• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI dan KEAMANAN PANGAN Sanitasi Udara, Sanitasi Ruangan, dan Sanitasi Pekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI dan KEAMANAN PANGAN Sanitasi Udara, Sanitasi Ruangan, dan Sanitasi Pekerja"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI dan KEAMANAN PANGAN

“Sanitasi Udara, Sanitasi Ruangan, dan Sanitasi Pekerja”

KELOMPOK II

Abdul Anam 2014340094

Adi Saputra 2013340041

Laudy annisa S 2014340049

Muhamad Arjun Maulana 2014340092

Novita Ambarsari 2015349033

Pepi Budi Prasetyo 2013340079

Tri Wijayanti 2014340095

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

2016

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada pepatah yang mengatakan “Men Sana In Corpore Sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat, akan terdapat jiwa yang kuat, akan tetapi kenyatannya masih banyak orang yang sakit dan biasanya hal ini di sebabkan oleh pola dan kebiasaan hidup mereka sendiri yang kurang baik, sehingga dapat melemahkan dan merusak sistem imun tubuh.

Perihal kesehatan cukup mudah untuk dipahami, asalkan tidak lalai dan mengerti serta

mempraktikkan ilmu dan pengetahuan tentang kesehatan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, pelayanan segala macam kebutuhan yang diperlukan telah siap sedia, seperti pelayanan akomodasi, restoran, bar, fitness center, transportasi, dsb.

Semua fasilitas ini tidak hanya menampilkan mutu, citarasa, dan kenyamanan saja, akan tetapi faktor yang sangat penting adalah menyangkut kenyamanan dan kepastian akan jaminan kebersihan untuk kesehatan sesuai tujuan demi kelangsungan hidupnya yaitu

“hygiene dan Sanitasi” (kesehatan dan kebersihan). Untuk itu dalam mengelola semua fasilitas yang ditawarkan secara professional haruslah sesuai dengan aturan kesehatan yang berlaku, sehingga pengguna jasa mendapatkan kenikmatannya sendiri dengan jaminan kesehatan. Pada akhirnya terjadilah dalam usaha bisnis hotel, restoran dan katering untuk berlomba-lomba dalam persaingan untuk kualitas dalam mutu pelayanan yang mencakup kebersihan sebagai jaminan kesehatan.

Faktor kebersihan untuk kesehatan terkait dengan penanganan Steril dan Higinis suatu keadaan dan tempat dari mikroba. Mikroba merupakan organisme tidak kasat mata yang terdapat di sekitar kita. Beberapa mikroorganisme memiliki sifat mengganggu atau menyebabkan penyakit, sedangkan sebagian lain sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Pertumbuhan mikroba penggangu ini lah yang kemudian harus di hambat agar tidak menyebabkan penyakit. Proses menghilangkan atau membersihkan mikroba dari lingkungan, udara, bahkan tubuh disebut dengan sanitasi.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Sanitasi yang dilakukan terhadap permukaan bidang rata seperti meja dan lantai,

(3)

perlu di uji dengan metode swab test, tujuan dari swab test yaitu sebagai tindakan preventif terhadap berkembang biaknya mikroba sehingga tetap terjaga tingkat higienis dari suatu produk.

Sementara untuk mengendalikan jumlah mikroba pada udara dilakukan metode cawan papar. Mikroba yang terdapat pada udara akan tumbuh pada media Agar yang dibiarkan terbuka (terpapar udara) selama beberapa menit. Pengujian ini sangat penting pada beberapa kondisi yang membutuhkan udara bebas mikroba, contohnya perusahaan yang bergerak di bidang pangan dan farmasi.

B. Tujuan Pelaksanaan Praktikum

Melalui praktikum ini diharapkan dapat menerapkan pengujian swab dan cawan papar dengan baik dan benar, sebagai suatu cara untuk mengetahui jumlah suatu mikroba, baik yang berada di udara, ruangan dan dari tubuh pekerja sendiri, dengan pengujian terhadap jumlah Mikroba ini, merupakan suatu Indikasi kita agar selalu menjaga kebersihan baik diri sendiri, lingkungan dan sekitarnya. Praktikum ini, bertujuan untuk mengedukasi peserta untuk menjaga kebersihan dan kesehatan dengan menerapkan sanitasi yang baik, terutama pada produksi makanan dan obat.

C. Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar, 1995).

Ehlers dan Steele (1958) mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

(4)

Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan manusia.

Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan antara lain:

a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan b. Mencegah penularan wabah penyakit

c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan

e. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh perantara perantara makanan.

D. Sumber kontaminasi udara dan ruangan :

Sumber pencemaran udaradikelompokan kedalam 3 kelompok, yaitu :

1. Sumber pencemaran udara menetap (point source) seperti asap pabrik, instalasi pembangkit tenaga listrik, asapdapur, pembakaran sampah rumah tanggadan lain sebagainya.

2. Sumber pencemaranudara yang tidakmenetap (non point source), seperti gas buangkendaraanbermotor, pesawatudara, keretaapidankegiatan – kegiatan lain yang menghasilkan gas emisidenganlokasiberpindah – pindah.

3. Sumber pencemaran udaracampuran (compound area source) yang berasal dari titik tetap dan titik tidak tetap seperti bandara, terminal, pelabuhan dan kawasan industri (Rahman, dkk, 2004).

Pengelompokan ini sesuai dengan klasifikasi sumber pencemaran udara yang ditetapkan oleh WHO tahun 2005, yaitu :

1. Sumber sebuah titik (point source) yang berasal dari sumber individual yang menetap dan dibatasi oleh luas wilayah kurang dari 1x1 km2 termasuk didalamnya industri dan rumah tangga.

2. Garis (line source) adalah sumber pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor.

(5)

3. Area (areasource)adalah sumber pencemaran yang berasal dari sumber titik tetap maupun sumber garis.

Hasil pemeriksaan The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemaran didalam ruangan yaitu :

a. Pencemaran dari alat-alat didalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.

b. Pencemaran diluar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaran bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak didekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara.

c. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, asbes, Fiberglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gudang tersebut.

d. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapatditemukan disaluran udaradan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.

e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk ,serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan system ventilasi udara.

E. Karakteristik Media yang digunakan

a. Nutrien Agar ( NA )

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1994).

Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.

(6)

Dalam percobaan warna NA sebelum dilarutkan dalam aquades adalah coklat, dan setelah dilarutkan dalam aquades berubah menjadi kekuning-kuningan dan terdapat endapan.

Jadi untuk menghilangkan endapan tersebut maka dipanaskan dalam penangas air dengan tabung Erlenmeyer disumbat dengan alat penyumbat. Setelah sterilisasi warna medium menjadi agak coklat.

b. Potato Dextrose Agar (PDA)

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%

ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Serbuk PDA berwarna kuning karena merupakan ekstrak kentang yang pada dasarnya berarna kuning. serbuk dicampur dan dipanaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. setelah disterilisasi dalam autoklaf medium berwarna kecoklatan dan didapat endapan berwarna putih. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6 ± 0,2.). Setelah didinginkan, medium dapat ditanami bakteri (Schegel, 1994).

F. Pentingnya sanitasi pekerja dalam implementasi keamanan pangan

Menurut FAO (2001) tenaga penjamah makanan (pekerja) adalah setiap orang yang secara langsung menangani makanan baik yang dikemas maupun tidak, menangani peralatan

makanan atau yang melakukan kontak langsung

dengan permukaan makanan. Sedangkan pengertian sanitasi menurut UU No. 7 tahun 1996 merupakan upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. Sanitasi juga dapat di jabarkan sebagai cara untuk pencegahan pencemaran terhadap makanan selama kegiatan penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sanitasi dilakukan dengan tujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan atau penghilangan cemaran dalam bahan makanan (Hariadi dan Dewanti, 2009).

Sanitasi dan higiene pekerja perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak.

(7)

Sanitasi pekerja meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh pekerja (Hariadi danDewanti, 2009). Sanitasi pekerja jugaditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang /perseorangan yang menangani secara langsung dan atau secara tidak langsung berada dilingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.

G. Sumber kontaminasi pekerja

Uji sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan melakukan uji kebersihan tangan dan uji kontaminasi rambut. Uji kebersihan tangan akan dilakukan terhadap tangan sebelum dicuci, tangan setelah dicuci dengan air, tangan setelah dicuci dengan air sabun dan dibilas serta tangan setelah dicuci dengan sabun antiseptik dan dibilas. Sedangkan uji kontaminasi rambut akan dilakukan terhadap rambut yang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya (Anonim, 2008).

Kontaminasi yang disebabkan oleh pekerja dapat berlangsung selama jam kerja dari para pekerja menangani makanan.

Setiap kali tangan pekerja yang tidak higienis dan bersih kontak dengan bahan pangan, maka mikroorganisme yang ada di tangan dapat berpindah ke makanan dan akan mencemari makanan (Puspitasari, 2004:14).

Sanitasi dan higiene pekerja perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak. Sanitasi pekerja meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh pekerja (Hariadi danDewanti, 2009). Sanitasi pekerja juga ditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang/perseorangan yang menangani secara langsung dan atau secara tidak langsung berada dilingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.

(8)

BAB II

BAHAN dan METODE

A. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Cawan Petri Steril 1. Media Nutrient Agar (NA)

2. Pipet 2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

3. Tip Pipet Steril 3. NaCl 10%

4. Tabung Reaksi 5. Bunsen

6. Kapas Basah Steril 7. Plastik Steril 8. Erlenmeyer 9. Incubator

B. Cara Kerja

Sanitasi Udara dan Ruangan

1. Uji Kontaminasi Udara (Lab Mikro Belakang)

a. Disiapkan 2 cawan petri steril, satu cawan petri berisi media Nutrient Agar (NA) dan satu cawan petri berisi media Potato Dextrose Agar (PDA).

b. Kedua cawan petri diletakkan di ruangan yang akan diuji kontaminasi udara (Lab mikro belakang), dalam keadaan terbuka selama 30 menit.

c. Kemudian cawan petri ditutup dan di inkubasi pada suhu 30°C selama 2-3 hari dengan posisi terbalik.

d. Dilakukan pengamatan dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada masing- masing media.

2. Uji Sanitasi Meja (Swab Meja) a. Disiapkan 4 cawan petri steril.

b. Diambil kapas basah steril secukupnya, dengan menggunakan plastik steril (jangan sampai tersentuh tangan).

c. Kapas diswabkan ke meja selebar 10x10 cm, dan di masukkan kembali ke dalam plastik steril.

d. Peras-peras kapas sampai keluar airnya.

(9)

e. Air dari kapas dipipet 1 ml dan di masukkan kedalam 9 ml larutan NaCl 10%

(pengenceran 1), lalu dihomogenkan.

f. Larutan tersebut dipipet masing-masing 1 mL dan dimasukkan ke dalam 2 cawan petri steril(pengenceran pertama), dan 1 ml ke dalam 9 ml NaCl 10 (pengenceran 2).

g. 1ml + 9 ml NaCl (2) dihomogenkan, lalu di pipet masing-masing 1 mL dan dimasukkan ke dalam 2 cawan petri steril(pengenceran kedua).

h. Kemudian tuangkan media NA kedalam satu cawan petri pengenceran pertama dan kedalam satu cawan petri pengenceran kedua untuk bakteri.

i. Kemudian tuangkan media PDA kedalam satu cawan petri pengenceran pertama dan kedalam satu cawan petri pengenceran kedua untuk jamur.

j. Tunggu hingga padat, dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 2-3 hari. Khusus untuk bakteri, cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik.

k. Dilakukan pengamatan dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada masing- masing media.

3. Uji Kontaminasi Pekerja (Swab Rambut) a. Disiapkan 4 cawan petri steril.

b. Diambil kapas basah steril secukupnya, dengan menggunakan plastik steril (jangan sampai tersentuh tangan).

c. Kapas diswabkan ke rambut selebar 5x5 cm, dan di masukkan kembali ke dalam plastik steril.

d. Peras-peras kapas sampai keluar airnya.

e. Air dari kapas dipipet 1 ml dan di masukkan kedalam 9 ml larutan NaCl 10%

(pengenceran 1), lalu dihomogenkan.

f. Larutan tersebut dipipet masing-masing 1 mL dan dimasukkan ke dalam 2 cawan petri steril (pengenceran pertama), dan 1 ml ke dalam 9 ml NaCl 10 (pengenceran 2).

g. 1ml + 9 ml NaCl (2) dihomogenkan, lalu di pipet masing-masing 1 mL dan dimasukkan ke dalam 2 cawan petri steril (pengenceran kedua).

h. Kemudian tuangkan media NA kedalam satu cawan petri pengenceran pertama dan kedalam satu cawan petri pengenceran kedua untuk bakteri.

(10)

i. Kemudian tuangkan media PDA kedalam satu cawan petri pengenceran pertama dan kedalam satu cawan petri pengenceran kedua untuk jamur.

j. Tunggu hingga padat, dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 2-3 hari. Khusus untuk bakteri, cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik.

k. Dilakukan pengamatan dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada masing- masing media.

(11)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perhitungan Jumlah koloni/cm2 1. Sanitasi Udara

Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x

Luas PermukaanCawan Petri∗¿

1

¿

2. Swab Meja

Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x 1

Luas PermukaanCawan Petri

3. Sanitasi Pekerja (Swab Rambut)

Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x

Luas PermukaanCawan Petri∗¿

1

¿

Keterangan :

Luas permukaan cawan petri = 204.1 cm2 Sanitasi Udara

Lokasi Hasil (koloni/cm2)

NA PDA

Laboratorium Mikrobiologi

Belakang

TBUD TBUD

(12)

Sanitasi Ruangan (Swab Meja)

Lokasi Pengenceran Hasil ( koloni/cm2)

NA PDA

Swab Meja

Pengenceran 1 (101)

TBUD TBUD

Pengenceran 2 4.5 x102 TBUD

(13)

(102)

Sanitasi Pekerja (Swab Rambut Berhijab)

Lokasi Pengenceran Hasil (koloni/cm2)

NA PDA

Swab Rambut (Berhijab)

Pengenceran 1 (101)

TBUD TBUD

(14)

Pengenceran 2 (102)

5.2 x102 1.4 x102

B. Pembahasan

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar, 1995).

Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik

(15)

pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan kesehatan manusia.

Mikroorganisme udara didalam ruang pengolahan, dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu didalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka. Jenis mikroorganisme yang sering terdapat diudara pada umumnya bakteri batang pembentuk spora baik yang bersipat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki, bakteri gram negatif, kapang dan khamir.

Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiridari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21%, dan gas lainnya 1%.Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1986).

Pada ruangan, hal yang pentinguntukdiperhatikanadalahlantai, dinding, danlangit-langit.

Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, danlangit-langit yang konsturksinyaburuk, jauhlebihsulituntikdijagasanitasinya.Akan tetapi, struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.

Dalam pengamatan praktikum, dilakukan uji sanitasi terhadap udara, ruangan dan pekerja. Uji sanitasi udara dilakukan dengan dua media, yaitu NA dan PDA, hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat di udara.

1. Pengujian udara

Pengujian dilakukan dengan membuat media agar pada cawan petri kemudian media tersebut dibiarkan dalam kondisitertutup hingga membeku, barulah tutup cawan petri dibuka dan dibiarkan di udara terbuka selama 30 menit pada lab mikro belakang. Setelah 30 menit cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari, lalu diamati dengan mendapatkan hasil pada medium Na dan medium PDA menghasilkan TBUD. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di masing-masing cawan menandakan bahwa udara di tempat tersebut tidak selamanya bebas dari kontaminasi mikrooganisme dan dengan adanya

(16)

pengujian ini membuktikan bahwa adanya aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di tempat tersebut.

2. Pengujian ruangan

Sanitasi ruangan dilakukan dengan dua media, yaitu NA dan PDA, hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang terdapat dimeja kerja laboratorium. Pengujian dilakukan dengan menyiapkan kapas yang telah disterilkan lalu kapas diswab ke meja kerja laboraturium kemudian kapas steril yang telah di swab diperas dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi larutan pengencer lalu dipipet 1 ml kedalam cawan petri steril dan dituangkan media lalu didiamkan sampai media membeku dan di inkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari, lalu diamati dan untuk menghitung menggunakan rumus:

Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x 1

Luas PermukaanCawan Petri

Dari tabel tersebut dilihat bahwa pada pengenceran 101 pada medium NA adalah TBUD sedangkan pengceran 102 terdapat 4,5 x 102. Sedangkan pada medium PDA dari hasil pengamatan menghasilkan TBUD. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di masing-masing cawan menandakan bahwa meja kerja di tempat tersebut tidak selamanya bebas dari kontaminasi mikrooganisme dan dengan adanya pengujian ini membuktikan bahwa adanya aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di lingkungan meja kerja.

3. Pegujian pekerja (rambut)

Sanitasi pekeja dilakukan dengan dua media yaitu NA dan PDA dengan metode swab pada rambut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi pada rambut pekerja.

Pengujian dlakukan dengan kapas steril yang di swab pada rambut pekerja lalu kapas steril diperas dan di masukkan kedalam tabung reaksi yg berisi larutan pengencer, kemudian dipipet satu ml kedalam cawan petri steril lalu di diamkan sampai media membeku dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari.lalu diamati dengan menggunakan rumus :

Jumlah koloni/cm2 = Jumlah koloni x 10P x

Luas PermukaanCawan Petri∗¿

1

¿

Dengan hasil pada medium NA sebesar 5.2 x102 dan pada medium PDA 1.4 x102 dari hasil tabel dapat dilihat bahwa kontaminasi tidak hanya dari udara dan meja kerja, kontaminasi juga dapat terjadi dari lingkungan seperti hal nya dari rambut pekerja atau rambut analis.

(17)
(18)

BAB 1V

KESIMPULAN

Pada praktkum yang telah dilakukan, didapatkan pertumbuhan mikroba dalam jumlah sangat banyak baik pasa media NA maupun PCA. Hasil ini diperoleh berdasarkan metode pengujian swab test pada pekerja dan alat, serta uji cawan papar untuk menetukan jumlah bakteri di udara.

Mikroba yang tumbuh pada swab test meja kerja, kemungkinan berasal dari kontaminasi silang dari udara dan pakaian pekerja. Hal ini mungkin terjadi karena ruangan penuh dengan praktikan pada saat dilakukan pengujian. swab test pada rambut berhijab juga memberikan hasil jumlah bakteri yang sangat banya, hal ini dapat terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan rambut. Penggunaan hijab atau kerudung mengakibatkan kulit kepala menjadi lembab dan mempercepat pertumbuhan mikroba. Karenanya, rambut dan kain kerudung harus dijaga kebersihannya

Pada pengujian udara di bagian belakang lab, didapat kan hasil TBUD atau Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Artinya pertumbuhan bakteri pada media sangat banyak hingga tidak mmungkinkan untuk dihitung. Hal ini dapat terjadi karena kebersihan ruangan yang kurang terjaga, serta dari kontaminasi silang praktikan yang hadir di ruangan laboratorium pada saat penggujian dilakukan.

Selain kemungkinan yang telah disebutkan, pertumbuhan bakteri yang sangat banyak pada setiap pengujian juga dapat terjadi akibat kesalahan pada saat pengerjaan yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada media. Kontaminasi media juga dapat terjadi akibat sterilisasi yang kurang sempurna, atau kondisi ruangan inkubasi yang kurang steril.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

- Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. Jember: Jurusan THP FTP UNEJ.

- Azwar A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara sumber Widya, Jakarta.

- DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.

- Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

- Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman. Penerbit Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.

- Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

- Schlegel, Hans dan Karin Scmidt. 1994. Mikrobiologi Umum.

Diterjemahkan oleh Tedjo Baskoro. Yogyakarta: UGM Press

- FAO. 2001. The State of World Fisheries and Aquaculture 2000. Rome:

FAO.

(20)

- Anonim, 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri Pangan dan Keamanan Pangan.

Jurusan THP FTP UNEJ. Jember

- Hariadi, P dan Dewayanti R.H, 2009. Memproduksi Pangan Yang Aman. PT. Dian Rakyat. Jakarta

- Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dasar Perbandaran Negara merupakan dasar yang memandu dan menyelaras perancangan dan pembangunan perbandaran negara supaya lebih efisien dan sistematik khususnya bagi

Anggaran yuran keseluruhan program akademik KUIS dalam dokumen Maklumat Program ini disediakan sebagai panduan umum kepada calon/ bakal pelajar serta ibu bapa yang

Nama kegiatan ini adalah “Latihan Instruktur Dasar (LID) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Abdul Rozaq Fakhruddin Kota Yogyakarta 2017” dengan tema

Problematika atau permasalahan keuangan daerah yang biasa terjadi pada umumnya, bahkan merata di Kabuppaten/Kota seluruh Indonesia, yaitu menyangkut pajak dan

Hasil penelitian memerlihatkan bahwa kinerja akademik sebelumnya, motivasi, dan ekspektasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja akademik keseluruhan,

1:1 basis mol) minyak ikan dan VCO, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan titik leleh antara lipid terstruktur dengan campuran ( blending, 1:1 basis mol)

Analisis data menggunakan persentase untuk pengukuran identitas wisatawan dan aksesibilitas, skala Likert untuk kelengkapan dan kenyamanan dalam penggunaan fasilitas,

Keberhasilan pembelajaran merupakan harapan baik oleh institusi pendidikan maupun siswa Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran selalu diupayakan dan