• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM KABUPATEN LEMBATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEARIFAN LOKAL KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM KABUPATEN LEMBATA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEARIFAN LOKAL KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM KABUPATEN LEMBATA

Rachman Firdaus,1 Ery Try Djatmika,2 Ach. Amirudin2

1) SMPN 1 Nagawutung Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur 2)Pascasarjana Universitas Negeri Malang

e-mail: rachmanfirdaus915@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan kearifan lokal kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam Kabupaten Lembata. Materi tersebut, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran IPS SMP sehingga mampu mendekatkan pembelajaran IPS dengan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dekriptif . hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi kearifan lokal Kabupaten Lembata meliputi potensi sumber daya alam (pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan) dan Pasar barter sebagai bentuk kegiatan ekonomi tradisional. Potensi tersebut berada di lingkungan sekitarnya siswa dalam kehidupannya sehari-hari sehingga potensi kearifan lokal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS, agar dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna dan kontekstual.

Kata Kunci: Sumber Belajar, Kearifan Lokal, Kegiatan Ekonomi, Sumber Daya Alam

Peningkatan mutu pembelajaran merupakan salah satu agenda penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan lingkungan masyarakat dalam proses pembelajarannya. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS untuk lebih mendekatkan siswa dengan lingkungan belajarnya. Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat digunakan sebagai media untuk melestarikan potensi daerah. Potensi daerah merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah tertentu.

Wahyuni (2013:7) menyatakan bahwa apabila kearifan lokal dikembangkan secara baik maka dapat mendorong tumbuhnya perekonomian secara menyeluruh. Struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi daerah yang dimiliki wilayah itu sendiri yaitu sumber daya alam seperti tanah, iklim, hasil tambang, hasil laut, dan sumber daya manusia seperti tenga kerja yang berpendidikan dan memiliki keterampilan untuk dapat mengolah sumber daya alam yang ada.

Kearifan lokal diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata dan positif bagi masyarakatnya tidak saja sebagai sumber pendapatan ekonomi, akan tetapi juga bermanfaat

(2)

2

dibidang pendidikan. Menurut Ahmadi (2012:10) tujuan adanya pendidikan berbasis kearifan lokal adalah agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana siswa tinggal,

memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan daerah tersebut, kemudian siswa mampu memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam, terlibat dalam pelayanan atau jasa, atau kegiatan lain yang berkaitan dengan kearifan lokal, sehingga memperoleh penghasilan dan melestarikan budaya atau tradsisi maupun sumber daya yang menjadi keunggulan daerah tersebut.

Pembelajaran kontekstual harus dapat dipelajari agar siswa lebih mengenal Potensi sumber daya alam daerahnya melalui penerapan kurikulum di sekolah yang membelajarkan materi tentang kearifan lokal agar potensi sumber daya alam tetap dikembangkan dalam kehidupan sosial masyarakat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap subjek penelitian untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Lembata, untuk mengidentifikasi kearifan lokal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu; (1) observasi atau pengamatan, (2) Wawancara, (3) dokumentasi, (4) studi pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kabupaten Lembata

Kabupaten Lembata adalah salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki beragam potensi kearifan lokalnya. Luas daratan kabupaten Lembata 126,684 ha. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Lembata mencapai 58.972 ha (46,57 dari luas kabupaten). (Dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Lembata, 2015)

Masyarakat Lembata terbiasa memadukan beberapa jenis makanan pokok ke dalam satu menu. Usai musim panen padi makanan pokok masyarakat adalah kombinasi antara jagung dan beras, beras merah dan beras putih, beras hitam dan beras putih ataupun beras dan kacang-kacangan. Kacang tanah biasanya digoreng campur jagung titi dan dimakan sebagai

snack berat. Jagung titi atau istilah lokalnya Wata Kena’e (www.Kompasiana.com, 2014).

(3)

3

periuk tanah di atas tungku api, ketika bulir jagung tersebut mulai terasa panas, diambil per bulir atau 2 bulir dan dipipihkan di atas batu. Jagung Titi adalah makanan pokok masyarakat Lembata yang mudah dijumpai di pasar sehari-hari.

Potensi perkebunan di Kabupaten Lembata masih sangat terbuka dan menjanjikan, seiring dengan animo masyarakat untuk berusaha di bidang perkebunan khususnya untuk komoditi vanili, jambu mete, dan kakao. Lahan yang potensial untuk perkebunan di

Kabupaten Lembata mencapai 53.834,37 ha yang tersebar di seluruh kecamatan. Namun dari potensi yang ada, baru 32% (17.619 ha) yang sudah dikembangkan, sehingga potensi yang masih tersisa untuk dikembangkan mencapai 36.215,57 ha. Perkebunan yang sudah

dibudidayakan oleh masyarakat adalah: kelapa, jambu mete, kopi, kakao, pinang, kapuk, cengkeh, lada dan vanili.

Salah satu kearifan lokal masyarakat Lembata terkait dengan pemanfaatan potensi perkebunan adalah Pili Ulej yang merupakan ritus masyarakat Desa Warawatun Kecamatan Nagawutung. Ritus Pili Ulej merupakan tradisi untuk membersihkan hama tanaman dari kebun dan ladang petani. Yang unik dari tradisi ini adalah ketika kebun- kebun petani dilanda hama ulat dan belalang, maka atas pembicaraan bersama penatua kampung (tokoh adat) dan

tuan tanah dilakukan ritus Pili Ulej. Prosesi ini hanya dilakukan oleh wanita saja. Mereka

akan masuk dari kebun ke kebun dan mengambil ulat dan belalang untuk dibawa ke kampung. Ulat maupun belalang yang diambil di kebun bukan semua, melainkan satu atau dua ekor saja. Setelah dibawa ke kampung, para wanita yang membawa ulat dan belalang ini berkumpul di namang (rumah adat) dan di sana mereka diberi makan oleh kaum lelaki yang sudah menunggu. Setelah itu, ulat dan belalang dikumpulkan dalam kdefak (tempat yang terbuat dari anyaman daun enau/lontar) dan dibuang ke laut oleh Penatua Kampung. Setelah ritus ini diberlakukan, masyarakat dilarang melakukan aktivitas baik di kebun maupun di laut selama tiga hari. Dari pengalaman turun temurun bahwa setelah ritus ini dilakukan, hama yang menyerang tanaman di kebun- kebun warga hilang dengan sendirinya

(www.nttsatu.com, 2016)

Potensi peternakan di Kabupaten Lembata sangat tinggi baik dari potensi sumber daya alam sebagai faktor pendukung utama ataupun dari populasi penduduk dan vegetasi tanaman pakan yang secara alamiah telah berkembang dengan baik. Dilihat dari jenis ternak yang dipelihara di Kabupaten Lembata juga memiliki potensi besar terutama ternak sapi, kambing, babi, dan kuda. Mencermati luas lahan kering Kabupaten Lembata yang cukup besar yakni 58.252 ha (45,99%) maka potensi pengembangan sub sektor peternakan terutama jenis ternak

(4)

4

komoditas andalan kabupaten Lembata. Hal tersebut didukung potensi yang besar pada kemungkinan pengembangan tanaman pakan yang cocok di lahan kering berkualitas baik.

Salah satu kearifan lokal dari potensi peternakan masyarakat Lembata adalah jenis hewan yang menjadi simbol nilai tradisi adat istiadat, salah satunya adalah Kambing. Jenis kambing yang biasa dipelihara oleh masyarakat Lembata adalah kambing lokal. Pemeliharaan kambing di Lembata menjadi sebuah hal yang unik, karena dalam proses pemeliharaan tidak hanya membesarkan tubuhnya, namun berjuang membuat tanduk semakin panjang. Karena semakin panjang tanduk dan tubuhnya besar, maka nilai sosial semakin bermartabat dalam pandangan adat setempat karena memiliki nilai sosial yang tinggi. Tradisi ini menjadi sebuah keunikan budaya suku Lamaholot yang tersebar di wilayah Larantuka, Adonara, Solor dan Lembata (www.nttsatu.com, 2016).

Potensi hutan di Kabupaten Lembata seluas 48.627,44 ha (39,65% dari luas wilayah). Meliputi hutan lindung dan hutan produksi terbatas dengan masing-masing luasan 41.557,44 ha dan 7050 ha. Mengingat hutan dan keberadaannya mempunyai banyak fungsi memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup melalui : penyediaan air, menjaga kesuburan tanah, menjaga erosi, banjir, dan kekeringan. Kebiasaan petani membuka lahan garapan dengan cara membakar dan perladangan berpindah yang mengakibatkan lahan menjadi tidak produktif.

Salah satu potensi kearifan lokal masyarakat Lembata yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi hutan adalah, di saat membuka lahan hutan untuk dijadikan

kebun/ladang. Para petani melakukan upacara (ritus) tradisional di lokasi hutan itu yakni memotong 1 ekor ayam jantan atau babi dan memberi makan pada penjaga hutan. Tujuan upacara ini adalah untuk meminta izin kepada penjaga hutan dan alam bahwa lahan ini dibuka untuk keberlangsungan kehidupan manusia.

Pada sektor perikanan, Kabupaten Lembata mempunyai sumber daya alam perairan yang cukup besar yakni seluas 3.353.995 km2 dengan panjang garis pantai mencapai 493 km dan tersebar di semua kecamatan. Beberapa cara penangkapan ikan tradisonal masih cukup banyak yang bertahan dan terus dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Lembata walaupun mendapat tekanan dan kalah bersaing dengan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan modern. Potensi budidaya perikanan laut masih sangat tinggi dengan luas areal budidaya laut sebesar 886 ha dan tingkat pemanfaatan sampai saat ini baru mencapai 180 ha (20.32%). Komoditas budidaya laut yang dapat dikembangkan adalah ikan dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 10 ha, teripang 15 ha, rumput laut 20 ha dan kerang mutiara 135 ha.

(5)

5

Salah satu kearifan lokal masyarakat Lembata terkait pemanfaatan potensi kelautan adalah tradisi Nale. Tradisi Nale merupakan tradisi masyarakat Desa Pasir Putih Kecamatan Nagawutung Kabupaten Lembata. Nale merupakan tradisi menangkap ikan Nale (istilah lokal untuk Cacing Laut) yang hanya keluar di tepi pantai pada waktu-waktu tertentu berdasarkan penanggalan masyarakat Mingar (Sebutan umum bagi masyarakat desa Pasir Putih), biasanya terjadi pada akhir bulan Februari dan Maret (Tahun Masehi). Cacing laut ini merupakan salah satu jenis perikanan yang ada di Kabupaten Lembata, Tradisi ini terus dijaga sebagai warisan leluhur dan sudah menjadi aktifitas tahunan bagi masyarakat Mingar dan desa-desa sekitar pada khususnya, dan masyarakat Lembata serta wisatawan domestik dan internasional pada umumnya. Nale muncul di tiga titik sepanjang pantai Mingar. Masyarakat Mingar percaya bahwa, kehadiran Nale ini berhubungan dengan hasil panen dan kesejahteraan masyarakat.

Nale bisa menyuburkan tanah sehingga bisa mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Jika

banyak Nale yang muncul dari laut, berarti pertanian mereka berhasil. Nale yang telah ditangkap di pantai, selain untuk dikonsumsi, sebagiannya akan ditaburkan di lahan perkebunan. Dalam rangkaian kegiatan Nale ini, terlihat adanya rasa solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional masyarakat Lembata. (www.wikipedia.org, 2016)

Stanis (2005) yang meneliti tentang pengelolaan sumber daya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di Kabupaten Lembata propinsi Nusa Tenggara Timur mengatakan bahwa Nilai kearifan lokal mempunyai peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Ketaatan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal sangat tinggi, karena mereka memiliki kesadaran dan persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak terlepas dari eksistensi kehidupan makhluk lainnya (ikan dan makhluk hidup lainnya) dalam kebersamaan di bumi.

Pasar Barter sebagai Bentuk Kearifan Lokal Kegiatan Ekonomi Tradisional Masyarakat Kabupaten Lembata

Kabupaten Lembata memiliki kegiatan ekonomi tradisional yang masih terjaga sampai saat ini yaitu Gelu Gore (dalam bahasa suku Lamaholot) atau Kelung Lodong (dalam bahasa suku Kedang) yang dalam istilah Ekonomi disebut dengan barter. Pasar barter merupakan salah satu pasar tradisional yang menggambarkan transaksi barang pada jaman dahulu sebelum manusia mengenal uang sebagai alat pembayaran. Aktifitas pasar barter Lembata dimulai pada jam 10.00 pagi yang ditandai dengan tiupan peluit atau biasa disebut

(6)

6

”Buri” dari petugas yang dikenal dengan sebutan ”mandor” yang mengawasi kegiatan barter.

Uran (2008) dalam penelitiannya tentang Sistem Barter Masyarakat Lembata menyatakan bahwa masyarakat Lembata mengakui bahwa Gelu Gore atau Kelung Lodong sangat membantu dan tidak terpengaruh dengan naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Selama Indonesia didera krisis ekonomi sebagai akibat menurunnya nilai tukar rupiah, masyarakat di wilayah ini sama sekali tidak terpengaruh. Kegiatan barter membantu tetap mengalirnya pemenuhan kebutuhan produk pertanian di tingkat masyarakat Lembata. Ini menjadi dasar bagi keberlanjutan pasar bagi kebutuhan pertanian dan memandirikan konsumsi masyarakat setempat. Selain itu, barter menjadikan petani memiliki posisi tawar terhadap komoditas yang dihasilkannya. Barter di Wule menjadikan keputusan penting ada di tingkat lokal, tidak tergantung pada keputusan oleh pihak lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Blikololong (2010) tentang Du Hope di tengah modernisasi Kabupaten Lembata menyatakan bahwa sebagian besar responden (91%) menyatakan keyakinan bahwa barter akan tetap bertahan bersama uang, dengan persentasi lebih tinggi di Lamalera (96%), sedangkan di Karafate (86%). Hanya 6% yang mengatakan barter akan punah (2% di Lamalera dan 10% di Karafate). Hasil ini menunjukkan bahwa orang pesisir dan pedalaman merasa yakin bahwa apa yang terjadi saat ini, yakni barter yang berkoeksistensi dengan uang, akan terus berlanjut di masa mendatang. Dengan ini mereka menegaskan pula bahwa barter tidak akan punah, walaupun uang akan lebih lancar. Sebagian orang pesisir dan pedalaman (80%) mengatakan barter dan uang lebih bermanfaat bagi mereka. Mereka menegaskan lagi bahwa koeksistensi barter dan uang seperti saat ini sangat bermanfaat bagi mereka dan itulah pilihan mereka untuk masa depan.

Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan Pasar Barter merupakan kearifan lokal Kabupaten Lembata yang masih terjaga hingga saat ini. Barang yang dibarter antara lain hasil-hasil perikanan laut seperti Ikan ditukarkan dengan hasil pertanian seperti beras, jagung, singkong, sayur dan buah-buahan. Pasar barter sangat membantu masyarakat dari pesisir dan gunung untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Pasar barter ini merupakan warisan nenek moyang, di pasar tersebut mereka tidak hanya menukarkan barang hasil usaha, tetapi juga membangun persaudaraan, kerukunan antar warga pesisir atau orang pantai dan warga pedalaman atau orang gunung.

(7)

7

Kearifan Lokal Sebagai Sumber Pembelajaran IPS SMP

Wagiran (2011) yang meneliti tentang “Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam Mendukung Visi Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020” menyatakan bahwa Implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pendidikan di sekolah menunjukkan variasi yang beragam. Upaya sosialisasi, perumusan model dan perangkat pendidikan kearifan lokal perlu dilakukan secara terpadu mengingat besarnya potensi yang dimiliki sekolah dalam implementasi pendidikan kearifan lokal.

Selain itu, Mulyasa (2010) mengemukakan bahwa tugas guru dalam pembelajaran IPS ini, tentu saja bukan memaksakan metode atau model pembelajaran yang beragam saja, akan tetapi harus bersifat kontekstual dengan menjadikan lingkungan sosial sebagai bahan belajar. Lingkungan sosial tersebut, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat dan dekat dengan kehidupan peserta didik, sehingga diharapkan melalui pembelajaran yang berlandaskan pada bahan ajar yang lebih menarik, IPS akan jauh lebih menyenangkan dan lebih bermakna. Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan dari teacher centered ke student centered, maka fungsi guru tidak lagi hanya sebagai sumber belajar bagi siswa tetapi sebagai fasilitator bagi siswa. Pentingnya peran guru dalam pembelajaran, karena tidak saja sebagai perencana (designer) pembelajaran, namun juga sekaligus sebagai pelaksana (implementer), dan penilaian (evaluator) pembelajaran.

Sumarmi dan Amirudin (2014: 16) menyatakan bahwa kearifan lokal adalah bagian dari kebudayaan atau bagian dari sistem pengetahuan tradisional. Hal tersebut mencakup dimensi potensi budaya, dimensi metode, dan pendekatan kearifan dan kebijaksanaan.

Hamdani (2010:120) menjelaskan bahwa sumber belajar akan menjadi bermakna bagi siswa atau guru apabila sumber belajar diorganisasi melalui rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Jika tidak, tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang dan atau buku tidak berarti apa-apa. Salah satu nilai-nilai kearifan lokal yang dapat dikembangkan sebagai bahan belajar IPS tentunya dipilih berdasarkan nilai-nilai sosial yang diharapkan mampu membantu peserta didik memahami makna yang

terkandung dari kehidupan masyarakat serta mengimplementasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Effendi (2011) mengatakan bahwa melalui pengalaman belajarnya, peserta didik akan mewarisi nilai luhur suatu budaya dan melembagakan nilai tersebut dalam dirinya. Melalui pengalaman belajar dari masyarakat, peserta didik dapat mencari, menemukan, dan

(8)

8

sumber daya alam harus dapat dipelajari oleh siswa melalui pembelajaran di sekolah. Bahan ajar merupakan salah satu sumber pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran terkait dengan kearifan lokal disekitar siswa. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran IPS disekolah-sekolah yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran atau kompetensi seperti yang diharapkan (Depdiknas, 2006). Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu penggunaan bahan ajar atau materi pelajaran yang tidak tepat dalam rangka membantu siswa dalam mencapai kompetensi. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2006).

A. Simpulan

Potensi kearifan lokal Kabupaten Lembata meliputi potensi sumber daya alam (pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan) dan Pasar barter sebagai bentuk kegiatan ekonomi tradisional. Mengangkat potensi kearifan lokal suatu daerah sebagai salah satu sumber pembelajaran IPS SMP lebih bermakna dan dapat

memberikan kontribusi yang positif bagi siswa. B. Saran

Berdasarkan hasil di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah bahwa Potensi kearifan lokal berada di lingkungan sekitarnya siswa dalam kehidupannya sehari-hari sehingga potensi kearifan lokal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS, agar dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna. Adapun saran peneliti yang dapat membantu guru dan siswa untuk mewujudkan proses pembelajaran IPS SMP yang lebih kontekstual sehingga menjawab persoalan diatas adalah Pertama, mengembangkan bahan ajar yang kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa dan kebutuhan pembelajaran, kedua, mendekatkan pembelajaran IPS dengan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar sehingga mampu menggali informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang lebih bermakna.

(9)

9 DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi,L. 2012. Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Dalam KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka

Blikololong, J. B. 2010. Du Hope Ditengah Modernisasi.Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Depdiknas.2006. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Badan Standar Nasional

Effendi S A, 2011. Implementasi Kearifan Lingkungan dalam Budaya Masyarakat Adat

Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Jurnal Edisi Khusus Nomor 2. ISSN

1412-565X. UPI Bandung

Hamdani.2010. Strategi Belajar Mengajar.Bandung:CV Pustaka Setia

Mulyasa, E, 2015. Pengembangan dan Implementasi Kuikulum 2013.Bandung: Remaja Rosdakarya

Stanis S, 2005. Pemberdayaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut Melaui Kearifan Lokal di

Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis tidak dipublikasikan.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Sumarmi & Amirudin, A. 2014. Pengelolaan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal. Malang: Aditya Media Publishing

Uran T.2000. Artikel Gelu Gore dan Kelung Lodong.Pos Kupang; NTT

Wagiran. 2011. Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal Dalam Mendukung Visi

Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010; Universitas Negeri

Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Vol III Nomor 3 diakses tanggal 2 Juni 2016

Wahyuni, R. 2013. Analisis Identifikasi Sektor Unggulan Di Propinsi Jawa Timur Tahun

2010 (Pendekatan Input Output). Tesis tidak dipublikasikan: Program Pascasarjana

Universitas Brawijaya Malang. Malang

www.kompasiana.com diakses tanggal 12 Agustus 2016

www.wikipedia.org diakses tanggal 13 Agustus 2016

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Seni dan Olahraga (Total JKEM bidang ini 150 menit) No. Subbidang, Program, dan Kegiatan.. Frek &

Tutkimuskysymyksemme ovat: millaista tukea avoimesta perhekerhosta saa vanhemmuuteen ja lapsen tukemiseen, miten avoin perhekerho tukee kristillisen perinteen välittämistä ja

Restoran memiliki banyak bukaan yang di dominasi dengan jendela- jendela besar sehingga suasana perbukitannya akan lebih terasa sedangkan kamar memiliki material kaca

Psikologi perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap,menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,pemasakan dan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil uji hipotesis yang telah diujikan dengan model analisis regresi linear berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Pembuatan buku esai fotografi yang berisi tentang foto, informasi serta keadaan kota Surabaya tersebut dengan demikian diharapkan dapat menyampaikan dan menyadarkan

Үнэлгээний аргачлалыг ашигласнаар орон нутгийн засаг захиргааны албан хаагчид, улс төрийн намуудын тухайн нутаг дэвсгэр

Ilmu ekonomi adalah studi mengenai cara-cara manusia dan masyarakat menentukan/menjatuhkan pilihannya, dengan atau tanpa menggunakan uang untuk menggunakan