• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri industri baru yang muncul. Industri industri ini tidak hanya bisnis yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. industri industri baru yang muncul. Industri industri ini tidak hanya bisnis yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah melanda semua lapisan kehidupan, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Akibat dari globalisasi yang menyebar sangat cepat, banyak sekali industri – industri baru yang muncul. Industri – industri ini tidak hanya bisnis yang berbasis pada tenaga kerja (labor based business) melainkan bisnis yang berbasis pada ilmu pengetahuan (knowledge based business). Selain itu, globalisasi juga mendatangkan tantangan tersendiri bagi organisasi atau perusahaan. Mereka dituntut untuk menciptakan ciri khas atau karakter dari produk mereka sehingga bisa menciptakan keunggulan dan bersaing dengan perusahaan lain.

Dengan munculnya perusahaan baru yang berbasis pada ilmu pengetahuan maka akan timbul efek domino bagi perusahaan yang masih berbasis tenaga kerja.

Mereka akan dipaksa beralih dari bisnis yang berbasis tenaga kerja menjadi bisnis yang berbasis ilmu pengetahuan, yaitu dengan mengalihkan investasinya ke aset tidak berwujud. Menurut PSAK No 19 (Revisi 2009), aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui intellectual capital dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing (Guthrie, 2000).

Clark et al, 2011 (dalam Oktavia, 2014:2) berpendapat dalam perusahaan yang berbasis pengetahuan, sumber terpenting bukanlah aset berwujud seperti gedung, mesin, dan bangunan, tetapi yang terpenting adalah aset tak berwujud yang

(2)

merupakan modal intelektual. Modal intelektual didefinisikan sebagai penjumlahan dari setiap komponen-komponen yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Putri, 2016:2).

Di Indonesia, intellectual capital atau modal intelektual masih belum berkembang luas. Belum berkembang luas dalam segi pengukuran dan pengungkapannya sehingga pengukuran dan pengungkapannya masih belum jelas.

Maesaroh (2015:2) juga sepakat dengan pernyataan itu bahwa saat ini baru berkembang topik mengenai modal intelektual, sehingga keberadaan dan pengukurannya dalam laporan keuangan perusahaan pun masih belum jelas dan belum dapat dipastikan, hal tersebut disebabkan modal intelektual bersifat tidak berwujud dan non-fisik. Keterbatasan informasi tersebut berdampak pada penggunaan modal intelektual di Indonesia sehingga masih banyak perusahaan yang menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya. Kuryanto dan Muchamad (2009:129) mengatakan bahwa perusahaan - perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal

intelektual perusahaan.

Modal intelektual mulai diperkenalkan di Indonesia sejak diterbitkan PSAK No 19 (Revisi 2009) mengenai aset tidak berwujud atau intangible asset. Menurut IAI (2007) intangible asset atau aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan untuk pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Menurut PSAK No.19 (Revisi

(3)

2009) intangible asset terdiri dari ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Selain itu juga disebutkan piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta,

film gambar hidup, daftar pelanggan, hak penguasaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar.

Penelitian tentang intellectual capital telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tan et al (2007) meneliti hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROE, EPS, dan ASR.

Penelitian itu serupa dengan penelitian yang dilakukan Yaputra dan Prasetyo (2012) yang menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ROE dan EPS. Tetapi penelitian tersebut bertentangan dengan Kuryanto dan Syafruddin (2009) yang meneliti hubungan antara modal intelektual dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on equity (ROE), earning per share (EPS) dan annual stock return (ASR). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modal

intelektual yang diukur menggunakan VAIC tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, EPS dan ASR sebagai indikator dari kinerja perusahaan.

Muna (2014) meneliti tentang pengaruh intellectual capital terhadap return saham melalui kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HCE dan

(4)

CEE berpengaruh positif terhadap ROE dan EPS, sedangkan SCE tidak berpengaruh positif terhadap ROE dan EPS.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya masih terdapat research gap peneliti tertarik untuk menguji kembali penelitian ini dengan judul “PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN (STUDI

PADA PERUSAHAAN INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI DI BURSA EFEK INDONESIA)”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Soetedjo dan Safrina, 2014. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengganti tahun pengamatan yaitu dari tahun 2012 - 2015 dan mengganti proxy dalam variabel dependennya yaitu earning per share (EPS) dan return on equity (ROE). Peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan bukan hanya

diukur dari laporan keuangan saja tetapi juga diukur dari pasar modalnya. Selain itu, peneliti ingin mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat modal tertentu.

Kinerja keuangan adalah gambaran dari kondisi keuangan sebuah perusahaan pada periode tertentu dan diukur melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS) dan return on equity (ROE).

Earning per share adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar laba yang dihasilkan pada setiap lembar saham biasa. Para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Prastowo dan Juliaty, 2005:99). Semakin tinggi angka intellectual capital, maka akan semakin tinggi pula angka EPS.

(5)

Return on equity adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi angka intellectual capital, maka akan semakin bagus pula profitabilitas yang dihasilkan perusahaan yang menggunakan ROE sebagai alat ukur.

Perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 - 2015. Sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dipilih sebagai objek penelitian ini karena masih jarang yang melakukan penelitian di perusahaan sektor ini. Selain itu, Presiden Joko Widodo juga sedang berusaha meningkatkan pembangunan infrastruktur di Indonesia sehingga perusahaan sektor ini menarik untuk dijadikan objek penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap earning per share pada perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi?

2. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap return on equity pada perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi?

(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap earning per share pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap return on equity pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Kontribusi Praktis

Bagi perusahaan infrastruktur, utilitas, dan transportasi, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kinerja keuangannya.

Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi manajemen perusahan – perusahaan di Indonesia agar semakin meningkatkan kualitas pengelolaan aset perusahaannya terutama aset tak berwujud guna mendapatkan keunggulan bersaing. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi para investor maupun kreditur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menanamkan modal dalam perusahaan dengan memperhatikan intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan.

(7)

2. Kontribusi Teoritis

Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kinerja keuangan, memperkaya wawasan analisis laporan keuangan dan intellectual capital, dan sebagai fondasi akan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

3. Kontribusi Kebijakan

Bagi pihak manajemen, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan kebijakan-kebijakan perusahaan. Terutama yang berkaitan dengan penerapan intellectual capital sehingga perusahaan bisa mendapatkan keunggulan bersaing

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar pembahasan tidak terlalu luas, sehingga masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dimengerti dan dipahami. Dalam penelitian ini penulis membahas kinerja keuangan pada beberapa perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2015 dengan menggunakan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Intellectual capital yang diukur dengan VAIC (value added intellectual coefficient) terhadap EPS (earning per share)

2. Intellectual capital yang diukur dengan VAIC (value added intellectual coefficient) terhadap ROE (return on equity)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah Pertama, model pembelajaran hybrid learning dengan pendekatan problem based learning pada mata kuliah Pengantar Sosiologi di

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepenting an masyarakat setempat sesuai dengan

Dalam hal selling, jika karyawan parts sales memiliki hambatan dari dalam diri, seperti mudah putus asa ketika calon pembeli atau pelanggan menolak untuk membeli suku

Jenis rumput laut yang digunakan sebagai bahan mentah untuk pengolahan refined karagenan adalah karagenofit, yaitu rumput laut yang mengandung karagenan dari kelas alga

Kant memahami hukum moral menjadi perintah atau apa yang ia sebut 'imperatif kategoris' yang harus kita ikuti karena itu adalah kewajiban moral kita untuk bertindak sesuai dengan

Lampiran 5 Bagan alir uji in vitro inhibisi ekstrak terhadap aktivitas lipase pankreas + 0,25 mL larutan Na-dietilditiokarbamat + 4 mL kloroform-heptana (1:1) dikocok + 2,5

Dalam keadaan khusus, evaluasi Mata Kuliah Umum tidak dapat dilakukan/diselesaikan oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut sesuai dengan jadwal yang telah

Pada penelitian ini akan dibandingkan daya saing ekspor kakao Indonesia dengan negara lain yaitu Pantai Gading dan Ghana pada saat setelah diberlakukannya bea keluar oleh