• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KADAR MDA (MALONDIALDEHIDE) PADA TIKUS YANG DIBERIKAN EKSTRAK HERBA THYMI (Thymus vulgaris [L.])

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KADAR MDA (MALONDIALDEHIDE) PADA TIKUS YANG DIBERIKAN EKSTRAK HERBA THYMI (Thymus vulgaris [L.])"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KADAR MDA (MALONDIALDEHIDE) PADA TIKUS YANG

DIBERIKAN EKSTRAK HERBA THYMI (Thymus vulgaris [L.])

      NASKAH PUBLIKASI                       Oleh:

KEN INAYATI LATIFA K 100 090 036

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

(2)
(3)

PROFIL KADAR MDA (MALONDIALDEHIDE) PADA TIKUS YANG DIBERIKAN EKSTRAK HERBA THYMI (Thymus vulgaris [L.])

THE PROFILE OF MDA (malondialdehyde) LEVEL ON GIVEN THYMI HERBS EXTRACT (Thymus vulgaris [L.]) RATS

Ken inayati Latifa*, Tanti azizah, Ika Trisharyanti Diah Kusuma Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Radikal bebas merupakan senyawa yang tidak stabil, jika dalam tubuh terdapat dengan jumlah banyak dapat menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang kemudian berpotensi menimbulkan kerusakan sel dan dilaporkan berperan penting pada proses kerusakan hati. Radikal bebas dapat meningkatkan peroksidasi lipid yang kemudian akan mengalami dekomposisi menjadi malondialdehide (MDA) dalam darah. MDA merupakan sebuah penanda kerusakan seluler akibat radikal bebas. Ekstrak herba thymi mengandung senyawa kimia berupa terpenoid, flavonoid, aglikon, dan asam fenolik. Kandungan senyawa flavonoid yang terdapat pada herba thymi dapat berfungsi sebagai penangkal radikal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba thymi pada kadar konsentrasi MDA tikus. Sebanyak 20 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah kontrol normal di beri aquades 2,5 ml/kgBB dan kelompok II-IV berturut-turut diberi ekstrak herba thymi selama 5 hari dengan dosis 50 mg/KgBB, 100 mg/KgBB, dan 150 mg/KgBB kemudian diambil darahnya untuk pengukuran kadar MDA dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak herba thymi pada kelompok hewan uji II, III, dan IV dapat menurunkan kadar MDA. Pada kelompok I yang hanya diberi aquades juga mengalami penurunan kadar MDA. Sehingga pada penelitian ini penurunan kadar MDA yang terjadi pada kelompok II, III, dan IV belum dapat dikatakan sebagai akibat pemberian ekstrak herba thymi karena penurunan kadar MDA juga terjadi pada kelompok I yang hanya diberi aquades.

.

Kata kunci : ekstrak herba tymi (Thymus vulgaris), malondialdehide (MDA) ABSTRACT

Free radicals are compounds that are not stable, if the body found in large quantities can cause oxidative stress. Oxidative stress occurs because of an imbalance between oxidants and antioxidants which are then potentially cause damage to cells and reportedly plays an important role in the process of liver damage. Free radicals can increase lipid peroxidation, which will then be decomposed into malondialdehyde (MDA) in the blood. MDA is a marker of cell damage caused by free radicals. Thymi herbal extracts contain chemical compounds such as terpenoids, flavonoids, aglycone, and phenolic acids. The content of flavonoid compounds contained in herbal Thymi can serve as an antidote to the radical. The purpose of this study was to determine the effect of herbal extracts Thymi in mice MDA concentration levels. A total of 20 rats were divided into 4 groups. I was a normal control group was given distilled water of 2.5 ml / kg, and group II-IV respectively Thymi herbal extract for 5 days with a dose of 50 mg / kg, 100 mg / kg, and 150 mg / KgBW then have blood drawn for MDA content measurement with a spectrophotometer at a wavelength of 530 nm. The results showed that administration of herbal extracts Thymi the test animal groups II, III, and IV can reduce levels of MDA. In the first group were only given distilled water also decreased the levels of MDA. So in this study decreased levels of MDA which occurs in group II, III, and IV can not be said as a result of administration of herbal extracts Thymi due to a decrease in MDA levels also occurred in group I were only given distilled water.

(4)

PENDAHULUAN

Radikal bebas adalah senyawa kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya (Danusantoso, 2003). Senyawa kimia ini memiliki satu atau lebih elektron bebas, sehingga dalam jumlah banyak dapat menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang kemudian berpotensi menimbulkan kerusakan sel dan dilaporkan berperan penting pada proses kerusakan hati (Elgaml dan Hashish, 2014). Peningkatan temperatur lingkungan disertai kelembaban yang tinggi melebihi kisaran zona suhu nyaman memicu peningkatan stres oksidatif, dimana akan terjadi serangan radikal bebas pada membran sel (Mushawwir dan Latipuddin, 2013). Radikal menyebabkan gangguan metabolit dan gangguan sel berupa gangguan fungsi DNA dan protein, sehingga menyebabkan mutasi atau sitotoksik dan perubahan laju aktivitas enzim (Kinanti, 2011). Radikal bebas dapat meningkatkan peroksidasi lipid yang kemudian akan mengalami dekomposisi menjadi malondialdehyde (MDA) dalam darah. Uji MDA dapat digunakan untuk mengukur peroksidasi yang terjadi pada membran lipid. Profil MDA dalam serum berfungsi sebagai sebuah penanda kerusakan seluler akibat radikal bebas (Inoue, 2001).

Zat penunda atau pencegah terjadinya stres oksidatif disebut antioksidan (Manimaran & Rajneesh, 2009). Antioksidan berfungsi mencegah tumbuhnya radikal bebas di dalam tubuh, dengan cara menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga radikal bebas yang semula sangat reaktif menjadi stabil (Hamid et

al., 2010). Berdasarkan bentuknya antioksidan dibagi menjadi dua, yaitu antioksidan

sintesis dan antioksidan alami. Antioksidan sintesis terbentuk dari reaksi kimia dan diproduksi untuk tujuan komersil seperti BHA (butylated hydroxy anisole) dan BHT (butylated hydroxy toluene) (Juncan and Hodisan, 2011), penggunaan antioksidan sintesis tidak dianjurkan karena pada beberapa penelitian diduga memiliki efek toksik, sehingga banyak pengembangan terhadap antioksidan alami. Antioksidan alami banyak terdapat pada tanaman yang terkandung pada daun, batang, akar, biji, dan buah. Senyawa yang sering ditemukan adalah fenol, karotenoid, tokoferol, flavonoid (Dimitrios, 2006).

Salah satu tanaman obat yang mengandung antioksidan alami adalah herba thymi

(Thymus vulgaris) (Fachini-Queiroz et al., 2012). Pada beberapa penelitian herba thymi

juga dapat berfungsi sebagai antimikroba (Ali, et al., 2011), antibatuk (Fachini-Queiroz et

al., 2012) antioksidan, serta antiinflamasi (Fachini-Queiroz et al., 2012). Kandungan kimia

minyak atsiri dan flavonoid pada tanaman thymi berkhasiat sebagai ekspektoran. Beberapa senyawa yang ditemukan pada ekstrak herba thymi adalah terpenoid, flavonoid, aglikon,

(5)

dan asam fenolik (Aazza, et al., 2011). Senyawa timol pada ekstrak herba thymi menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dibandingkan senyawa lain seperti eugenol dan karvakrol (Shabnum & Wagay, 2011). Penelitian ekstrak herba thymi secara

in vitro menunjukan adanya aktivitas antioksidan, dibuktikan dengan membandingkan nilai inhibition concentration (IC50) pada beberapa tanaman. Suatu zat dinyatakan memiliki

senyawa antiradikal apabila nilai IC50 rendah yaitu kurang dari 200 ppm. Pada penelitian

(Razzaghi-Abyaneh et al., 2009) menerangkan nilai IC50 pada Thymus vulgaris 93,5 µg/ml.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental, dengan rancangan deskriptif untuk mengetahui pengaruh ekstrak herba thymi terhadap kadar MDA.

B. Alat dan Bahan 1. Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis (UV Mini SHIMADZU) timbangan hewan (Ohaus), sonde oral, holder, spuit dispossable, scalpel blade, tabung eppendorf, mikropipet, minispin, sentrifugator, sonifikator, dan alat-alat gelas.

2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun herba thymi, tikus putih galur Sprague-Dawley, eter, akuades, larutan Trikloroasetat (TCA) 20%, larutan Asam Tiobarbiturat (TBA) 0,67%, 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) 99% (Sigma).

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

D. Jalannya Penelitian 1. Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman herba thymi, bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan untuk uji. Determinasi dilakukan di Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2. Ekstraksi Herba Thymi

Sebelum dimaserasi, herba thymi kering dihaluskan terlebih dahulu dengan blender. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Satu bagian

(6)

serbuk kering herba thymi dimasukkan ke dalam bejana maserasi, ditambah 6,5 L etanol 96%, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 3 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.

3. Orientasi Pengukuran MDA

a. Penentuan panjang gelombang maksimal, operating time dan kurva baku

Sebanyak 2,45 mL TCA dan 2,45 mL TBA digunakan sebagai blangko. Sebanyak 10 µL TMP ad akuades 50 mL diambil 3 mL, kemudian diencerkan dalam akuades ad 5 mL digunakan sebagai larutan standar MDA. 200 µL larutan standar MDA ditempatkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 2,45 mL TCA dan 2,45 mL TBA lalu dipanaskan di air mendidih pada suhu 100°C selama 20 menit, dan disentrifugasi selama 10 menit pada 8000 rpm. Supernatan berwarna merah muda diukur absorbansinya pada spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm pada menit ke- 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60. Panjang gelombang maksimum ditentukan dari larutan cuplikan yang memiliki nilai absorbansi tertinggi.

Kurva baku dibuat dari larutan stok 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) 99% dalam akuades dengan seri konsentrasi 0,16 µmoL/mL; 0,33 µmoL/mL, 0,66 µmoL/mL, 1,32 µmoL/mL, 2,64 µmoL/mL. Absorbansi dibuat regresi linear sehingga didapat persamaan kurva baku.

b. Penetapan kadar MDA dalam darah

Darah diambil dengan cara menyayat ekor tikus dan ditampung pada efendrof 1 mL. Kemudian, disentrifugasi untuk diambil supernatannya. Sebanyak 100 µL serum darah (supernatan) ditambahkan 2,45 mL TCA dan 2,45 mL TBA lalu dipanaskan dengan air mendidih pada suhu 100°C selama 20 menit, kemudian dilakukan sentrifugasi selama 10 menit pada 8000 rpm. Supernatan berwarna merah muda dibaca absorbansinya dengan blangko 2,45 mL TCA dan 2,45 mL TBA. Pengukuran kadar MDA dengan menggunakan kurva baku MDA yang telah dibuat.

4. Pembuatan dan Penetapan Dosis Ekstrak Herba Thymi

Penetapan dosis ekstrak daun herba thymi sesuai dengan trial error yang dilakukan. Kemudian, didapatkan peringkat dosis 50 mg/200 g, 100 mg/200 g, 150 mg/200 g berat badan tikus. Sediaan dibuat dengan menimbang ekstrak sebanyak 50 mg, 100 mg, dan 150 mg dilarutkan di akuades sampai volume akhir 25 mL dan berikan secara peroral.

(7)

5. Perlakuan Hewan Uji

Hewan uji ditimbang, lalu dibagi masing-masing 5 ekor dan dikelompokkan menjadi 5 kelompok :

I Akuades 2,5 mL/kgBB (p.o) sebagai kontrol normal III Ekstrak daun thymi 50 mg/kgBB

IV Ekstrak daun thymi 100 mg/kgBB V Ekstrak daun thymi 150 mg/kgBB

Gambar 1. Skema Perlakuan Hewan Uji

Hewan uji sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing 5 ekor, pada hari ke-0 semua hewan uji diambil darahnya dan diukur absorbansinya. Setelah itu, kelompok I diberi akuades secara peroral selama 5 hari. Hewan uji kelompok II, III, dan IV diberi ekstrak daun herba thymi setiap hari secara per oral selama 5 hari. Pada hari ke-5 semua hewan uji diambil darahnya untuk dipisahkan dari serumnya. Kemudian serum yang didapat diukur absorbansinya pada spektrofotometer.

6. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur kadar MDA pada kelompok tikus yang diberi perlakukan ekstrak thymi dengan kelompok tikus yang tidak diberi ekstrak herba thymi.

Kelompok III Ekstrak thymi I 50 mg/kgBB Kelompok I diberi akuades (p.o) 

Hewan uji diambil darahnya pada hari ke 5 setelah pemberian ekstrak herba thymi, kemudian serum diukur kadar MDA pada spektroftometer

25 ekor tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok 5 ekor

Semua hewan uji diambil darahnya, diukur kadar MDA serum pada spektofotometer

Kelompok V Ekstrak thymi III 150 mg/kgBB Kelompok IV Ekstrak thymi II 100 mg/kgBB

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Orientasi Pengukuran MDA

Dasar pemeriksaan adalah reaksi spektrofotometrik sederhana, dimana satu molekul MDA akan terpecah menjadi 2 molekul 2-asam thiobarbiturat. Reaksi ini berjalan pada pH 2-3. TBA akan memberikan warna pink-chromogen yang dapat diperiksa secara spektrofotometrik. Tes TBA selain mengukur kadar MDA yang terbentuk karena proses peroksidasi lipid juga mengukurproduk aldehid lainnya termasuk produk non-volatil yang terjadi akibat panas yang ditimbulkan pada saat pengukuran kadar MDA serum yang sebenarnya. Kadar MDA dapat diperiksa baik di plasma, jaringan maupun urin

Hasil orientasi memperoleh panjang gelombang maksimalnya sebesar 532 nm dengan OT 5-10 menit sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baghel et al., (2013). Reaksi MDA dengan diukur pada panjang gelombang antara 530 nm. Salah satu alasan penelitian ini harus mencari panjang gelombang maksimal terlebih dahulu karena pada panjang gelombang maksimal kepekaannya juga maksimal. Selain itu, pada panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansinya datar dan hukum Lambert-Beer akan terpenuhi sehingga jika dilakukan pengukuran ulang kesalahan pembacaannya kecil (Gandjar & Rohman, 2007).

1,1,3,3-tetram etoksi propana MDA

O O H3CO OCH3 OCH3 H3CO H2O, H+ HO OH OH HO dipanaskan

+

2 H2O   Gambar 2. TMP terhidrolisis menjadi MDA

Larutan 1,1,3,3-tetrametoksipropana digunakan sebagai larutan standar MDA karena larutan baku MDA bersifat tidak stabil dan tidak tersedia. TMP merupakan prekusor dari senyawa MDA. Apabila larutan TMP tersebut direaksikan dengan air akan terhidrolisis membentuk senyawa malondialdehid (MDA) (Gambar 3). Oleh karena itu, larutan TMP dapat digunakan untuk larutan standar MDA yang langsung dapat direaksikan dengan asam tiobarbiturat untuk menentukan kurva baku dan dapat menggambarkan besarnya nilai MDA yang terdapat dalam penelitian ini.

Hasil penentuan kurva baku yang dibuat dengan 5 seri konsentrasi TMP yaitu : 0,145 µmol/mL; 0,29 µmol/mL; 0,58 µmol/mL; 1,16 µmol/mL; 2,32 µmol/mL, didapatkan hasil nilai absorbansi (Tabel 1).

(9)

Tabel 1. Hasil absorbansi penentuan kurva baku No Konsentrasi (µmoL/mL) Absorbansi

1 0,145 0,021

2 0,29 0,033

3 0,58 0,046

4 1,16 0,054

5 2,32 0,072

Persamaan regresi linier dari kurva baku adalah : y = 0,021 x + 0,026

R2 = 0,904 y = Absorbansi

x = Kadar MDA (µMol/ml)

Dalam penelitian Stockham & Scott (2008), menyebutkan bahwa profil kadar malondialdehid (MDA) pada serum dapat menggambarkan kondisi hati akibat peroksidasi lipid oleh radikal yang teralirkan ke pembuluh vena. Hasil dari uji ini berupa kadar MDA dalam darah (µmoL/mL).

Gambar 3. Grafik Kurva Baku absorbansi vs Konsentrasi MDA tercantum

Profil MDA dalam serum berfungsi sebagai sebuah penanda kerusakan seluler akibat radikal bebas (Inoue, 2001). MDA merupakan dialdehid tiga karbon yang sangat reaktif yang juga dapat diperoleh dari hidrolisis pentosa, deoksiribosa, heksosa, beberapa asam amino dan DNA (Evans, 1991). Pengukuran kadar MDA pada kelompok normal untuk mengetahui kadar MDA normal sehingga saat dibandingkan dengan kelompok perlakuan akan diketahui telah terjadi stres oksidatif atau tidak.

Hasil penelitian profil kadar MDA didapati adanya perbedaan hasil kadar MDA yang dihasilkan. Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok perlakuan yaitu kelompok II (ekstrak herba thymi 50 mg/kgBB), kelompok III (ekstrak herba thymi 100 mg/kgBB), kelompok IV (ekstrak herba thymi 150 mg/kgBB) kadar

(10)

MDA yang dihasilkan masing-masing kelompok yaitu 2,65 ± 0,49 (µmol/mL), 2,78 ± 0,70 (µmol/mL), dan 3,37±1,58(µmol/mL)

Tabel 2. Kadar MDA hari ke 0 dan ke 5

Kelompok Hewan uji

Perlakuan Kadar MDA (µmol/mL)

H0 H5 I Kontrol normal (akuades) 2,5 mL/kgBB 6,58±3,19 0,28±0,34

II Ekstrak herba thymi 50 mg/kgBB 5,57±3,17 2,65±0,49 III Ekstrak herba thymi 100 mg/kgBB 5,46±2,74 2,78±0,70 IV Ekstrak herba thymi 150 mg/kgBB 4,78±1,89 3,37±1,58

Gambar 4. Grafik perbandingan kadar MDA (µmol/ml

Pada kelompok kontrol rata-rata kadar MDA pada hari ke-0 yaitu 6,58 ± 3,19 (µmol/mL) dan pada hari ke 5 kadar rata-rata MDA 0,28 ± 0,34 (µmol/mL). Dari data tersebut kelompok I yang hanya diberi aquades juga dapat mengalami penurunan kadar MDA. Kelompok normal memiliki kadar MDA yang lebih rendah dibanding kelompok perlakuan hal ini dapat terjadi dikarenakan kadar MDA yang terbentuk sangat bergantung pada jumlah stres oksidatif dan hanya mampu dinetralisasi oleh antioksidan sedangkan pada kondisi normal kadar MDA dapat terbentuk pada kadar yang rendah. Saat keadaan normal, peroksidasi lipid di dalam tubuh masih dapat diatasi oleh antioksidan alami (antioksidan endogen) yaitu katalase, superokside dismutase (SOD) dan glutation

peroksidase.

Pada penelitian ini penurunan kadar MDA yang terjadi pada kelompok II, III, dan IV belum dapat dikatakan sebagai akibat pemberian ekstrak herba thymi karena penurunan kadar MDA juga terjadi pada kelompok I yang hanya dberi aquades

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak herba thymi pada tikus tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar MDA.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antioksidan herba thymi dengan penginduksi radikal bebas seperti CCl4 atau parasetamol. Serta manfaat dan toksisitas

ekstrak thymi serta pada dosis berapa diperoleh penurunan yang paling besar.

DAFTAR PUSTAKA

Aazza, S., Lyoussi, B. & Miguel, M.G., 2011, Antioxidant and antiacetylcholinesterase activities of some commercial essential oils and their major compounds. Molecules

(Basel, Switzerland). [Online] 16 (9), 7672–7690. Available from:

doi:10.3390/molecules16097672 [Accessed: 23 November 2012].

Ali, M., Al, A. & Alghalibi, S.M., 2011, Research Article [ Araştırma Makalesi ]

Chemical composition and antimicrobial activity of essential oil of Thymus vulgaris from Yemen, 36 (April), 342–349

Ames, B.N., Shigenaga, M.K. & Hagen, T.M., 1993, Oxidants, antioxidants, and the degenerative diseases of aging, Proceedings of the National Academy of Sciences of

the United States of America. 90 (17), 7915–7922.

Danusantoso, H., 2003, Peran radikal bebas terhadap beberapa penyakit paru, 22 (1), 31– 36.

Dewi, P., 2006, Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal bebas diphenyl picril hydrazil hydrate ( DPPH ) ekstrak metanol Knema laurina Peroxide value and DPPH ( diphenyl picril hydrazil hydrate ) free radical scavenger activity of Knema laurina. 17 (1), 32–36

Dimitrios, B., 2006, Sources of natural phenolic antioxidants. Trends in Food Science &

Technology, [Online] 17 (9), 505–512. Available from: doi:10.1016/j.tifs.2006.04.004

[Accessed: 21 November 2012]

Elgml, Shimaa. A., & Hashish, Emad. A., 2014, Clinicopathological studies of Thymus

vulgaris Extract Against Cadmium Induced Hepatotoxicity in Albino Rats, Global

Journal of Pharmacology 8 (4): 501-509

Fachini-Queiroz, F.C., Kummer, R., Estevão-Silva, C.F., Carvalho, M.D.D.B., Cunha, J.M., Grespan, R., Bersani-Amado, C.A. & Cuman, R.K.N., 2012, Effects of Thymol and Carvacrol, Constituents of Thymus vulgaris L. Essential Oil, on the Inflammatory Response. Evidence-based complementary and alternative medicine : eCAM.]

(12)

Hamid, A.A., Aiyelaagbe, O.O., Usman, L.A., Ameen, O.M. & Lawal, A., 2010,

Antioxidants : Its medicinal and pharmacological applications. 4 (August), 142–151

Huang, D., Ou, B. & Prior, R.L., 2005, The chemistry behind antioxidant capacity assays.

Journal of agricultural and food chemistry,

Kumar, K.V.A., Satish, R., Rama, T., Babul, D. & Samhitha, J., 2010, Hepatoprotective

Effect of Flemingia Strobilifera R . Br . on Paracetamol induced Hepatotoxicity in Rats. 2 (3), 1924–1931

Li, X.Y., Gilmour, P.S., Donaldson, K. & MacNee, W., 1996, Free radical activity and pro-inflammatory effects of particulate air pollution (PM10) in vivo and in vitro, Thorax., 1216–1222.

Manimaran, A. & Rajneesh, C.P., 2009, Activities of Antioxidant Enzyme and Lipid

Peroxidation in Ovarian Cancer Patients. 2 (2), 68–72.

Razzaghi-Abyaneh, M., Shams-Ghahfarokhi, M., Rezaee, M.-B., Jaimand, K., Alinezhad, S., Saberi, R. & Yoshinari, T., 2009, Chemical composition and antiaflatoxigenic activity of Carum carvi L., Thymus vulgaris and Citrus aurantifolia essential oils.

Food Control.

Russmann, S., Kullak-Ublick, G.A. & Grattagliano, I., 2009, Current Concepts of Mechanisms in Drug-Induced Hepatotoxicity. Current Medicinal Chemistry, 16, 3041-3053.c

Shabnum, S. & Wagay, M.G., 2011, Essential Oil Composition of Thymus Vulgaris L . and

their Uses. 1183–94.

Wilmana, P.F., & Gan, S., 2009, Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, dalam Mardjono, M, Farmakologi

Gambar

Gambar 1. Skema Perlakuan Hewan Uji
Tabel 1. Hasil absorbansi penentuan kurva baku  No  Konsentrasi (µmoL/mL)  Absorbansi
Tabel 2. Kadar MDA hari ke 0 dan ke 5  Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis terbaik kiambang yang difermentasi dengan ragi tempe yang dapat dipakai sebagai suplemen pakan terhadap peningkatan

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi mamajemen kelas I dalam pengelolaan siswa meliputi: Tidak semua guru di SDIT Ar-Risalah memiliki kesamaan

Permasalah tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang sama yaitu Arbian (2017) hasil dari penelitian tersebut adalah sistem ini dapat menyelesaikan

Melalui persilangan kedua sisi pandang tersebut di atas, maka jenis- jenis dam yang mungkin dikenakan dalam pelaksanaan haji itu ada empat, 1. Dam murattab muqaddar, yaitu dam

Bila ditinjau dari data hasil pengamatan guru mitra (kolaborator) baik pada kinerja guru maupun kinerja siswa dalam pembelajaran, serta nilai hasil belajar siswa pada

17 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara sebagai alat untuk

ANALISIS STABILITAS FLUTTER BLADE HELIKOPTER DALAM DOMAIN WAKTU.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data : Data primer meliputi ialah identitas subyek penelitian atau responden, identitas orang tua, serta data tentang variabel