2001). Sesuai yang dikemukakan oleh Soeroso (2003) bahwa lebih dari 60% perawat masih berpendidikan Diploma III di Indonesia.
5.1.4. Pengalaman Kerja
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa perawat dengan pengalaman kerja 0-10 tahun yaitu 92 orang (63,5%). Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizkika (2014) yang menyatakan bahwa responden yang berpengalaman kerja 2-15 tahun berjumlah 85,3%. Hal ini sesuai dengan pekerja yang berada pada rentang 20-40 tahun dimana masa kerjanya kurang dari 15 tahun.