• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGAIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR

SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM OLEH:

ANNISA PRATIWI 17103040040

PEMBIMBING:

FAISAL LUQMAN HAKIM, S.H., M.Hum.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2021

(2)

ii ABSTRAK

Dalam penyelesaian perkara di pengadilan, pembuktian merupakan tahapan terpenting dalam hukum acara perdata yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran yang terjadi dalam suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu. Dalam tahapan pembuktian terdapat beberapa unsur yang memegang peranan penting salah satunya yaitu unsur-unsur alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Buku IV. Seiring dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi proses pembuktian sekarang dikenal dengan istilah alat bukti berupa dokumen elektronik. Alat bukti dokumen elektronik ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (disebut “UU ITE”). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis: (1) dokumen elektronik seperti apa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam pembuktian hukum acara perdata; (2) kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research (studi pustaka). Sifat penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dengan cara mengumpulkan data-data berupa peraturan perundang-undangan dan menyertakan beberapa kasus sebagai bahan penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan hukum primer dan sekunder. Teknik analisis data menggunakan metode analisis secara kualitatif dan menarik kesimpulan secara deduktif. Kerangka teoritik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penegakan hukum, teori penegakan hukum dalam lingkup hukum acara perdata dan pembuktian.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Pertama, bentuk penggunaan dokumen elektronik sesuai dengan putusan-putusan pengadilan yaitu, fotokopi bukti slip setoran dari rekening bank, hasil cetak foto, hasil cetak dari tangkapan layar percakapan dan status foto dan soft file Salinan rekaman (video) dan dapat diajukan dan diterima dipersidangan apabila dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan agar dapat menerangkan suatu keadaan tertentu sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kedua, penggunaan dokumen elektronik ini menggunakan kekuatan pembuktian bebas yang penilaian dan penghargaannya diserahkan kepada hakim.Dokumen elektronik ini merupakan perluasan dari alat bukti yang telah diatur dalam perundang-undangan dan kekuatan pembuktian dokumen elektronik juga dapat dipersamakan dengan kekuatan alat bukti tulisan (surat) tetapi juga dapat dilumpuhkan dengan adanya bukti lawan.

Kata kunci: Hukum Acara Perdata, Pembuktian, Alat Bukti, Dokumen Elektronik

(3)

iii ABSTRACT

In the settlement of a court case, proof is the most important stage in the law of civil proceedings that aims to prove a truth that occurs in an event or a particular legal relationship. In the stage of proof there are several elements that play an important role, one of which is the elements of valid evidence in accordance with the provisions of Article 1866 of the Civil Procedure Law Book IV. Along with the development of the times and the technology of the evidentiary process is now known as evidence tools in the form of electronic documents. This electronic document proof tool is regulated in Law No. 19 of 2016 on Information and Electronic Transactions (called "ITE Law").

The purpose of this study is to describe and analyze: (1) what kind of electronic documents can be used as evidence in the legal evidence of civil proceedings; (2) the power of proof of electronic documents in the Civil Procedure Law and Law No. 19 of 2016 concerning Information and Electronic Transactions.

In this study using the type of research library research (study library). The nature of this study is descriptively analytical. The research approach used in this study is a normative juridical approach by collecting data in the form of legislation and including several cases as research materials. Data collection techniques use library studies by collecting primary and secondary legal materials. Data analysis techniques use qualitative analysis methods and draw deductive conclusions. The theoretical framework used in this study is law enforcement theory, law enforcement theory within the scope of civil procedural law and evidentiary.

The results concluded that: First, the form of use of electronic documents in accordance with the court's rulings, namely, a photocopy of proof of deposit slip from a bank account, photo printouts, printouts of conversation screenshots and the status of photos and soft files Copies of recordings (videos) and can be submitted and accepted in court if accessible, displayed, guaranteed integrity and can be accounted for in order to explain a certain circumstance in accordance with the provisions of Article 6 of Law No. 19 of 2016 on Information and Electronic Transactions. Second, the use of these electronic documents uses the power of free proof whose judgment and award is handed over to the judge. This electronic document is an extension of the evidence that has been regulated in the legislation and the power of proof of electronic documents can also be equated with the strength of the proof of writing (letter) but can also be disabled by the presence of evidence opponents.

Keywords: Civil Procedural Law, Proof, Evidence, Electronic Documents

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIARISME

(5)

v

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI Hal : Persetujuan Skripsi

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Di Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudara :

Nama : Annisa Pratiwi NIM : 17103040040

Judul : Keabsahan Alat Bukti Dokumen Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata

Sudah dapat diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu dalam Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 20 Maret 2021 Pembimbing

Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum.

NIP. 19790719 200801 1 012

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-050-03 / RO

(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SYARI'AH

DAN HUKUM

Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 512840 Fax. (0274) 545614 Yogyakarta 55281

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Nomor : B-250/Un.02/DS/PP.00.9/04/2021

Tugas Akhir dengan judul : KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : ANNISA PRATIWI Nomor Induk Mahasiswa : 17103040040 Telah diujikan pada : Kamis, 01 April 2021 Nilai ujian Tugas Akhir : A

dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

TIM UJIAN TUGAS AKHIR

Ketua Sidang

Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum.

SIGNED

Valid ID: 6073ee58772c1

Valid ID: 607124d11d4f4

Penguji I

Dr. Sri Wahyuni, S.Ag., M.Ag., M.Hum.

SIGNED

Valid ID: 6073d46417e0c

Penguji II

Iswantoro, S.H., M.H.

SIGNED

1/1 14/04/2021

Valid ID: 6075b57d24171

Yogyakarta, 01 April 2021 UIN Sunan Kalijaga

Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Prof. Dr. Drs. H. Makhrus, S.H., M.Hum.

SIGNED

(7)

vii MOTTO

Seseorang yang berakal adalah ia yang sabar menempuh segala kesulitan, bahkan tidak pernah mundur di dalam mencapai cita-cita

(Syekh Musthafa al-Ghalayani)

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Karya ini kupersembahkan untuk

Kedua orang tuaku tercinta

(9)

ix

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Dengan mengucap Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya jugalah penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Keabsahan Alat Bukti Dokumen Elektronik dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata”. Serta shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai pengemban risalah Islamiah yang telah tersebar keseluruh penjuru dunia.

Dengan segenap kerendahan hati, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih dan juga penghargaan kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Phil. Al-Makin, S.Ag., MA., Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Makhrus, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Syari‘ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A., Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari‘ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

(10)

x

4. Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari‘ah dan Hukum yang telah dengan tulus dan ikhlas membekali untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat.

6. Ayah, Ibu, Adik dan Keluarga Besar yang senantiasa menyayangi, selalu memberikan do‘a dan nasehat, serta telah berjuang untuk kelancaran studi anaknya. Dan memberikan kontribusi yang sangat besar, dan telah memberikan segala kasih sayangnya.

7. Kekasihku, Rahmat Alghazali yang selalu memberikan dorongan, do’a dan nasehat serta memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat kelasku, Rosma Amalia dan Fifi Nofena yang selalu membantu dan memberikan dorongan serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat/sahabati Magang Peradilan, DEMA FSH dan Keluarga KKN dusun Ngestiharjo yang telah megajari dan memberikan tentang banyak hal baru dalam belajar mengabdi maupun mengenai keorganisasian.

Tanpa kecuali, semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. yang telah

(11)

xi

mempertemukan kita. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya, Aamiin.

Yogyakarta, 20 Maret 2021 Penyusun,

Annisa Pratiwi

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIARISME ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Telaah Pustaka ... 8

E. Kerangka Teoritik ... 11

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Pembahasan... 19

BAB II TINJAUAN TENTANG PENEGAKAN HUKUM DAN HUKUM ACARA PERDATA SERTA PEMBUKTIAN ... 21

A. Penegakan Hukum ... 21

B. Hukum Acara Perdata ... 31

C. Pembuktian ... 42

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG DOKUMEN ELEKTRONIK ... 63

A. Perkembangan Alat Bukti Dokumen Elektronik ... 63

B. Definisi Dokumen Elektronik ... 67

C. Jenis-jenis Dokumen Elektronik ... 70

(13)

xiii

D. Pengaturan tentang Dokumen Elektronik ... 77

E. Contoh Kasus Penggunaan Dokumen Elektronik ... 87

BAB IV ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA ... 113

A. Analisis Penggunaan Alat Bukti Dokumen Elektronik ... 113

B. Analisis Kekuatan Pembuktian Terhadap Alat Bukti Dokumen Elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ... 120

BAB V PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

CURRICULUM VITAE ... 134

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Acara Perdata merupakan sekumpulan peraturan yang mengatur tata cara bagaimana seseorang untuk berperilaku di muka pengadilan bagi para pihak yang ada di dalamnya agar terciptanya kondusifitas dalam proses persidangan. Menurut Sudikno Mertokusumo hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur cara menjamin ditaatinya Hukum Perdata Materiil dengan perantaraan hakim.1 Secara teologis, hukum acara perdata dapat dikatakan bahwa peraturan yang bertujuan untuk meminta keadilan melalui hakim ketika seseorang merasa bahwa hak dan kepentingan mereka telah dilanggar atau terganggu.

Pelaksanaan hukum acara perdata tidak lepas dari hukum perdata materiil karena tanpa adanya hukum perdata materiil, hukum acara perdata tidak dapat berdiri sendiri. Hukum acara perdata dapat dikatakan sebagai hukum acara formil yang bersifat mengikat dan tidak dapat dikesampingkan karena bersifat memaksa bagi pihak-pihak yang berkepentingan ataupun yang bersengketa. Sumber hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia, yaitu HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) yang berlaku untuk daerah pulau Jawa dan Madura, RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) yang berlaku untuk daerah luar Jawa dan Madura, Kitab Undang-

1 Neng Yani Nurhayani, Hukum Acara Perdata, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 17.

(15)

2

Undang Hukum Perdata, Perma atau SEMA Mahkamah Agung RI dan peraturan lainnya.2

Badan peradilan memiliki kekuatan untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam memproses perkara-perkara khususnya perkara hukum perdata formil. Dalam Pasal 18 UU Nomor 48 Tahun 2009, terdapat empat lingkungan peradilan yang ada di Indonesia, yaitu:3

1. Peradilan Umum (UU Nomor 8 Tahun 2004);

2. Peradilan Agama (UU Nomor 3 Tahun 2006) yang membawahi Pengadilan Agama Negeri;

3. Peradilan Militer (UU Nomor 31 Tahun 1997); dan 4. Peradilan Tata Usaha Negara (UU Nomor 9 tahun 2004).

Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan yang berada di dalam keempat lingkungan tersebut yang diatur dalam Pasal 20 (1) UU Nomor 48 Tahun 2009. Setiap tingkatan pengadilan dalam setiap badan peradilan mempunyai wewenang masing-masing, yaitu wewenang mutlak (kompetensi absolut) dan wewenang relatif (kompetensi relatif).4

Sistem peradilan berperan dalam proses mengadili (memeriksa dan memutus perkara) di persidangan dan juga mecakup kelembagaan, sumber daya, tata cara dan prasarana lainnya. Jalannya persidangan dimulai dari pra persidangan yaitu dengan

2 Ibid., hlm. 30.

3 Lihat Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

4 Neng Yani Nurhayani, Hukum Acara Perdata, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 41.

(16)

3

mendaftarkan perkara yang ingin disengketakan khususnya sengketa kasus perdata.

Selain itu juga mempersiapkan kelengkapan informasi dan data dengan memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu adanya perbuatan yang melawan hukum. Setelah itu, proses persidangan yang mana pihak pengadilan akan memanggil para pihak yang bersengketa ke pengadilan dan juga melakukan tahap mediasi, jawaban, replik, duplik, pembuktian dan kesimpulan. Setelah semua tahapan persidangan dilakukan, maka proses akhir ialah pembacaan putusan oleh Hakim.

Semua tahapan proses persidangan tersebut terus dilakukan diperadilan umum manapun.

Dalam penyelesaian perkara di pengadilan, ada tahapan yang sangat penting yaitu tahapan proses pembuktian, karena pembuktian tersebut bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya terjadi dalam suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu. Pengertian pembuktian menurut H. Drion adalah pembuktian yang bersifat historis, karena dalil-dalil yang hendak dibuktikan dalam suatu persengketaan perdata merupakan sesuatu yang telah terjadi. Dengan demikian, pembuktian merupakan upaya untuk menjelaskan atau mengungkapkan suatu peristiwa yang telah terjadi secara in-concerto.5 Dalam tahapan pembuktian terdapat 2 (dua) unsur yang memegang peranan penting, yaitu: Pertama, Unsur-unsur alat bukti. Para pihak dalam tahapan pembuktian harus menggunakan alat bukti yang sah menurut hukum pembuktian, dan tidak boleh menggunakan alat bukti yang tidak diatur dalam

5 M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Pidana Perdata Dalam Sistem Hukum Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2020), hlm. 1.

(17)

4

peraturan perundangan berkenaan dengan macam alat bukti yang sah; dan Kedua, Peraturan pembuktian.

Bahwa dari macam alat-alat bukti yang dianggap sebagai alat bukti yang sah dan dapat dipergunakan sebagai alat bukti di persidangan, hal tersebut dikarenakan di dalam peraturan perundang-undangan (HIR/Rbg dan HIR) mengatur cara pembuatan, penggunaan dan kekuatan pembuktiannya sebagai alat bukti.6 Dalam proses pembuktian adanya alat-alat bukti yang akan diberikan kemuka persidangan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku IV Pasal 1866, yaitu:7

1. Bukti tulisan;

2. Bukti dengan saksi-saksi;

3. Persangkaan-persangkaan;

4. Pengakuan; dan 5. Sumpah.

Pada proses pembuktian sekarang dikenal dengan istilah alat bukti berupa dokumen elektronik yang diatur dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (disebut “UU ITE”) yang menyebutkan bahwa “Setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya; yang dapat

6 Johan Wahyudi, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian Di Pengadilan”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Vol. XVII, Nomor2, (Mei 2012), hlm. 121.

7 Lihat Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku IV.

(18)

5

dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”8

Munculnya dokumen elektronik tersebut dikarenakan adanya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Namun dalam peraturan HIR/RBg dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan acara perdata belum mengatur tentang dokumen elektronik sebagai salah satu alat bukti, dengan kata lain pembuktian di Indonesia belum mengakomodasi keberadaan dokumen elektronik tersebut. Adapun beberapa contoh kasus yang menggunakan dokumen elektronik sebagai alat bukti yang diajukan ke muka persidangan, yaitu putusan nomor 268/Pdt.G/2019/PA.Ppg (kasus cerai talak), putusan nomor 1145/Pdt.G/2019/PA.Wsb (kasus cerai gugat) dan putusan nomor 20/Pdt.G/2020/PN.Tdn (kasus sengketa tanah). Dari ketiga kasus tersebut mengajukan alat bukti dokumen elektronik berupa fotokopi bukti slip setoran dari rekening bank, hasil cetak foto, hasil cetak dari tangkapan layar percakapan dan status foto dan soft file Salinan rekaman (video).

Sementara dalam perkembangannya, dokumen elektronik ini dikenal dan dianggap sebagai alat bukti seperti data elektronik yang dikaitkan dengan tanda tangan digital, pemeriksaan saksi secara teleconference, dan adapun bukti-bukti lain seperti sistem layanan pesan singkat (short massage system/sms), e-mail, rekaman radio kaset,

8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(19)

6

VCD/DVD, foto, faximili, CCTV dan lain sebagainya. Dan dalam praktiknya di masyarakat, data ataupun dokumen elektronik sering digunakan terutama dalam transaksi perdagangan secara elektronik (electronic commerce atau E-commerce) dan dalam transaksi bisnis modern seperti elektronik banking.

Dengan adanya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tersebut khususnya yang menyangkut tentang alat bukti elektronik seperti dokumen elektronik sangat berpengaruh terhadap sistem pembuktian dalam perkara perdata. Menurut sistem hukum acara perdata yang berlaku, hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah berdasarkan ketentuan Undang-Undang saja. Keadaan seperti ini akan menyulitkan proses penyelesaian perkara, terutama pada proses pembuktian dalam hal terjadinya perkara pada transaksi elektronik (E-commerce).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui tentang keabsahan pembuktian hukum acara perdata dengan menggunakan dokumen elektronik sebagai alat bukti. Oleh karena itu, penulis mengajukan sebuah penulisan hukum yang berjudul “KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dokumen elektronik seperti apa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata?

(20)

7

2. Bagaimana kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan dokumen elektronik seperti apa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata.

b. Untuk menjelaskan kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Berguna untuk memberikan pengetahuan dan memperbanyak referensi penulisan suatu karya dibidang Ilmu Hukum khususnya dalam hal alat bukti dokumen elektronik dalam Pembuktian hukum acara perdata.

b. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Mahkamah Agung untuk mengisi kekosongan hukum yang ada di dalam celah hukum acara perdata pada pembuktian secara elektronik.

(21)

8

Disamping itu juga mengharapkan kepastian hukum tentang kebenaran dan keadilan khususnya terhadap alat-alat bukti dari proses persidangan.

D. Telaah Pustaka

Dalam melakukan penelusuran literatur terkait dengan tema yang diangkat oleh penulis yaitu: “KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA”, penulis menemukan beberapa tulisan hasil penelitian yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

Hasil penelusuran literatur pertama, yaitu Skripsi dengan judul “Alat Bukti Elektronik dalam Proses Pembuktian Perkara Perdata di Pengadilan” yang ditulis oleh Miftah Farid dan diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar pada tahun 2015. Dalam skripsi ini membahas mengenai kedudukan dan kekuatan pembuktian suatu alat bukti elektronik dalam proses pembuktian perkara perdata di pengadilan.

Hasil penelusuran literatur kedua, yaitu Jurnal dengan judul “Penggunaan Alat Bukti Elektronik dalam Pemeriksaan Perkara Perdata” yang ditulis oleh Refly Aditia Mamitoho dan diterbitkan dalam Jurnal Lex et Societatis, Vol. II, Nomor 1, Tahun 2014. Dalam Jurnal ini membahas mengenai bagaimana pembuktian dalam perkara perdata dan bagaimana penggunaan alat bukti elektronik dalam perkara perdata.

Hasil penelusuran literatur ketiga, yaitu Jurnal dengan judul “Perkembangan Alat Bukti dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Menuju Pembaruan Hukum

(22)

9

Acara Perdata” yang ditulis oleh Efa Laela Fakhriah dan diterbitkan dalam Jurnal Hukum Acara Perdata Adhaper, Vol. 1, Nomor 2, Tahun 2015. Dalam Jurnal ini

membahas mengenai berbagai masalah yang berkenaan dengan perkembangan alat bukti yang digunakan dalam penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan, berkenaan dengan dikenal dan digunakannya alat bukti elektronik dalam hukum keperdataan khususnya perdagangan/transaksi yang dilakukan secara elektronik yang dihubungkan dengan sistem pembuktian perdata.

Hasil penelusuran literatur keempat, yaitu Jurnal dengan judul “Kedudukan dan Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Elektronik dalam Hukum Acara Perdata Indonesia”

yang ditulis oleh Trio Yusandy dan diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora, Vol. 7, Nomor 4, Tahun 2019. Dalam Jurnal ini membahas mengenai

kedudukan dan kekuatan alat bukti elektronik dalam sistem pembuktian perkara perdata di Indonesia, juga membahas faktor-faktor yang menghambat kekuatan alat bukti elektronik serta upaya yang dapat dilakukan dalam menguatkan kekuatan alat bukti elektronik dalam sistem pembuktian perkara perdata di Indonesia.

Hasil penelusuran literatur kelima, yaitu Jurnal dengan judul “Kekuatan Alat Bukti E-mail dalam Persidangan Kasus Perdata” yang ditulis oleh Nolfi Papendangdan diterbitkan dalam Jurnal Lex et Societatis, Vol. V, Nomor 1, Tahun 2017. Dalam Jurnal ini membahas mengenai apakah e-mail dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara perdata berdasarkan Pasal 164 Het Herzien Inlandsch Reglement (HIR) dan apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi agar e-mail dapat dijadikan sebagai alat bukti pada pembuktian di pengadilan.

(23)

10

Setelah melakukan penelusuran literatur yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat perbedaan dan persamaan antara 5 karya tulis di atas dengan penelitian ini.

Perbedaan yang paling mendasar yaitu dari objek penelitian, penulis dalam penelitian ini memfokuskan objek penelitian terhadap Pembuktian pada Alat Bukti Dokumen Elektronik, utamanya ialah dari dokumen elektronik seperti apa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam pembuktian hukum acara perdata dan bagaimana kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun juga terdapat sedikit kesamaan dengan telaah pustaka yang pertama, ketiga dan keempat yaitu dari pembahasan yang diteliti. Namun pada telaah pustaka yang pertama hanya memfokuskan pada pembahasan transaksi elektronik seperti definisi transaksi perdagangan elektronik dan transkip elektronik sebagai alat bukti.

Pada telaah pustaka yang ketiga hanya memfokuskan pada pembahasan alat bukti elektronik dalam hukum keperdataan khususnya perdagangan/transaksi yang dilakukan secara elektronik yang dihubungkan dengan sistem pembuktian perdata dan juga pada telaah pustaka yang keempat hanya memfokuskan pada pembahasan faktor- faktor yang menghambat kekuatan alat bukti elektronik serta upaya yang dapat menguatkan alat bukti elektronik dalam sistem pembuktian perkara perdata di Indonesia, sedangkan penulis meninjau pembuktian dari beberapa aspek seperti teori penegakan hukum, teori penegakan hukum dalam lingkup hukum acara perdata dan pembuktian.

(24)

11

Kemudian perbedaan yang kedua, yaitu dari metode penelitian yang digunakan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang memiliki kesamaan dengan 5 karya tulis di atas, kecuali pada telaah pustaka yang keempat menggunakan metode penelitian pustaka dan kasus. Terakhir perbedaan yang ketiga, yaitu teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Penulis melakukan pendekatan dengan objek penelitian tidak hanya mencukupkan dengan teori penegakan hukum dalam lingkup hukum acara perdata dan pembuktian saja, akan tetapi penulis juga mengkorelasikan teori-teori tersebut dengan asas-asas hukum acara perdata dan asas-asas pembuktian dalam hukum acara perdata.

E. Kerangka Teoritik

1. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam hubungan-hubungan hukum di kehidupan bermasyarakat dan bernegara.9 Penegakan hukum dapat ditinjau dari subjeknya, penegakan hukum tersebut melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukumnya sebagai upaya aparatur penegakan hukum untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sesuai dengan semestinya.

Penegakan hukum juga dapat ditinjau dari objeknya yaitu dari segi

9 Hasaziduhu Moho, “Penegakan Hukum Di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan”, Jurnal Warta, Edisi 59, (Januari 2019), hlm. 4.

(25)

12

hukumnya yang mencakup nilai-nilai keadilan yang terkandung dalam aturan formal maupun yang terkandung dalam kehidupan masyarakat.

Penegakan hukum harus memberikan kemanfaatan ataupun kegunaan bagi masyarakat. Penegakan hukum yang mengutamakan kepastian hukum akan membawa masalah apabila penegakan hukum tersebut tidak dapat diselesaikan berdasarkan hati nurani dan keadilan. Aspek yang sangat penting dalam penegakan hukum ialah keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dalam menegakkan hukum, nilai-nilai keadilan yang merupakan nilai dasar filsafat dan nilai-nilai dasar kemanfaatan merupakan satu kesatuan yang berlaku secara sosiologis, serta nilai dasar kepastian hukum yang merupakan satu kesatuan yang secara yuridis harus diterapkan secara seimbang dalam penegakan hukum.10

2. Teori Penegakan Hukum dalam Lingkup Hukum Acara Perdata Pada aspek teoritis dalam praktik peradilan yang berdasarkan pada asasnya, hukum acara perdata ialah:

a. Peraturan hukum yang mengatur dan menyelenggarakan proses pengajuan perkara perdata kepada hakim ataupun pengadilan, yang mana pengajuan ini timbul karena ada seseorang yang haknya dilanggar oleh orang lain dan kemudian seseorang tersebut membuat surat

10 Ibid., hlm. 9.

(26)

13

gugatan sesuai dengan syarat-syarat yang ada dalam peraturan perundang-undangan.

b. Peraturan hukum yang menjamin, mengatur dan menyelenggarakan cara hakim mengadili perkara perdata, yang mana hakim harus mendengarkan kedua belah pihak yang berperkara. Kemudian dalam proses mengadili, hukum pembuktian dan alat bukti dari kedua belah pihak harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Peraturan hukum yang mengatur cara hakim dalam memutuskan perkara.

d. Peraturan hukum yang mengatur tahap dan proses pelaksanaan putusan hakim.

Dari berbagai pernyataan tersebut, apabila dilihat dari penyelesaian sengketa perdata dan penegakan hukum perdata, maka dapat disimpulkan bahwa hukum acara perdata merupakan hukum yang mengatur tata cara beracara dalam proses pemeriksaan di pengadilan terhadap penyelesaian sengketa perdata dalam rangka menegakkan hukum perdata materiil.

Hukum perdata materiil hanya dapat dipertahankan dan ditegakkan melalui peradilan dengan hukum acara perdata sebagai hukum formal yang mana

(27)

14

hukum acara perdata tersebut bersifat mengikat dan tidak boleh disimpangi.11

Hukum perdata materiil yang akan ditegakkan melalui proses penyelesaian sengketa perkara perdata dengan menggunakan hukum acara perdata (hukum perdata formil) meliputi sebagai berikut:12

a. Hukum perdata metriil yang tertulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yaitu:

1) Burgerlijk Wetbook (BW);

2) Wetbook van Koophandel (WvK);

3) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA);

4) Undang-Undang Perkawinan, dan sebagainya.

b. Hukum perdata materiil yang tidak tertulis seperti hukum adat yang hidup di masyarakat.

3. Teori Penegakan Hukum dalam Lingkup Pembuktian

Pembuktian diperlukan dalam suatu perkara yang mengadili suatu sengketa di muka persidangan yang menghasilkan penetapan. Dalam hukum acara perdata, sistem pembuktiannya mencakup kebenaran formil, yang mana hakim disini bersifat pasif, yaitu hakim tidak diperkenankan untuk menambah ataupun mengajukan pembuktian yang diperlukan dalam

11 Neng Yani Nurhayani, Hukum Acara Perdata, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 20.

12 Ibid., hlm. 18.

(28)

15

persidangan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa “Dari peristiwa itu yang harus dibuktikan (dalam proses beracara) adalah kebenarannya. Dalam acara perdata, kebenaran yang harus dicari oleh hakim adalah kebenaran formal. Ini tidak berarti bahwa dalam acara perdata hakim mencari kebenaran yang setengah- setengah atau palsu. Mencari kebenaran formal berarti bahwa hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh yang berperkara…”13

Dalam menyelesaikan sebuah perkara perdata, pihak yang bertugas untuk menyelesaikan sengketa wajib melakukan pembuktian untuk menjelaskan hal-hal yang dialaminya secara jelas. Pembuktian dapat dilakukan apabila telah terjadi konflik kepentingan yang akan diselesaikan melalui peradilan dan melalui hakim yang bersidang di muka persidangan.

Jalannya acara pembuktian di persidangan akan menentukan hasil perkara, oleh karena itu hakim harus memperhatikan keadaan yang sesungguhnya yang mana harus membuat kedua belah pihak mendapatkan beban pembuktiannya masing-masing.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi, metode penelitian adalah cara

13 Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Perdata, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), hlm. 38-39.

(29)

16

sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan yang biasanya mengacu pada bentuk- bentuk penelitian.14 Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka (library research). Artinya data yang dimaksud adalah dapat berupa uraian-uraian yang ada di buku, jurnal, ensiklopedi dan lain sebagainya yang secara tidak langsung ada kaitannya dengan objek pembahasan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana penulis mendeskripsikan masalah dengan cara mengumpulkan data mengenai keabsahan alat bukti dokumen elektronik dalam pembuktian hukum acara perdata dan kemudian menganalisis dengan peraturan-peraturan yang berlaku serta teori-teori yang dikemukakan penulis.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis- normatif. Pendekatan yuridis-normatif dilakukan karena dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data dengan cara mengumpulkan teks-teks

14 Suryana, Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), hlm. 20.

(30)

17

hukum berupa peraturan perundang-undangan yang secara tidak langsung berkaitan dengan objek penelitian. Kemudian dipahami dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas, pendapat para ahli serta penemuan penelitian-penelitian yang objeknya sama ataupun yang mendekati dengan objeknya guna melengkapi dan/atau menjelaskan secara lebih terperinci dari sumber maupun dalam peraturan perundang-undangan yang dimaksud.

4. Bahan Hukum Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang alat bukti dokumen elektronik dalam pembuktian hukum acara perdata, yaitu sebagai berikut : a. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) yang berlaku untuk daerah

pulau Jawa dan Madura;

b. RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) yang berlaku untuk daerah luar Jawa dan Madura;

c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

d. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; dan

(31)

18

e. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap bahan hukum primer seperti buku, jurnal, karya-karya ilmiah maupun artikel-artikel dan pendapat ahli yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan hukum tersier ialah bahan hukum yang memberikan penjelasan atau pemahaman dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain kamus dan ensiklopedia.

5. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis ialah studi kepustakaan. Dimana penulis memperoleh data yang relevan dari buku, artikel ilmiah, berita, maupun sumber kredibel lainnya yang terkait dengan objek penelitian.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif dan menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.

(32)

19

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “KEABSAHAN ALAT BUKTI DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERDATA”, maka sistematika penulisan yang digunakan dibagi dalam beberapa bab secara tersusun adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan yang menjelaskan gambaran umum penelitian.

Bab kedua menjelaskan tentang Tinjauan tentang Penegakan Hukum dan

Hukum Acara Perdata serta Pembuktian mengenai teori-teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti. Teori tersebut berupa teori Penegakan Hukum, Penegakan Hukum dalam lingkup Hukum Acara Perdata dan Penegakan Hukum dalam lingkup Pembuktian beserta asas-asasnya.

Bab ketiga berisikan Tinjauan Umum tentang data-data penelitian atau data

objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu mengenai Dokumen Elektronik.

Dalam Bab ini, akan dijelaskan mengenai segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan Dokumen Elektronik seperti pengertian, jenis-jenis beserta perkembangan alat bukti Dokumen Elektronik dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Dokumen

(33)

20

Elektronik serta beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan penggunaan alat bukti dokumen elektronik di persidangan.

Bab keempat berisikan tentang analisis penelitian berdasarkan pada rumusan

masalah pertama dan kedua yang ada dalam penelitian ini, yaitu Dokumen Elektronik seperti apa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata dan bagaimana kekuatan pembuktian Dokumen Elektronik dalam Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bab kelima merupakan bab penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran terhadap objek yang diteliti dalam penelitian skripsi ini. Kemudian dilengkapi dengan daftar pustaka dimaksudkan untuk memberikan referensi sumber literatur- literatur yang digunakan dalam penulisan skripsi.

(34)

125

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian beserta menganalisis terhadap penggunaan alat bukti dokumen elektronik dalam pembuktian hukum acara perdata, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyertaan alat bukti dokumen elektronik dalam pembuktian perkara perdata dari aspek yuridis-normatif telah diakui sebagai alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang mana dokumen elektronik dapat dikatakan sah apabila informasi yang ada dalam alat bukti tersebut dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan agar dapat menerangkan suatu keadaan sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dan Sesuai dengan pengertian dalam dokumen elektronik, yaitu setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya dan dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, tidak terbatas

(35)

126

pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Maka bentuk dokumen elektronik seperti apapun dapat diajukan sebagai alat bukti ke persidangan sesuai dengan pengertian dokumen elektronik tersebut dan alat bukti dokumen elektronik tersebut dapat diajukan dan diterima dalam persidangan harus dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dipertanggungjawabkan sehingga dapat menerangkan suatu keadaan tertentu. Adapun jenis-jenis dokumen elektronik sesuai dengan putusan- putusan pengadilan yang telah dijabarkan dalam Bab III dan Bab IV yaitu, fotokopi bukti slip setoran dari rekening bank, hasil cetak foto, hasil cetak dari tangkapan layar percakapan dan status foto dan soft file Salinan rekaman (video).

2. Penggunaan alat bukti dokumen elektronik telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Mengenai kekuatan pembuktiannya, pada dokumen elektronik ini menggunakan kekuatan pembuktian bebas yang mana penilaian dan juga penghargaannya diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Dokumen elektronik ini merupakan perluasan dari alat bukti yang telah diatur dalam perundang-undangan sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia dan kekuatan pembuktian dokumen elektronik dalam praktik perkara

(36)

127

perdata dapat dipersamakan dengan kekuatan alat bukti tulisan (surat) tetapi juga dapat dilumpuhkan dengan adanya bukti lawan, karena alat bukti dokumen elektronik ini tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang bersifat final yang tidak dapat dilumpuhkan dengan alat bukti apapun. Dan berdasarkan teori yang dikaji oleh penulis dalam penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dari dokumen elektronik ini telah memenuhi unsur- unsur yang ada pada teori penegakan hukum dan teori penegakan hukum dalam lingkup hukum acara perdata dan pembuktian.

B. Saran

1. Teruntuk pemerintah, dalam pengaturan terhadap sah atau tidaknya penggunaan alat bukti dokumen elektronik ini seharusnya diatur juga di dalam Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Perdata oleh pemerintah dan legislatif guna menciptakan kepastian hukum yang tegas dan menuju kepada sistem pembuktian secara terbuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pencari keadilan dalam perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini.

2. Teruntuk peraturan perundang-undangan, dalam penyertaan terhadap jenis- jenis alat bukti dokumen elektronik dan kekuatan pembuktian alat bukti dokumen elektronik ini seharusnya di atur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan.

(37)

128

3. Teruntuk masyarakat, dengan adanya peraturan mengenai ketentuan dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam pembuktian hukum acara perdata harus diketahui dan dipahami oleh masyarakat agar masyarakat mengerti bagaimana menyediakan alat bukti dokumen elektronik ketika ingin berperkara di pengadilan khususnya hukum acara perdata.

(38)

129

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-Undangan

HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement).

RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(39)

130

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Perdata.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

B. Buku

Army, Eddy, Bukti Elektronik dalam Praktik Peradilan, Cet-1, Jakarta: Sinar Grafika 2020.

Asnawi, M. Natsir, Hukum Pembuktian Perkara Pidana Perdata Dalam Sistem Hukum Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2020.

Fakhriah, Efa Laela, Bukti Elektronik Dalam Sistem Pembuktian Perdata, Bandung: PT Refika Aditama, 2017.

Fakhiriah, Efa Laela, dan Putri, Sheryl Ayuna, Hukum Acara Perdata, Bandung: PT Refika Aditama, 2020.

Fuady, Munir, Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata), cet. ke-3, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2020.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1999.

(40)

131

Nurhayani, Neng Yani, Hukum Acara Perdata, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Soekanto, Soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, 1983.

Suryana, Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2010.

C. Jurnal, Skripsi, Tesis, dan Lainnya

Arrozi, M. Fakhrudin, “Kekuatan Email sebagai Alat Bukti dalam Proses Persidangan Perdata”, Skripsi Universitas 17 Agustus Surabaya (2017).

Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, “Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang

Hukum Acara Perdata”,

https://bphn.go.id/data/documents/na_ruu_tentang_hukum_acr_perdata.

pdf, 2015, diakses 3 Maret 2021.

Lois, Laws, “Personal Information Protection and Electronic Document Act”, http://laws-lois.justice.gc.ca/eng/acts/p-8.6/, 2013, yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Muhammad Iqbal Tarigan,

“Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti dalam Perspektif Pembaruan Hukum Acara Perdata Indonesia”, Tesis Magister Universitas Sumatera Utara, (2014).

(41)

132

Moho, Hasaziduhu, “Penegakan Hukum Di Indonesia Menurut Aspek Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan”, Jurnal Warta, Edisi 59, (Januari 2019).

Suroyo, Heri dan Amin, Zaid, “Aplikasi Sistem Manajemen Dokumen Elektronik Berorientasi Standar Borang BAN PT”, Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informatika dan Komputer, Vol. 8, Nomor 1,

(2017).

Sulardi dan Yohana, “Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan Keadilan terhadap Perkara Pidana Anak”, Jurnal Yudisial, Vol. 8, Nomor 3, (Desember 2015).

Tarigan, Muhammad Iqbal, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti dalam Perspektif Pembaruan Hukum Acara Perdata Indonesia”, Tesis Magister Universitas Sumatera Utara, (2014).

_____________________ dkk, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti dalam Perspektif Pembaruan Hukum Acara Perdata Indonesia”, USU Law Journal, Vol. 4, Nomor 1, (Januari 2016)

Wahyudi, Johan, “Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian Di Pengadilan”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Vol.

XVII, Nomor 2, (Mei 2012).

D. Internet atau Website

(42)

133

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/4b17071702610771 49a069ced8fe0ffe.html, diakses hari Kamis, tanggal 4 Maret 2021.

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/d11c0b99d66a70efb 23e60a3b63ffec2.html, diakses hari Kamis, tanggal 4 Maret 2021.

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/a5f43d8f7b34f8b53 3875684a4f0b220.html, diakses hari Kamis, tanggal 4 Maret 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Selain adanya masalah hutang perusahaan yang tinggi sehingga kesulitan membayar kewajibannya termasuk pembayaran dividen, masalah lain adalah adanya penjualan yang menurun

Untuk tahap dream, pada kelompok ini berharap dengan mempunyai kemampuan yang meningkat dalam pencatatan keuangan usaha, maka dapat bersinergi dengan Lembaga Keuangan

Realisasi usaha proses produksi, penanganan pasca panen, atau usaha budidaya tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, atau Pasal 13 untuk yang menggunakan Hak

Oleh karena itu, persiapan starter yang digunakan untuk fermentasi bioetanol dapat dilakukan pada media campuran (limbah cair tahu dan air kelapa) yang dipanen pada jam

Pada baja yang tidak diberi perlakuan ketahanan korosinya sangat baik ini terlihat dari pengurangan massa dari hasil uji weight loss, sebesar 0.2mg, sedangkan pada

Gambaran status gizi berdasarkan indeks tinggi badan per umur pada anak talasemia β mayor di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr.. Djamil Padang memperlihatkan

Kedua, Kepada institusi sekolah di- sarankan untuk: (1) menyebarluaskan metode pembelajaran kooperatif model make a match kepada guru-guru mata pelajaran lainnya,

Kesimpulannya suami dan istri, masing-masing dari keduanya bercampur dengan yang lain dan saling pegang serta tidur-meniduri, maka amatlah sesuai bila diringankan bagi