• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan pemberian bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap parameter tinggi, diameter, BKT dan NPA, sedangkan interaksi antara tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang hanya berpengaruh nyata untuk parameter tinggi namun tidak berpengaruh nyata terhadap ketiga parameter yang lain. Hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai perlakuan terhadap parameter pertumbuhan bibit E. cyclocarpum

Parameter yang diamati

Perlakuan

Arang Bokashi Arang x Bokashi

Tinggi * * *

Diameter * * tn

Berat Kering Total * * tn

Nisbah Pucuk akar * * tn

* = Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji 95 %; tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 95%

4.1.1 Pertumbuhan Tinggi

Hasil sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandang dan interkasi antara arang tempurung kelapa dengan bokashi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit E. cyclocarpum pada selang kepercayaan 95%. Respon pertumbuhan tinggi bibit E. cyclocarpum akibat interaksi antara pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dilakukan uji Duncan pengaruh kombinasi pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji Duncan pengaruh pemberian interaksi arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap pertumbuhan tinggi bibit sengon buto menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dengan dosis

(2)

10% arang (A4) + 60 g bokashi (B3) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua perlakuan, dengan rata-rata tinggi sebesar 20,60 cm atau tinggi bibit sengon buto meningkat 136,78% dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh kombinasi pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap tinggi bibit E.

cyclocarpum

Perlakuan Rata-rata tinggi (cm) Peningkatan (%)

A0B0 8,70hi - A0B1 8,70hi 0,00 A0B2 9,17gh 5,40 A0B3 11,23efgh 29,08 A1B0 6,77i -22,18 A1B1 13,83def 58,97 A1B2 10,80efgh 24,14 A1B3 10,67efgh 22,64 A2B0 11,27efgh 29,54 A2B1 9,63gh 10,69 A2B2 10,47fgh 20,34 A2B3 14,07cde 61,72 A3B0 11,43efgh 31,38 A3B1 12,53defg 44,02 A3B2 15,57bcd 78,97 A3B3 18,10bc 108,05 A4B0 15,73bcd 80,80 A4B1 11,57efgh 32,99 A4B2 19,57ab 124,94 A4B3 20,60a 136,78

Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada selang kepercayaan 95%

4.1.2 Pertumbuhan Diameter

Hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap diameter E. cyclocarpum pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan pemberian arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bibit, namun interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bibit E. cyclocarpum.

Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap diameter bibit sengon buto (Tabel 8) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dengan dosis

(3)

10% (A4) dan 7,5% (A3) tidak berbeda nyata, namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, dengan rata-rata diameter terbesar, yaitu 0,179 cm atau mengalami peningkatan 20,79% dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan pemberian bokashi pupuk kandang dengan dosis 60 g (B3) dan 40 g (B2) tidak berbeda nyata, namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, dengan rata-rata diameter terbesar, yaitu 0,174 cm atau mengalami peningkatan sebesar 13,48% dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh tunggal pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap diameter bibit E.

cyclocarpum

Perlakuan Rata-rata diameter (cm) Peningkatan (%) Arang tempurung kelapa

- A0 (0%) 0,148b -

- A1 (2,5%) 0,153b 3,37

- A2 (5%) 0,164ab 10,67

- A3 (7,5%) 0,177a 19,10

- A4 (10%) 0,179a 20,79

Bokashi pupuk kandang

- B0 (0g) 0,153b -

- B1 (20g) 0,159ab 3,91

- B2 (40g) 0,171a 11,30

- B3 (60g) 0,174a 13,48

Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasar uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%

4.1.3 Berat Kering Total (BKT)

Hasil sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat kering total (BKT) bibit E. cyclocarpum pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering total bibit E. cyclocarpum, sedangkan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering total bibit E. cyclocarpum.

Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap beratkering total bibit E. cyclocarpum (Tabel 9) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian arang tempurung kelapa

(4)

dengan dosis 10% (A4) memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan yang lain, dengan rata-rata berat kering total terbesar, yaitu 13,344 g atau mengalami peningkatan 32,91% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian bokashi pupuk kandang dengan dosis 60 g (B3) dan dosis 40 g (B2) memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan yang lain, dengan rata-rata berat kering total terbesar, yaitu 13,032 g atau mengalami peningkatan sebesar 27,83% dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 9 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh tunggal pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat kering total bibit E.

cyclocarpum

Perlakuan Rata-rata BK toral (g) Peningkatan (%) Arang tempurung kelapa

- A0 (0%) 10,112c -

- A1 (2,5%) 11,180bc 10,56

- A2 (5%) 11,767abc 16,40

- A3 (7,5%) 12,204ab 20,75

- A4 (10%) 13,444a 32,91

Bokashi pupuk kandang

- B0 (0g) 10,195b -

- B1 (20g) 11,637ab 14,14

- B2 (40g) 12,101a 18,70

- B3 (60g) 13,032a 27,83

Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasar uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%

4.1.4 Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap NPA bibit E. cyclocarpum pada selang kepercayaan 95%. Perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap NPA bibit E. cyclocarpum, sedangkan interaksi antara arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang tidak berpengaruh yang nyata terhadap NPA bibit E. cyclocarpum.

Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang (Tabel 10) menunjukkan bahwa nilai nisbah pucuk

(5)

akar pemberian arang 10% (A4) menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan lain, dengan nilai rata-rata nilai NPA adalah 1,76 atau menurun 14,89% dibandingkan dengan kontrol dan nilai rata-rata NPA terbesar adalah kontrol yakni 2,07. Nilai rata-rata NPA pemberian bokashi 60 g juga berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain, dengan nilai rata-rata nilai NPA adalah 1,73 atau menurun 15,82% dibandingkan dengan kontrol dan nilai rata-rata NPA terbesar adalah kontrol yakni 2,06.

Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap nilai nisbah pucuk akar bibit E.

cyclocarpum

Perlakuan Rata-rata NPA Peningkatan (%)

Arang tempurung kelapa

- A0 (0%) 2,07a -

- A1 (2,5%) 1,93ab -6,77

- A2 (5%) 1,86ab -10,06

- A3 (7,5%) 1,84b -11,03

- A4 (10%) 1,76b -14,89

Bokashi pupuk kandang

- B0 (0g) 2,06a -

- B1 (20g) 1,90ab -7,59

- B2 (40g) 1,88ab -8,32

- B3 (60g) 1,73b -15,82

Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata berdasar uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%

(6)

Gambar 1 Hasil akhir pertumbuhan bibit E.cyclocarpum pada media A) kontrol; B) ditambah arang; C) ditambah bokashi; D) ditambah kombinasi arang dan bokashi

4.2 Pembahasan

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-organ) tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel. Semua aktivitas metabolisme bermuara kepada pertumbuhan, air memegang peranan utama dalam pertumbuhan (lebih dari 80% komponen tumbuhan adalah air). Hal ini menunjukkan bahwa yang disebut pertumbuhan adalah pada dasarnya peningkatan kandungan air dalam sel (Fahmi 2010).

Selain faktor genetis, pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti media tumbuh dan ketersediaan unsur hara. unsur hara sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Supriyanto dan Fiona 2010). Menurut Dwijdoseputro (1984) suatu tanaman akan tumbuh subur apabila

(7)

segala unsur yang dibutuhkannya tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman.

Menurut Gusmailina dan Pari (2002), pemanfaatan arang selain sebagai soil conditioning (pembangun kesuburan tanah), juga dapat mengatasi masalah lahan terutama lahan yang miskin hara. Selain itu, Komaryati et al. (2003) menambahkan jika penambahan arang pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan pemupukan karena selain memperbaiki sifat fisik tanah (porositas, aerasi), arang juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara, arang melepas hara secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman (slow release). Dengan demikian tanaman terhindar dari keracunan dan kekurangan hara. Kandungan unsur hara pada setiap tanah berbeda seperti halnya pada tailing yang miskin unsur hara, maka diperlukan penambahan unsur hara (pemupukan) pada tanah tersebut untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Pengukuran tinggi tanaman merupakan pengukuran yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995). Berdasarkan hasil penelitian, pemberian arang tempurung kelapa, bokashi pupuk kandung dan interaksi dari keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit sengon buto pada taraf uji 95% (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian arang dan bokashi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Dari hasil uji Duncan interaksi arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang (Tabel 7) menunjukkan pertumbuhan tinggi yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Namun, penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan bibit E. cyclocarpum dan menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap kontrol, terutama pada perlakuan A4B3 (pemberian kombinasi antara arang dengan dosis 10% dan bokashi dengan dosis 60 g). Perlakuan A4B3 memberikan pertumbuhan tinggi yang signifikan pada media tailing. Rendahnya ketersediaan unsur hara esensial pada media tailing dapat dianggap sebagai

(8)

penyebab utama terjadinya pertumbuhan bibit E. cyclocarpum yang berbeda-beda pada tiap perlakuan.

Pertumbuhan diameter adalah salah satu faktor pertumbuhan yang sulit diukur. Pada saat usia muda, tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (Lewenusa 2009). Pertumbuhan diameter atau pertumbuhan ke arah samping disebut juga pertumbuhan sekunder. Dari hasil penelitian menunjukkan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan diameter bibit E. cyclocarpum (Tabel 8). Sejalan dengan penambahan arang dan bokashi mengakibatkan pertumbuhan diameter bibit E. cyclocarpum meningkat dan berbeda nyata terhadap kontrol. Dapat dikatakan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dengan dosis 1 an bo as i pupu an an en an osis 6 g (B3) mampu menyerap hara yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh hasil uji Duncan yang tidak berbeda nyata.

Berat kering total (BKT) diperoleh dari penambahan berat kering akar dan berat kering pucuk. Berat kering tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media tumbuh pada kondisi tertentu (Gusmailina dan Pari 2002). Biomasaa kering secara langsung mencerminkan efisisensi interaksi proses fisiologis dengan lingkungannya, selain itu bahan kering tanaman dinilai debagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Menurut Irawan (2005), bahwa berat kering total semai merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan semai untuk melakukan proses fisiologis dalam tanaman yang ditunjang oleh faktor lingkungan yang memadai, salah satu faktornya adalah tanaman melakukan serapan hara.

BKT bibit berhubungan erat dengan pertumbuhan tinggi dan diameter. Bila tinggi dan diameter tanaman pesat, maka pertumbuhan biomassa tanaman besar maka BKT akan makin tinggi. Parameter BKT bibit dapat menunjukkan akumulasi kandungan unsur hara pada tanaman (Herianto dan Siregar 2004). Dari hasil pertumbuhan tinggi dan diameter bibit E. cyclocarpum menunjukkan bahwa pemberian arang dan bokashi memberikan hasil pertumbuhan tanaman juga makin tinggi.

(9)

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (Tabel 9) menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan BKT bibit E. cyclocarpum. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan BKT tanaman sejalan dengan penambahan dosis dari arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang yang semakin besar. Pemberian arang tempurung kelapa dengan dosis 10% (A4) dan bokashi pupuk kandang dengan dosis 60 g (B3) menghasilkan nilai BKT tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa media tailing dengan penambahan arang 10% dan bokashi 60 g mampu menyerap hara yang lebih baik dan memiliki pertumbuhan fisiologis tertinggi.

Nisbah Pucuk Akar (NPA) diperoleh berdasarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk tanaman dibagi dengan berat kering akar tanaman. Nilai ini memiliki peranan penting karena dengan perbandingan nilai antara pucuk dan akar yang seimbang, maka tanaman akan tumbuh baik apabila ditanam di lapangan. Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 5) perlakuan pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang yang memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap nilai NPA bibit E. cyclocarpum.

Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 10) menunjukkan nilai rata-rata NPA dengan perlakuan tanpa pemberian arang atau kontrol (A0) dan bokashi (B0) memberikan nilai rata-rata NPA tertinggi yakni 2,07 dan 2,06 dan yang paling rendah adalah pemberian arang 10% (A4) dan bokashi 60 g (B3) dengan nilai NPA 1,76 dan 1,73. NPA yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam menyediakan air dan unsur hara. Tanaman yang kekurangan air dan unsur hara akan berusaha membentuk akar yang lebih banyak yang memungkinkan tanaman untuk meningkatkan serapan yang menghasilkan NPA yang rendah (Sitompul dan Guritno 1995).

Semakin kecil nilai NPA berarti semakin siap bibit tersebut untuk dipindahkan ke lapangan dikarenakan telah tercukupinya junmlah akar yang akan digunakan dalam penyerapan air dan unsur hara. Namun, kecilnya NPA tanaman hasruslah memiliki batas karena dalam pertumbuhan tanaman harus memiliki

(10)

keseimbangan antara kemampuan akar dalam menyerap air dan mineral dan kemampuan pucuk dalam melakukan proses trasnpirasi (Wangi 2006). Duryea dan Brown (1984) dalam Ramadani (200 ) men ebut an ba a bibit i ata an bai ji a inter a nisba pu u a ar antara 1 , dengan nilai bibit terbaik adalah mendekati angka terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit E. cyclocarpum dari setiap perlakuan menunjukkan pertumbuhan yang baik. Perlakuan pemberian arang 10% dan bokashi 60 g merupakan bibit yang terbaik dengan nilai yang mendekati angka 1, dan diharapkan bibit dapat siap tanam di lapangan.

Hasil analisis tanah dari hasil laboratorium disajikan pada Tabel 11. Menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah (Tabel 12) menyatakan bahwa kandungan N dan P pada media tailing sangat rendah, sedangkan kandungan K pada tailing tergolong tinggi, kandungan Mg tergolong sedang dan untuk kandungan Ca pada media tailing sangat tinggi. Namun secara umum, sifat kimia tailing cenderung meningkat sejalan dengan penambahan arang dan bokashi, kecuali Ca yang cenderung menurun. Ketersediaan unsur hara tanaman dalam tanah sangat beragam. Penyerapan unsur hara dipengaruhi oleh jenis tanaman itu sendiri dan keadaan lingkungan.

Tabel 11 Hasil analisis sifat kimia tanah pengaruh pemberian arang dan bokashi

Sifat Perlakuan Tailing Tailing+ arang Tailing+ bokashi Tailing+ arang+ bokashi pH H20 7,10 7,40 7,20 7,30 KTK (me/100 g) 7,58 9,98 10,78 11,58 C-Org (%) 0,72 1,12 1,52 1,60 N-Total (%) 0,07 0,12 0,14 0,15 P Bray I (ppm) 5,70 6,10 7,80 7,90 K (me/100 g) 0,66 1,70 1,13 2,45 Ca (me/100 g) 28,58 28,14 29,11 27,92 Mg (me/100 g) 1,12 1,19 1,68 1,68

(11)

Tabel 12 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Hardjowigeno 1995)

Sifat Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi KTK (me/100 g) <5 5-16 17-24 25-40 >40 C-Org (%) <1 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5 N-Total (%) <0,1 0,10-0,20 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 P Bray I (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35 K (me/100 g) <0,2 0,2-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0 Ca (me/100 g) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Mg (me/100 g) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH H20

<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

Unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan unsur-unsur makro. Menurut Siregar (2004) penambahan arang mampu meningkatkan ketersediaan N, P, K, Ca dan Mg, dan Purwani et al. (1998) pemberian bokashi mampu meningkatkan serapan hara N, P, K tertinggi dimana karena adanya EM4 yang dapat membantu dalam proses mineralisasi.

Tanah dengan KTK yang tinggi mampu menyerap hara. Tailing adalah tanah dengan kandungan unsur hara esensial yang rendah, pH yang cenderung asam, KTK yang rendah. KTK tailing yang sangat rendah memungkinkan terjadinya percepatan pencucian terhadap hara, maka hara yang adapun akan hilang tercuci sebelum bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil analisis laboratorium, KTK pada media tailing yang didapat rendah dan pH yang didapat tergolong netral. pH tanah pada tailing yang netral disebabkan karena kandungan Ca yang sangat tinggi. Menurut Agusman et al. (2006), ion Ca yang tinggi dapat menetralisir penurunan pH tanah. Penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang dapat meningkatkan KTK dari tanah tailing sehingga mengindikasikan bahwa media tailing jika ditambah arang dan bokashi menyebabkan tanah mampu menyerap unsur hara dengan cukup baik.

C-Organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Bahan organik ini memiliki peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Hardjowigeno (1995) menyebutkan, bahan organik tanah menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Hasil analsisis menunjukkan bahwa C-Organik

(12)

tanah tailing dengan campuran arang dan bokashi merupakan yang tertinggi, walaupun menurut Hardjowigeno (1995) masuk ke dalam kategori rendah.

Dengan demikian, pemberian arang akan efektif penggunaannya jika dibarengi dengan penambahan pupuk (bokashi) guna meningkatkan pertumbuhan tanaman. Arang yang mampu menyerap, menyimpan dan memberikan unsur hara kepada akar tanaman jika unsur hara pada tanaman tidak tersedia, sehingga dengan menggunakan arang penyerapan hara menjadi efektif (Gusmailina et al. 2003). Seperti dijelaskan oleh Muslim (2003) yang menyatakan bahwa bibit yang batangnya tinggi, diameternya besar dan NPA rendah mempunyai daya hidup yang tinggi pada kondisi lapang yang kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa bibit sengon buto dengan penambahan arang dan bokashi diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan. Gusmailina dan Pari (2002) mengatakan penambahan arang dengan dosis 10% menunjukkan pertumbuhan tanaman cabai merah tertinggi. Hasil penelitian lain menyebutkan, penambahan pupuk plus arang pada media tanaman anakan Shorea urophylla ternyata dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman yakni 33,6% untuk tinggi dan 40% untuk diameter (Komaryati dan Gusmailina 2010).

Gambar

Tabel 6   Rekapitulasi  hasil  sidik  ragam  berbagai  perlakuan  terhadap  parameter  pertumbuhan bibit E
Tabel  7   Hasil  uji  lanjut  Duncan  pengaruh  kombinasi  pemberian  arang  tempurung kelapa dan bokashi pupuk  kandang terhadap tinggi bibit E
Tabel   9  Hasil  uji  lanjut  Duncan  pengaruh  tunggal  pemberian  arang  tempurung  kelapa dan bokashi pupuk kandang terhadap berat kering total bibit  E
Tabel  10  Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian arang tempurung kelapa  dan  bokashi  pupuk  kandang  terhadap  nilai  nisbah  pucuk  akar  bibit  E
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan perbedaan penambahan konsentrasi IPK (Isolat Protein Kedelai) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai rata-rata warna sosis ikan lele dumbo

Pada tabel di bawah terlihat interaksi perlakuan mulsa dengan jarak tanam memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman.. Perlakuan mulsa dan jarak

Sampel dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata (mean) leverage operasi yang rendah yaitu sebesar 3,44303 yang mendekati nilai minimum dibandingkan dengan nilai maksimum

Nilai rata-rata postest eksperimen = Nilai rata-rata postest kontrol, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh positif dan signifikan dengan menggunakan

Gambar 4.17 Nilai Biomassa Akar Tanaman setelah 45 Hari Pengolahan Sedangkan hasil dari analisis ANOVA biomassa pada akar tanaman vetiver menunjukkan bahwa biomassa berat basah

berbeda, nilai F hitung yang didapatkan adalah 5,349 (Lampiran 8), nilai ini lebih besar dari F tabel 2,770 maka terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata motilitas

Pada hari ke-0, nilai rataan total limfosit ikan yang diberikan perlakuan kitosan dengan dosis 6 µg/g lebih tinggi dan berbeda nyata dengan semua perlakuan.. Sedangkan total

Rata-rata temperatur permukaan jengger, bulu dan shank yang lebih tinggi pada lokasi penelitian dengan THI = 89 dibandingkan dengan suhu permukaan jengger, bulu