• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

Alderina

1)

Fransisco HRHB

2)

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan Sangkurun Kota Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas sehingga dapat dipergunakan untuk merumuskan strategi penataan fisik Kota Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas. Metoda yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Hasil dari penelitian ini yaitu ; 1) Pola sebaran PKL, 2) Tingkat pelayanan kegiatan PKL, 3) Kondisi fisik PKL, 4) Kesesuai tata lahan

Kata Kunci : karakteristik PKL, kawasan PKL Pendahuluan

Seperti Kota-kota Besar lainnya di Indonesia, Kota Kuala Kurun ibukota Kabupaten Gunung Mas dalam perkembangannya juga mengalami masalah dengan kondisi dualistik. Kawasan Sangkurun memiliki ruang terbuka yang luas, yaitu lapangan olah raga Tampung Penyang yang berfungsi seba- gai ruang publik yang digunakan masyarakat Kuala Kurun sebagai tempat berekreasi dan berdagang.

Di kawasan ini selain berdiri bangunan-bangunan kantor dan rumah penduduk, juga berkembang pesat kegiatan Pedagang Kaki Lima yang amat beragam jenisnya. Perkembangan kegiatan Peda- gang Kaki Lima di kawasan ini lebih pesat, dibandingkan kawasan lain di Kabupaten Gunung Mas dan keberadaannya mulai menimbulkan masalah serius bagi lingkungan sekitarnya. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman perancangan yang mengatur lokasi dan tempat berdagang Pedagang Kaki Lima, jenis dagangan, sarana fisik berdagang, waktu berdagang, sifat pelayanan Pedagang Kaki Lima, integrasi tata massa dan tata bangunan, tampilan visual Pedagang Kaki Lima yang berfungsi sebagai arahan tatanan fisik agar terjadi keharmonisan antara tatanan fisik kegiatan formal dengan tatanan fisik kegiatan informal di kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun.

Metoda Penelitian

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1) survei sekunder ; den- gan kegiatan pengumpulan data yang berupa peta, data, arsip, dan lainnya yang berasal dari instansi terkait. 2) survei primer ; observasi langsung ke lapangan. Data yang akan diperoleh berupa foto dan hasil wawancara.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Pola sebaran PKL

Dengan perkiraan jumlah penduduk yang dilayani sekitar 20-25 ribu penduduk, maka penempatan

pusat baru di sekitar titik nol kota Kuala Kurun merupakan kebutuhan yang mendesak agar sistem

pelayanan perkotaan yang sekarang masih terpusat di kawasan kota lama tidak kelebihan beban. Ada

3 (tiga) jenis pusat pelayanan kegiatan yang akan ditempatkan di kawasan sekitar titik nol tersebut,

yaitu:

(2)

1. Pusat Pelayanan Pemerintahan Kabupaten.

2. Pusat Pelayanan Perbelanjaan/Ekonomi.

3. Pusat Pelayanan Jasa Permukiman.

4. Pusat Pelayanan Transportasi.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di wilayah studi sebagian besar berupa lahan kosong dan hutan konservasi. Lahan kosong ini dimanfaatkan sebagai cadangan untuk pengembangan kota. Kawasan terbangun pada umumnya terdapat pada pusat kota berupa kawasan perkantoran, permukiman, dan fasilitas umum.

Beberapa fasilitas umum juga terletak tersebar di luar pusat kota, seperti bandara dan fasilitas perda- gangan

Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Kegiatan pedagang kaki lima dan kegiatan formal (perdagangan , ibadah, perkantoran, rekreasi atau olah raga) yang ada di kawasan Sangkurun, masing-masing mempunyai tuntutan sendiri-sendiri se- suai dengan karakteristiknya masing-masing. Tetapi pada waktu tidak terjadi kesesuaian antara tun- tutan kegiatan Pedagang Kaki Lima dengan tuntutan kegiatan formal, maka akan timbul masalah dian- taranya seperti ketidaksesuaian tatanan fisik kegiatan dan ketidaksesuaian tampilan fisik kegiatan.

Kondisi demikian jika tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan konflik bagi kedua belah pihak dan menimbulkan gangguan kepada lingkungan seperti:

1. Pedagang Kaki Lima yang menempati ruang sirkulasi pejalan menimbulkan gangguan yang men- gakibatkan ruang tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana seharusnya sehingga para pejalan kaki terpaksa berada di badan jalan. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak aman bagi para pejalan.

2. Kondisi fisik Pedagang Kaki Lima belum ditata berdasarkan kaidah-kaidah planologis dan arsitek- tural, seperti penempatan lokasi dan ruang kegiatan dan tampilan fisik yang tidak berdasarkan segi-segi keindahan dan keserasian tampilan dengan sektor formal. Hal ini menimbulkan kesem- rawutan fisik lingkungan dan menimbulkan wajah kawasan yang buruk, sehingga memberi kesan kumuh dan semrawut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perlu adanya suatu pemecahan terhadap masalah pena- taan fisik Pedagang Kaki Lima yang terjadi saat ini di dalam ruang kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun. Salah satu alat pengendalian dan pengaturan penataan fisik Pedagang Kaki Lima adalah berupa suatu Panduan Rancang Kota (PRK) yang mengatur penataan fisik dan tampilan fisik Peda- gang Kaki Lima di kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun.

Pola Perilaku Pedagang Kaki Lima

Hasil pengamatan visual, preferensi pedagang dan preferensi pengunjung pola sebaran Pedagang

Kaki Lima di kawasan Sangkurun berkelompok bercampur dengan jenis dagangan Pedagang Kaki

Lima yang lain. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa kondisi ini lebih menarik pembeli dan

memudahkan pilihan jenis dagangan. Pada wilayah studi Pedagang Kaki Lima berada di trotoar tepi

jalan berderet memanjang. Hal ini dikarenakan trotoar yang berada di tepi jalan raya ini sebagai ruang

sirkulasi (pejalan yang juga merupakan jalur penghubung antara bangunan yang ada di sekeliling ka-

wasan Sangkurun cukup ramai dilalui pengunjung atau pejalan dan mudah terlihat oleh kendaraan

yang lalu lalang. Pada wilayah studi, tidak seluruh lokasi Pedagang Kaki Lima terdiri dari beragam

jenis Pedagang Kaki Lima, namun beberapa lokasi hanya terdiri dari dua jenis Pedagang Kaki Lima

saja yaitu Pedagang Kaki Lima makanan/ minuman dan Pedagang Kaki Lima rokok. Masing-masing

lokasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(3)

1. Di depan pertokoan kawasan Sangkurun kota Kuala Kurun, sebaran Pedagang Kaki Lima berkelompok bercampur dengan jenis Pedagang Kaki Lima lain dan pola aglomerasi linier me- nempati trotoar yang mengikuti pola jaringan jalan. Bercampurnya beberapa jenis Pedagang Kaki Lima, karena pada pertokoan ini merupakan kompleks perdagangan dengan berbagai jenis barang dagangan, sehingga menarik Pedagang Kaki Lima untuk melakukan kegiatan di kawasan perdagangan ini.

2. Keberadaan Pedagang Kaki Lima dengan aglomerasi ini dipertahankan, dengan penertiban dan penataan fisik massa Pedagang Kaki Lima.

3. Di depan kantor Banwasda kelompok Pedagang Kaki Lima bercampur antara makanan/ minu- man dengan rokok. Hal ini ada hubungannya dengan sejarah perkembangan Pedagang Kaki Lima di kawasan Sangkurun, maka keberadaaan Pedagang Kaki Lima dengan aglomerasi makanan/ minuman dan rokok ini dipertahankan, dengan penertiban dan penataan fisik sarana Pedagang Kaki Lima.

4. Di tepi lapangan, terdiri dari sebaran Pedagang Kaki Lima tidak sejenis. Hal ini dikarenakan para PKL memanfaatkan akumulasi pengunjung yang beraktivitas olah raga dan rekreasi pada lapangan ini. Serta memanfaatkan kunjungan masyarakat ke lokasi-lokasi lain di kawasan Sangkurun yang didominasi aktivitas perdagangan/ komersial. Dari hasil survei diperoleh bahwa sebagian besar pengunjung pertokoan yang ada di kawasan Sangkurun melakukan kunjungan ke Pedagang Kaki Lima yang berada di tepi lapangan ini.

Tabel 1. Pola Sebaran PKL menurut dan Tempat Usaha PKL di Kawasan Sangkurun Kota Kuala Kurun Lokasi Kondisi Saat Ini Preferensi PKL Preferensi Pen-

gunjung Penilaian

Di depan Kan- tor Banwasda

A. PKL beraglom- erasi bercampur makanan/

minuman, ase- sories, majalah B. Pola linier pada

trotoar

C. PKL tidak tertata

Beraglomerasi ber- campur makanan/

minuman, ase- sories, majalah dengan alas an menarik pembeli dan mengurangi saingan

Beraglomerasi bercampur makanan /minuman, ase- sories, majalah dengan alas dan lebih bervariasi dan memudahkan pilihan

A. Dipertahankan PKL dengan aglomerasi bercampur makanan/minuman, ase- sories, majalah.

B. Perlu penertiban dan pena- taan sarana fisik PKL C. Pola sebaran linier

Di depan per- tokoan Pasar Sangkurun

A. PKL beraglomerasi bercampur makanan/

minuman, ase- sories, majalah B. Pola linier pada

trotoar

C. PKL tidak tertata

Beraglomerasi ber- campur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelon- tong, majalah den- gan alas an menarik pembeli dan men- gurangi saingan

Beraglomerasi bercampur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelon- tong, majalah den- gan alas an lebih bervariasi dan memudahkan pili- han

A. Dipertahankan PKL dengan aglomerasi bercampur makanan/minuman, ase- sories, majalah.

B. Perlu penertiban dan pena- taan sarana fisik PKL C. Pola sebaran linier

Di depan Bank Pembangunan Kal-Teng Ca- bang Kuala Kurun

A. PKL beraglom- erasi bercampur makanan/

minu-

man,asesories, majalah

B. Pola linier pada trotoar

C. PKL tidak tertata

Beraglomerasi ber- campur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelon- tong, majalah den- gan alas an menarik pembeli dan men- gurangi saingan

Beraglomerasi bercampur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelon- tong, majalah den- gan alas an lebih bervariasi dan memudahkan pili- han

A. Dipertahankan PKL dengan aglomerasi bercampur makanan/minuman, ase- sories, majalah.

B. Perlu penertiban dan pena- taan sarana fisik PKL C. Pola sebaran linier

(4)

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 2. Hasil Analisis Warna Sarana PKL di Kawasan Pasar Sangkurun

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 3. Hasil Analisis Bahan Sarana Fisik PKL di Kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun

Kondisi Saat ini Lokasi Penilaian

Warna massa PKL:

Gerobak: biru, penutup atap jingga

Meja/rak: warna kayu

Di depan Kantor Ban-

wasda Komposisi warna yang digunakan tidak ada kese- suaian dengan warna bangunan formal, perlu ditata ulang, dengan warna:

warna hijau dan putih yang mengekspresikan pen- genduran yang menimbulkan kesan santai dan akrab warna jingga yang mengekspresikan kesan riang dan hangat

Warna massa PKL:

Gerobak: biru, penutup atap jingga

Meja/rak: warna kayu

Di depan Lapangan

Tampung Penyang Komposisi warna yang digunakan tidak ada kese- suaian dengan warna bangunan formal, perlu ditata ulang, dengan warna:

warna hijau dan putih yang mengekspresikan pen- genduran yang menimbulkan kesan santai dan akrab warna jingga yang mengekspresikan kesan riang dan hangat

Warna massa PKL:

Gerobak: biru, penutup atap jingga

Meja/rak: warna kayu

Di depan Kantor Bank Pembangunan Kal – Teng Cabang Kuala Kurun

Komposisi warna yang digunakan tidak ada kese- suaian dengan warna bangunan formal, perlu ditata ulang, dengan warna:

warna hijau dan putih yang mengekspresikan pen- genduran yang menimbulkan kesan santai dan akrab warna jingga yang mengekspresikan kesan riang dan hangat

Warna massa PKL:

Gerobak: biru, penutup atap jingga

Meja/rak: warna kayu

Di depan Kantor Pemer- intah Kabupaten Gunung Mas

Komposisi warna yang digunakan tidak ada kese- suaian dengan warna bangunan formal, perlu ditata ulang, dengan warna:

warna hijau dan putih yang mengekspresikan pen- genduran yang menimbulkan kesan santai dan akrab warna jingga yang mengekspresikan kesan riang dan hangat

Kondisi Saat Ini Lokasi Penilaian

Gerobak : kayu, seng Meja/ rak : kayu

Di depan Kantor Pem.Kab.

Gunung Mas

Di depan Gedung Bank Pembangunan Kal – Teng Cab. Kuala Kurun

Di depan Lapangan Tam- pung Penyang

Bahan sarana dagangan dari kayu, seng dapat tetap digunakan.

Bahan kayu dan seng, bahan-bahan yang mu- dah dibentuk dan memberi kesan ringan se- hingga sarana dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah.

Di depan Pusk-

esmas A. PKL beraglom-

erasi bercampur makanan/

minuman, ase- sories, majalah B. Pola linier pada

trotoar

C. PKL tidak tertata

Beraglomerasi ber- campur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelontong, majalah dengan alas an menarik pembeli dan mengurangi sain- gan

Beraglomerasi ber- campur makanan/

minuman, pakaian, asesories, kelontong, majalah dengan alas an lebih bervariasi dan memudahkan pilihan

A. Dipertahankan PKL dengan aglomerasi bercampur makanan/minuman, ase- sories, majalah.

B. Perlu penertiban dan pena-

taan sarana fisik PKL

C. Pola sebaran linier

(5)

Sumber : Analisa

Tabel 4. Analisis Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sangkurun di Kota Kuala Kurun

Kesimpulan

Dari hasil analisis tatanan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sangkurun, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pedagang Kaki Lima dalam memilih lokasi dan tempat usaha selalu pada ruang-ruang publik di trotoar, karena memanfaatkan daerah yang memiliki akumulasi pengunjung tinggi dan kemuda- han pencapaian. Mereka tidak mempertimbangkan fungsi ruang tempat mereka beraktivitas dan tidak mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pengguna dengan aktivitas lain dalam ruang yang sama.

2. Bentuk dan massa bangunan Pedagang Kaki Lima tidak tertata, karena di dalam aktivitasnya mereka tidak memperhatikan kaedah-kaedah pengaturan tata massa. Pedagang Kaki Lima meletakkan sarana dagangannya hanya mempertimbangkan agar mudah terlihat oleh pengun- jung dengan harapan pengunjung tertarik dan akan membeli dagangannya.

3. Tampilan massa Pedagang Kaki Lima, sederhana dan dari bahan yang mudah dibentuk dan dibongkar atau mudah dipindah-pindah, hal ini memudahkan dalam pengangkutannya dari tem- pat tinggal ke tempat berdagang, sehingga setelah selesai berdagang pada lokasi itu sarana yang ditinggal, lokasi/ tempat berdagang kembali bersih.

Tenda : kayu, plastik Kios : kayu, seng

Di depan Kantor Banwasda Bahan sarana dagangan dari kayu, seng, plastic tetap dapat digunakan.

Bahan-bahan yang digunakan mudah dibentuk dan memberi kesan ringan sehingga sarana dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah.

Jongko : bambu, plastik

Meja/ rak : kayu

Di depan Dermaga dan di tepi

Sungai Kahayan Bahan sarana dagangan dari bambu, plastic, kayu tetap digunakan.

Bahan-bahan ini mudah dibentuk dan memberi kesan ringan sehingga sarana dagangan mudah untuk di- bawa berpindah-pindah.

Lokasi Pengamatan Lapangan

(Kondisi Saat Ini) Preferensi Peda-

gang Peraturan

Daerah Penilaian

Di depan kantor Pemerintah Kabu- paten Gunung Mas

Ada PKL, ruang kegiatan PKL dan ruang sirkulasi pejalan bercampur tidak tertata.

Suka berdagang di lokasi ini meru- pakan tempat lalu lalang konsumen yang ramai (9,1 %)

Belum

adanya Perda Segera di Perdakan agar menjadi lokasi yang diijinkan dengan penerti- ban dan penataan fisik PKL (stabilisasi).

Penataan ruang kegiatan dan ruang sirkulasi pejalan, penataan tampilan fisik PKL dan kegiatan PKL.

Di depan Kantor Banwasda

Ada PKL, ruang kegiatan PKL dan ruang sirkulasi pejalan bercampur tidak tertata

Suka berdagang di lokasi ini meru- pakan tempat lalu lalang konsumen yang ramai (17,4

%)

Belum

adanya Perda Segera di Perdakan agar menjadi lokasi yang diijinkan dengan penerti- ban dan penataan fisik PKL, (stabilisasi)

Penataan ruang kegiatan dan ruang sirkulasi pejalan, penataan tampilan fisik PKL dan kegiatan PKL

Di depan Lapangan

Tampung Penyang Ada PKL, ruang kegiatan PKL dan ruang sirkulasi pejalan bercampur tidak tertata

Suka berdagang di lokasi ini meru- pakan tempat lalu lalang konsumen yang ramai dan tempat yang dis- ediakan untuk PKL

Belum

adanya Perda Perlu penertiban dan penataan ulang

fisik PKL

(6)

4. Pedagang Kaki Lima dalam beraktivitas bersifat menetap, karena dengan menetap dapat memiliki pelanggan tetap dan tempat berdagang yang pasti, sehingga Pedagang Kaki Lima ti- dak perlu berjualan berkeliling mencari pembeli.

5. Pedagang Kaki Lima dalam berdagang pada suatu lokasi beragolomerasi terdiri dari beberapa kelompok jenis dagangan agar dapat saling mendukung antara jenis dagangan yang saling ter- kait. Adanya aglomerasi ini memudahkan pengunjung untuk memilih jenis dagangannya.

6. Waktu berdagang Pedagang Kaki Lima selalu mengikuti aktivitas induk yang ada pada suatu lokasi atau kawasan, yaitu aktivitas perdagangan, olah raga, rekreasi dan hiburan. Untuk me- manfaatkan akumulasi pengunjung yang datang melaksanakan aktivitasnya di lokasi/ kawasan tersebut.

7. Adanya kantong-kantong parkir pada lokasi – lokasi Pedagang Kaki Lima, karena pengunjung hanya mencari kemudahannya saja, parkir dekat atau langsung di dekat Pedagang Kaki Lima berada. Sehingga mereka tidak mempertimbangkan fungsi ruang yang digunakan untuk tempat parkir. Kondisi ini mengakibatkan sirkulasi kendaraan tidak dapat berfungsi secara merata, da- pat mengakibatkan timbulnya kemacetan dan menimbulkan rasa tidak aman dan nyaman bagi penggunanya.

8. Penilaian konflik antara rencana Perda, preferensi Pedagang Kaki Lima dan preferensi kon- sumen Pedagang Kaki Lima.

DAFTAR PUSTAKA

Krier, Rob, 1979. Urban Space, Academy Edition, london

Rubenstein, Harvey. 1980. A Guide To Site and Environmental Planning. Second Edition John Wiley & Sons, New York

Tamin, O.Z, (2000), Perencanaan dan Permodelan Transportasi, ITB, Bandung.

Tedjo, B. 2002. Perilaku Berada Di Ruang Publik, - , -.

Purwanto, Widi, 2002 Elelem-Elemen Urban Yang Signifikan Pada Jalur Pedestrian di Penggal Jalan Achmad Yani Wonosobo, Tesisi Juta UGM Yogyakarta

Panduan Rancang Kota (PRK) yang mengatur penataan fisik dan tampilan fisik Pedagang Kaki Lima di kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun.

Warpani, S (1995), Rekayasa Lalu Lintas, Bharata, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Pola Sebaran PKL menurut dan Tempat Usaha PKL di Kawasan  Sangkurun Kota Kuala Kurun  Lokasi  Kondisi Saat Ini  Preferensi PKL  Preferensi
Tabel  3. Hasil Analisis Bahan Sarana Fisik PKL di Kawasan Sangkurun di kota Kuala Kurun
Tabel 4. Analisis Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sangkurun di Kota Kuala Kurun

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada komposisi campuran P100-2, kuat tekan yang diperoleh hampir sama, hanya memiliki selisih 3 MPa (4,65 %) pada umur 28 hari apabila dibandingkan dengan komposisi

tetapi tidak digunakan transaksi sama sekali selama 6 bulan berturut-turut, hal ini menjadikan rekening pasif/dormant, bila nomor rekeningnya ingin digunakan lagi harus melapor ke

Penelitian lain juga menemukan bahwa anak tunagrahita sebagian besar menderita obesitas daripada anak tunarungu, hal ini dikarenakan pada umumnya karakteristik

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Produktifitas Kerja Guru PAI di MTs Se KKM 1 Ciparay Kabupaten Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penulisan ilmiah ini juga menjelaskan tentang rancangan pembuatan desain web dari pembuatan gambar sampai dengan mengubah gambar tersebut menjadi suatu halaman web. Dari

kelainan mental dalam arti lebih ( supernormal) dan kelainan mental dalam arti kurang (subnormal ). Kelainan mental dalam arti lebih atau anak unggul, menurut

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN di Kota Bandung .... KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Karena keterbatasan teknologi dalam suatu wilayah dapat menjadi penghambat majunya informasi dalam perekonomian bangsa, maka tulisan ilmiah ini ditujukan dan dipaparkan untuk