• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Imunisasi

2.1.1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008). Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin (WHO, 2013).

Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective.

Mulai tahun 1997, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31), yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, serta hepatitis B (MENKES RI, 2005).

2.1.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar pada variola (Matondang et al, 2011).

2.1.3. Klasifikasi Imunisasi

Imunisasi dibagi menjadi 2, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

Imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan kepada tubuh dari antigen yang berasal dari suatu patogen, dengan harapan tubuh akan membentuk sistem kekebalan terhadap patogen tersebut. Imunisasi aktif sering disebut dengan vaksinasi (Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).

Pada dasarnya vaksin (imunisasi aktif), dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Suyitno, 2011) :

(2)

1. Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan).

2. Inactivated (bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).

Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak (replikasi) dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit. Vaksin hidup attenuated yang tersedia adalah (Suyitno, 2011) :

 Berasal dari virus hidup : vaksin campak, gondongan (parotis), rubella, polio, rotavirus, dan demam kuning (yellow fever).

 Berasal dari bakteri hidup : vaksin BCG dan demam tifoid oral.

Kelebihan dari vaksin hidup attenuated adalah (NIAID, 2012) :

o Vaksin merangsang respon seluler dan antibodi yang kuat sehingga dapat bertahan seumur hidup dengan hanya satu atau dua dosis pemberian.

o Untuk beberapa jenis vaksin virus mudah diproduksi.

Kekurangan dari vaksin hidup attenuated adalah (Suyitno, 2011):

o Vaksin bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena panas atau sinar.

o Vaksin dapat menyebabkan penyakit yang umumnya bersifat ringan dan dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse event).

o Vaksin dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula (hanya terjadi pada vaksin polio hidup).

Vaksin inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri, atau komponen (fraksi) dari kedua organisme tersebut. Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia. Untuk vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen- komponenya yang dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dan bakteri pneumokokus). Vaksin inactivated yang tersedia saat ini adalah (Suyitno, 2011) :

(3)

 Seluruh sel virus yang inactivated: influenza, polio injeksi, rabies, hepatitis A.

 Seluruh bakteri yang inactivated: pertusis, tifoid, kolera, lepra.

 Vaksin fraksional yang masuk sub-unit: hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler, tifoid Vi, lyme disease.

 Toksoid : difteria, tetanus, botulinum.

 Polisakarida murni : pneumokokus, meningokokus, dan Haemophillus influenza tipe b.

 Polisakarida konjugasi : Haemophillus influenza tipe b, pneumokokus, meningokokus.

Kelebihan dari vaksin inactivated adalah (Suyitno, 2011) :

o Vaksin tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun).

o Vaksin tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.

Kekurangan dari vaksin inactivated adalah (Suyitno, 2011) :

o Vaksin selalu membutuhkan dosis multipel untuk membentuk respon imun protektif.

o Respon imun terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas seluler.

Imunisasi pasif adalah memberikan imunoglobulin (kekebalan yang sudah jadi) kepada tubuh seseorang sehingga dapat memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian ( Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami atau didapat. Transfer imunitas pasif alami terjadi saat ibu hamil memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi diakhir trimester pertama kehamilan, dan jenis antibodi yang disalurkan melalui plasenta adalah immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (IgA). Transfer imunitas pasif didapat terjadi

(4)

saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya (Hendrarto et al, 2011).

Jenis imunisasi pasif atau seroterapi tergantung dari cara pemberian dan jenis antibodi yang diinginkan, yaitu (Hendrarto dkk, 2011) :

1. Imunoglobulin yang diberikan secara intramsukular (IG) 2. Imunoglobulin yang diberikan secara intravena (IVIG) 3. Imunoglobulin spesifik (hyperimmune)

4. Plasma manusia

5. Antiserum (antibodi dari hewan)

2.1.4. Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (MENKES RI, 2005). Yang termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan adalah (Hadinegoro, 2011) :

 BCG (Bacille Calmette-Guerin)

o Perlindungan penyakit : TBC/ Tuberkulosis

- Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya atau tuberkulosis berat.

o Kandungan : Mycobacterium bovis yang dilemahkan o Waktu pemberian : usia 2- 3 bulan

- Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Kementerian Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.

 DPT/DT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

o Perlindungan penyakit : difteri, pertusis, dan tetanus

o Waktu pemberian : diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan.

(5)

 Polio

o Perlindungan penyakit : poliomielitis / polio

o Waktu pemberian : Polio-0 diberikan pada saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.

 Campak

o Perlindungan penyakit : campak

o Waktu pemberian : pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan.

 Hepatitis B

o Perlindungan penyakit : hepatitis B

o Waktu pemberian : Vaksin Hepatitis B segera diberikan setelah lahir.

2.1.5. Imunisasi Diluar Imunisasi Dasar Anak di Bawah 1 Tahun

Selain imunisasi dasar, ada beberapa imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit.

Imunisasi untuk Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) pada anak dibawah 1 tahun yaitu :

 Haemophyllus Influenza tipe b (Pusponegoro, 2011).

o Perlindungan penyakit : Meningitis

o Vaksin Hib dibuat dari kapsul polyribosyribitol phosphate (PRP).

o Vaksin yang beredar di Indonesia adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitides yang disebut sebagai PRP-OMP dan konjugasi dengan protein tetanus yang disebut sebagai PRP-T.

(6)

o Waktu pemberian : Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan.

- PRP-OMP diberikan 2 kali sedangkan PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan.

- Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi.

 Pneumokokus (Kartasasmita, 2011).

o Perlindungan penyakit : pneumonia, meningitis, bakteremia, dan infeksi di tempat lain yang dikelompokkan sebagai Invasive Pneumococcal Diseases (IPD).

o Terdapat 2 macam vaksin pneumokokus, yaitu : a. Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV)

- Vaksin PPV 23 yang tersedia di Indonesia adalah Pneumo-23.Vaksin PPV tidak dapat merangsang respon imunologik pada anak usia muda dan bayi sehingga tidak mampu menghasilkan respon booster.

Untuk meningkatkan imunogenositas pada bayi, dikembangkan vaksin pneumokokus konjugasi.

b. Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)

- Di Indonesia baru beredar tahun 2010, yaitu Synflorix berisi 10 serotipe yaitu: 4, 6B, 9V, 124, 18C, 19F, 23F, 1, 5, dan 7F.

- Vaksin PCV diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan, dan diulang pada umur 12-15 bulan. Pemberian PCV minimal umur 6 minggu. Interval antara dua dosisnya 4-8 minggu.

(7)

 Rotavirus (Firmansyah dan Soenarto, 2011).

o Perlindungan penyakit : diare

o Terdapat 3 macam vaksin rotavirus, yaitu : - Vaksin monovalen

Vaksin diberikan secara oral dengan dilengkapi buffer dalam kemasannya.

Rotarix diberikan dalam 2 dosis (106 CFU/ mL/

dosis) dengan rentang waktu lebih kurang 8 minggu setiap pemberian vaksin. Dosis pertama diberikan pada rentang usia 6-14 minggu dan dosis kedua pada umur 24 minggu.

- Vaksin tetravalen

Vaksin ini merupakan vaksin rotavirus yang mengandung 4 strain rotavirus. Vaksin ini ditarik dari peredaran karena berkaitan dengan reaksi KIPI berupa intususepsi.

- Vaksin pentavalen

Vaksin ini dikembangkan dari serum bovine yang dikenal dengan nama dagang Rotateq (Merck).

Rotateq diberikan secara oral dan dilakukan dalam 3 dosis. Jarak pemberian antar dosis berkisar 1 bulan sejak pemberian dosis pertama.

Dosis pertama diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada saat bayi berumur 4 bulan dan dosis ketiga diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan.

 Influenza (Kartasasmita, 2011).

o Perlindungan penyakit : influenza

o Waktu pemberian : vaksin Influenza diberikan pada anak sehat berusia 6 bulan-2 tahun.

(8)

o Dosis : 0,25 ml, diberikan 2 dosis dengan selang waktu minimal 4 minggu, kemudian imunisasi diulang setiap tahun.

2.2. Pendidikan

2.2.1. Definisi Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Tingkat Pendidikan

2.2.2.1. Definisi Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 ayat 8).

2.2.2.2. Klasifikasi Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003, pengukuran tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:

 Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh pendidikan tinggi

 Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SMA/sederajat

 Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat

 Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2011, tingkat pendidikan (berdasarkan pendidikan formal terakhir) perempuan berumur di atas 10 tahun di Indonesia, khususnya didaerah perkotaan adalah :

 20% tidak mempunyai pendidikan formal

 25,5% tamat SD

 19,3% tamat SMP

(9)

 26,1% tamat SMA

 9,1% tamat pendidikan tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan

Entitas siswa akan menyimpan data dari siswa yang menjadi calon penerima beasiswa, entitas kepentingan nantinya akan berisi nilai derajat kepentingantiap kriteria

Dengan terjadinya kenaikan indeks harga sebesar 0,23 persen berarti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan ini telah mendorong

Rapat Panja Komisi VIII DPR-RI mengenai RUU tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah dengan Panja Pemerintah Acara : Membahas DIM RUU.. RDP Komisi VIII DPR RI dengan

Perilaku seks pranikah mahasiswa kost dengan induk semang dan tanpa induk semang bukan di tempat umum ... Perilaku seksual yang dilakukan di

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

1 Mudah bagi saya untuk menggunakan atau mendapatkan akses sistem informasi bimbingan tugas akhir. 2 Bagi saya sistem informasi bimbingan tugas akhir sudah sesuai