• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA SEKOLAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA SEKOLAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA SEKOLAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT

OLEH:

TRI ERNAWATI 2008/00503

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Maret 2013

(2)
(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA SEKOLAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Tri Ernawati

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang (Triernawati_08@yahoo.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat, yaitu: tingkat kemiskinan(X1), beban ketergantungan (X2) dan Tempat Tinggal (X3). Penelitian ini menggunakan metode pooling atau panel yaitu kombinasi 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2008 sampai 2010. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat. (2) Beban ketergantungan tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat. (3) Tempat Tinggal di Provinsi Sumatera Barat berpengaruh signifikan dan negatif terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat dengan besaran pengaruhnya 2,4641 persen. (4) Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan, beban ketergantungan dan Tempat Tinggal terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Kata Kunci : Lama Sekolah, Kemiskinan, Beban Ketergantungan dan Tempat Tinggal.

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that affect the old school in the province of West Sumatra, namely: poverty, dependence ratio and residence. This study uses the polling method or a panel combination 19 districts / cities in West Sumatra Province from 2008 to 2010. The results showed that (1)poverty in the province of West Sumatra had no significant and negative effect on the old school in the province of West Sumatra. (2)dependence ratio and no significant negative impact on the old school in the province of West Sumatra. (3) residence in the province of West Sumatra significant and negative effect on the old school in the province of West Sumatra with a magnitude effect 2.4641 percent. (4) Taken together there is a significant effect between the level of poverty, dependency burden and Housing of the old school in the province of West Sumatra with.

.

Keywords : Years of Schooling, Poverty, dependency ratio, Location

(4)

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal penting dalam perkembangan sebuah masyarakat dan tujuan utama dalam pembangunan. Bahkan kemajuan dari suatu individu dan komunitas masyarakat tercapai dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional. Hal ini sesuai Undang – Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Hal ini telah diperkuat lagi pada pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat bahwasaya untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Indonesia juga berkomitmen kuat terhadap pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) melalui tujuan yang kedua yaitu mencapai pendidikan Dasar untuk semua.

Tabel 1 :

Perkembangan Rata – Rata Lama Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2007-2009

No Provinsi Tahun Rangking

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 NAD 8,50 8,50 8,63 17 17 17

2 SUMUT 8,60 8,60 8,65 8 8 8

3 SUMBAR 8,18 8,26 8,45 9 9 9

4 RIAU 8,40 8,51 8,56 3 3 3

5 JAMBI 7,63 7,63 7,68 12 13 13

6 SUMSEL 7,60 7,60 7,66 13 12 10

7 BENGKULU 8,00 8,00 8,23 11 11 12

8 LAMPUNG 7,30 7,30 7,49 20 20 21

9 BABEL 7,18 7,37 7,41 10 10 11

10 KEPRI 8,94 8,94 8,96 6 6 6

11 DKI JAKARTA

10,80 10,80 10,90 1 1 1

12 JOGJA 8,59 8,71 8,78 4 4 4

13 KALTENG 8,00 8,00 8,02 7 7 7

14 SULUT 8,80 8,80 8,82 2 2 2

Sumber : SUSENAS tahun 2007-2009

Rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat dari tahun ketahun cukup mengalami peningkatan yang berarti bahkan merupakan peringkat ke sembilan jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya Provinsi Sumatera Barat masih tertinggal dari provinsi- provinsi tetangga misalkan provinsi Sumatera Utara dan Riau, dimana Provinsi Sumatera Utara menduduki peringkat delapan dan Provinsi Riau menduduki peringkat tiga dari provinsi- provinsi di indonesia.

Laporan MDGs (UNDP, Bappenas 2010) mengungkapkan bahwa faktor ekonomi berupa tingkat kemiskinan yang tinggi

merupakan salah satu faktor penting penyebab putus sekolah. Pemerataan pendidikan juga terkendala oleh faktor tempat tinggal. Layanan pendidikan dan kesehatan belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Penyebab kedua, keberadaan unit sekolah rata- rata baru pada wilayah kecamatan, sehingga aksesnya relatif jauh dari pemukiman penduduk dan membutuhkan biaya transportasi. Selain biaya pendidikan, tingkat kemiskinan dan tempat tinggal, beban ketergantungan juga mempengaruhi pemerataan pendidikan.

Permintaan atau hasrat suatu keluarga untuk mendapatkan sejumlah anak ditentukan oleh preferensi keluarga itu sendiri atas sejumlah anak yang dianggap bisa terus bertahan hidup.

Rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Barat tahun 2010 yaitu sebesar 8,48 tahun. Artinya rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Barat tamat sekolah dasar atau mengalami putus sekolah di kelas 2 SMP. Ini berarti bahwa program wajib belajar Sembilan tahun belum terlaksana dengan baik di Sumatera Barat. Jika diamati antar daerah kabupaten/kota, kualitas pendidikan juga masih tergolong rendah karena 11 dari 19 kabupaten/kota memiliki rata- rata lama sekolah di bawah rata-rata Provinsi Sumatera Barat. Hal ini mungkin disebabkan sarana dan prasarana pendidikan serta pendapatan penduduk yang rendah sehingga sulit untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka dapat di rumuskan masalah sejauh mana pengaruh tingkat kemikinan, beban ketergantungan dan tempat tinggal terhadap lama sekolah di provinsi sumatera barat.

KAJIAN TEORI

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Pendidikan formal adalah jalur

1

(5)

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”.

Payaman Simanjuntak (2000:69) menuturkan, pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan bukan hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian dapat meningkatkan produktifitas kerja. Pendidikan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja atau penghasilan.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal pada manusia. Pembangunan semata- mata hanya beruang lingkup pembangunan material atau fisik berupa gedung, jembatan dan lain-lain.

Dalam Todaro (2004:425-426) :Lamanya pendidikan seseorang sangat ditentukan oleh kombinasi pengaruh beberapa variabel sebagai berikut : perbedaan upah atau pendapatan antara sektor modern dengan sektor tradisional, probabilitas keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern dengan adanya pendidikan, biaya pendidikan langsung yang harus ditanggung siswa/keluarganya, dan biaya tidak langsung dari pendidikan. Variabel lain yang sangat mempengaruhi tingkat permintaan pendidikan adalah pengaruh tradisi budaya, gender, status sosial, pendidikan orang tua, dan besarnya anggota keluarga atau beban ketergantungan. Orang – orang karena kemiskinan tidak dapat melanjutkan pendidikan akan berada dalam golongan orang-orang putus sekolah atau tidak berpendidikan yang pada akhirnya sangat sulit mendapatkan bidang pekerjaan formal.

Dalam Elfindri (2001), bahwa dari sisi permintaan,yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat pendidikan yang diinginkan, yakni dengan relatif rendahnya proporsi anak yang tidak terdaftar sekolah karena alasan letak sekolah yang jauh dengan tempat tinggal dan tidak di terima di sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian ini dilakukan di daerah kabupaten/kota provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota.

Data penelitian ini diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat yaitu dari tahun2008-2010.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Berdasarkan cara memperolehnya, jenis data ini adalah data sekunder, Berdasarkan waktu, data penelitian ini adalah data pooling yaitu gabungan antara data silang (time series) dengan data runtut waktu (cross section). Data time series yang digunakan yaitu data time series tahunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sedangkan data cross section yang digunakan adalah 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Berdasarkan sifatnya merupakan data kuantitatif (data dalam bentuk angka-angka) dan kualitatif (tidak berbentuk angka).

Cara-cara yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :1.

Studi pustaka yang dilakukan di Universitas Negeri Padan 2. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari instansi- instansi yang terkait yaitu di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat 3. Tulisan dan penggunaan sistem komunikasi internet yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu tingkat kemiskinan (X1), beban ketrgantungan (X2) dan tempat tinggal (X3). Tempat tinggal merupakan variabel dummy (variabel kualitatif).

Variabel terikatnya yaitu lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat (Y) yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Definisi Operasional :

1. Lama sekolah (Y) adalah dilihat berapa lama sekolah suatu penduduk usia 15 tahun keatas, yang diukur dengan indikator Rata-rata lama sekolah di Kabupaten / Kota di Sumatera Barat, yang di nyatakan dalm satuan tahun.

2. Tingkat kemiskinan (X1) adalah perbandingan jumlah penduduk miskin pada setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Barat terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan pada 2

(6)

setiap Kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Dinyatakan dalam persentase.

3. Beban ketergantungan atau Dependency Rasio (X2) adalah perbandingan penduduk yang berusia tidak produktif ( usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun) terhadap penduduk yang berusia produktif (antara 15 – 64 tahun) di setiap Kabupaten/Kota di sumatera Barat. Dinyatakan dalam satuan orang.

4. Tempat tinggal (X3) menggunakan variabel dummy. Variabel dummy di Provinsi Sumatera Barat bagian perkotaan adalah 0, sedangkan Variabel dummy bagian kabupaten adalah 1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Induktif

a. Uji Asumsi Klasik 1). Uji Multikolinearitas

Di peroleh hasil bahwa nilai signifikan antara sesama variabel bebas lebih kecil dari nilai VIF < 5 yang mengidentifikasikan tidak terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini.

Dengan demikian, semua variabel bebas tersebut dapat dianalisis sekaligus dalam model regresi panel. Dapat di lihat dalam lampiran 1.

2). Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode uji park.

Kriterianya apabila nilai sig > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diregresi tidak terdapat masalah heterokedastisitas. Begitu sebaliknya apabila apabila nilai sig < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas. Dapat di lihat, ternyata tidak ad variabel yang signifikan, Dimana nilai sig tidak ada yang lebih kecil dari = 0,05, dapat disimpulkan tidak terdapat heterokedastisitas, sesuai dalam lampiran 2.

3). Uji Autokorelasi

Didapatkan nilai DW sebesar 0,85.

Sedangkan dari Tabel DW dengan tingkat signifikan 0,05 didapatkan nilai dl = 1,46, du = 1,68, 4-dl = 2,54, 4-du = 2,32. Nilai DW berada pada daerah antara 0 dan du, maka dapat disimpulkan terdapat autokorelasi positif.

Menurut Gujarati dalam Ariefianto (2012:32) dampak dari adanya autokorelasi adalah standar error parameter menjadi bias.

Dengan demikan salah satu cara untuk mengoreksi kondisi ini dengan membuat formulasi standar error parameter yang tidak bias disebut dengan serial correlation robust standar error. Dalam Gujarati (2006:226) pada Eviews prosedur koreksi standar error dapat dilakukan dengan Cochrane-Orcutt, dapat di lihat dalam lampiran 3.

a. Analisis Model Regresi

Hasil pengolahan data sekunder dengan menggunakan program Eviews sesuai dalam lampiran 4, diperoleh persamaan regresi panel sebagai berikut:

Yit = 4,1004 – 0,0005 X1** - 0,0230 logX2** - 2,4641 X3*

Keterangan : ** = Tidak signifikan * = Signifikan

Dapat diketahui bahwa nilai konstanta yang diperoleh adalah sebesar 4,1004 persen.

Artinya Apabila tingkat kemiskinan (X1), beban ketergantungan (X2), dan tempat tinggal (X3) bernilai tetap, maka tingkat lama sekolah (Y) sebesar 4,1004 persen.

Bentuk pengaruh kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat (X1) terhadap tingkat lama sekolah pada Provinsi Sumatera barat selama periode 2008-2010 adalah negatif dengan koefisien regresinya sebesar 0,0005 persen.

Tingkat signifikannya 0,16 > 0,05. Hal ini berarti tingkat kemiskinan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera barat.

Bentuk pengaruh beban ketergantungan (X2) terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi sumatera barat (Y) selama periode 2008 - 2010 adalah negatif dengan koefisien regresinya sebesar 0,0230 persen. Tingkat signifikannya 0,24 > 0,05. Hal ini berarti beban ketergantungan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera barat.

Bentuk pengaruh tempat tinggal (X3) terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat (Y) selama periode 2008-2010 adalah negatif dengan koefisien regresinya sebesar 2,4641 persen. Artinya di Provinsi Sumatera Barat daerah kabupaten tingkat lama

3

(7)

sekolahnya lebih rendah sebesar 2,4641 di bandingkan di Provinsi Sumatera Barat daerah kota.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Diperoleh nilai R2 sebesar 0,67. Hal tersebut berarti 67 persen variasi tingkat lama sekolah di Provinsi sumatera barat dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel independentnya secara bersama-sama, yaitu tingkat kemiskinan (X1), beban ketergantungan (X2) dan tempat tinggal (X3). Sedangkan sisanya 15 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model atau tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

a. Pengujian Hipotesis 1). Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat kemiskinan, beban ketergantungan, dan tempat tinggal secara bersama-sama terhadap tingkat lama sekolah di Sumatera Barat. Uji F merupakan Hipotesis Pertama pada penelitian ini.

Pengkajian hipotesis secara bersama- sama dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika Prob Fhitung < , berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dan sebaliknya. Prob

Fhitung > , berarti bahwa secara bersama-

sama variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat

Berdasarkan pada lampiran 4, dapat dilihat nilai Prob Fhitung < (0,000000 <

0,05), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama- sama terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan, beban ketergantungan dan tempat tinggal terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

1. Uji Parsial

Uji parsial dilakukan dengan membandingkan nilai probability dengan tingkat kepercayaan 95 persen ( sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Hipotesis Kedua

Berdasarkan pada lampiran 4, dapat dilihat nilai probabilitas adalah sebesar 0,1603, dimana 0,1603 > = 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ditolak, bahwa tingkat kemiskinan mempunyai pengaruh

yang tidak signifikan terhadap lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

b. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan pada lampiran 4, dapat dilihat nilai probabilitas adalah sebesar 0,2355, dimana 0,2355 < = 0,05, maka Ho ditrima dan Ha ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ditolak, bahwa beban ketergantungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

c. Hipotesis Keempat

Berdasarkan pada lampiran 4, dapat dilihat nilai probabilitas adalah sebesar 0,000, dimana 0,000 < = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa tempat tinggal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

1. Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Beban Ketergantungan dan Tempat Tinggal Secara Bersama-Sama Terhadap Tingkat Lama Sekolah di Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan hasilnya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan, beban ketergantungan, dan tempat tinggal terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

2. Pengaruh Tingkat Kemiskinan (X1) terhadap lama Sekolah di Provinsi Sumatera barat.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan bahwa tingkat kemiskinan (X1) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat (Y). Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ternyata ditolak, dengan demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Tidak signifikannya pengaruh tingkat kemiskinan terhadap tingkat lama sekolah disebabkan oleh : Pertama, program dan kebijakan pemerintah sudah berjalan dengan baik dalam menekan tingkat kemiskinan, seperti dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) dan 4

(8)

Bantuan Khusus Murid Miskin (BKMM).

Kedua, budaya Masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) yang memposisikan atau menghargai pentingnya pendidikan. Meskipun berlatarbelang miskin, masyarakat Minangkabau memiliki motivasi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam Todaro (2004:425- 426) “bahwa orang-orang karena kemiskinan tidak dapat melanjutkan pendidikan akan berada dalam golongan orang-orang putus sekolah atau tidak berpendidikan”.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sesmiati (2009) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa Pendapatan orang tua berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat DO (putus sekolah) di Kenagarian Batu Plano.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Izzaty (2009) bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap pemerataan pendidikan.

Hasil penelitian, Anas dan Elfindri (2009) menggunakan biaya pendidikan sebagai variabel bebas. Dari hasil penelitiannya 63,6 persen rumah tangga kesulitan membiayai pendidikan anak karena faktor kemiskinan.

Variabel kemiskinan yang digunakan penulis telah dimodifikasi dari penelitian terdahulu.

Indikator yang digunakan adalah tingkat kemiskinan.

Dari hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan implikasi kebijakan terhadap masalah kemiskinan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat, seperti peningkatan terhadap pelayanan pendidikan. Tetap menggalakakan atau melaksanakan berbagai macam program- program pemerintah bagi rumah tangga miskin, menyediakan bantuan transportasi untuk siswa dalam komponen BOS, Bantuan Tunai Bersyarat (BTB), Bantuan Khusus Murid Miskin (BKMM)..

3. Pengaruh Beban Ketergantungan terhadap Lama Sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan bahwa beban ketergantungan (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat (Y). Hipotesis alternatif

yang diajukan dalam penelitian ini ternyata ditolak, dengan demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara beban ketergantungan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Tidak signifikannya pengaruh beban ketergantungan terhadap tingkat lama sekolah disebabkan oleh : budaya Masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) yang memposisikan atau menghargai pentingnya pendidikan. Meskipun beban tanggungan keluarganya banyak, masyarakat Minangkabau memiliki motivasi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya, guna untuk memperbaiki nasib keluarganya yang biaya pendidikannya juga di bantu oleh keluarga luasnya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan dalam Todaro (2004:425-426) yang memakai indikator besarnya anggota keluarga atau beban ketergantungan. Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Sesmiati (2009) menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat putus sekolah (drop out) di Kenagarian Batu Plano.

Sesmiati (2009) menggunakan variabel jumlah tanggungan keluarga untuk menggambarkan beban ketergantungan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Izzaty(2009), bahwa hasil penelitiannya Highly Dependency Ratio tidak berpengaruh terhadap partisipasi sekolah anak jenjang SMP dan SMA di Sumatera Barat.

Variabel kedua ini juga hasil modifikasi dari penelitian terdahulu.

Implikasi kebijakan yang perlu dilakukan dalam penelitian ini seperti mengalakkan program Keluarga Berencana (KB). Disamping itu pemerintah juga dapat melakukan berbagai usaha nyata untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi kaum wanita. Maka akan tercipta kondisi-kondisi positif yang mendorong kaum wanita menjarangkan kehamilan dan menunda perkawinan.

4. Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Lama Sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tempat tinggal (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap lama sekolah di

5

(9)

Provinsi Sumatera barat. Koefisien regresi variabel tempat tinggal adalah sebesar 2,0976 persen. Artinya di Provinsi Sumatera Barat daerah kabupaten lebih tinggi sebesar 2,0976 persen faktor tempat tinggal mempengaruhi lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat dibandingkan di Provinsi Sumatera Barat daerah kota. cateris paribus

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Izzaty (2009) dia melihat, Daerah tempat tinggal juga berpengaruh positif terhadap partisipasi sekolah, karena penduduk perkotaan lebih banyak bersekolah SMA sebesar 6,24%

dibandingkan dengan penduduk pedesaan, fasilitas layanan pendidikan menengah yang belum merata merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan pada jenjang ini, sehingga untuk bersekolah mereka harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar untuk mencapai sekolah SMA terdekat, dan penelitian yang di lakukan oleh anas dan Elfindri. Jurnal“strategi penuntasan wajib belajar 9 tahun pada level rumah tangga di Kabupaten pasaman (implikasi terhadap pencapaian MDGs)”. 2009 . Mereka melihat dalam penelitiannya adalah jarak tempuh ke sekolah yang jauh dari tempat tinggal, artinya jarak tempat tinggal yang jauh dari sekolah sehingga membutuhkan biaya transportasi untuk sampai kesekolah sehingga mereka lebih cenderung mengurungkn niatnya untuk bersekolah. Faktor lain karena daerah kota lebih baik alternatif pendidikannya daripada kabupaten, karena didaerah kabupaten masih minim alternatif tentang pendidikannya.

Dalam penelitian ini, dapat dilakukan implikasi kebijakan Seperti di Provinsi Sumatera Barat daerah Kabuputen dapat diatasi dengan upaya perluasan aksesibilitas. (1) Pemerintah dapat menambah jumlah sekolah (2) Pemerintah dapat mendirikan sekolah berasrama (3) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk transportasi siswa seperti memberikan bus sekolah yang biaya perawatan dan BBMnya subsidi dari pemerintah.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai beikut :

1. Tingkat kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

2. Beban ketergantungan berpengaruh negatif dan tidak signifikan erhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

3.Variabel tempat tinggal berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat, dengan nilai koefisiennya 2,464

4. Tingkat kemiskinan, beban ketergantungan dan tempat tinggal secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera barat.

b. Saran

Maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Maka pemerintah harus tetap menggalakkkan program – program untuk meningkatkan lamanya sekolah, seperti: seperti bantuan transportasi untuk siswa dalam komponen BOS, Bantuan Tunai Bersyarat (BTB), Bantuan Khusus Murid Miskin (BKMM) maupun program-program lain.

2. Walaupun tidak berpengaruhnya variabel beban ketergantungan terhadap lama sekolah pemerintah harus tetap mengalakkan program Keluarga Berencana (KB).

Disamping itu pemerintah juga dapat melakukan berbagai usaha nyata untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi kaum wanita. Maka akan tercipta kondisi- kondisi positif yang mendorong kaum wanita menjarangkan kehamilan dan menunda perkawinan.

3. Sangat terpencarnya keberadaan anak-anak usia sekolah yang harus dilayani, terutama yang ada di daerah-daerah yang sulit dijangkau karena kendala tempat tinggal dan transportasi. Seperti di Provinsi Sumatera Barat daerah Kabupaten dapat diatasi dengan upaya perluasan aksesibilitas. (1) Pemerintah dapat menambah jumlah sekolah (2) Pemerintah dapat mendirikan sekolah 6

(10)

berasrama (3) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk transportasi siswa seperti memberikan bus sekolah yang biaya perawatan dan BBMnya subsidi dari pemerintah.

4. Tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas yang telah penulis teliti, karena masih banyak faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi. Maka, disarankan pada peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji dan meneliti faktor-faktor lain seperti biaya pendidikan dan pendidikan orang tua yang ada di luar variabel bebas penulis teliti sehingga akan dapat diketahui seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat lama sekolah di Provinsi Sumatera Barat.

Catatan : Artikel ini disusun berdasarkan skripsi Tri Ernawati dengan Pembumbing 1 Prof. Dr.

H.Syamsul Amar, B, M.S dan Pembimbing II Muhammad Irfan, S.E, M.Si.

Daftar Rujukan:

Ariefianto, Moch. Doddy. 2012. Ekonometrika esensi dan aplikasi dengan menggunakan EViews. Jakarta: Erlangga

Anas, Yulia dan Elfindri. 2009. Jurnal Strategi Penuntasan Program Wajib Belajar Sembilan Ttahun pada Level Rumah Tangga di Kabupaten Pasaman. 14 September 2011

Badan Pusat Statistik. Sumatera Barat dalam Angka 2010. Padang : BPS

Departemen pendidikan nasional. 2005. Ikhtisar Data Pendidikan Nasional.

(http://www.depdiknas.go.id). 12 januari 2011

Elfindri. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Padang : Universitas Andalas.

Simanjuntak, Payaman. 2000. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sanjoyo. 2009. Panel Data dengan Eviews.

(www.blog forum diskusi

ekonometrika.com). November 2011 Izzaty. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi sekolah anak jenjang SMP dan SMA di Sumatera Barat. Jurnal

Sesmiati. 2009. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Drop Out di Kenagarian Batu Plano Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam. Skripsi UNP

Santoso, Djoko dan dkk. 2011. Prosiding Seminar Nasional Pemngembangan Ilmu Ekonomi dalam Menghadapi Globalisasi.

Padang : UNP Press

Todaro, Michael dan Stephen Smith. 2004.

Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga Winarno, Wing. 2009. Analisis Ekonometrika

dan Statistika dengan EVIEWS Edisi kedua. Yogyakarta : UPP SIIM YKPN

7

(11)
(12)

LAMPIRAN 1

Hasil Uji Multikolinearitas

1. Uji Multikolinearitas Persamaan X1 dan X2

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 01/12/13 Time: 07:58 Sample: 1 57

Included observations: 57

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1044.055 790.5269 -1.320707 0.1921

LOG(X2) 261.2543 192.1372 1.359728 0.1795

R-squared 0.032522 Mean dependent var 30.48579

Adjusted R-squared 0.014932 S.D. dependent var 155.8337 S.E. of regression 154.6659 Akaike info criterion 12.95487 Sum squared resid 1315684. Schwarz criterion 13.02655 Log likelihood -367.2138 Hannan-Quinn criter. 12.98273 F-statistic 1.848859 Durbin-Watson stat 2.171133 Prob(F-statistic) 0.179464

2.Uji Multikolinearitas Persamaan X1 dan X3

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 12/12/12 Time: 20:05 Sample: 1 57

Included observations: 57

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.588571 34.07305 0.193366 0.8474

X3 37.83726 42.87432 0.882516 0.3813

R-squared 0.013963 Mean dependent var 30.48579

Adjusted R-squared -0.003965 S.D. dependent var 155.8337 S.E. of regression 156.1423 Akaike info criterion 12.97387 Sum squared resid 1340924. Schwarz criterion 13.04556 Log likelihood -367.7553 Hannan-Quinn criter. 13.00173 F-statistic 0.778834 Durbin-Watson stat 2.057520 Prob(F-statistic) 0.381339

8

(13)

3. Uji Multikolinearitas Persamaan X2 dan X3

Dependent Variable: LOG(X2) Method: Least Squares Date: 01/12/13 Time: 08:00 Sample: 1 57

Included observations: 57

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.042465 0.020440 197.7764 0.0000

X3 0.111691 0.025719 4.342693 0.0001

R-squared 0.255338 Mean dependent var 4.113006

Adjusted R-squared 0.241798 S.D. dependent var 0.107569 S.E. of regression 0.093666 Akaike info criterion -1.863708 Sum squared resid 0.482531 Schwarz criterion -1.792022 Log likelihood 55.11568 Hannan-Quinn criter. -1.835849 F-statistic 18.85899 Durbin-Watson stat 0.877448 Prob(F-statistic) 0.000061

9

(14)

LAMPIRAN 2

Hasil Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: LOG(RESIDU^2) Method: Least Squares

Date: 01/12/13 Time: 08:03 Sample: 1 57

Included observations: 57

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.316548 13.01052 0.178052 0.8594

X1 -0.003200 0.001930 -1.658601 0.1031

LOG(X2) -1.106073 3.216688 -0.343855 0.7323

X3 -0.835611 0.704275 -1.186484 0.2407

R-squared 0.105540 Mean dependent var -2.858060 Adjusted R-squared 0.054910 S.D. dependent var 2.275561 S.E. of regression 2.212204 Akaike info criterion 4.493447 Sum squared resid 259.3738 Schwarz criterion 4.636819 Log likelihood -124.0632 Hannan-Quinn criter. 4.549166 F-statistic 2.084536 Durbin-Watson stat 1.504340 Prob(F-statistic) 0.113268

10

(15)

Bebas Autokorelasi LAMPIRAN 3

HASIL UJI AUTOKORELASI (Uji DW)

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 01/12/13 Time: 07:54 Sample: 1 57

Included observations: 57

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 18.94714 2.965454 6.389288 0.0000

X1 -0.000156 0.000440 -0.354566 0.7243

LOG(X2) -2.220573 0.733171 -3.028724 0.0038

X3 -2.097550 0.160524 -13.06693 0.0000

R-squared 0.849112 Mean dependent var 8.484386

Adjusted R-squared 0.840571 S.D. dependent var 1.262809 S.E. of regression 0.504222 Akaike info criterion 1.535990 Sum squared resid 13.47469 Schwarz criterion 1.679362 Log likelihood -39.77571 Hannan-Quinn criter. 1.591709 F-statistic 99.41770 Durbin-Watson stat 0.861161 Prob(F-statistic) 0.000000

Tabel Hasil Uji Autokorelasi

0 dl du 4-du 4-dl 4 0.85 1.46 1.68 2.32 2.54

Autokorelasi Negatif Tidak Ada

Kesimpulan Tidak Ada

Kesimpulan Autokorelasi

Positif

0,86 6

11

(16)

LAMPIRAN 4

Hasil Analisis Model Regresi

Dependent Variable: RESIDUAL Method: Least Squares

Date: 02/11/13 Time: 10:09 Sample (adjusted): 2 57

Included observations: 56 after adjustments Convergence achieved after 2 iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

AR(1) 0.529114 0.107899 4.903774 0.0000

R-squared 0.303120 Mean dependent var 0.018617

Adjusted R-squared 0.303120 S.D. dependent var 0.474213 S.E. of regression 0.395870 Akaike info criterion 1.002234 Sum squared resid 8.619220 Schwarz criterion 1.038401 Log likelihood -27.06256 Hannan-Quinn criter. 1.016256 Durbin-Watson stat 1.937019

Inverted AR Roots .53

Dependent Variable: Y-0.529114*Y(-1) Method: Least Squares

Date: 02/11/13 Time: 10:20 Sample (adjusted): 2 57

Included observations: 56 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.100467 0.521257 7.866505 0.0000

X1-0.529114*X1(-1) -0.000476 0.000334 -1.424505 0.1603 LOG(X2)-0.529114*X2(-1) -0.022957 0.019126 -1.200292 0.2355 X3-0.529114*X3(-1) -2.464058 0.252799 -9.747093 0.0000

R-squared 0.671568 Mean dependent var 4.043989

Adjusted R-squared 0.652620 S.D. dependent var 0.735240 S.E. of regression 0.433343 Akaike info criterion 1.234174 Sum squared resid 9.764871 Schwarz criterion 1.378842 Log likelihood -30.55687 Hannan-Quinn criter. 1.290261

F-statistic 35.44267 Durbin-Watson stat 1.874084

Prob(F-statistic) 0.000000

12

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Dengan model pembelajaran inkuiri siswa dituntut untuk terlibat secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar, lebih terarah, logis dan sistematis pada

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi 7-24 bulan Di Desa Srigading, Sanden, Bantul diperoleh faktor dominan yang mempengaruhi

Indonesian constitution was amended in 1999 and requested for local government to establish bottom up planning process that has been set as a standard approach to accommodate

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi