BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaan untuk merespon setiap perubahan yang terjadi di dalam segala bidang, baik produksi maupun jasa. Problem sentral yang dihadapi perusahaan- perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut menarik pelanggan dan mempertahankannya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan aktivitas perusahaan, tetapi dalam pemasaran modern seperti ini paradigma pemasaran telah bergeser, tidak hanya menciptakan transaksi untuk mencapai keberhasilan pemasaran, tetapi perusahaan juga harus menjalin hubungan dengan pelanggan dalam waktu yang panjang. Paradigma ini disebut dengan relationship marketing (hubungan pemasaran). Dasar pemikiran dalam praktek pemasaran ini adalah membina hubungan yang lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan.
Relationship marketing mampu memperdayakan kekuatan keinginan pelanggan dengan tekanan tekhnologi informasi untuk memberikan kepuasaan pada pelanggan. Cakupan relationship marketing ini meliputi tuntutan manajemen mutu terpadu secara global untuk menghadapi kebutuhan bisnis pelanggan dengan
lebih agresif. Strategi bisnis difokuskan pada kelanggengan dan pemuasan pelanggan serta bekerja untuk mengantisipasi kebutuhan serta penyesuaian hasil produk. Salah satu indikator yang cukup handal untuk kelangsungan hidup dan keuntungan dari suatu proses bisnis adalah kelanjutan dari kepuasan pelanggan, diperkirakan untuk menarik satu pelanggan baru diperlukan biaya mulai dari lima sampai lima belas kali, dibandingkan dengan menjaga hubungan dengan satu pelanggan lama.
Relationship marketing adalah hubungan dan ikatan jangka panjang antara produsen, konsumen dan pemasok serta pelaku lainnya, intinya menyangkut hubungan yang langgeng, hubungan yang langgeng, saling percaya dan ketergantungan antara produsen dan konsumen. Konsep relationship marketing sangat menekankan pada pentingnya hubungan baik dalam jangka panjang antara konsumen dan infrasutruktur pemasaran, yang dapat menciptakan kesadaran dalam bentuk hubungan dan komitmen yang menyeluruh.
Relationship marketing merupakan pendekatan yang bersifat jangka panjang, dimana hal ini berbeda dengan pendekatan pemasaran tradisional yang lebih berorientasi pada tujuan jangka pendek. Tujuan dari pemasaran transaksional adalah untuk mendapatkan pelanggan semata, sedangkan tujuan dari relationship marketing adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan.
Relationship marketing adalah pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan. Untuk
menghasilkan kepuasan pelanggan melalui program relationship marketing, perusahaan sangat perlu memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Relationship marketing yang terdiri financial benefit, social benefit, dan structural ties telah menjadi landasan dari kegiatan komunikasi pemasaran pada pelanggan yang telah dimiliki oleh PT ALS. Ketiga pendekatan ini saling berhubungan dan terikat dalam menciptakan hubungan yang lebih erat lagi kepada penumpang sehingga terjalin suatu persahabatan.
Relationship marketing ini biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada perusahaan transportasi, karena transportasi merupakan salah satu penyedia jasa yang menerapkan adanya keramahtamahan dengan konsumen.
Transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam membantu roda perekonomian. Suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri secara total dalam memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, sehingga daerah tersebut membutuhkan daerah lain sebagai pendukung, sarana penghubungnya adalah pengangkutan atau transportasi. Dewasa ini, perkembangan persaingan bisnis bus antar kota dan lintas provinsi baik yang kecil maupun yang besar sangat ketat.
Keputusan untuk menggunakan jasa bus antar kota lintas provinsi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan adalah jawaban yang tepat dari masalah kebutuhan yang dirasakan konsumen. Konsumen tersebut membutuhkan pelayanan dan kenyamanan sewaktu di perjalanan, serta keamanan untuk sampai ke tujuan dengan selamat, dengan perilaku tersebut maka muncullah pelayanan jasa
dibidang transportasi dengan Rute Medan_Padang yang dikelola oleh banyak perusahaan yang memiliki rute yang sama.
PT. Antar Lintas Sumatera (ALS) merupakan salah satu perusahaan jasa angkutan yang terbesar, yang telah beroperasi di Medan sejak tahun 1969. Jenis kenderaan yang digunakan pertama kali adalah Merzedes Benz dengan 8 (delapan) armada dan rata-rata penumpang sebanyak 40 orang. Saat ini armada yang dimiliki PT. ALS sudah mencapai 293 armada. PT. ALS saat ini telah memiliki izin beroperasi ke berbagai daerah di Sumatera dan Jawa.
Tabel 1.1
Jenis dan Jumlah Kapasitas PT.ALS Rute Medan-Padang Pada Tahun 2009
No. Jenis Kapasitas
1 Ekonomi 45 seat
2 AC Non Toilet 45 seat
3 AC Toilet 35 seat
4 Super Eksekutif 2.1 21 seat
5 Super Eksekutif 2.8 28 seat
Sumber: PT.ALS., 2010. (Data Diolah)
Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa kapasitas seat pada bus PT. ALS Rute Medan-Padang dari jenis kelas Ekonomi dan AC Non Toilet lebih besar daripada jenis lainnya yaitu sebanyak 45 seat, sementara kelas Super Eksekutif 2.1 memiliki jumlah seat yang paling sedikit hanya sebanyak 21 seat. Hal ini dikatenakan jumlah seat yang telah disesuaikan dengan jenis bus, agar tetap dapat menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang.
Umumnya pengguna bus PT. ALS merupakan penumpang yang bekerja di Medan atau daerah yang dilewati oleh rute tersebut, para penumpang, dan mahasiswa yang ingin berlibur ke Medan maupun ke Padang. Hari libur seperti
hari Sabtu dan Minggu, serta hari-hari libur lainnya akan terjadi lonjakan penumpang yang begitu padat, harga tiket pada PT. ALS juga bervariasi sesuai dengan jenis bus. Jumlah penumpang PT. ALS Rute Medan-Padang Kelas Super Eksekutif 2.1 dapat kita lihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Jumlah Pelanggan Kelas Ekonomi PT. ALS Rute Medan-Padang Kelas Super Eksekutif 2.1
Pada Tahun 2009
No. Bulan Jumlah Penumpang
(Orang)
1 Januari 459
2 Februari 422
3 Maret 475
4 April 462
5 Mei 480
6 Juni 689
7 Juli 736
8 Agustus 598
9 September 462
10 Oktober 562
11 November 489
12 Desember 580
Jumlah 6384
Sumber: PT. ALS., 2010. (Data Diolah)
Tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2009 PT. ALS Rute Medan- Padang Kelas Super Eksekutif 2.1 memiliki jumlah pelanggan yang naik turun tiap bulannya, dan terlihat pula bahwa jumlah pelanggan terbanyak pada bulan Juli, yaitu sebanyak 736 atau sebesar 11,53%. Jumlah pelanggan sedikit terdapat pada bulan Februari yaitu sebanyak 422 orang atau sebesar 6,61%. Penurunan dan kenaikan jumlah penumpang ini diduga karena kurangnya Relationship Marketing yang diciptakan oleh PT. ALS, disamping semakin ketatnya persaingan antar perusahaan transportasi.
Tujuan dari suatu bisnis pada dasarnya adalah menciptakan kepuasan pada pelanggan, dapat dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan atau keinginan, dan harapan mereka. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar adalah dengan memperoleh pelanggan dalam jumlah banyak, dan tentu saja mampu memberikan nilai kepuasan pada pelanggan. Hal inilah yang dilakukan perusahaan untuk menghadapi persaingan bisnis transportasi yang semakin gencar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Relationship Marketing terhadap kepuasan pelanggan pada PT. Antar Lintas Sumatera (ALS) Rute Medan Padang Kelas Super Eksekutif 2.1?”
C. Kerangka Konseptual
Kepuasan pelanggan adalah suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja produk sesuai dengan harapan pembeli, (Kotler; Amstrong, 2001:298).
Perusahaan harus memutuskan tingkat dimana mereka ingin membangun hubungan dengan segmen pasar dan pelanggan yang berbeda. Pemasaran pada saat ini lebih mengkhususkan untuk membangn ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan melalui manfaat financial, social, dan ikatan struktural.
Perusahaan dapat membangun ikatan yang lebih kuat, dengan membangun nilai dan kepuasan pada pelanggan melalui 3 pendekatan, yakni Financial Benefit,
Social Benefit, dan Structural Ties, (Kotler; Amstrong, 2001: 304). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat kerangka konseptualnya yang dapat kita lihat pada Gambar 1.1.
Relationship Marketing (X):
Gambar: 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Kotler; Amstrong (2001:304)
D. Hipotesis
Sehubungan dengan adanya rumusan masalah, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: “Relationship Marketing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada PT. ALS Rute Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1”.
Financial Benefit (X1)
Social Benefit (X2)
Structural Benefit (X3)
Kepuasan Pelanggan (Y)
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
“Relationship Marketing yang terdiri dari Financial Benefit, Social Benefit, dan Structural Ties terhadap kepuasan pelanggan PT. ALS Rute Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1”.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan tentang “Relationship Marketing” yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah serta memperluas wawasan penulis mengenai “Relationship Marketing” terhadap kepuasan pelanggan.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasionalisasi
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Independen (X) terdiri dari: Financial Benefit (X1), Sosial Benefit (X2), Structural Ties (X3)
b. Variabel Dependen (Y) adalah kepuasan pelanggan PT. ALS Rute Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1
2. Definisi Operasionalisasi
Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, terdiri dari:
a. Variabel Bebas, yaitu:
Relationship Marketing :
Hubungan Pemasaran (Relationship Marketing) adalah strategi pemasaran jangka panjang yang dimiliki oleh PT. ALS untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan ikatan jangka panjang yang terus menerus dengan penumpang, terdiri dari:
1) Financial Benefit (X2)
Manfaat Finansial (Financial Benefit) adalah pemberian manfaat keuangan dan ekonomis berupa penghematan biaya yang dikeluarkan oleh penumpang, baik dengan harga tiket maupun harga makanan yamg disediakan di stasiun, pemberian diskon- diskon khusus serta promo perjalanan lain pada waktu tertentu.
2) Social Benefit (X3)
Manfaat Sosial (Social Benefit) adalah peningkatan hubungan dengan mempelajari kebutuhan dan keinginan para penumpang bahkan memberikan sesuatu yang sifatnya pribadi. Perhatian khusus yang diberikan pada penumpang yang diwujudkan melalui pelayanan, informasi mengenai tiket perjalan, serta suara layanan konsumen.
4) Structural Ties (X4)
Ikatan Struktural (Structural Ties) adalah membangun hubungan yang lebih kuat dengan penumpang, dalam hal ini Structural Ties mengarah pada penghargaan dan penertian yang tinggi yang diberikan perushaan kepada konsumennya. Ikatan struktural tercipta melalui penyediaan jasa kepada klien yang dirancang khusus dalam sistem penyampaian jasa kepada klien berangkutan, sehingga konsumen merasa dihargai dan mempunyai ikatan yang kuat terhadap perusahaan.
b. Variabel Terikat, yaitu:
Kepuasan Pelanggan (Y) adalah tingkat perasaan penumpang PT. ALS Rute Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1 setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan mempunyai deskripsi yakni memenuhi tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kriteria kinerja spesifik, seperti kualitas, layanan, atau keandalan pengiriman tepat waktu.
Berdasarkan definisi operasional yang telah dikemuka n, maka peneliti merumuskan mekanisme penganalisaan variabel, yang dapat kita lihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala Ukur
Financial Benefit (X1)
a. Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal dibandingkan dengan jasa perusahaan angkutan lainnya.
b. Kenaikan tarif harga berlaku pada hari libur nasional.
c. Pemberian diskon khusus kepada penumpang.
Skala Likert
Social Benefit (X2) a. Pemberian informasi yang akurat pada penumpang mengenai informasi keberangkatan.
b. Petugas ticketing antusias
membantu para calon penumpang dalam hal pembelian tiket
perjalanan.
c. Supir dan Kernet bersikap sopan dan ramah
Skala Likert
Structural Ties (X3) a. Tersedianya layanan pemesanan tiket melalui via telephone.
b. Tersedianya layanan jasa pengiriman barang.
c. Adanya hotline service d. Tersedianya suara kotak
konsumen
Skala Likert
Kepuasan Pelanggan (Y)
a. Perasaan puas dengan keseluruhan pelayanan saat menggunaan jasa transportasi ALS.
b. Pelayanan supir dan kernet sesuai dengan harapan penumpang.
c. Fasilitas di dalam bus memenuhi harapan penumpang
Skala Likert
Sumber: Kotler; Amstrong (2001). (Data Diolah Penulis)
3. Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel bebas dan terikat pada penelitian ini menggunakan Skala Likert. Tujuannya untuk mengukur sikap; pendapat; dan persepsi yang akan diukur, dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan kemudian memberikan jawaban atas pernyataan yang diajukan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel –variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor (Sugiyono, 2006:86). Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat berbentuk sebagai berikut :
Tabel 1.4
Instrumen Skala Likert
No. Pernyataan Skor
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Kurang Setuju (KS) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono, (2006 : 87)
4. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada PT. ALS Rute Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1 yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja Km 6,5 Medan. Waktu penelitian mulai Oktober sampai dengan Desember 2010.
5. Populasi Dan Sampel a. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah rata-rata penumpang yang menggunakan jasa transportasi bus PT. ALS Rute Medan – Padang
Kelas Super Eksekutif 2.1 pada tahun 2009, yaitu 499 penumpang, kecuali jumlah penumpang dibulan Juni dan Juli.
b. Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel dengan menggunakan rumus Slovin, (Ginting, 2008:132) dengan rumus:
1 Ne2
n N
= +
Dimana: n = Jumlah Sampel N = Julah Populasi
e = Batas Kesalahan = 10%
sehingga jumlah sampel menjadi:
)2
1 . 0 ( 499 1
499
= + n
n = 83.30 atau 84 penumpang
Jumlah sampel yang diambil adalah 84 orang atau penumpang.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2008:122). Kriteria yang ditetapkan yaitu penumpang yang memakai jasa transportasi bus lebih dari dua (2) kali.
6. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Studi dokumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip-arsip perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, bidang-bidang pekerjaan, dan jumlah pegawai.
b. Kuesioner
Metode pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket kepada pelanggan yang telah ditetapkan sebagai sampel atau responden penelitian.
7. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder :
a. Data Primer
Data diperoleh langsung dari objek penelitian, dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti hasil kuesioner yang disebar kepada responden.
b. Data Sekunder
Data yang berisikan informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti mendapat data skunder dari buku-buku, internet, dan literatur.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002:144). Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian apakah merupakan data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan pada penumpang PT. ALS Rute Medan – Kota Nopan Kelas Super Eksekutif 2.1 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, dengan menggunakan Software SPSS 15.00 for windows dengan kriteria sebagai berikut:
Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dikatakan valid Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena innstrumen itu sudah baik (Arikunto, 2002:154).
Reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan, konsistensi, dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang
berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah:
Jika r alpha positif atau > r tabel, maka pertanyaan reliabel.
Jika r alpha negatif atau < r tabel, maka pertanyaan tidak reliabel.
9. Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinteprestasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang akan dibahas.
b. Metode Analisis Statistik
(1) Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi linear berganda yang digunakan adalah (Sugiyono, 2006:211) :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana:
Y = Kepuasan pelanggan pada PT. ALS Rute
Medan – Padang Kelas Super Eksekutif 2.1
a = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien regresi berganda X1 = Financial Benefit
X2 = Social Benefit X3 = Structural Ties
e = Kesalahan pengganggu (Standard error) (2) Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik sebelum data tersebut dianalisis, adapun syarat asumsi klasik tersebut (Ghozali 2005:91) meliputi:
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogorov Smirnov.
b) Uji Multikonealiritas
Uji Multikonealiritas digunakan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (Ghozali, 2005:91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikonealiritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS versi 15.00. Dengan ketentuan:
Bila VIF>5 maka terdapat masalah multikolinearitas Bila VIF<5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika suatu pengamatan ke pengamatan lain sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
(3) Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis yaitu:
a) Uji Statistik-t
Uji Statistik-t dilakukan untuk melihat secara parsial bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Model hipotesis yang digunakan dalam Uji Statistik-t ini adalah:
H0 : b1, b2, b3 = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat
H0 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya variabel bebas parsial berpengaruh terhadap variabel terikat.
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:
H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel bebas (X1), (X2) dan (X3) terhadap variabel terikat (Y).
H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel terikat (Y).
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
Terima H0 bila Fhitung≤ Ftabel pada α = 5%.
Tolak H0 (terima Ha) bila Fhitung > Ftabel pad α = 5%.
c) Koefisien Determinasi (R ) 2
Koefisien Determinasi (R ) mengukur seberapa besar 2 kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika
R semakin besar nilainya (mendekati satu), maka dapat 2
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) adalah kuat terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.