• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF MELALUI PERMAINAN TAPLAK DI TK INSAN MANDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF MELALUI PERMAINAN TAPLAK DI TK INSAN MANDIRI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF MELALUI PERMAINAN TAPLAK

DI TK INSAN MANDIRI Oleh:

AISYAH NUR SUCIATI 1213254001

Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal lambang huruf pada anak usia dini belum berkembang sesuai harapan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf melalui permainan taplak. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan, yakni : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi, yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya ada dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data digunakan tehnik observasi dengan panduan instrument observasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.kemudian dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui permainan taplak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf. Peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf dapat terlihat dari yang semula kemampuan mengenal lambang huruf pada siklus I hanya 30,00 persen. Pada siklus II meningkat menjadi 50,00 persen dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 74,00 persen. Dengan demikian maka pembelajaran melalui bermain taplak dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada Anak Usia Dini.

(2)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF MELALUI PERMAINAN TAPLAK DI TK INSAN MANDIRI

BANDAR LAMPUNG

Oleh

AISYAH NUR SUCIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pensisikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

S1 PG PAUD KONVERSI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF MELALUI PERMAINAN TAPLAK DI TK INSAN MANDIRI

BANDAR LAMPUNG

Oleh

AISYAH NUR SUCIATI

S1 PG PAUD KONVERSI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Anak Usia Dini ... 11

2.2 Bahasa Pada Anak Usia Dini ... 13

2.3 Bermain Pada Anak Usia Dini ... 15

2.3.1 Hakikat Bermain ... 15

2.3.2 Batasan Bermain... 16

2.3.3 Tujuan Bermain Pada Anak Usia Dini ... 17

2.3.4 Karakteristik Bermain Pada Anak Usia Dini ... 17

2.3.5 Klasifikasi dan Jenis Bermain ... 18

2.3.6 Tahapan dan Perkembangan Bermain ... 18

2.3.7 Perkembangan Tingkah Laku Bermain ... 19

2.3.8 Peran Guru dalam Bermain ... 19

2.3.9 Pengembangan Aktivitas Bermain ... 20

2.4 Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini ... 20

2.4.1 Pendekatan Tematik ... 20

2.4.2 Model Kelas Berpusat Pada Anak... 21

2.4.3 Model Keterampilan Hidup... 21

2.4.4 Model BCCT ... 21

2.4.5 Model Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak... 21

2.5 Permainan Taplak ... 22

2.6 Permainan Kartu Huruf ... 22

2.7 Kerangka Pikir Penelitian ... 24

2.8 Hipotesis Tindakan... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 26

3.2 Setting Penelitian ... 26

3.2.1 Waktu Penelitian... 26

3.2.2 Tempat Penelitian ... 26

3.3 Subjek Penelitian... 27

3.4 Sumber Data... 27

(5)

3.5.1 Observasi ... 27

3.5.2 Daftar Cek(Check List)... 28

3.6 Analisis Data ... 28

3.7 Indikator Keberhasilan ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Taman Kanak- Kanak Insan Mandiri... 30

4.1.1 Sejarah Berdirinya TK Insan Mandiri ... 30

4.1.2 Letak Geografis... 31

4.1.3 Visi Misi ... 32

4.2 Hasil Penelitian ... 34

4.2.1 Penelitian Siklus I ... 34

4.2.2 Penelitian Siklus II ... 44

4.2.3 Penelitian Siklus III... 53

4.3 Pembahasan... 61

4.3.1 Aktivitas Pengenalan Lambang Huruf... 61

4.3.2 Kinerja Guru ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Huruf Melalui Permainan Taplak Di Tk Insan Mandiri Bandar Lampung” pada anak usia dini di Tk Insan Mandiri kecamatan Tanjung Senang Bandar lampung, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs.Hi.Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Ibu Dr.Riswanti Rini , M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Ibu Ari Sofia, S,Psi, M.Psi selaku Ketua Program Study S1 PG-PAUD Universitas Lampung

4. Ibu Dra. Sasmiati M,Hum selaku dosen Pembimbing dalam Penyusunan Skripsi dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

5. Bapak Drs. Baharuddin, M.Pd selaku Pembahas Skripsi dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

6. Bapak/Ibu Dosen Program S1 PG-PAUD yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

(7)

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi banyak harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk program S1 PG-PAUD amiiin Yarobbal‘Alamin.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis

(8)
(9)
(10)

MOTO

Kemenangan yang seindah indahnya dan sesukar

sukarnya yang boleh direbut manusia ialah

menundukkan diri sendiri

(Ibu Kartini)

Pendidikan anakku adalah investasiku

(11)
(12)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini di persembahkan untuk :

1) Suamiku tercinta : Eko Martono

2) Anak - anak ku tersayang : Muhammad Dzuhri Jordan Firdaus

3) Kedua orang Tuaku : Hi.Supangat dan Hj.Sutarmi beserta Mertuaku :

Marseno dan Rumiyati

4) Kakakku : Dedi Maryadi dan Desiana S

5) Adik–adikku : Agung Wibowo ; Faridhatu Cholqiati Alimah;

Muhammad Arif Hidayat; Muhammad Yusri Fadhli R; Ermayani ; Emy

Widhiastuti; Zakaria; Ichsan

6) Keponakan–keponakanku : Chenny Indhi Afifa F; Caesar; Arya Hisao

7) dan untuk keluarga ku yang sudah membantu terlaksananya mata kuliah

S1 PG-PAUD ini.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Kota Bumi pada tanggal 04

April 1985, sebagai anak ke tiga dari tujuh

bersaudara, dari pasangan Bapak Hi. Supangat dan

Ibu Hj. Sutarmi. Pendidikan Awal adalah Taman

kanak-kanak (TK) Al Azhar 2 Perumnas Way

Halim Bandar lampung diselesaikan tahun 1990,

melanjutkan Sekolah Dasar (SD) di selesaikan di

SDN 1 Sepang Jaya pada tahun 1996, kemudian

melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di selesaikan di SLTPN 19 pada tahun 2000, dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) di selesaikan di SMKN 3 Bandar lampung pada tahun

2003. Tahun 2005 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Program Study D2 PGTK , di Universitas Lampung dan di

selesaikan pada tahun 2008, untuk melengkapi profesi sebagai sarjana peneliti

melanjutkan menjadi mahasiswa untuk kedua kalinya pada tahun 2012 sebagai

mahasiswa konversi S1 PG-PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Universitas

Lampung juga, selama menjadi mahasiswa D2 PG-TK dan S1 PG-PAUD peneliti

mengabdikan diri di TK Melati Puspa Tanjung Senang sebagai tenaga pengajar di

Taman kanak-kanak Melati Puspa dari tahun 2004 sampai tahun 2007, kemudian

peneliti mencoba mencari pengalaman yang lebih baik yaitu di Taman

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen

dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaan program ini sangat

penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan,

pengembangan, penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan

pendidikan dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu TK (Taman

Kanak–kanak) juga ikut menyukseskan program pendidikan anak usia dini.

Seorang anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya, kalbunya masih polos

seperti kertas putih yang belum pernah tergores oleh apapun, tetapi siap menerima

apapun yang diberikan kepada anak usia dini, untuk itu orang tua harus bisa

memberikan pendidikan kepada anak sejak lahir sampai dewasa dengan baik.

Sesuai dengan Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

(15)

2

Untuk itu maka diperlukan sekali pendidikan anak sejak dini. Dimulai sejak lahir,

yang di didik dan diasuh oleh orang tua dan keluarganya. Setelah itu baru anak

memasuki PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Dalam undang–undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003

Bab 1 Pasal 1 Ayat 14), dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar pada tahap berikutnya (UU

sisdiknas 2003).

Sedangkan peraturan menteri Pendidikan Nasional RI No.58 tahun 2009 tentang

standar Pendidikan Anak Usia Dini, Pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa standar

Pendidikan Anak Usia Dini terdiri atas Standar Tingkat Pencapaian

Perkembangan, sebagai isi, standar proses, standar penilaian tenaga

pendidik,standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan sekolah dan standar

pembiayaan.

Tingkat pendidikan sebelum tingkat pendidikan dasar yang merupakan upaya

pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,

nonformal dan informal disebut juga dengan Pendidikan Anak Usia Dini (UU

(16)

3

Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebuah jurusan yang mendidik anak – anak

yang masih berusia dini atau masih berumur 3 – 6 tahun. Pendidikan Anak Usia

Dini nonformal merupakan Pendidikan Luar Sekolah yang umumnya berjalan

sendiri –sendiri sesuai dengan polanya masing – masing,seperti : Bina Keluarga

Balita (BKB), Satuan PAUS Sejenis (SPS), dan lainnya. Sedangkan Pendidikan

Anak Usia Dini formal adalah Pendidikan yang sudah dibina dan diasuh oleh

Departemen Pendidikan Nasional, seperti Taman Kanak–kanak (TK).

Program PAUD di Indonesia dimulai dalam skala besar oleh pemerintah sejak

terbentuknya Direktorat PAUD (saat itu PADU) pada tahun 2001. Agar

mendapatkan layanan pendidikan dan pengasuhan sejak dini yang optimal, anak–

anak usia 0–2 tahundapat mengikuti layanan pengasuhan bersama di pos PAUD

seminggu sekali bersama orangtuanya, pada usia 2 – 4 tahun dapat mengikuti

layanan KB (Kelompok Bermain) 2-3 kali dalam seminggu, dan pada usia 4-6

tahun dapat mengikuti layanan TK (Taman Kanak-kanak) atau RA (Raudhatul

Athfal). Sebaiknya anak dimasukkan ke Sekolah Dasar setelah berusia 7 tahun

atau sekurang – kurangnya 6 tahun. Kalau anak kurang memperoleh layanan

PAUD pada masa usia dini, perkembangan jaringan otaknya tidak optimal dan

sebagian sel otaknya akan mati/musnah sehingga mempengaruhi kecerdasan dan

kecakapan psikis lainnya. Dalam pendidikan anak usia dini mengembangkan lima

aspek perkembangan yaitu : aspek perkembangan social emosional, aspek

perkembangan nilai agama dan moral, aspek perkembangan bahasa,aspek

(17)

4

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap sekolah

atau pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana untuk

memenuhi keperluan atau kebutuhan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social emosional, dan

kejiwaan anak didik. Namun demikian masih banyak keluhan dari masyarakat

mengenai indahnya kualitas hasil pendidikan yang menginginkan dan bangga jika

anak mereka pandai dalam membaca,menulis dan berhitung (calistung) secara

instan. Keluhan tersebut harus ditanggapi secara positif oleh lembaga pendidikan,

terutama guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah.

Dalam pembelajaran sehari-hari di Taman Kanak– kanak masih banyak ditemui

permasalahan seperti : pendidikan guru yang kurang memadai, orang tua yang

terlalu memanjakan anaknya,sarana prasarana yang belum mencukupi, anak yang

mudah marah, anak yang masih takut ditinggal orangtuanya, anak yang belum

bisa empati dengan temannya, guru yang kurang perhatian dengan anak –

anaknya, orang tua yang menuntut anaknya harus pintar, anak belum dapat

mengenal huruf, anak yang kesulitan untuk berbicara dengan sempurna, anak

yang masih bingung membedakan huruf b dan huruf d, anak belum dapat

bersosialisasi dengan lingkunagan dan teman – temannya, anak belum bisa

mengalah dengan temannya, anak masih suka bermusuhan, dan lainnya.

Untuk itu setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda - beda.

Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling berkaitan antara

proses biologis, proses sosio emosional dan proses kognitif. Ketiga hal tersebut

(18)

5

Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak menghadapi

berbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan selanjutnya.

Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada

saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain.

Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak tidak

hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga

menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa (Izzaty:2005).

Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak tidak bisa hanya

menyelesaikan satu aspek saja. Akan tetapi setiap permasalahan anak harus di

analisis latar belakang atau penyebabnya dan ditangani secara menyeluruh yang

mempertimbangkan aspek biologis, sosio emosional serta aspek kognitifnya.

Pembelajaran semestinya ditekankan pada suasana pembelajaran yang

memanfaatkan permainan. Sebagai model pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Insan Mandiri. Hendaknya dilakukan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan

bagi peserta didik, untuk itu pendidikan diberikan dalam rangka membantu

individu untuk mengembangkan kecerdasan, hidup berkualitas dan memperoleh

ksejahteraan hidup. Untuk mencapai hal itu, pendidikan perlu diberikan sejak usia

dini, sejak lahir ataupun sejak dalam kandungan.

Pendidikan anak usia dini memegang peran yang sangat penting dalam

perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak.

Anak yang berusia 5-6 tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang

sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa ini

(19)

6

rangka pengembangan potensi anak sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah

pentingnya bagi perkembangan kecerdasan anak yaitu pengendalian sosial

emosional anak.

Anak – anak perlu dikembangkan potensinya untuk mencapai bakat, minat dan

cita – citanya dengan cara menitipkan anak – anaknya di Pendidikan Anak Usia

Dini. Sehingga anak – anak mudah dan terbiasa bersosialisasi dengan teman –

temannya. Dan juga mendapatkan pengetahuan baru, seperti membaca, menulis

dan berhitung dengan cara bermain. Terutama mengenal huruf.

Perkembangan kemampuan membaca Anak Usia Dini menurut Steinberg dalam

(Izzaty:2005) mengutip pendapatnya “kemampuan membaca Anak Usia Dini

dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu : tahap timbulnya kesadaran

terhadap tulisan, tahap membaca gambar, tahap pengenalan huruf, dan tahap

membaca lancar.” Jadi sangat jelas bahwa orang tua dan lingkungan sekitar anak

memiliki peranan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pelaksanaan program pembelajaran yang seperti sekolah

dasar mini kurang baik dilaksanakan dalam pembelajaran di Taman Kanak –

kanak. Karena akan membuat anak jenuh, bosan dan malas. Bahkan akan

membuat anak takut untuk kesekolah. Terutama bila guru sedang mengenalkan

huruf pada anak.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK Insan Mandiri Bandar Lampung

mayoritas anak belum mengenal lambang huruf. Ini terlihat dari 20 anak yang ada,

(20)

7

Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran cenderung bersifat abstrak, anak

jarang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan, dalam mengenalkan

lambang huruf pada anak,guru jarang menggunakan media, akibatnya pemahaman

anak terhadap huruf masih sangat kurang.

Berdasarkan uraian diatas, kemampuan berbahasa dalam mengenal huruf di TK

Insan Mandiri perlu ditingkatkan. Untuk itu, maka judul penelitian ini adalah

upaya peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf dalam lingkup bahasa

melalui permainan taplak di TK Insan Mandiri bandar lampung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka identifikasi

masalah antara lain :

1. Guru masih melaksanakan pembelajaran yang bersifat akademik.

2. Guru belum memanfaatkan permainan sebagai model pembelajaran di TK

Insan Mandiri.

3. Guru belum menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai

dengan kegiatan pembelajaran.

4. Guru belum melibatkan anak saat proses pembelajaran sehinggan anak

belum mendapatkan pengalaman belajar langsung.

5. Guru belum memahami tentang pembelajaran untuk Anak Usia Dini yang

baik dan benar.

6. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru.

(21)

8

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan

a. Berdasarkan identifikasi tersebut diatas diajukan rumusan masalah

sebagai berikut : anak belum mampu mengenal huruf di TK Insan Mandiri

Kecamatan Tanjung Senang.

b. Maka permasalahan penelitian adalah :

1) Apakah dengan memanfaatkan permainan taplak dapat meningkatkan

kemampuan anak dalam mengenal lambang huruf di TK Insan Mandiri?

2) Bagaimanakah model permainan taplak dalam meningkatkan

kemampuan dalam mengenal lambang huruf pada anak di TK Insan

Mandiri?

c. Dengan demikian judul PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini adalah

Upaya peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf dalam lingkup

bahasa melalui permainan Taplak di TK INSAN MANDIRI Bandar

Lampung Tahun 2015.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian

ini adalah :

1) Untuk mengetahui manfaat permainan TAPLAK dalam meningkatkan

kemampuan anak dalam mengenal lambang huruf di TK Insan Mandiri.

2) Untuk menganalisis model permainan TAPLAK dalam meningkatkan

kemampuan anak dalam mengenal lambang huruf pada anak di TK Insan

(22)

9

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan perbaikan

pembelajaran, diperoleh banyak sekali manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Secara Teoritis

a) Sebagai pendorong untuk meningkatkan pelaksanaan pendidik sehingga

dapat menjadi produk pengetahuan bagi orangtua dan guru.

b) Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa

anak terutama mengenal lambang huruf.

2. Secara Praktis

a. Manfaat bagi siswa

1) Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar anak dalam aspek

pembelajaran bahasa.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep perkembangan bahasa yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Manfaat bagi guru

1) Memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternative

pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi bahasa,

(23)

10

2) Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan

perencanaan dan evaluasi kemampuan siswa.

3) Dapat memperbaiki proses pembelajaran dan mengembangkan

profesionalisme keguruan.

c. Manfaat bagi sekolah

1) Siswa yang bersangkutan akan lebih maju karena siswa dan gurunya

sama-sama memiliki kemampuan yang bagus.

2) Sekolah tidak akan enggan atau ragu untuk melengkapi fasilitas sarana

dan prasaran demi tuntutan kemajuan zaman.

3) Sekolah dipercaya dan didukung oleh masyarakat jika mutu atau SDM

(24)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Belajar Anak Usia Dini

Menurut Sujiono (2009:138) Kegiatan pembelajaran pada Anak Usia Dini pada

hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat

rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan

pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus

dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki anak.

2.1.1 Hakikat Program Pembelajaran pada Anak Usia Dini

Bennet, Finn dan Cribb dalam Sujiono (2009:138), menjelaskan bahwa pada

dasarnya pengembangan program pembelajaran adalah pengembangan sejumlah

pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya

pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri,

tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai

alternative.

Selain itu, hal ini membantu anak – anak dalam mengembangkan kebiasaan dari

setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan mereka

untuk memasuki dunia orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Unsur utama

(25)

12

Pendidikan awal dimasa kanak – kanak diyakini memiliki peran yang amat vital

bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya.

2.1.2 Tujuan Program Pembelajaran

Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar kearah

perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan

oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk

pertumbuhan serta perkembangan pada tahap berikutnya. Untuk mencapai tujuan

program pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak

usia dini yang berorientasi pada : (1) tujuan yang mengarah pada tugas – tugas

perkembangan disetiap rentang usia anak; (2) materi yang diberikan harus

mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan taraf

perkembangan anak (DAP= Developmentally Approriate Practice); (3) metode

yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan

mampu melibatkan anak secara aktif, kreatif dan menyenangkan; (4) media dan

lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman,nyaman dan menimbulkan

ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi;

(5) evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah

assessment melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat,

didengar dan diperbuat oleh anak (Bredekamp dalam Sujiono, 2009: 139).

2.1.3 Fungsi Program Pembelajaran

Sujiono (2009:139) berpendapat bahwa fungsi program pembelajaran diantaranya

adalah: (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai

(26)

13

mengembangkan sosialisasi anak; (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan

disiplin pada anak, dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati

masa bermainnya.

Selanjutnya Sujiono (2009:140) tujuan program pembelajaran pada anak usia dini

adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh berdasarkan

berbagai dimensi perkembangan anak usia dini baik perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat

menyesuaikan diridengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan

perkembangan pada tahapan berikutnya.

2.2 Bahasa Pada Anak Usia Dini

Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa.

Dengan bahasa manusia bisa bergaul sesame manusia dimuka bumi ini.

Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi

perkembangan anak. Suhartono menyatakan bahwa dengan bantuan bahasa anak

tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi didalam kelompok.

2.2.1 Fungsi bahasa bagi anak

Piaget, Vigotsky dan Bruner dalam Tampubolon (1991:13) berpendapat bahwa

bahasa memungkinkan perkembangan pikiran abstrak dan konseptual.

a) Sebagai alat komunikasi, membantu pembentukan dan mendorong

perkembangan pikiran,

b) Sebagai sarana untuk mendengarkan,

(27)

14

d) Sebagai peranan dalam membaca dan menulis.

2.2.2 Permasalahan bahasa bagi anak

Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bahasa bagi anak, antara lain :

a) Keterbatasan kata–kata yang diketahui

b) Terdapat orang tua atau orang – orang disekitar anak yang sengaja berbicara

dengan lafal yang dibuat–buat.

c) Adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga

anak belum dapat menyebutkan bunyi – bunyian huruf tertentu, misal : huruf

“r” dan lainnya.

2.2.3 Peranan bahasa

a) Sebagai sarana utama untuk berpikir

b) Sebagai alat penerus pengembangan bahasa bagi anak

2.2.4 Tahap perkembangan bahasa bagi anak

Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode

Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik

inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang

merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.

2.2.5 Cara mengembangkan bahasa anak

1. Biasakan menggunakan bahasa yang benar, bukan “oh,mimik cu cu ya?” tetapi

“oh,mau minum susu,ya?”

2. Gunakan kalimat pendek,

(28)

15

4. Orang tua dan orang disekitar anak, jika berkata harus dengan mimik yang

jelas, karena anak masih belajar.

2.3 Bermain Pada Anak Usia Dini

2.3.1 Hakikat Bermain

Bermain adalah kegiatan yang anak – anak sepanjang hari karena bagi anak

bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty dalam Sujiono:144).

Anak–anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya

dimanapun mereka memiliki kesempatan.

Piaget dan Mayesty dalam Sujiono(2009:144) mengatakan bahwa bermain adalah

suatu kegiatan yang dilakukan berulang – ulang dan menimbulkan

kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Sujiono

(2009:144) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi; diharapkan

melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain

itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan

siapa ia hidup serta lingkungan dimana ia hidup.

Selanjutnya Dockett dan Fleer dalam Sujiono (2009:144) berpendapat bahwa

bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan

memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas

lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai

(29)

16

2.3.2 Batasan Bermain

Patmonodewo (2008:102) pada kehidupan sehari – hari kegiatan bermain begitu

mudah diamati namun dalam beberapa situasi, bermain sulit dibedakan dengan

kegiatan yang bukan bermain. Schwartzman dalam Patmonodewo (2008:102)

mengemukakan suatu batasan bermain sebagai berikut :

Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura–pura; bermain bukan sesuatu yang

sungguh – sungguh; bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan

sebagainya. Bekerja pun dapat diartikan bermain sementara kadang – kadang

bermain dapat dialami sebagai bekerja; demikian pula anak yang sedang bermain

dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata, sungguh –

sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

Dalam kenyataannya walaupun suatu kegiatan bersifat sungguh – sungguh masih

juga sulit untuk dipisahkan antara bekerja dan bermain. Sesuatu kegiatan dapat

dinilai lebih banyak mengandung nilai bekerja atau lebih banyak bermain.

Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang dalam

rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan

bimbingan dan berakhir pada bermain yang diarahkan. Dalam bermain bebas dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan

melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana

menggunakan alat–alat tersebut. Sedangkan kegiatan bermain dengan bimbingan,

guru memilih alat permainan dan diharapkan anak – anak dapat memilih guna

(30)

17

klasifikasi benda dalam ukuran tertentu (besar/kecil), maka guru akan

menyediakan sejumlah mainan yang dapat diklasifikasikan dalam kelompok yang

berukuran besar atau yang kecil). Dalam bermain yang diarahkan, guru

mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus.

Menyanyikan suatu lagu, bersama bermain jari dan bermain dalam lingkaran

adalah contoh dari bermain yang diarahkan.((Bregen dalam Patmonodewo:2008).

2.3.3 Tujuan bermain pada anak usia dini

Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan

atau pertumbuhan optimal Anak Usia Dini melalui pendekatan bermain yang

kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Dan

terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah

perkembangan kreativitas dari anak–anak. semua anak usia dini memiliki potensi

kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak

yang satu dengan yang lainnya (Catron dan Allen dalam Sujiono,2008:145).

2.3.4 Karakteristik bermain pada anak usia dini

Jeffree, McConkey dan Hewson dalam Sujiono (2008:146) berpendapat bahwa

terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh

stimulator, yaitu:

1) Bermain muncul dari dalam diri anak.

2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati. 3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.

4) Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil. 5) Bermain harus didominasi oleh pemain.

(31)

18

2.3.5 Klasifikasi dan jenis bermain

Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan didalam program

pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan

seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson dalam Sujiono

(2009:146), yakni:

1) Permainan eksploratif (exploratory play), 2) Permainan dinamis (energetic play),

3) Permainan dengan keterampilan (skillful play), 4) Permainan social (social play),

5) Permainan imajinatif (imaginative play) dan 6) Permainan teka–teki (puzzle-it-out play).

Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan

yang lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu

permainan dapat mengembangkan jenis permainan yang lainnya. Justru

keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik

tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.

2.3.6 Tahapan dan perkembangan bermain

Dalam bermain anak belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan orang yang

ada disekitarnya. Dari interaksi dengan lingkungan dan orang–orang disekitarnya

maka kemampuan sosialisasi anak pun menjadi berkembang. Berikut ini enam

tahapan perkembangan bermain pada anak menurut Parten dan Rogers dalam

Dockett dan Fleer dalam Sujiono (2009:147-148) :

1) Unoccupiedatau tidak menetap, 2) Onlookeratau penonton/pengamat,

3) Solitary independent playatau bermain sendiri, 4) Parallel activityatau kegiatan parallel,

5) Associative playatau bermain dengan teman,

(32)

19

2.3.7 Perkembangan tingkah laku bermain

Patmonodewo (2008:108) Anak usia prasekolah biasanya bermain menggunakan

alat permainan, tetapi dengan bertambahnya usia maka kegiatan bermain dengan

benda– benda menurun. Pada akhir usia prasekolah, anak – anak biasanya

melakukan bermain konstruktif, bermain membuat suatu bentuk atau bangunan.

Benda – benda yang ditemui akan diperlakukan secara simbolis atau bermain

dengan beberapa aturan.

Selanjutnya Patmonodewo berpendapat anak – anak usia prasekolah biasanya

bermain dengan mengeluarkan banyak tenaga, misalnya : lari, kejar – kejaran,

bermain perang – perangan. Makin meningkatnya kematangan anak, tidak perlu

bermain dengan hadirnya alat permainan. Anak– anak yang telah berusia 3 tahun

dapat melakukan permainan yang menggambarkan peran anggota keluarganya.

Anak yang lebih matang mampu menirukan peran orang – orang diluar keluarga.

Pada saat anak menginjak usia sekolah, bermain sosio-dramatis menurun secara

drastic. Sedangkan bermain yang disertai peraturan, menunjukkan anak mencapai

tahapan konkret operasional (7-12 tahun).

2.3.8 Peran guru dalam bermain

Bjorkland dalam Patmonodewo (2008:108) peran guru dalam kegiatan bermain

dalam tatanan sekolah atau kelas sangat penting. Guru harus berperan sebagai

pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, melakukan evaluasi dan

melakukan perencanaan. Dalam tugasnya sebagai pengamat, guru harus

melakukan observasi bagaimana interaksi antar anak maupun dengan benda –

(33)

20

mengamati anak – anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul

dengan teman sebayanya.

2.3.9 Pengembangan aktivitas bermain

Hampir semua program kegiatan pendidikan prasekolah menyelenggarakan

kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya. Untuk hal tersebut para

guru sebaiknya merencanakan secara cermat kegiatan bermain tersebut dengan

dukungan lingkungan sekolah dan materi bermain dianggap sangat penting.

Kegiatan bermain dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan kelas.

Umumnya sebagian kegiatan di luar dan di dalam sama pentingnya namun berbeda

keuntungannya (Patmonodewo:2008).

2.4 Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini

2.4.1 Pendekatan Tematik

Pendekatan tematik adalah organisasi dari kurikulum dan pengalaman belajar

melalui pemilihan topik. Apabila pemilihan topik dalam pendekatan tema

dilakukan dengan baik, akan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mempelajari fakta dalam konteks yang bermakna dalam pengembangan

keterampilan dan pengetahuan anak akan berkembang sesuai dengan tujuan

kegiatan. Dalam pendekatan dengan kurikulum yang terintegrasikan, contohnya

bila anak belajar di luar ruang mereka akan belajar segalanya. Bila anak pergi

kesuatu kolam ikan, sekaligus anak akan belajar bahasa dengan bertambahnya

perbendaharaan kata, (misalnya ikan lele, ikan mas, ganggang air); keterampilan

(34)

21

sawah; anak juga belajar mengelompokkan berbagai macam ikan yang ada di

kolam, dan sebagainya (Patmonodewo:2008).

2.4.2 Model Kelas Berpusat Pada Anak

Strategi pembelajaran berpusat pada anak ditandai dengan : (1) adanya materi

yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak; (2) metode pembelajaran

yang mengacu pada center of interest melalui pengembangan tematik; (3) media

dan sumber belajar yang dapat memperkaya lingkungan belajar dan (4)

pengelolaan kelas yang bersifat demokrasi, keterbukaan, saling menghargai,

kepedulian dan kehangatan (Sujiono;2009).

2.4.3 Model Keterampilan Hidup

Model ini berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup umum, bertujuan

untuk mengenalkan kepada anak kehidupan nyata yang akan dihadapinya.

Dimensi keterampilan hidup antara lain: keterampilan untuk kemandirian,

karakteristik perkembangannya antara lain: dapat menuang air minum sendiri,

dapat makan sendiri, dapat memakai dan melepas pakaian sendiri, dan sebagainya

(Sujiono:2009).

2.4.4 Model BCCT (Beyond Centre and Circle Time)

Sujiono (2009;217) Model BCCT adalah suatu metode atau pendekatan dalam

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan perpaduan antara teori

dan pengalaman praktik.

2.4.5 Model Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak

(35)

22

Fase berpikir kreatif : persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi

a) Karakteristik kreativitas : kelancaran, kelenturan, keaslian, elaborasi,

keuletan dan kesabaran.

b) Penerapan potensi kecerdasan jamak, yang merupakan ungkapan dari cara

berpikir seseorang yang dapat dijadikan modal dalam belajar melalui

bermain.

2.5 Permainan Taplak

Taplak adalah permainan yang arenanya berbentuk kotak – kotak. Permainan ini

dapat di lakukan minimal dua orang. Manfaat permainan taplak untuk anak adalah:

1. Melatih keseimbangan tubuh anak.

2. Melatih kemampuan reka visual.

3. Meningkatkan kemampuan motor planning (perencanaan gerak).

4. Meningkatkan kemampuan diferensiasi tekstur berdasarkan indera perabaan.

5. Anak menjadi lebih kreatif.

6. Mengembangkan kecerdasan logika anak.

7. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.

2.6 Pengertian Permainan Kartu Huruf

Permainan kartu huruf adalah bentuk permainan dari suatu kegiatan untuk

menerjemahkan pengalaman kedalam symbol – symbol huruf yang dapat

digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Permainan kartu huruf ini dapat

(36)

23

dengan panca indera. Dengan melihat, menyusun, menyebutkan, membedakan dan

mencocokkan lambang huruf vocal dan huruf konsonan.

Permainan kartu huruf dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak dengan

baik. Permainan yang digunakan pada penelitian ini adalah permainan taplak,

(37)

24

2.7 Kerangka Pikir Penelitian

KONDISI AWAL

siswa

(38)

25

2.8 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Berdasarkan Kajian pustaka dan kerangka pikir penelitian maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut : pemanfaatan Permainan “taplak” dapat

meningkatkan kemampuan siswa mengenal lambang huruf untuk persiapan

(39)

26

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian bias diartikan suatu proses analisis dan pengumpulan

data penelitian. Melaksanakan penelitian tindakan kelas dibutuhkan tahapan–

tahapan, yaitu perencanaan (planning); tindakan (acting); pengamatan

(observasi);dan refleksi (reflecting).

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok B Insan Mandiri Way Kandis,

Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung. Yang menjadi subjek

penelitian ini adalah siswa kelompok B yang berjumlah 20 siswa pada

semester kedua tahun pelajaran 2014-2015.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Insan Mandiri yang berada di Jl. Ratu

Dibalau Gg. Cempaka VIII Kelurahan Way Kandis Kecamatan Tanjung

Senang Bandar Lampung. Saya meneliti di TK Insan Mandiri karena saya

(40)

27

Dapat memanfaatkan waktu yang ada, maka saya memilih untuk meneliti

murid–murid di TK Insan Mandiri.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas B1, dengan jumlah siswa 20 anak.

Yang terdiri dari 9 anak laki–laki dan 11 anak perempuan.

Orang tua siswa di TK Insan Mandiri adalah didominasi dengan keadaan

ekonomi menengah kebawah. Tetapi dalam dukungan kepada siswa dan

guru, dan semua siswa termasuk anak – anak yang ceria dan mendapat

perhatian lebih dari orang tua mereka.

3.4 Sumber Data

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan tertuju pada anak, karena penelitian

itu dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan yang ada pada anak. Sumber

data yang dijadikan bahan penelitian pun bersumber pada anak, yang sering

juga disebut data primer, berbentuk portofolio hasil berbagai pekerjaan anak.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan guru dan evaluasi diri anak

serta catatan anecdot, daftar ceklis, dan skala penilaian..

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Ada beberapa alat teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan penelitian yang dilakukan dengan

mengamati perilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu atau kegiatan.

Dalam melakukan observasi ini dapat dilengkapi dengan beberapa alat

(41)

28

3.5.2 Daftar Cek(Check List)

Daftar cek dapat digunakan sebagai alat rekam data yang disesuaikan

dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Daftar cek yang telah diisi oleh

guru harus dimaknai dan diinterpretasi oleh guru sendiri.

Menginterpretasikannya dengan cara mengkonsultasikan data dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan dengan member

kesimpulan apakah anak didik telah berhasil atau belum dalam kegiatan

belajar hari itu, dan dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi.

3.6 Analisis Data

Teknik analisis data disesuaikan dengan datanya. Pada umumnya data yang

berbentuk kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu

membandingkan data kuantiitatif dari kondisi awal, siklus I, siklus II, dan

siklus III. Tabel dibawah ini merupakan kriteria indikator penilaian peneliti.

Tabel 3.1Kriteria Penilaian

Jenis penilaian Kriteria

BB (belum berkembang) Apabila anak belum dapat mencapai satupun indikator yang ditetapkan MB (Mulai berkembang) Apabila anak mulai dapat mencapai satu

indikator yang ditetapkan BSH (berkembang sesuai

harapan) 

Apabila anak sudah dapat mencapai lima indikator yang ditetapkan

BSB (Berkembang sangat

baik) 

Apabila anak sudah dapat mencapai lebih dari lima indikator yang ditetapkan

Adapun dalam memperoleh data untuk mengetahui keberhasilan pada

indikator yang diberikan : 1) anak dikatakan belum berkembang (BB) apabila

anak belum dapat mencapai satupun indikator yang ditetapkan. 2) anak

(42)

29

indikator yang ditetapkan 3) anak dikatakan berkembang sesuai harapan

(BSH) apabila anak dapat mencapai semua indikator yang ditetapkan. 4) anak

dikatakan berkembang sangat baik (BSB) apabila anak dapat mencapai lebih

dari semua indikator yang ditetapkan.

Teknik analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Data berbentuk bilangan / kuantitatif dianalisis secara deskriptif yaitu

dengan membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, yaitu dari

siklus ke 1 sampai siklus ke III.

b. Data yang berbentuk kualitatif dianalisis secara kualitatif berdasarkan hasil

observasi/ pengamatan dan refleksi dari kondisi awal yaitu siklus ke I

sampai siklus ke III.

3.7 Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila kemampuan mengenal lambang

huruf sudah berkembang sesuai harapan dalam semua aspek telah dicapai

minimal 70% anak, yang meliputi aspek–aspek:

a. Menyebutkan lambang huruf

b. Menunjukkan lambang huruf

c. Membedakan lambang huruf

d. Mengurutkan lambang huruf

(43)

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terhadap anak

kelompok B TK Insan Mandiri Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung

dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pembelajaran dengan menggunakan metode permainan taplak menggunakan

kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambing huruf. Hal ini

terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas pengenalan lambing huruf dalam

proses kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata

persentase aktivitas pengenalan lambing huruf mencapai 30,00% dan

meningkat sebesar 20,00%, pada siklus II menjadi 50,00%, pada siklus III

mengalami peningkatan 24,00% menjadi 74,00%. Dari hasil tersebut maka

dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan permainan taplak

menggunakan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal

Lambang huruf.

b. Pembelajaran dengan menggunakan permainan taplak kartu huruf dapat

meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja

guru pada setiap siklusnya. Padasiklus I kinerja guru “cukup” dan meningkat

(44)

64

dari siklus I dan siklus II menjadi“baik sekali”. Dari hasil berikut maka dapat

diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

permainan taplak kartu huruf dapat meningkatkan kinerja guru pada

pembelajaran di kelas.

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian dan kondisi lapangan tempat penelitian saran yang di

berikan dalam meningkatkan kemampuan bahasa pada anak kelompok B TK Insan

Mandiri Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung yang di implementasikan

melalui aktivitas pengenalan lambang huruf melalui permainan taplak sebagai

berikut:

a. Saran bagi Guru

Membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan

mengenal lambing huruf yang baik dan sesuai dengan anak usia dini di PAUD.

Guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan pembelajaran

/kegiatan dalam kemampuan mengenal lambing huruf yang berpusat pada anak

dan menyenangkan bagi anak.

Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru melakukan suatu tindakan untuk

mengetahui kemampuan membaca anak didiknya kemudian membuat pemetaan

terhadap anak-anak yang berkesulitan mengenal huruf. Guru sebaiknya

menggunakan metode belajar efektif pada anak misalnya dengan permainan

(45)

65

Guru sebaiknya menjalin kerjasama dengan orang tua anak didik agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik karena keluarga merupakan faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan anak didik.

b. Saran Bagi Sekolah

Menjadikan lembaga atau sekolah yang dapat memberikan pembelajaran yang

sesuai dengan perkembangan alamiah anak, dan sekolah yang menyenangkan

baik kualitas maupun kuantitasnya.

c. Saran Bagi Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), untuk lebih memahami tugas

seorang guru serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran dengan mengetahui

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional . 2009.Peraturan Pemerintah No 58 Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta

Endang. 2014.Peraturan Diknas,UU Sisdiknas.http://endang965.wordpress.com (31 Januari 2014)

Izzaty Rita Eka. 2005.Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Jalal Sabab. 2012.Definisi Bermain Dan Pentingnya Bermain Bagi Anak. http//sababjalal.wordpress.com (12 Januari 2014)

Patmonodewo Soemiarti. 2008.Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta. Rineka Cipta

Sujiono Yuliani Nurani. 2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. PT Indeks

Tampubolon. 1991.Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung. Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan terhadap intensitas penyakit busuk batang yang disebabkan oleh S.rolfsii pada berbagai konsentrasi inokulum dilihat pada Tabel 3... Persentase

teknologi; atau (iv) penggunaan Produk atau bagian dari Produk dalam praktek proses jika Pembeli tidak memasukkan Produk ke dalam alat yang mana pengguna akhirnya adalah konsumen;

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)

Peninjauan pribadi dilakukan dengan jalan pimpinan BMT Buana Kartika secara langsung datang dan melihat sendiri pelaksanaan rencana yang telah ditentukan. Dalam peninjauan

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat