1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 yang mengatur pertambangan mineral dan pertambangan batubara, mengatakan bahwa pertambangan batubara merupakan pertambangan endapan karbon yang ada di dalam bumi, termasuk batuan aspal, gambut dan bitumen padat.
Pertambangan batubara berperan sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan dan juga menjadi kekayaan nasional yang dikuasai Negara untuk membantu kesejahteraan rakyat dan pembangunan di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali sumber daya alam khususnya dalam bidang pertambangan batubara. Berdasarkan survei Geologi Amerika Serikat (USGS) tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk ekspor batubara. Selain itu, sektor pertambangan menyumbangkan 5-8% dari PDB Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir, yang 80%-nya berasal dari sub sektor batubara. Tahun 2018, pemerintah meningkatkan produksi batu bara hingga lebih dari 500 juta ton dan membuat penambang dapat mengekspor lebih banyak batu bara. Alasan pemerintah atas pengeksploitasian batu bara adalah untuk meningkatkan pendapatan ekspor dan membantu menyeimbangkan defisit yang berasal dari perdagangan minyak dan gas (Syahni, 2018).
Penelitian ini menggunakan data perusahaan pertambangan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan Lembaga atau pihak penyelenggara yang menyediakan dan mengelola pasar modal di Indonesia. Hingga tahun 2020 terdaftar 22 perusahaan pertambangan sub sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut ini merupalan daftar perusahaan pertambanga subsektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1. 1 Daftar Perusahaan Subsektor Batubara
No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 ADRO Adaro Energy Tbk 16 Juli 2008
2 ARII Atlas ResourcesTbk 08 Nov 2011
3 BOSS Borneo Olah Sarana Sukses Tbk 15 Feb 2018 4 BRMS Bumi Resources Mineral Tbk 09 Des 2010 5 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 08 Nov 2012
6 BUMI Bumi Resources Tbk 30 Juli 1990
7 BYAN Bayan Resources Tbk 12 Aug 2008
8 DEWA Darma Henwa Tbk 26 Sept 2007
9 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 15 Jun 2001 10 FIRE Alfa Energy Investama 09 Jun 2017 11 GEMS Golden Energy Mines Tbk 17 Nov 2011 12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk 09 Juli 2009
13 HRUM Harum Energy Tbk 06 Okt 2010
14 ITMG Indo Tambagraya Megah Tbk 18 Des 2007 15 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk 01 Juli 1991 16 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk 10 Juli 2014 17 MYOH Samindo Resource Tbk 27 Juli 2000 18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk 11 Juli 2007 19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 23 Des 2002
20 PTRO Petrosea Tbk 21 Mei 1990
21 SMMT Golden Eagle Energy Tbk 29 Feb 2000 22 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 06 Juli 2012
Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data diolah penulis)
Penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan subsektor batubara karena batubara merupakan salah satu sektor industri yang besar di Indonesia dengan tingkat ekspor yang tinggi dan membutuhkan modal yang besar agar dapat diminati oleh para investor (Fatoni et al, 2013).
3 Batubara juga memiliki peran penting sebagai penyedia sumber daya dalam membantu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat menjadikan peluang yang cukup tinggi bagi perkembangan perusahaan batubara dan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan batubara.
1.2 Latar Belakang
Persaingan usaha antar perusahaan sangatlah ketat pada era globalisasi saat ini. Perusahaan dituntut agar mampu memaksimalkan nilai perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain (Febriani &
Kristani 2020). Menurut Hadiprajitno (2014) optimalisasi nilai perusahaan merupakan tujuan penting yang harus dicapai perusahaan, salah satunya dengan pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan berdampak pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang optimal akan menjadikan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.
Menurut Febriani & Kristanti (2020) salah satu jenis keputusan keuangan adalah keputusan pendanaan, yaitu merupakan pemilihan sumber dana yang digunakan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan.
Menurut Berk dan DeMarzo (2017:42) keputusan pendanaan adalah manajer keuangan harus dapat memutuskan apakah akan mengumpulkan dana dari menjual lebih banyak saham atau dengan meminjam dana atau hutang.
Keputusan pendanaan juga disebut sebagai struktur modal. Struktur modal merupakan salah satu faktor fundamental operasi (Lina et al, 2016).
Menurut Keown et al, (2017:445) istilah struktur modal merujuk pada bagaimana cara perusahaan mendanai asetnya menggunakan kombinasi antara hutang dan ekuitas. Sedangkan menurut Sudana (2019:189) struktur modal perusahaan memiliki keterkaitan dengan kebijakan pembelanjaan jangka panjang perusahaan yang diukur dengan melakukan perbandingan
hutang jangka panjang dengan modal internal perusahaan. Struktur modal merupakan hal penting dalam penentuan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Astakoni & Wardita (2018) menyatakan bahwa dalam permodalan, perusahaan besar yang memiliki stabilitas penjualan yang baik, profitabilitas yang tinggi dan tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak akan begitu tergantung dana dengan pihak luar.
Perusahaan yang memiliki prospek baik memiliki sumber dana dari dalam berupa laba yang cukup besar yang dapat digunakan untuk mencukupi modal usaha mereka. Hal ini sejalan dengan konsep dalam Pecking Order Theory, teori yang dikembangkan oleh Stewart Myers pada tahun 1984, mengatakan bahwa perusahaan mengutamakan pendanaan dari sumber internal daripada pendanaan yang bersumber dari eksternal perusahaan (Mulyawan, 2015:250-251). Akan tetapi apabila perusahaan membutuhkan dana lebih maka perusahaan akan mengurutkan pemilihan pendanaan berdasarkan pada urutan hierarki risiko. Dimulai dari mengutamakan pendanaan yang minim risiko yaitu melalui pendanaan eksternal (hutang) hingga yang berisiko tinggi yaitu melalui pendanaan dengan penerbitan saham baru.
Menurut data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2019, produksi batubara di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Sebagian besar produksi batubara di ekspor ke luar negeri.
Tabel 1. 2 Produksi, Ekspor dan Impor Sub Sektor Batu Bara
Tahun Produksi Ekspor Impor
2010 275,164,196 191,430,218 106,931
2011 353,270,937 198,366,000 68,804
2012 386,077,357 208,000,000 55,230
2013 474,371,369 356,357,973 42,449
2014 458,096,707 381,972,830 77,786
2015 461,566,080 365,357,973 609,875
(Bersambung)
5
2016 456,197,775 331,128,438 2,442,319
2017 461,248,184 297,741,135 4,532,308
2018 557,772,940 356,394,687 5,468,706
2019 610,839,203 374,935,870 6,290,491
Sumber : 2018 Handbook of Energy & Economic Statistics Dengan tingkat produksi yang selalu meningkat setiap tahunnya, cadangan batubara nasional Indonesia diprediksi masih dapat bertahan hingga 76 tahun ke depan. Hal ini menjadikan sub sektor batubara masih akan menjadi unggulan untuk beberapa tahun ke depan. Di samping itu, batubara memberikan kontribusi terbesar pada pendapatan negara. Selama tahun 2018 jumlah pendapatan negara dari sektor ini mencapai Rp. 46,6 triliun (Ramadhan, 2019).
Akan tetapi, penggunaan batu bara dalam negeri masih tergolong rendah dibandingkan dengan tingkat ekspor. Tingginya permintaan dan kompleksnya regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam pengelolaan pertambangan di Indonesia menyebabkan perusahaan sektor pertambangan termasuk didalamnya pertambangan batu bara tidak dapat digerakkan oleh pelaku skala mikro saja. Pada awal tahun 1990an, sektor pertambangan kembali dibuka untuk investasi luar negeri.
Penggunaan utang atau modal perlu diperhatikan oleh perusahaan batubara. Berdasarkan pada aturan struktur finansial yang konservatif secara vertikal, angka perbandingan antara utang atau modal asing dengan modal internal tidak boleh melebihi 1:1. Pada perusahaan sub sektor batubara ini masih terdapat beberapa perusahaan yang memiliki jumlah utang yang lebih besar dibandingkan dengan modal internal.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan Betavia (2019), struktur modal salah satunya dapat diukur dengan menggunakan DER (Debt to Equity Ratio), yaitu rasio yang dapat membandingkan antara rasio hutang dengan modal sendiri. Menurut Keown et al, (2017) rasio hutang merupakan ukuran penting bagi pemberi pinjaman dari investor karena ini menunjukkan jumlah risiko keuangan yang ditanggung perusahaan, (Sambungan)
semakin banyak hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya, semakin besar risiko keuangannya
Perhitungan DER dilakukan dengan membagi total kewajiban atau total likuditas dibagi dengan total ekuitas, apabila nilai utang perusahaan lebih besar dari nilai modal, maka rasio DER diatas 1. Maka perusahaan dengan tingkat DER diatas 1 harus menanggung biaya modal yang besar dan risiko perusahaan juga akan meningkat. Menurut Brigham dan Houston (2010:140) semakin besar tingkat rasio DER, maka akan semakin tinggi juga risiko yang akan terjadi dalam perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur utang lebih besar
Berikut adalah gambar rata-rata pertumbuhan struktur modal yang dilihat dari rasio DER dari tahun 2010-2019 pada Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia :
Sumber : www.idx.co.id (Data yang telah diolah)
Berdasarkan grafik pada gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata pertumbuhan struktur modal perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019 mengalami fluktuatif dalam sepuluh tahun terakhir. Rata-rata DER yang relatif menurun dan tetap
0.89 0.74
1.13
0.86 0.91 0.98 0.85
0.68 0.73 1.03
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 1.1 Rata-rata DER Sub Sektor Batu Bara Periode 2010- 2019
7 stabil dalam kurun waktu sepuluh tahun menandakan bahwa sub sektor batubara mulai menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan hutang atau modal asing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febriani &
Kristanti (2020) proporsi struktur modal dari modal sendiri yang lebih dominan belum tentu dapat menghasilkan struktur modal yang optimal.
Perusahaan dengan modal sendiri yang lebih banyak akan memiliki jumlah dana yang terbatas, sedangkan dana sendiri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan nilai perusahaan.
Menurut Hadiprajitno (2014) struktur modal berhubungan dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai utang dalam suatu perusahaan atau semakin tinggi risiko yang dimiliki oleh perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin meningkat karena cost of debt yang lebih rendah dibandingkan dengan cost of capital. Oleh karena itu, agar kondisi tersebut dapat tercapai maka perlu pertimbangan variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal. Dengan mengacu kepada penelitian yang dilakukan Betavia (2019) dan Firmanullah & Darsono (2017) penulis menggunakan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal yaitu (a) profitabilitas, (b) likuiditas, (c) struktur aset, (d) ukuran perusahaan, dan (e) pertumbuhan penjualan.
Faktor pertama yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas. Menurut penelitian yang dilakukan Firmanullah & Darsono (2017) profitabilitas merupakan salah satu faktor yang memengaruhi struktur modal perusahaan. Menurut Hery (2016:192) profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari kemampuan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas pada penelitian ini menggunakan rasio Return on Asset (ROA) yang membandingkan laba bersih setelah pajak dan total aset. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dan dinilai kinerja perusahaan tersebut efektif dan efisien. Acaravci (2015), Nasimi
(2016), Dewi et al, (2017) dan Betavia (2019) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Berbeda dengan hasil penelitian Alnajjar (2015), Firmanullah & Darsono (2017), Cevheroglu (2017), Liang & Natsir (2019), Andika & Sedana (2019) dan Permatasari et al, (2019) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Faktor berikutnya yang memengaruhi struktur modal adalah likuiditas. Menurut Pandey (2015:584) likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan saat ini. Umumnya dalam kurang dari satu tahun, dimensi konsep likuiditas mencakup current ratio, quick ratio, cash ratio dan net working capital to total asset ratio. Dimensi konsep likuiditas ini mencerminkan ukuran- ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauh mana manajemen mampu untuk mengelola modal kerja yang didanai dari hutang lancar dan saldo kas perusahaan (Harmono, 2015:106). Pada penelitian ini, penulis menggunakan pengukuran likuiditas dengan Current Ratio (CR). Dengan CR, kita dapat melihat bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Cevheroglu (2017) dan Betavia (2019), menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh secara positif terhadap struktur modal. Namun, hasil penelitian yang dilakukan Firmanullah & Darsono (2017), Dahlena (2017), Dewi et al, (2017) Liang & Natsir (2019), dan Permatasari (2019) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal.
Variabel berikutnya yang memengaruhi stuktur modal adalah struktur aset. Menurut Riyanto (2010), struktur aset merupakan proporsi antara kepemilikan aset lancar dengan aset tetap. Menurut Sitanggang (2013) komposisi aset tetap berwujud perusahaan yang jumlahnya besar akan memiliki peluang untuk memperoleh tambahan modal dengan hutang, aset tetap tersebut dapat dijadikan jaminan untuk perusahaan dapat
9 memperoleh hutang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andika &
Sedana (2019) struktur aset juga berarti perusahaan memiliki nilai likuidasi yang tinggi, sehingga peminjam dapat menerima kembali hak atau dana mereka jika terjadi likuidasi perusahaan. Menurut Sumani (2015) struktur aset perusahaan dapat diukur dengan fixed asset ratio, yaitu menghitung aset tetap (fixed asset) dibagi dengan total aset. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Sumani (2015), Dewi et al, (2017), dan Betavia (2019) memiliki hasil bahwa struktur aset berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Sedangkan penelitian oleh Cevheroglu (2017), Rizki & Zahroh (2017), dan Dewiningrat & Mustanda (2018) menemukan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi struktur modal adalah ukuran perusahaan. Menurut Sawitri & Lestari (2015) ukuran perusahaan atau firm size merupakan penerapan dari kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas penjualan dan juga jumlah karyawan yang perusahaan miliki. Ukuran perusahaan dapat disebut juga sebagai jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andika & Sedana (2019) semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan sumber dana eksternal terutama dalam bentuk hutang. Dengan kata lain besar atau kecilnya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ukuran perusahaan diproksikan dari total aset dan dapat diukur dengan logaritma natural penjualan (Ashry & Fitra 2019). Penelitian tentang ukuran perusahaan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Acaravci (2015) dan Dewi et al, (2017) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alnajjar (2015), Nasimi (2015), Cevheroglu (2017), Andika & Sedana (2019) dan Permatasari (2019) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian oleh Liang & Natsir (2019)
menemukan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal.
Selain itu faktor yang dapat memengaruhi struktur modal adalah pertumbuhan penjualan. Menurut Maryanti (2016), pertumbuhan penjualan merupakan peningkatan atau penurunan penjualan perusahaan dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dari laporan laba-rugi perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dikakukan Sawitri & Lestari (2015) semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan, akan meningkatkan kebutuhan dana untuk membiayai penjualan perusahaan dan memudahkan perusahaan dalam mendapatkan hutang. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan indikator penjualan tahun ini dikurang penjualan tahun sebelumnya dan dibagi dengan penjualan tahun sebelumnya (Fahmi, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sawitri & Lestari (2015), Acaravci (2015), Alnajjar (2015), Nasimi (2016), Dewi et al, (2017) dan Firmanullah
& Darsono (2017) menemukan hasil pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan peneltian yang dilakukan Cadha & Sharma (2015), Alipour et al, (2015) dan Permatasari (2017) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh secara negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan dan dijabarkan diatas, penulis masih menemukan inkonsistensi, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Subsektor Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2019)”
1.3 Perumusan Masalah
Struktur modal merupakan faktor yang penting bagi perusahaan, karena struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan suatu
11 perusahaan yang dapat dijadikan acuan atau gambaran sebagai pembanding antara utang perusahaan dengan modal perusahaan. Perhitungan struktur modal pada penelitian ini menggunakan DER yang membandingkan jumlah kewajiban atau hutang terhadap modal perusahaan. Perusahaan yang pendanaannya lebih besar dari dana internal atau dana perusahaan sendiri memiliki risiko keuangan yang rendah, namun apabila pendanaan perusahaan lebih besar dari eksternal maka semakin besar pula risiko bisnis dan risiko gagal bayar untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Namun data yang berasal dari internal perusahaan sendiri jumlahnya terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan berusaha mencari sumber dana tambahan melalui sumber eksternal yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada kreditur atau melalui pasar modal.
Berdasarkan latar belakang dan uraian masalah yang telah dijabarkan diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah :
1. Bagaimana profitabilitas, likuiditas, struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
2. Apakah profitabilitas, likuiditas, struktur aset, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
4. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2019?
5. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
7. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui profitabilitas, likuiditas, struktur aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara profitabilitas, likuiditas, struktur aset, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
5. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
13 6. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
7. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Aspek Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu profitabilitas, likuiditas, struktur aset, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan pada perusahaan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2019.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan acuan dalam sumber pembelajaran dengan tujuan untuk disempurnakan kembali oleh penelitian selanjutnya.
1.5.2 Aspek Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dibutuhkan oleh berbagai pihak termasuk membantu investor untuk memahami faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan yang nantinya akan membantu dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Dibawah ini merupakan sistematika penulisan tugas akhir yang disusun oleh penulis, dimana terdiri dari 5 bab yang saling terkait. Urutan penulisan bab yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagian besar menyempurnakan usulan penelitian yang berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang terkait dengan fenomena, perumusan masalah yang didasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan manfaat penelitian secara teoritis maupun praktis, serta sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas semua penjelasan mengenai teori sebagai pendukung yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pemikiran yang berisi rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian dan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian. Landasan teori dalam bab ini diperoleh dari buku teks, literatur dan jurnal-jurnal yang terkait.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan. Penjelasan dimulai dari jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang semua pembahasan deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh penulis dan mengenai hasil atas analisis penelitian, serta pengujian dan analisis hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
15 Bab ini membahas mengenai kesimpulan penelitian yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu juga disertakan saran yang berguna bagi instansi maupun penelitian selanjutnya.