• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK PROBING - PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KO NEKSI MATEMATIS SISWA SMP: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK PROBING - PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KO NEKSI MATEMATIS SISWA SMP: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran

Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi

Matematis Siswa Smp

Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh Nida Nuzul Fitria

1002366

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penerapan Teknik Probing-Prompting

dalam Pembelajaran Matematika

untuk Meningkatkan Kemampuan

Koneksi Matematis Siswa SMP

Oleh

Nida Nuzul Fitria

(3)

© Nida Nuzul Fitria 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(4)

PENERAPAN TEKNIK PROBING-PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIS SISWA SMP

Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dra. Encum Sumiaty, M.Si NIP. 196304201989032002

Pembimbing II,

Entit Puspita, S.Pd., M.Si NIP. 1967040819994032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Andam. (2011). Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kontekstual.[Online].Tersedia:http://damholic.blogspot.com/2011/02/perbeda an-dari-cara-pembelajaran.html yang direkam pada februari 2011. [30 Januari 2014]

Anggrek, Wulan. (2011). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia : http://hamdianaputrie.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran

konvensional.html yang direkam pada tanggal 30 april 2011. [4 Februari 2014]

Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Erlangga : Jakarta.

Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Sikap Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal: 2-4.

Fauzi, Muhammad Amin. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hake, R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf direkam pada 1999. [13 Februari 2014]

(7)

67

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herdian. (2010). Kemampuan Koneksi Matematika. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematis/ yang direkam pada tanggal 27 Mei 2010. [4 Februari 2014]

Iis. (2013). Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah. [Online]. Tersedia:

http://matematikalujeng.blogspot.com/2013/02/tujuan-pembelajaran-matematika-sekolah.html yang direkam pada tanggal 7 Februari 2013. [2 Maret 2014]

Iskandar, Denny. (2012). Handout Perkuliahan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia: tidak diterbitkan.

Kusuma, Mega Listyotami. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII A SMP N 15 Yogyakarta melalui Model Pembelajaran Learning Cycle “5E”. Disertasi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Mandur, K., dkk. (2013). Kontribusi Kemampuan Koneksi, Kemampuan Representasi, dan Disposisi Matematis terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMA Swasta di Kabupaten Manggarai. Jurnal Program Pascasarjana. Hal 1-10.

Meltzer, David E. (1999). The relationship between mathematics preparation and conveptual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostic pretest scores. Departement of physics and astronomy: Iowa State University

Muflihin. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skipsi FPMIPA UPI Bandung :Tidak diterbitkan.

(8)

68

Nurindahca, B. (2011). Pengertian Probing Prompting. [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201098-pengertian-probing-prompting/#ixzz2DfB3Qz6v yang direkam pada tanggal 17 Agustus 2011. [31 Desember 2012]

Permana dan Sumarmo. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Education Journal. 1, (2), 116-123.

Rokhaeni, Arsinah. (2011). Penerapan Model Core dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skipsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rosdiana, Nita. (2011). Penggunaan Teknik Probing-Prompting Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skipsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Tarsito : Bandung.

Sabandar, J. (2008). “Thinking Classroom” dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Simposium Internasional

Sarbani, B. (2008). Standar proses pembelajaran matematika. [Online]. Tersedia: http://bambangsarbani.blogspot.com/2008/10/standar-proses-pembelajaran-matematika.html yang direkam pada Oktober 2008. [4 Februari 2014]

Setiawan, A. (2009) Implementasi Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure sebagai Upayan Peningkatan Koneksi Matematika. Skripsi Jurdikmat UPI: Tidak diterbitkan.

(9)

69

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suherman, Erman. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Wijayakusumah : Bandung.

Suherman, Erman. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-Out Perkuliahan. Jurusan Pendidikan Matematika. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sulistyaningsih, D., dkk. (2012). Model Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik. Unnes Journal of Mathematics Education Research. 1, (2), 122-127.

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.

Trihandayani, Indah. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matemat is Siswa SMP. Skipsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Wardhani. (2011). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/06/pembelajaran-konvensional/

yang direkam pada tanggal 6 september 2011. [31 Januari 2014]

(10)

ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK PROBING-PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Nida Nuzul Fitria NIM. 1002366

Penelitian ini mengkaji “Penerapan Teknik Probing-Prompting dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP”. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen pada pokok bahasan segi empat yang dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui apakah peningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvesional; 2) Mengetahui sikap siswa terhadap implementasi teknik probing-promptingn dalam pembelajaran matematika. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok kontrol non-ekuivalen. Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan koneksi matematis siswa (pretes dan protes); instrumen nontes yang terdiri dari lembar observasi, angket sikap siswa terhadap pembelajaran, dan jurnal harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvesional. Selain itu, Sikap siswa terhadap implementasi teknik probing-promptingndalam pembelajaran matematika secara umum tergolong positif.

(11)

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE APPLICATION OF PROBING-PROMPTING TECHNIQUE IN THE MATHEMATICS LEARNING TO INCREASE ABILITY OF

JUNIOR HIGH STUDENTS’ MATHEMATICAL CONNECTION (Quasi-Experimental Study of 7th Grade Students at One of Junior High

School in Bandung during the 2013/2014 Educational Year)

Nida Nuzul Fitria NIM. 1002366

The research studies “The Application of Probing-Promptimg Technique in

the Mathematics Learning to Increase Ability of Junior High Students’

Mathematical connection” The research used a quasi-experiment method in the rectangular Discussion, carried out at 7th Grade Class of the fifteen Junior High School during the second semester of 2013/2014 educational year. It is aimed at: (1) knowing if the ability enhancement of the junior high students’ connection taking the probing-prompting technique is better than that of the junior high students taking a conventional technique learning and (2) knowing how students respond to the probing-prompting technique implementation. The research used the non-equivalent control group design. Samples were not randomised. The research instruments were the test instrument of student mathematical connection (both pre- and post-test) and the non-test instrument (questionnaire, daily journals, and observation sheets). The research reveals that the ability enhancement of the students’ mathematical connection in the experimental classroom is better than that of the control classroom. The students’ response (attitude) toward probing-prompting technique implementation in mathematics learning are positive.

(12)

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematikanya (bidang matematika dan bidang ilmu lainnya). Tim MKPBM (2001:18) mengemukakan bahwa “matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep–konsep matematika”. Konsep-konsep matematika merupakan bagian dari aktivitas manusia yang kemudian disadari dan dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang selanjutnya digunakan untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan begitu dekatnya matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Pentingnya matematika dalam kehidupan dapat dirasakan dan dilihat dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Bahkan untuk mempelajari mata pelajaran lain diperlukan keterampilan matematika yang sesuai. Artinya kemampuan matematika menjadi wajib dimiliki oleh setiap masyarakat terutama siswa di sekolah formal.

(13)

2

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianggap sulit, menakutkan bahkan ada sebagian dari mereka yang membenci matematika. Hal ini menyebabkan siswa malas belajar matematika, sehingga proses pembelajaran juga tidak berjalan dengan baik.

Permana dan Sumarmo (2007:17) mengemukakan bahwa “pada hakekatnya, matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik

mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu dengan lainnya”. Hal ini menunjukkan bahwa matematika erat kaitannya dengan kemampuan koneksi.

Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika seperti yang tercantum dalam PERMENDIKNAS No. 22 tahun 2006 (Iis, 2013) sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematik.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(14)

3

yang saling terpisah, namun matematika sebagai ilmu merupakan satu kesatuan, hierarkis dalam penyampaian dan pemahamannya (Fauzi, 2011:3). Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari masalah yang terjadi dalam kehidupan, ada manfaatnya pada bidang lain selain matematika. Mengaitkan satu konsep dengan konsep lain merupakan salah satu komponen dari kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar matematika. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh the National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (Fauzi, 2011:3) bahwa koneksi merupakan salah satu bentuk kemampuan dari lima standar proses yaitu „pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), representasi (representation) dan koneksi (connections)‟. Oleh karena itu, kemampuan koneksi dalam pembelajaran matematika merupakan suatu hal yang penting. Namun dari hasil survey yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2009 (Rokhaeni, 2011:4) bahwa Indonesia menduduki peringkat 58 dari 65 negara partisipan. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep matematika ke dalam masalah-masalah yang berkaitan sangat rendah. Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa 66% siswa Indonesia hanya mampu mengenali tema masalah, tetapi tidak mampu menemukan keterkaitan antara tema masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Berikut ini salah satu contoh soal PISA:

(15)

4

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Circle either ‘yes’ or ‘no’ for each design to indicate whether the garden bed

can be made with 32 centimeters timber?

Garden bed design Using this garden, can the garden be made with 32 meters of timber?

Design A Yes/No

Design B Yes/No

Design C Yes/No

Design D Yes/No

Kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal ini seharusnya telah dipelajari siswa sejak di SD, yaitu tentang menghitung keliling persegi, persegi panjang dan jajargenjang dan kemampuan memecahkan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling persegi, persegi panjang dan jajargenjang. Contoh soal tersebut tidak hanya menuntut siswa untuk menghitung keliling dan luas bangun, namun juga menuntut kemampuan untuk menerapkan pengetahuannya. Soal ini sederhana, namun cukup menyulitkan siswa yang tidak terbiasa menerapkan pengetahuan matematis dalam suatu situasi (Wardhani dan Rumiati, 2011:38). Kebanyakan siswa Indonesia mengetahui tema masalah tersebut mengenai keliling segiempat namun untuk menerapkan konsep tersebut ke dalam masalah-masalah yang berkaitan sangat rendah.

(16)

5

melakukan koneksi antar topik matematika ada 4 siswa (5,8%) yang tergolong memiliki kemampuan tinggi, 3 siswa (4,3%) memiliki kemampuan sedang dan 62 siswa (89,9) memiliki kemampuan rendah, kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematik dengan disiplin ilmu lain ada 3 siswa (4,3%) tergolong memiliki kemampuan tinggi, 7 siswa (10,1%) memiliki kemampuan sedang dan 59 siswa (85,5%) memiliki kemampuan rendah, kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematik dengan dunia nyata ada 24 siswa (34,8%) yang tergolong memiliki kemampuan tinggi, 12 siswa (17,4%) memiliki kemampuan sedang dan 33 siswa (47,8%) memiliki kemampuan rendah (Setiawan, 2009:3). Selain itu, berdasarkan hasil diskusi dengan salah satu guru bidang studi matematika di SMPN 15 Bandung, yamg menyatakan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 75 keatas tidak lebih dari 35%. Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam soal-soal pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan koneksi matematis peserta didik akan mempengaruhi kualitas belajar peserta didik yang berdampak pada rendahnya prestasi peserta didik di sekolah. Selanjutnya melatih siswa dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah bukanlah hal yang mudah bagi guru. Suatu upaya guru untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dapat digunakan berbagai macam strategi, metode, model ataupun teknik pembelajaran. Ruseffendi (Trihandayani, 2012:9) mengemukakan bahwa dengan menggunakan teknik atau metode mengajar, kemungkinan siswa akan lebih aktif belajar karena bisa lebih sesuai dengan gaya belajar siswa, dapat meningkatkan semangat belajar, dan lain-lain.

(17)

6

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara tepat dalam pemecahan masalah matematika. Salah satu teknik yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat dan pengetahuan yang mereka miliki adalah teknik probing-prompting, selain itu guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa dapat mengkonstruksi sebuah konsep.

Dalam belajar matematika siswa harus berpikir, karena itu peserta didik harus difasilitasi agar mau berpikir. Menurut Sabandar (2008:8) ada beberapa hal yang dipandang perlu dikuasai dan dilakukan oleh guru agar proses berpikir siswa dapat berlangsung, yaitu guru harus menggunakan teknik prompting, teknik probing, teknik scalfoding dan teknik cognitive conflict.

(18)

7

mengomunikasikan ide pikiran mereka dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara tepat pada pemecahan masalah matematika melalui pertanyaan-pertanyaan. Melalui penerapan teknik probing-prompting, diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang terkandung dalam pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kemudahan memahami konsep ini diharapkan meningkatkan kompetensi-kompetensi matematis siswa, diantaranya kompetensi koneksi matematis.

Disamping kemampuan koneksi, usaha untuk mengembangkan sikap yang positif terhadap matematika juga perlu dilakukan. Yuanari (Mandur, K., dkk, 2013 : 3) menyatakan rendahnya prestasi belajar siswa juga disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, kurang gigih dalam mencari solusi soal matematika dan keingintahuan siswa dalam belajar matematika masih kurang. Siswa menjadi kurang berminat terhadap matematika karena memandang bahwa matematuka sulit untuk dipahami (Mandur, K., dkk, 2013 : 3). Sikap siswa yang negatif terhadap pembelajaran matematika dapat membuat proses pembelajaran matematika di kelas tidak maksimal sehingga kemampuan koneksi matematis siswa yang diperoleh pun tidak maksimal juga. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Begle (Darhim, 2004 : 3-4) bahwa paling tidak sikap dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu sikap positif, sikap netral, dan sikap negatif, sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika. Oleh karena itu, bersikap positif terhadap matematika tidak hanya diukur dengan lulusnya siswa tersebut dari susatu atau keseluruhan tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau pribadi yang diharapkan sesuai kompetensi yang telah dirumuskan dalam kurikulum (Darhim, 2004:4). Ruseffendy (Darhim, 2004:2) untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan ditunjukkan kegunaannya.

(19)

8

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Probing-Prompting maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Teknik Probing-Prompting dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di muka, maka masalah dalam penelitian ini dirumusan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvesional?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap implementasi teknik probing-prompting dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah peningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvesional.

2. Mengetahui sikap siswa terhadap implementasi teknik probing-promptingn dalam pembelajaran matematika.

E. Manfaat Penelitian

(20)

9

1. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan untuk menentukan kebijakan, khusunya bagi pengembang kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, diharapkan pembelajaran matematika menggunakan teknik probing-prompting dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika menuju ke arah perbaikan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

3. Bagi siswa, diharapkan teknik probing-prompting ini dapat meningkatkan semangat untuk belajar dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda dari biasanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang teknik probing-prompting dan dapat mencoba menerapkannya pada pembelajaran matematika atau mata pelajaran lainnya.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran, ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu:

1. Teknik probing-prompting adalah teknik pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Langkah-langkah probing-prompting di muka dapat dijabarkan melalui tujuh tahap probing sebagai berikut:

a. Tahap I, menghadapkan siswa pada situai baru

b. Tahap II, menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

(21)

10

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Tahap IV, menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

e. Tahap V, menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. f. Tahap VI, jika jawaban siswa tepat maka guru meminta tanggapan

siswa lain tentang jawaban tersebut. Jika siswa tersebut mengalami kemacetan menjawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.

g. Tahap VII, mengajukan pertanyaan akhir kepada siswa untuk menunjukkan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami. 2. Kemampuan koneksi matematis siswa merupakan kemampuan siswa

dalam mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep dalam matematika itu sendiri maupun mengaitkan konsep matematika dengan konsep dalam bidang lainnya. Indikator kemampuan koneksi matematis ini di golongkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. mengenali dan memanfatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika.

b. memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren.

c. mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar matematika.

(22)

11

(23)

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan menggunakan teknik probing-prompting terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Penelitian kuasi eksperimen merupakan pengembangan dari penelitian eksperimen. Seperti halnya penelitian eksperimen, penelitian kuasi eksperimen juga mengamati hubungan sebab akibat variabel bebas dengan variabel terikat (Ruseffendi, 2010 : 35). Jika pada penelitian eksperimen subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi (perlakuan dan kontrol diatur), pada metode kuasi eksperimen perlakuan sudah terjadi dan kontrol tidak sepenuhnya bisa dilakukan. Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan teknik probing-prompting sebagai variabel bebas dan kemampuan koneksi matematis siswa sebagai variabel terikat. Pengambilan sampel pada penelitian kuasi eksperimen tidak dilakukan secara acak siswa, melainkan secara acak kelas. Sehingga, peneliti harus menerima kondisi kedua kelas yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(24)

25

O X O

O O

Keterangan: O = Pretes/Postes

X = Pembelajaran matematika dengan teknik Probing-Prompting = sampel tidak dipilih secara acak

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Sampel dipilih sebanyak dua kelas dari sepuluh kelas. Dari kedua kelas tersebut, satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika bahwa sepuluh kelas dari kelas VII memiliki karakteristik yang relatif sama. Oleh karena itu, dari sepuluh kelas tersebut dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran matematika dengan teknik probing-prompting dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran matematika dengan teknik pembelajaran konvensional.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes: 1. Instrumen tes

(25)

26

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

postes adalah tes yang dilaksanakan setelah diberikan perlakuan. Postes bertujuan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa setelah diberikan perlakuan. Pretes dan postes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tipe subjektif. Pemilihan tipe tes ini bertujuan untuk mengungkapkan proses berpikir siswa dalam penyelesaian masalah.

Adapun pedoman pemberian skor terhadap kemampuan koneksi matematis ini didasarkan pada panduan Holistic Scoring Rubrics. Holistic Scoring Rubrics adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan skor terhadap respon siswa. skor ini diberi level 0,1,2,3, dan 4. Sesuai dengan pendapat Mertler (Nimpuna: 2010:25) bahwa rubrik holistik digunakan untuk melakukan penskoran terhadap kualitas konten, kemampuan atau pemahaman tertentu secara keseluruhan.

Tabel 3.1

Kriteria pemberian skor koneksi matematis

Skor Kriteria

4 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.

3 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.

2 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan salah dan jawaban tidak tepat.

1 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali 0 Tidak menjawab sama sekali.

Skor maksimum untuk setiap butir soal adalah 20. Sehingga untuk 6 butir soal skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 120.

(26)

27

obyektivitas, praktikabilitas, derajat kesukaran, daya pembeda, efektivitas opsi dan efisiensi. Karena instrumen tes yang penulis gunakan bertipe uraian maka kriteria yang ditinjau hanya validitas, reliabilitas, daya pembeda dan derajat kesukaran.

Sebelum instumen tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui agar dapat terukur validitas, realibilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tersebut.

a. Validitas soal

Suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 1990:135). Pada penelitian ini digunakan korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan koefisien validitas soal. Rumus korelasi produk moment dengan menggunakan angka kasar (raw score) sebagai berikut:

√ ) )

Keterangan:

n : jumlah siswa

: koefisien validitas

: jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa

: jumlah total skor soal ke-i

: jumlah skor total siswa

: jumlah total skor kuadrat ke-i

(27)

28

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai validitas ini perlu diuji keberatiannya, dengan perumusan hipotesis:

: Validitas tiap butir soal tidak berarti : Validitas tiap butir soal berarti

Dengan statistik ujinya (Sudjana, 2005:380) :

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software anates, maka diperoleh validitas untuk setiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.3

(28)

29

5 0,704 Validitas tinggi

6 0,788 Validitas tinggi

Berdasarkan tabel tersebut, koefisien validitas pada soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 adalah tinggi dan sangat tinggi. Artinya soal tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi atau dapat mengukur kemampuan koneksi matematis siswa.

Selanjutnya nilai validitas ini diuji keberartiannya. Dengan mengambil = 0,05 diperoleh hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Uji Keberatian Instrumen Penelitian No.

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Koefisien relibilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

(29)

30

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

: jumlah varians skor setiap soal

: varians skor total

dengan,

)

Keterangan :

: varians

: jumlah skor kuadrat setiap item

: jumlah skor setiap item

: jumlah subjek

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 1990:177) yang disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria

Derajat reliabilitas sangat rendah 0,40 Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sangat tinggi

(30)

31

waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi.

c. Daya Pembeda soal

Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian adalah

A B

X X

DP

SMI

 

Keterangan :

DP : Daya pembeda,

A

X

: rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu,

B

X

: rata-rata skor kelompok bawah untuk soal itu,

SMI : skor maksimal ideal (bobot).

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang benyak digunakan (Suherman, 1990: 202) disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

Sangat Jelek

0,00

DP

0,20

Jelek

0,20

DP

0,40

Sedang

0,40

DP

0,70

Tinggi

(31)

32

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes dengan menggunakan software Anates:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda No.

Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

1 0,61 Tinggi

2 0,49 Tinggi

3 0,24 Sedang

4 0,52 Tinggi

5 0,70 Sangat Tinggi

6 0,96 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel tersebut, daya pembeda untuk soal nomor 3 adalah sedang. Soal nomor 1, 2, 4, 5, dan 6 tergolong tinggi dan sangat tinggi. Hal ini berarti jumlah siswa kelompok atas menjawab benar lebih banyak daripada jumlah siswa kelompok bawah. Kondisi ini mencerminkan soal tersebut bisa membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

d. Derajat/Indeks Kesukaran soal

Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 1990:212). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00. Adapun rumus untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian yaitu :

�� ��� ̅

(32)

33

IK : Indeks Kesukaran

̅ : Rata – rata

SMI : Skor Maksimal Ideal

Klasifikasi Indeks kesukaran yang paling banyak digunakan

(Suherman, 1990:213) disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Soal IK = 0,00 soal terlalu sukar dengan menggunakan software Anates:

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Uji Indeks Kesukaran No.

Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,42 Sedang

Adapun hasil analisis uji instrumen secara umum disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.10 Data Hasil Uji Instrumen No. Soal Validitas Daya

Pembeda

Indeks

Kesukaran Kriteria

(33)

34

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 0,821 0,49 Mudah Digunakan

3 0,792 0,24 Sukar Digunakan

4 0,839 0,52 Sedang Digunakan

5 0,704 0,70 Sedang Digunakan

6 0,788 0,96 Sedang Digunakan

2. Instrumen Non Tes a. Angket sikap siswa

Menurut Suherman (1990:233) sikap berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa prilaku yang bersifat positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap obyek-obyek tertentu. Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, khususnya yang menggunakan teknik probing-prompting. Pengolahan data hasil angket ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Siswa diminta untuk menjawab pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

b. Lembar Observasi

Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini terdiri dari dua buah lembar observasi pada setiap pertemuan yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Dalam penelitian ini, lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan teknik probing-prompting. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk melihat aktivitas dan peran siswa dalam proses pembelajaran.

(34)

35

Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, jurnal harian juga digunakan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Jurnal harian diberikan pada tiap akhir pembelajaran pada setiap pembelajaran.

D. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP dalam penelitian ini terdiri dari dua kompetensi dasar. Masing-masing kompetensi dasar pada RPP disusun untuk 3 pertemuan. RPP untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan teknik probing-prompting sedangkan RPP untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvensional.

2. Bahan Ajar (LKK)

Lembar Kerja Kelompok (LKK) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKK memuat permasalahan-permasalahan yang didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi siswa. LKK diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan teknik probing-prompting.

E. Prosedur Penelitian

Terdapat tiga tahap dalam posedur pelaksanaan penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis penelitian.

(35)

36

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan persiapan sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian. c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan uji coba instrumen penelitian. e. Konsultasi hasil uji coba instrumen

f. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar penelitian. g. Konsultasi RPP dan LKK

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Mengadakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik probing-prompting pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol menggunakan teknik pembelajaran konvesional dengan jumlah jam pelajaran, pengajar dan pokok bahasan yang sama.

c. Pengisian lembar observasi pada setiap pertemuan oleh observer. d. Memberikan jurnal harian kepada siswa pada setiap akhir pembelajaran. e. Mengadakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai

evaluasi hasil pembelajaran.

3. Tahap Analisis Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan analisis sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data hasil penelitian.

(36)

37

F. Analisis Data

Setelah penelitian, diperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berasal dari pretes dan postes, sedangkan data kualitatif berasal dari angket respon siswa, lembar observasi dan jurnal harian. Data yang telah terkumpul perlu dilakukan pengolahan dan analisis data sehingga menjadi lebih bermanfaat dan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang diteliti serta dapat menguji hipotesis penelitian. Berikut ini analisis data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data pretes dan postes. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data kuantitatif sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretes

Analisis tahap awal dilakukan setelah dilakukan pretes kapada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menganalisis data tersebut digunakan bantuan software SPSS 16.0 untuk windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis yang digunakan:

H0 : Data pretes kelas eksperimen dan kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal;

(37)

38

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05  ditolak apabila nilai Sig. 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima (data berasal dari populasi berdistribusi normal), maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Apabila dari hasil pengujian diperoleh ditolak (data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis stastistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang homogen atau tidak.

Hipotesis yang digunakan adalah

H0 = = (Variannya homogen) H1 = (Variannya tidak homogen) dengan,

: variansi data pretes kelas kontrol

: variansi data pretes kelas eksperimen Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05  ditolak apabila nilai Sig. 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Apabila dari hasil pengujian diperoleh ditolak, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t dengan varians tidak sama.

(38)

39

Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal koneksi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan:

H0 : μ1 = μ2 (tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretes kelas kontrol dan eksperimen)

H1: μ1 μ2 (terdapat perbedaan rata-rata skor pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen)

Dengan,

μ1 : rata-rata skor pretes pada kelas kontrol μ2: rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05  ditolak apabila nilai Sig. 0,05

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Apabila kemampuan awal koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan maka untuk analisis selanjutnya dapat digunakan analisis terhadap hasil postes, gain atau indeks gain. Sedangkan, apabila kemampuan awal koneksi matematis siswa berbeda secara signifikan maka akan digunakan analisis terhadap data indeks gain. Langkah–langkah yang dilakukan dalam pengolahan data indeks gain adalah menentukan indeks gain dari setiap siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hake (Meltzer, 1999:3) mengemukakan rumus untuk normalized gain atau gain ternormalisasi sebagai berikut:

Indeks Gain =

(39)

40

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

probing-prompting dan yang menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Tahapan analisis yang dilakukan sebagai berikut:

1) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data hasil peningkatan kemampuan koneksi matenatis siswa.

Hipotesis yang digunakan:

H0 : Data peningkatan kemampuan koneksi matenatis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data peningkatan kemampuan koneksi matenatis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05  ditolak apabila nilai Sig. 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima (data berasal dari populasi berdistribusi normal), maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Apabila dari hasil pengujian diperoleh ditolak (data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis stastistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%.

(40)

41

H1 = (Variannya tidak homogen) Dengan,

: variansi kelas kontrol : variansi kelas eksperimen

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05  ditolak apabila nilai Sig. 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh diterima, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Apabila

dari hasil pengujian diperoleh ditolak, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t dengan varians tidak sama.

3) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui perbandingan pencapaian kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan:

H0 : μ1 μ2 ( rata-rata data peningkatan kemampuan koneksi matematis kelas eksperimen sama atau tidak berbeda secara signifikan dengan kelas kontrol)

H1 : μ1 μ2 ( rata-rata data peningkatan kemampuan koneksi matematis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol) Dengan,

μ1 : rata-rata pada kelas eksperimen μ2 : rata-rata pada kelas kontrol

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:  diterima apabila nilai Sig. 0,05

(41)

42

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dilakukan interpretasi data indeks gain berdasarkan kriteria gain ternomalisasi menurut Hake (1999) yang disajikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11

Data kualitatif diperoleh dari angket sikap, lembar observasi, dan jurnal harian siswa yang diberikan pada kelas eksperimen. Pengolahan untuk masing-masing data kualitatif tersebut sebagai berikut:

a. Analisis Data Angket Sikap Siswa

Angket siswa dibuat dengan skala sikap. Pengolahan data hasil angket ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam lima kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan sangat setuju (SS) (Suherman, 1990:235). Angket disajikan dalam bentuk pertanyaan positif dan pernyataan negatif. Setiap pilihan siswa diberikan skor tertentu.

Pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentrasfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12 Sistem Penilaian Angket

Pernyataan Sikap SS S N TS STS Pernyataan Positif 5 4 3 2 1

(42)

43

Pengolahan skor dan penafsirannya dengan menghitung rerata skor tersebut untuk setiap siswa pada setiap pernyataan, jika skor lebih besar daripada 3 bersikap positif. Sebaliknya jika skor kurang dari 3 bersikap negatif. Rerata skor semakin mendekati 5, sikap siswa semakin positif sebaliknya rerata skor sermakin mendekati 1, sikap siswa semakin negatif.

Data disajikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui sebaran frekuensi, presentase, dan skor serta mempermudah interpretasi data dari masing-masing pernyataan. Untuk menghitung persentase data digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

: persentase jawaban : frekuensi jawaban : banyaknya responden

Setelah diperoleh persentasenya, dilakukan penafsiran data menurut kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.13 Penafsiran Hasil Angket

Persentase Tafsiran Kualitatif

0 % Tak seorangpun

1 % - 24 % Sebagian Kecil 25 % - 49 % Hampir Setengahnya

50 % Setengahnya

51 % - 74% Sebagian besar

75 % - 99 % Hampir Seluruhnya

100 % Seluruhnya

b. Analisis Lembar Observasi

(43)

44

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses pembelajaran berlangsung. Data tersebut kemudian dianalisis dan disimpulkan.

c. Analisis Jurnal Harian

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian mengenai pembelajaran dengan teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa SMP, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik probing-prompting lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik pembelajaran konvesional

2. Sikap siswa terhadap implementasi teknik probing-promptingndalam pembelajaran matematika secara umum tergolong positif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk melaksanakan latihan sebelum melaksanakan penelitian dengan menggunakan teknik probing-prompting agar kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini dapat terminimalisir.

2. Bagi pihak sekolah atau guru disarankan menerapkan teknik probing-prompting dalam pembelajaran di kelas.

(45)

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A. Teknik Pembelajaran ... 11

B. Teknik Probing-Prompting ... 12

C. Kemampuan Koneksi Matematis . ... 16

D. Pembelajaran Konvensional ... 18

E. Sikap Siswa ... 20

F. Teori-teori Belajar yang Relevan . ... 20

1. Teori Belajar Bruner . ... 20

2. Teori Belajar Ausebel . ... 21

G. Hubungan Teknik Probing-Prompting dengan Kemampuan Koneksi Matematis ...22

H. Hasil Penelitian yang Relevan ...22

I. Hipotesi Penelitian ...23

BAB III HASIL UJI INSTRUMEN DAN PEMBAHASAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

(46)

vii

c. Jurnal Harian Siswa ... 34

D.Perangkat Pembelajaran ...35

E. Prosedur Penelitian ...35

F. Analisis Data ... 36

1. Analisis Data Kuantitatif ... 37

a. Analisis Data Pretes ... 37

1) Uji Normalitas ... 37

2) Uji Homogenitas ... 38

3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 38

b. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Analisis Matematik ... 39

1) Uji Normalitas ... 39

2) Uji Homogenitas ... 40

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 41

2. Analisis Data Kualitatif ... 41

a. Analisis Data Angket Sikap Siswa ... 42

b. Analisis Lembar Observasi ... 43

c. Analisis Jurnal Harian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis Data Kuantitatif ... 45

a.Analisis Data Pretes ...45

1) Uji Normalitas ... 46

2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ...47

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ...48

1) Uji Normalitas Indeks Gain ...49

2) Uji Homogenitas Indeks Gain...50

3) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Indeks Gain...51

2. Analisis Data Kualitatif... 52

a. Analisis Angket ... 52

1) Sikap Siswa terhadap Penerapan terhadap Teknik Probing-Prompting ... 52

2) Sikap Siswa terhadap Kemampuan Koneksi Matematis ... 54

b. Analisis Lembar Observasi ... 55

c. Analisis Jurnal Harian Siswa ... 61

(47)

viii

Nida Nuzul Fitria, 2014

Penerapan Teknik Probing-Prompting Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria pemberian skor koneksi matematis
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian
Tabel 3.4
Tabel 3.7
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Kegiatan Spray Painting Dalam Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia Dini Di Kelompok B Kelas Anggur TK PGRI Lembang.... Peningkatan Kreativitas Seni

Gangguan gastrointestinal atau gangguan saluran pencernaan yang anda alami yaitu:.. Konstipasi atau sulit BAB

Biaya Tenaga Kerja Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun

Memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan RI dan/atau laut lepas, yang tidak memiliki

Ibrahim dkk(2000:29), ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, STAD, jigsau, kelopok penyelidikan dan pendekatan setruktur. Dari berbagai jenis model

Metode penelitian kuantitatif dapat diartika sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

[r]

1) Smith Van Ness. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed.. 2) Sandler. Chemical, Biochemical adn Engineering Thermodynamics,