• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

(2)

2 Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan harus mencakup dua aspek yaitu aspek fisik non-manusia dan aspek manusia. Aspek fisik yaitu pembangunan infrastruktur, ekonomi dan segala sesuatu yang kelihatan, sedangkan yang termasuk pembangunan manusia, misalnya kualitas kemampuan warga dalam hal intelektual, ketrampilan, etika dan sebagainya.

Keberhasilan pembangunan di masing-masing aspek sangat menentukan keberhasilan mencapai tujuan masyarakat yang baik dan sejahtera.

Tujuan mencapai masyarakat yang baik dan sejahtera adalah juga merupakan tujuan pembangunan di Indonesia mulai dari sejak kemerdekaannya sampai sekarang, yang terungkap secara sangat mendasar dalam seluruh sila Pancasila, Mukadimah UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945. Tetapi, kalau kita melihat berita koran-koran dan berbagai media komunikasi massa lainnya di Indonesia, gambaran kesejahteraan yang dirumuskan di atas atau yang dikumandangkan itu, dalam beberapa aspek kurang menunjukkan jejak-jejaknya secara nyata.

Media komunikasi massa di Indonesia sepertinya dari hari ke hari tidak pernah lepas dari berbagai berita kriminal yang kelihatannya justru semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Misalnya, biasanya masalah eksploitasi sesama manusia dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap yang lemah; tetapi pada jaman sekarang di antara kaum lemah sendiripun, sering ditemukan tindakan saling mengeksploitasi.

Bahkan akhir-akhir ini juga ada berita kriminal ironis yang sangat mendominasi berita di Indonesia yaitu tentang korupsi dan suap yang bahkan sudah menjangkiti para praktisi hukum (jaksa, hakim), yang sebenarnya harus menjadi orang yang menegakkan hukum dengan mengadili dan menindak mereka yang melakukan kejahatan itu. Semua berita ini sama sekali tidak

(3)

3 menggambarkan adanya kesejahteraan dan hidup baik dari masyarakat Indonesia. Tiap manusia Indonesia diharuskan berjuang sendiri-sendiri dan bersaing untuk mencapai kesejahteraannya, sekalipun akhirnya mereka harus saling mengorbankan sesamanya. Menyimak semua ini, apakah ada sesuatu yang salah dalam pembangunan Indonesia? Berdasarkan kenyataan, kalau pembangunan di Indonesia dilihat secara teliti dan kritis, akan langsung terlihat bahwa pembangunan non fisik masih kurang mendapat perhatian, misalnya: pembangunan di bidang etika.

Padahal, bidang etika merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk dirinya secara pribadi maupun untuk kehidupan bersama. Tiap manusia dalam hidup kesehariannya tidak pernah lepas dari penilaian baik dan buruk, karena sebagian besar dari tingkah lakunya selalu berdasarkan pada penilaian tersebut, baik yang sengaja dilakukan maupun yang dilakukan secara naluriah (Bertens 2007:3-15).

Bertens (2007:11-15) bahkan mengatakan bahwa moralitas atau kesadaran akan yang baik dan buruk, apa yang boleh dan apa yang dilarang, apa yang harus dilakukan dan tidak pantas untuk dilakukan, merupakan ciri khas manusia karena pada makhluk lain tidak ada kesadaran tersebut. Jadi etika mewarnai kegiatan manusia di segala bidang, termasuk juga di bidang pembangunan negara dan kemanusiaan. Mengingat peran dan fungsi etika yang mengatur hampir di setiap bidang kehidupan di dalam masyarakat secara pribadi dan kelompok, maka suatu kepincangan dalam bidang etika yang terjadi akan membuat ruang pembangunan fisik dan spiritual masyarakat menjadi tidak sehat dan tidak nyaman. Hal yang dipandang sebagai salah satu kepincangan etis yang terjadi sehingga menjadi sumber perdebatan dan diskusi adalah aborsi.

(4)

4 Aborsi di Indonesia dapat dikatakan sebagai masalah tetapi dapat juga dikatakan sebagai bukan masalah. Aborsi dapat dikatakan sebagai bukan masalah dengan melihat sikap permisif dari budaya berbagai suku dan etnis di Indonesia. Hal ini misalnya didukung oleh eksistensi dukun aborsi dari jaman ke jaman, ramuan tradisional (jamu) yang sudah dikenal secara umum untuk menggugurkan kandungan, pengetahuan umum tentang jenis buah dan tumbuhan yang bisa menyebabkan gugurnya janin dalam kandungan. Sedangkan fakta yang menunjukkan bahwa aborsi adalah masalah, misalnya dapat dilihat dalam pemberitaan banyak media massa di seluruh Indonesia tentang terbongkarnya berbagai kasus praktik aborsi ilegal, baik oleh dokter ataupun dokter gadungan.

Sejak awal tahun 2009, kontroversi tentang aborsi di Indonesia memang semakin sering terdengar. Aktualitas kontroversi aborsi ini terekspresikan melalui kehebohan pemberitaan berbagai media massa di seluruh Indonesia.

Misalnya: kehebohan berita yang memaparkan penggrebekan Klinik Dr. Abdullah di Jakarta, dan praktik aborsi oleh dokter gadungan di Semarang (Kompas, 26 Februari 2009; Kompas, 25 Maret 2009; Jawa Pos, 25 Maret 2009 dan Tempo edisi 11-17 Mei 2009). Dari kasus “Klinik Dr. Abdullah” terlihat, bahwa apa yang sudah dengan jelas dan tegas dilarang menurut hukum, masih sering dilakukan, yang disamarkan sebagai praktik klinik biasa.

Klinik ini sudah beroperasi selama 10 tahun dengan latar belakang pasien aborsi yang berbeda-beda, mulai dari pelajar, mahasiswa sampai dengan para ibu rumah tangga, dan setiap tahunnya rata-rata aborsi yang dilakukan adalah 1000 kali (Kompas, 27 Pebruari 2009; Tempo edisi 11-17 Mei 2009).1

1 Berita heboh terbaru adalah berita tentang dokter aborsi di Cilacap yang dimuat di Tabloid NYATA edisi 2126, April 2012, halaman 46 dan 47.

(5)

5 Semua kontroversi dan kehebohannya menunjukkan bahwa di dalam masyarakat secara nyata ada lebih dari satu pandangan etis tentang aborsi. Misalnya: pandangan etis yang secara tidak langsung menyatakan persetujuannya dengan aborsi, yang ditunjukkan oleh kenyataan tentang laris manisnya klinik aborsi yang ilegal. Sedangkan pandangan etis yang menolak aborsi ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat pada penolakan terhadap praktik-praktik dalam kasus-kasus yang terkuak di Jakarta dan Semarang. Analisis semua kejadian itu memunculkan berbagai pertanyaan dalam diri peneliti: benarkah pandangan etis yang mereka miliki itu? Apakah pernyataan menolak aborsi itu sungguh menolak praktik aborsi? Apakah orang-orang yang terlibat dan melakukan aborsi di klinik-klinik tersebut memang sungguh menerima tindakan aborsi? Ataukah pernyataan-pernyataan itu hanya merupakan ungkapan sikap

“ikut arus”? Apakah mereka mengerti apa dan bagaimana aborsi itu sesungguhnya? Ataukah mereka hanya tahu bahwa aborsi itu merupakan salah satu langkah bersifat solutif? Kemunculan pertanyaan-pertanyaan ini didukung oleh budaya di Indonesia tentang kekurangterbukaan di dalam mengemukakan pandangan pribadi, khususnya untuk hal-hal yang tabu, menentang arus dan sebagainya.

Aborsi memang merupakan masalah yang bersifat polemik, berkaitan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) dari banyak sudut pandang: hak hidup, hak kebebasan, hak akan pelayanan kesehatan reproduksi dan sebagainya. Mengingat kaitannya dengan persoalan HAM, khususnya tentang hak hidup, maka masalah aborsi merupakan masalah penting untuk didekati dan dimengerti secara benar. Sebenarnya, sudah ada hukum tentang aborsi yang berlaku secara resmi di Indonesia, yaitu yang tertulis dalam UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, Bab X tentang

(6)

6 Kesehatan Reproduksi, nomor 80-86.2 Tetapi, ternyata ada ketidaksesuaian antara yang tidak diharapkan oleh hukum tersebut dengan kenyataan praktik aborsi secara umum. Sesuai dengan kaidah hukum tersebut, seharusnya di Indonesia tidak ada tindakan dan praktik aborsi. Faktanya, jumlah aborsi di Indonesia mencapai angka yang tinggi sekali, seperti diungkapkan dalam Seminar di Blora, Jawa Tengah yang bertemakan: “Kebijakan Perlindungan Perempuan dan Remaja Putri”. Pembicara memunculkan data, yang diambil dari Jurnal Medis The Lancet, edisi Oktober 2006. Data itu mengatakan bahwa jumlah kasus aborsi di dunia tiap tahun berkisar 19 – 20 jutaan. Dan di Indonesia, setiap tahunnya terjadi 2,6 juta kasus aborsi (Kompas, 4 Juli 2009, Tempo edisi 11-17 Mei 2009). Jadi prosentase kasus di Indonesia termasuk yang sangat tinggi, yaitu sekitar 13%, dari kasus total di dunia. Realitas ini bertentangan dengan hukum yang melarang tindakan aborsi kecuali kalau ada indikasi medis.3

Walaupun perdebatan secara terbuka tentang aborsi sudah ada di Indonesia dan sudah cukup banyak orang yang mengungkapkan pendapatnya, mereka yang terlibat di dalamnya adalah kelompok elit tertentu, yang sudah memiliki pengetahuan tentang aborsi dan bukan termasuk dalam golongan masyarakat kecil, mayoritas penduduk Indonesia. Jadi, ada ketidakjelasan tentang bagaimana sebenarnya pandangan etis golongan masyarakat kecil yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Situasi dan kondisi masyarakat inilah yang menjadi

2 Walaupun sebagian dari rumusan-rumusan hukum itu merupakan rumusan yang multitafsir. Juga ada beberapa perbedaan di antara isi hukum yang satu dengan yang lain. Semua ini dijelaskan dalam bagian konseptual, halaman 221-224 dan bagian normatif, halaman 287-290.

3 Pasal-pasal KUHP yaitu pasal 299 (ayat 1, 2, 3), pasal 346 sampai dengan pasal 349 dan pasal 535, UU Kesehatan no. 23 tahun 1992, pasal 15 dan 80 beserta dengan penjelasannya, UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 83 (ayat 3).

(7)

7 latar belakang penelitian ini. Kemudian, dalam proses selanjutnya, masyarakat kecil yang luas tersebut akan dikerucutkan pada responden dengan jumlah tertentu.4

Berdasarkan situasi dan kondisi itu pula, dirumuskanlah tiga tujuan yang hendak dicapai pada akhir penelitian. Pertama, penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana dan sejauh mana pengertian responden tentang apa, mengapa dan bagaimana aborsi itu. Kedua, menjelaskan bagaimanakah sesungguhnya persepsi etis responden tentang aborsi. Dan yang terakhir, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi responden sampai akhirnya mereka memiliki persepsi etis tersebut. Untuk mencapai ketiga tujuan di atas, perlu dilakukan analisis dengan teori-teori yang sesuai. Karena itu, dipilihlah dua teori utama, yaitu: teori imperatif kategoris kehendak baik dan kehendak bebas Immanuel Kant dan teori jenjang-jenjang pemahaman moral menurut Lawrence Kohlberg. Immanuel Kant adalah salah seorang filsuf besar dalam bidang filsafat moral atau etika. Melalui banyak karyanya, dia berhasil memberikan dasar-dasar etika. Sedangkan Lawrence Kohlberg dikenal sebagai seorang tokoh dalam bidang psikologi moral, yang menganalisis bagaimana pertumbuhan seseorang dalam kemampuan mengadakan penilaian etis.

Untuk menjelaskan ketiga tujuan di atas, penyajian tulisan dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu bagian deskriptif, bagian konseptual dan bagian normatif. Bagian deskriptif yang mengawali tulisan penelitian, akan memaparkan secara panjang lebar proses penelitian, mulai dari proses pemilihan lokasi, pemilihan responden dan data-data serta informasi yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan bagian konseptual menjelaskan berbagai konsep yang akan digunakan untuk menilai perikeadaan dan penerapan etis yang sudah

4 Pemilihan lokasi dan proses penentuan responden dijelaskan dalam Bagian Deskriptif, halaman 22-38.

(8)

8 dijelaskan dalam bagian deskriptif. Kemudian bagian besar terakhir, yaitu bagian normatif, merupakan pemaparan tentang penggunaan konsep yang sudah dijelaskan dalam bagian konseptual untuk menganalisis data dan informasi yang dipaparkan di bagian deskriptif. Akhirnya, tulisan dari penelitian ini ditutup dengan sebuah kesimpulan umum yang merangkai semua temuan penelitian, baik dari bidang deskriptif maupun bidang konseptual, menjadi satu tesis yang ringkas dan padu.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data menggunakan smartPLS menunjukkan bahwa suasana atau atmosfer Rumah Kopi Ranin berpengaruh sebesar 45,83% terhadap keputusan pembelian,

Berdasarkan hasil refleksi dilakukan beberapa perbaikan, yaitu (a) guru perlu memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (b)

gyakorlatot, megjegyezve, hogy mindezt még a Beneš által terjesztett propaganda is tetézi. Maga sem tartotta helyénvalónak a magyarokat egy kalap alá venni a zsidókkal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol ® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan pada level yang

Manfaat lain dari penggunaan media sistem informasi berbasis Web bagi masyarakat, konsumen dan pelanggan adalah website sangat bermanfaat yaitu memudahkan konsumen

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

1) Pertama, agama (din), merupakan kumpulan akidah, ibadah, ketentuan dan hukum yang telah disyari„atkan Allah SWT untuk mengatur hubungan antara manusia dengan

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini dengan melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai