• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUKSI MUTASI PADA TANAMAN MARIGOLD (Tagetes erecta L.) DENGAN MENGGUNAKAN KOLKISIN SKRIPSI OLEH : RENANDA ECHA SAPUTRI PEMULIAAN TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INDUKSI MUTASI PADA TANAMAN MARIGOLD (Tagetes erecta L.) DENGAN MENGGUNAKAN KOLKISIN SKRIPSI OLEH : RENANDA ECHA SAPUTRI PEMULIAAN TANAMAN"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

RENANDA ECHA SAPUTRI 160301229

PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

SKRIPSI OLEH :

RENANDA ECHA SAPUTRI 160301229

PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)
(4)

ABSTRAK

RENANDA ECHA SAPUTRI, 2021. Induksi Mutasi pada Tanaman Marigold (Tagetes erecta L.) dengan Menggunakan Kolkisin. Dibimbing oleh Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP, dan Ir. Hot Setiado, MS. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin terhadap keragaman genotip dan fenotip pada tanaman marigold. Penelitian ini dilaksanakan di lahan seluas 500 x 400 cm Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara dan di laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada ketinggian ±32 m dpl dari bulan Juni sampai Desember 2020. Penelitian dilakukan dengan cara merendam benih menggunakan 3 konsentrasi yaitu 0 ppm, 50 ppm dan 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan tanaman marigold dengan konsentrasi kolkisin 100 ppm berpengaruh nyata pada peubah amatan tinggi tanaman, jumlah tangkai daun dan panjang stomata.

Tanaman marigold yang diberi perlakuan kolkisin memiliki karakter morfologis dan kromosom yang berbeda dibandingkan dengan kontrol. Karakter fenotip dan genotip paling baik terdapat pada perlakuan 100 ppm yang menghasilkan karakter fenotip dan genotip yang berbeda.

Kata kunci : keragaman fenotip, keragaman genotip, kolkisin, marigold.

(5)

ABSTRACT

RENANDA ECHA SAPUTRI, 2021. Mutation Induced by Colchicine in Marigold Plant (Tagetes erecta L.). Supervised by Diana Sofia Hanafiah and Hot Setiado. The purpose of this study was to evaluate the effect of colchicine concentration on the genotype and phenotype diversity in marigold plant. This research was conducted on an area of 500 x 400 cm Medan Area District, Medan City, North Sumatra and at the tissue culture laboratory of the Faculty of Agriculture Universitas Sumatera Utara, with 32 metres altitude. The seeds were treated with 3 concentrations of colchicine: 0 ppm, 50 ppm and 100 ppm. The result showed that marigold plants with a colchicine concentration of 100 ppm significantly affected the plant height, the number of stalk leaves, and the stomata length. Marigold plants treated with colchicine showed different morphological and chromosomal characters compared to the control. The best phenotypic and genotypic characters were found in the 100 ppm.

Keywords : colchicines, genotypic diversity, phenotypic diversity, marigold.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Renanda Echa Saputri lahir pada tanggal 22 Mei 1998 di Kabupaten Bajubang Provinsi Jambi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Isnandar dan Ibu Retno Kusnawati.

Tahun 2016 penulis lulus dari SMAN 4 Pekanbaru dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur mandiri (UMB-PT). Penulis memilih Program Studi Agroteknologi.

Selama perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian 2018-2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. BRIDGESTONE Sumatra Rubber Estate, Dolok Merangir Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN-PPM) di Desa Narumonda V, Kabupaten Toba Samosir, Kecamatan Siantar Narumonda.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Induksi Mutasi pada Tanaman Marigold (Tagetes erecta L.) dengan Menggunakan Kolkisin” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang luar biasa kepada Ayahanda tercinta Isnandar, dan Ibunda tercinta Retno Kusnawati, M.Pd., yang telah membesarkan, mendidik, memotivasi, mendo‟akan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP., selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Ir. Hot Setiado, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, petunjuk dan kepercayaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fikrian Akbar Oktoviano, S.H., dan kepada kakak tercinta Yuyun Wijaya, serta sahabat – sahabat terdekat Alda, Mutia, Hani, Sophie, Yuyun, Putri, dan Mitha.

Skripsi ini merupakan tahap awal dari penelitian tentang tanaman marigold yang belum banyak didukung oleh kajian teori, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2021

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 6

Pemulian Mutasi ... 7

Kolkisin ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Bahan dan Alat Penelitian ... 11

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Persiapan Lahan ... 14

Pembuatan Media Tanam ... 14

Pembuatan Larutan Kolkhisin ... 14

Persiapan Benih ... 14

Penanaman Benih ... 14

Pemiliharaan Tanaman ... 15

Penyiraman ... 15

Pemupukan... 15

Penyiangan (Pengendalian Gulma) ... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit... 15

Analisis Kromoson ... 16

(9)

Pengambilan Bahan ... 16

Fiksasi ... 16

Hidrolisis ... 16

Pewarnaan ... 16

Pengamatan Kromoson ... 17

Pengamatan Parameter ... 18

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Diameter Batang (mm) ... 18

Jumlah Tangkai Daun ... 18

Panjang dan Lebar Stomata ... 18

Morfologi Daun ... 19

Tipe Daun ... 19

Panjang Daun ... 20

Lebar Daun ... 20

Morfologi Bunga... 21

Panjang Tangkai Kepala Bunga Terminal ... 21

Tipe Kuntum ... 21

Diameter Bunga ... 22

Jumlah Warna Pada Bunga ... 23

Waktu Mulai Berbunga ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Tinggi Tanaman ... 24

Jumlah Tangkai Daun ... 25

Diameter Batang ... 25

Skoring Morfologi Daun dan Morfologi Bunga ... 26

Morfologi Bunga... 30

Panjang dan Lebar Stomata ... 31

Jumlah Kromosom ... 32

Karyogram Kromosom ... 33

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 38

Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. ... Halaman.

1. Rataan Tingi Tanaman 2 MST Sampai 9 MST ... 24

2. Rataan Jumlah Daun 2 MST Sampai 9 MST ... 25

3. Rataan Diameter Batang ... 25

4. Hasil Skoring Tanaman Marigold Tanpa Perlakuan 0 ppm (K0) ... 27

5. Hasil Skoring Tanaman Marigold Perlakuan 50 ppm (K1) ... 28

6. Hasil Skoring Tanaman Marigold Perlakuan 100 ppm (K2) ... 29

7. Rataan Panjang Stomata dan Lebar Stomata ... 31

8. Jumlah Kromosom ... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman.

1. Tipe Daun ... 19

2. Daerah Ukur Panjang Daun ... 20

3. Daerah Ukur Lebar Daun ... 20

4. Tipe Kuntum ... 22

5. Jumlah Warna Pada Bunga ... 23

6. Morfologi Bunga ... 30

7. Stomata Daun Pada Perlakuan 0 ppm Dengan Perbesaran 40x ... 31

8. Stomata Daun Pada Perlakuan 50 ppm Dengan Perbesaran 40x ... 31

9. Stomata Daun Pada Perlakuan 100 ppm Dengan Perbesaran 40x ... 32

10. Jumlah Kromosom Marigold Perlakuan 0 ppm (K0) ... 32

11. Jumlah Kromosom Marigold Perlakuan 50 ppm (K1) ... 32

12. Jumlah Kromosom Marigold Perlakuan 100 ppm (K2) ... 33

13. Hasil Analisis Karyogram Kromosom Marigold ... 33

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman.

1. Denah Penelitian ... 43

2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 44

3. Jadwal Kegiatan di Laboratorium ... 45

4. Deskriptor Marigold Dengan Penntuan Skor Tiap Karakter ... 46

5. Data Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman ... 47

6. Data Pengamatan Parameter Jumlah Tangkai Daun ... 62

7. Data Pengamatan Parameter Diameter Batang ... 74

8. Data Pengamatan Parameter Panjang Stomata ... 76

9. Data Pengamatan Parameter Lebar Stomata ... 77

10. Data Panjang Daun Tanaman Marigold ... 79

11. Data Lebar Daun Tanaman Marigold ... 80

12. Data Panjang Tangkai Kepala Bunga Terminal ... 81

13. Data Diameter Bunga Tanaman Marigold ... 82

14. Data Waktu Mulai Berbunga Tanaman Marigold ... 83

15. Gambar Bunga Marigold Dari Beberapa Sampel ... 84

16. Gambar Hasil Penelitian Tanaman Marigold ... 85

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang bernilai penting di Indonesia. Permintaan tanaman hias di Indonesia terus meningkat seiring meningkatmya pendapatan masyarakat. Namun, varietas- varietas yang diperdagangkan sebagian besar masih berasal dari introduksi. Tetapi, dalam lima tahun terakhir sudah ada varietas-varietas baru yang dihasilkan oleh pemulia dalam negeri (Handayati, 2013).

Marigold (Tagetes erecta L.) merupakan tanaman hias yang berasal dari famili Asteraceae dan bunga komersial yang potensial serta permintaannya meningkat di seluruh anak benua. Salah satu sumber alami yang terkandung didalam bunga marigold yaitu xanthopyll yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan alami untuk mencerahkan kuning telur dan kulit unggas.

Selain itu, digunakan sebagai pewarna kain karena ekstrak bunganya mengandung

etanol yang dapat menghasilkan warna yang berbeda-beda pada kain (Shaifullah, Muhammad, Faraz, Taimor, Israr, Muhammad, and Sajjad, 2018).

Tanaman marigold yang sering disebut bunga tahi kotok yang mudah dibudidayakan. Umumnya digunakan masyarakat sebagai fungisida, insektisida, dan anti nematoda karena mengandung terpenoid. Selain mengandung terpenoid, marigold juga mengandung karotenoid yang digunakan sebagai pewarna makanaan dan mengandung flavonoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan alami (Yolanda, 2012).

(14)

Permintaan bunga marigold meningkat pada acara-acara khusus di India serta untuk keperluan industri. Spesies marigold yang biasa di budidayakan adalah marigold Africa dan marigold Prancis (Tagetes pitula L.). Namun, permintaan bunga marigold Afrika lebih tinggi jika dibandingkan dengan marigold Prancis (Srinivas, et al., 2018). Di India, ada beberapa daerah yang membudidayakan marigold. Daerah- daerah tersebut memiliki jumlah produksi yang berbeda – beda, daerah dengan produksi tertinggi pertama yaitu Madya Pradesh sebesar 94000 ton, yang kedua daerah Karnata sebesar 87000 ton dan yang ketiga pada daerah Gujarat 81000 ton (National Horticulture Board, 2016).

Sejak zaman kuno dalam kedokteran India, marigold digunakan sebagai pengobatan rematik, bronkitis, penyakit mata, bisul dan lain-lain. Namun saat ini, para peneliti di India telah meneliti banyaknya kandungan marigold yang kaya akan manfaat seperti karoten yang digunakan sebagai zat pewarna makanan, zat tambahan pakan, serta berfungsi sebagai anti kanker dan anti penuaan. Selain itu, marigold memiliki kandungan minyak atsiri yang dikenal karena sifat antimikroba dan insektisida (Gupta and Neeru, 2012).

Di India tanaman marigold merupakan tanaman yang paling penting dan paling umum ditanam. Marigold merupakan tanaman yang populer dikalangan petani karena budidayanya yang mudah dan mampu beradaptasi dengan baik.

Marigold memiliki karakter berbunga bebas dan durasinya yang singkat yaitu rata-rata 45 hari setelah tanam untuk menghasilkan bunga-bunga yang akan dipasarkan. Warna yang menarik, bentuk, ukuran dan kualitas yang baik pada marigold menjadi pusat perhatian para petani (Singh, Joginder, and Gaurav, 2018).

(15)

Banyaknya permintaan bunga marigold dari para konsumen baik di hari biasa maupun di hari raya mengakibatkan perkembangan luas areal pertanaman marigold semakin meningkat. Semakin banyaknya permintaan bunga marigold semakin banyak pula petani yang menjadikan marigold sebagai komoditi utama nya. Di Bali, pada tahun 2014, total produksi bunga marigold mengalami peningkatan selama satu tahun. Data total produksi bunga marigold terjadi

peningkatan dari januari 2014 yaitu 6.728 kg menjadi 14.350 kg pada Desember 2015 (Purwati, Sri and Wayan, 2016). Karena permintaan marigold di

masyarakat tinggi sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas terhadap tanaman marigold dengan cara induksi mutasi menggunakan mutagen kimia kolkisin.

Induksi mutasi dengan kolkisin diharapkan dapat memperbaiki sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif khususnya dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Diharapkan hasil dari setiap tanaman akan lebih baik dan unggul dengan adanya poliploidi. Selain itu, pemberian kolkisin

mengakibatkan perubahan morfologis yang lebih bervariasi (Aili, Respatijarti, dan Arifin, 2016).

Menurut Patil, et al (2017) penggunaan kolkisin dapat meningkatkan variabilitas genetik serta karakteristik bunga marigold. Sehingga, terdapat konsentrasi kolkisin yang optimal untuk menginduksi poliploidi pada tanaman marigold yaitu konsentrasi 0,1% dengan lama perendaman selama 12 jam. Namun, konsentrasi kolkisin yang terlalu tinggi dapat berdampak buruk pada tanaman marigold.

(16)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin terhadap perubahan genotip dan fenotip pada tanaman marigold.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin terhadap keragaman genotip dan fenotip pada tanaman marigold.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin terhadap keragaman genotip dan fenotip pada tanaman marigold.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Marigold

Menurut Steenis (2005) tanaman marigold diklasifikasikan sebagai berikut, kingdom: Plantae; divisi: Spermatophyta; kelas: Dicotyledonae; ordo: Asterales;

famili: Asteraceae; genus: Tagetes; spesies: Tagetes erecta L..

Marigold termasuk tanaman dikotil, yang memiliki akar tunggang. Akar marigold berwarna putih kekuningan dan memiliki rambut akar yang berfungsi mengambil nutrisi serta aiar yang berada di dalam tanah. Tanaman marigold dapat

tumbuh tegak ke atas hingga mencapai tinggi berkisar 0,6 m – 1,3 m (Sukarman dan Chumaidi, 2010).

Batang marigold memiliki warna putih kehijauan jika pucuknya masih muda dan akan berwarna hijau jika pucuknya sudah dewasa. Batang marigold tumbuh tegak dan bercabang-cabaang dengan ketinggian berkisar 30 cm hingga

120 cm. Lapisan terluar batang marigold merupakan epidermis batang (Hafidah, 2018).

Daun pada tanaman marigold menyirip gasal, memiliki tajuk daun kedua sisi berjumlah 5-9 dengan panjang 5-9 cm. Daun marigold bergerigi serta tepi daun terdapat bintik-bintik kelenjar bulat (Steenis, et al., 1978).

Bunga marigold merupakan bunga majemuk yang memiliki warna orange, kuning serta kombinasi kedua warna tersebut. Bongkol pada bunga marigold memiliki tangkai yang panjang dan ujung tangkainya membesar. Pembalut bunga marigold berbentuk lonceng dan terdapat 8-13 punggung membujur dan dibatasi alur yang cukup dalam dengan panjang 1,5-2,5 cm dan lebar 1,2-1,7 cm. Pada

(18)

bagian tepi bungan berbentuk pita kuning dan pada tengan bunga berbentuk tabung (Steenis, et al., 1978).

Syarat Tumbuh Iklim

Marigold Afrika dan marigold Perancis merupakan tanaman yang tumbuh kuat. Marigold dapat tumbuh sepanjang tahun baik di iklim tropis maupun subtropis. Akan tetapi, untuk menghasilkan pertumbuhan dan pembungaan yang subur dibutuhkan iklim yang sedang untuk tumbuh (Suklabaidya, et al., 2015).

Marigold dapat tumbuh baik pada suhu yang tinggi (23oC-28oC). Suhu yang tinggi mendorong peningkatan pada tinggi tanaman dan pembungaan pada tanaman marigold. Intensitas cahaya yang tinggi juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman marigold (Khanal, 2014).

Tanah

Marigold dapat tumbuh baik dalam berbagai macam jenis tanah. Tanah harus berdraenase baik, aerase baik, kedalaman, kesuburan dan kapasitas penampung air yang baik. pH tanah yang baik untuk tanaman marigold yaitu 6,5 – 7,5. Tanah salin dan tanah masam tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman marigold (Suklabaidya, et al., 2015).

Marigold tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kandungan fosfor yang cukup. Fosfor dapat melakukan beberapa fungsi penting seperti memperkuat batang, akar, bunga, produksi benih dan terhadap nilai tanaman itu sendiri.

Kandungan fosfor dalam tanah, dapat meningkatkan bobot bunga segar pada tanaman marigold. Penambahan fosfor dapat dilakukan dengan pemberian pupuk

(19)

hijau yang mengandung tiga nutrisi utama yaitu nitrogen, fosfor dan kalium yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pembungaan tanaman (Haq, et al., 2016).

Marigold yang di tanam pada polybag dengan media sekam : tanah : cocopeat akan cepat layu pada siang hari karena media cepat kehilangan air.

Komposisi media tanam arang sekam : tanah : cocopeat dengan perbandingan 1 : 1 : 3 dan frekuensi pemberian air 2 hari sekali akan memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan dan pembungaan marigold. Selain itu, komposisi media tersebut dapat mempercepat umur berbunga pada umur 29 HST (Hidayat, 2018).

Pemuliaan Mutasi

Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada materi genetik suatu makhluk secara acak dan juga dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang berisifat terwariskan. Mutasi dalam pemuliaan tanaman dapat terjadi secara spontan di alam dan dapat terjadi secara induksi. Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara spontan di alam maupun yang terjadi melalui induksi. Keduanya akan menimbulkan variasi genetik yang akan dijadikan sebagai dasar seleksi tanaman, baik itu seleksi secara alami maupun buatan (Soeranto, 2003).

Pemuliaan mutasi dapat merubah beberapa sifat tanpa harus merubah sifat baiknya. Pemuliaan mutasi memerlukan waktu yang reatif lebih singkat untuk merubah beberapa sifat tanaman. Selain itu, untuk memperbaiki tanaman tahunan yang harus menunggu datangnya fase generatif agar dapat disilangkan, pemuliaan mutasi merupakan teknik yang efektif untuk digunakan (Sobrizal, 2016).

Adapun kelemahan dari pemuliaan mutasi yaitu mutasi bersifat random.

Keberhasilan mutasi dapat ditentukan dalam beberapa hal yaitu sudah menetapkan

(20)

terlebih dahulu karakter atau sifat yang ingin diperbaiki, metode seleksi terhadap kondisi materi yang akan dimutasikan harus tepat seperti kandungan air, daya kecambah benih harus diketahui sebelum dimutasi dan oksigen, konsentrasi dan waktu aplikasi yang tepat (Acquaah, 2007).

Kolkisin

Kolkisin (C22H25NO6) adalah alkaloid utama yang diekstrak dari tanaman Colchicum autumnale dan Gloriosa superba yang digunakan untuk menginduksi

poliploidi dalam sel tanaman dengan menghambat segregasi kromosom selama pembelahan meiosis. Istilah „kolkisin‟ berasal dari daerah yang dikenal sebagai

„Colchis‟ dekat laut hitam. C. autumnale tumbuh liar di Eropa dan Afrika, Gloriosa tersebar di Afrika dan Asia. Kolkisin dapat menghasilkan tanaman yang

lebih besar dan tumbuh lebih cepat (Ade and Mahendra, 2010).

Kolkisin merupakan mutagen kimia yang dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik. Kolkisin dapat menghambat pembentukan benang-benang gelendong. Kolkisin juga dapat menghambat pertumbuhan serta menyebabkan kematian apabila dilakukan pada konsentrasi yang terlalu tinggi atau tidak sesuai (Damayanti, 2015).

Induksi kolkisin merupakan suatu mekanisme yang banyak digunakan untuk mendorong terjadinya mutasi. Pengaruh kolkisin dalam menginduksi mutasi bersifat acak, sehingga ada individu yang tetap bersifat diploid (2n), sebagaimana umumnya sel normal. Tetapi ada juga sel-sel yang mengalami pengurangan jumlah kromosom, yaitu bersifat haploid (1n) dan mengalami penambahan jumlah kromosom atau poliploid (Suminah et al., 2002).

(21)

Kolkisin dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan morfologi pada tanaman. Pada tanaman aglaonema dengan perlakuan kolkisin terjadi perubahan morfologi seperti perubahan ujung daun, pangkal daun, bentuk helaian daun dan warna helaian daun. Selain itu pemberian kolkisin juga mengakibatkan perubahan kromosom yaitu terjadi penambahan jumlah kromosom.

Perubahan kromosom tersebut sangat menguntungkan bagi para pemulia sehingga dapat di hasilkan penampilan-penampilan morfologi yang baru (Damanik, 2017).

Tanaman marigold yang berasal dari famili Asteraceae merupakan tanaman hias yang dieksploitasi secara komersial. Tanaman marigold terdiri dari 33 spesies salah satunya yaitu Tegetes erecta L. yang tumbuh mekar dan indah.

Marigold merupakan tanaman asli Amerika Tengah dan Selatan, khususnya

Meksiko. Marigold memiliki jumlah kromosom x = 12 dan 2n= 24 (Lohar et al, 2018).

Menurut Nilahayati (2007) planlet tanaman krisan yang diberikan perlakuan kolkisin memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi dibandingkan planlet tanpa perlakuan kolkisin. Hal ini terjadi diduga karena adanya peningkatan sintesis klorofil pada planlet yang diberikan perlakuan kolkisin. Pada tanaman poliploid, ukuran sel dan inti sel yang lebih besar menyebabkan jumlah kromosom yang lebih banyak (Haryati et al, 2009).

Menurut Murni (2010) penggandaan kromosom akibat pemberian kolkisin berpengaruh terhadap ukuran bunga. Ukuran bunga tetraploid lebih besar dibandingkan ukuran bunga diploid pada tanaman cabe keriting. Selain itu, cabe keriting tetrapoloid lebih lama berbunga dibandingkan cabai keriting diploid.

(22)

Tanaman tetraploid lama berbunga karena terjadi penggandaan kromosom, dimana ukuran sel menjadi lebih besar dan siklus sel menjadi lebih lambat.

Perlakuan kolkisin dengan konsentrasi 0,1 % dan 0,2% pada tanaman marigold memperlihatkan penampilan morfologi yang berbeda dengan tanaman marigold tanpa perlakuan kolkisin. Perlakuan kolkisin mengakibatkan jumlah kromosom menjadi berlipat ganda karena kolkisin menghambat tahap metafase selama pembelahan sel. Selain itu, perlakuan kolkisin dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah pada tanaman marigold. Diameter batang kecambah marigold yang diberi perlakuan kolkisin memiliki ukuran lebih besar dibandingkan tanpa perlakuan kolkisin (Dewi dan Made, 2018).

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan dengan luas 500 x 400 cm, kecamatan Medan Area, kota Medan, Sumatera Utara dan di laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020 sampai Desember 2020.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman marigold varietas Mega Gold F1, kolkisin sebagai mutagen tanaman, aquades sebagai pelarut kolkisin dan untuk membersihkan bahan yang akan digunakan, top soil sebagai bahan campuran media tanam, sekam sebagai campuran media tanam,

kompos sebagai bahan campuran media tanam, pupuk NPK dengan perbandingan (16 : 16 : 16) sebagai pupuk dasar penambah unsur hara tanah.

Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungisida berbahan aktif mankozeb 80% untuk mengendalikan penyakit jamur, air untuk menyiram tanaman, polybag sebagai wadah media tumbuh tanaman, label sebagai penanda pada polybag.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk menghomogenkan media tanam, gelas ukur untuk mengukur larutan kolkisin agar sesuai dengan perlakuan, erlenmeyer sebagai wadah untuk mengencerkan larutan kolkisin, beaker glass digunakan sebagai wadah untuk merendam bahan tanaman ke dalam larutan kolkisin, handspayer untuk menyemprot fungisida ke tanaman, batu-bata sebagai penyangga polybag, gembor sebagai wadah untuk menyiram

(24)

tanaman, meteran untuk mengukur panjang tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, dan kamera untuk mendokumentasikan hasil penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 1 faktor, yaitu faktor pemberian konsentrasi kolkisin

K0 : 0 ppm K1 : 50 ppm K2 : 100 ppm

Jumlah ulangan (blok) : 10 ulangan Jumlah tanaman seluruhnya : 30 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 30 tanaman Jarak antar blok : 10 cm Jarak antar polybag : 20 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear aditif sebagai berikut:

Yij = µ + ρi + αj + ɛ ij Dimana

Yij : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke- i dengan perlakuan konsentrasi kolkisin ke-j

µ : Nilai tengah umum

ρi : Pengaruh blok pada taraf ke-i

αj : Pengaruh perlakuan konsentrasi pada taraf ke-j

ɛ ij : Pengaruh error pada blok ke-i dan perlakuan konsentrasi ke-j

(25)

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam. Terhadap sidik ragam yang nyata maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rata-Rata Duncan pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1980). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel.

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan pada minggu pertama dengan membersihkan lahan dari segala macam gulma dan sampah yang ada di sekitar areal penelitian.

Kemudian dibuat blok dengan ukuran jarak antar blok 10 cm dan jarak antar polybag tanaman 20 cm.

Pembuatan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil, sekam, dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1 yang seluruhnya dicampur secara homogen.

Pembuatan Larutan Kolkisin

Pembuatan larutan kolkisin dilakukan dengan cara pengenceran kolkisin Agro Biotech dengan konsentrasi 100 ppm menjadi 50 ppm. Untuk konsentrasi 50 ppm dilakukan dengan cara melarutkan 25 ml kolkisin, kemudian ditambahkan aquadest sampai volumenya 50 ml. Sedangkan konsentrasi 100 ppm dilakukan dengan cara mengambil kolkisin sebanyak 50 ml tanpa ditambahkan aquadest.

Persiapan Benih

Benih direndam selama 12 jam dengan menggunakan larutan kolkisin sesuai dengan konsentrasi.

Penanaman Benih

Langkah pertama adalah mengisi media tanam sampai penuh kedalaman polybag. Benih dikeluarkan dari wadah perendaman, setelah itu masukkan benih tepat di tengah-tengah polybag dan menimbunnya dengan media. Lalu menyiram tanahnya dengan air biasa hingga kondisi lapang. Penanaman dilakukan pada sore hari.

(27)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari, disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, setiap tanaman diusahakan mendapatkan jumlah air yang sama yaitu 1 L per tanaman.

Penyiraman dilakukan dengan membasahi media tanah hingga kapasitas lapang tanpa membasahi tanaman. Hal ini dilakukan untuk mencegah tanaman menjadi busuk, karena tanaman sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi.

Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK dengan perbandingan 16 : 16 : 16 dengan dosis 5 gram/ tanaman yang diberikan pada 10 HST, lalu 10 gram/ tanaman yang diberikan pada 24 HST dan 15 gram/ tanaman yang diberikan pada 38 HST.

Penyiangan (Pengendalian Gulma)

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang berada di dalam pot. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan menangkap hama yang terlihat di sekitar tanaman. Di lapangan dilakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb 80% 2 gram/liter air. Pengendalian dilakukan tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di lapangan.

(28)

Analisis Kromosom Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan dilakukan dengan mengambil akar tanaman yang telah berumur 3 minggu dengan panjang ± 0,5 cm dari ujung akar. Ujung akar yang dipotong lalu dicuci dengan air yang bersih. Pemotongan akar dilakukan pada pukul 08.00 – 09.00 WIB. Penggunaan ujung akar sebagai bahan pembuatan sediaan karena ujung akar merupakan organ yang aktif mengalami pertumbuhan (meristematis) (Setyawan dan Sutikno, 2000).

Fiksasi

Fiksasi dilakukan dengan merendam ujung akar kedalam larutan asam asetat glasial 45% dan disimpan selama 15 menit pada suhu ruang (± 25oC).

Hidrolisis

Hidrolisis dilakukan dengan merendam akar kedalam asam klorida 1N lalu didiamkan selama 10 menit dengan suhu kamar. Kemudian akar dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali.

Setyawan dan Sutikno (2000) menyatakan bahwa hidrolisis dilakukan untuk mendapatkan sel-sel yang menyebar didalam pengamatan kromosom.

Hidrolisis ini dapat menggunakan asam atau enzim hidrolase, salah satunya adalah asam klorida (HCl).

Pewarnaan

Aseto carmine sangat cocok dgunakan untuk pewarnaan ujung akar karena penetrasinya yang cepat dan tahan lama, namun dalam penyimpanan lama (misalnya setahun) penetrasinya menjadi turun, timbul lapisan film di permukaan cairan dan mengendap. Oleh karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk

(29)

penetrasi serta harus digojog dan disaring sebelum digunakan lagi. Pewarnaan dilakukan dengan memasukkan ujung akar kedalam larutan acetocarmin 2% pada sehu kamar selama 10 menit Setyawan dan Sutikno, 2000).

Pengamatan Kromosom

Metode squash merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu preparat dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan, agar dihasilkan sediaan yang tipis dan dapat diamati dibawah mikroskop (Abisin, 2014). Metode squash biasanya digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar bawang.

Ujung akar yang telah diwarnai diambil lalu diletakkan diatas kaca preparat dan dipotong dengan panjang 1-2 mm dari ujung kemudian di tetesi dengan larutan asam asetat 45%. Kemudian sisa pewarna dan larutan asam asetat yang terdapat pada kaca preparat dibersihkan dengan tissue. Kemudian preparat ditutup dengan cover glass dan di squash dengan ibu jari lalu diketuk-ketuk dengan menggunakan pensil berkaret.

Squash yang baik menghasilkan preparat yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah, tidak tumpang tindih, dan tidak terpecah-pecah. Setelah proses squash, tepi gelas penutup disegel dengan cat kuku bening. Penyegelan ini bertujuan untuk membuat preparat lebih awet serta mencegah kekeringan preparat (Setyawan dan Sutikno, 2000). Selanjutnya, preparat disegel dengan mengguna- kan cat kuku pada seluruh sisi cover glass agar preparat tidak mengering. Preparat diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000x.

(30)

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada tiap minggu hingga akhir penelitian (9 MST).

Diamater Batang (mm)

Diameter batang diukur pada bagian batang bawah dengan ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada awal masa generatif (9 MST)

Jumlah Tangkai Daun

Jumlah tangkai daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna.

Jumlah tangkai daun dihitung pada tiap minggu hingga akhir penelitian (9 MST).

Panjang dan Lebar Stomata

Panjang dan lebar stomata diukur dengan melakukan pengamatan mikrokopis. Daun yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu daun yang sudah berwarna hijau tua dan daun keempat dari pucuk tanaman. Permukaan epidermis bawah daun diolesi cat kuku, lalu biarkan mengering 5-10 menit.

Setelah mengering, bagian yang diolesi cat kuku di tutup dengan lakban. Lalu lakban ditarik perlahan hingga bagian epidrmis daun tertempel. Setelah itu, epidermis yang tertempel dilakban diletakkan diatas preparat. Preparat diamati dengan mikroskop yang telah terhubung dengan optilab. Panjang dan lebar stomata ditentukan dengan menggunakan program optilab.

(31)

Morfologi Daun

Pengamatan parameter morfologi daun diamati dengan scoring menggunakan panduan UPOV (2007). Karakter morfologi daun marigold diamati secara visual dengan skoring. Skor menggunakan skala 1 sampai dengan 9. Nilai 0 menunjukkan bahwa deskriptor tidak dapat diobservasi. Skor adalah suatu intensitas ekspresi dari deskriptor, menggunakan kunci sebagai berikut 1 = sangat rendah, 3 = rendah, 5 = intermediate, 7 = tinggi, 9 = sangat tinggi. Pengamatan parameter daun diamati pada saat akhir penelitian (9 MST). Parameter morfologi daun sebagai berikut:

a. Tipe Daun

Mengamati tipe daun dan mengelompokkan sebagai acuan.

1. Simple (sederhana) 2. Pinnate (Menyirip)

Gambar 1. Tipe daun

(32)

b. Panjang Daun

Memilih 2 daun yang berada di tengah batang utama pada waktu mekar.

Mengukur panjang daun dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. Short (Pendek) 2. Medium (menengah) 3. Long (panjang)

Gambar 2. Daerah ukur panjang daun c. Lebar Daun

Memilih 2 daun yang berada di tengah batang utama pada waktu mekar.

Mengukur panjang daun dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. Narrow (sempit) 2. Medium (menengah) 3. Broad (luas)

Daerah Ukur (cm)

Gambar 3. Daerah ukur lebar daun Daerah ukur (cm)

(33)

Morfologi Bunga

Pengamatan parameter morfologi daun diamati dengan scoring menggunakan panduan UPOV (2007). Karakter morfologi daun marigold diamati secara visual dengan skoring. Skor menggunakan skala 1 sampai dengan 9. Nilai 0 menunjukkan bahwa deskriptor tidak dapat diobservasi. Skor adalah suatu intensitas ekspresi dari deskriptor, menggunakan kunci sebagai berikut 1 = sangat rendah, 3 = rendah, 5 = intermediate, 7 = tinggi, 9 = sangat tinggi. Pengamatan parameter daun diamati pada saat akhir penelitian (9 MST). Parameter morfologi daun sebagai berikut:

a. Panjang Tangkai Kepala Bunga Terminal

Mengamati panjang tangkai kepala bunga terminal dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. Short (pendek) 2. Medium (menengah) 3. Long (panjang) b. Tipe Kuntum

Mengamati tipe kuntum dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. All tubulate (semua tubulat)

2. Tubulate and ligulate (tubulat dan ligulat)

3. Tubuligulate and ligulate (tubuligulat dan ligulat) 4. All tubuligulate (semua tubuligulat)

5. All ligulate (semua ligulat)

(34)

Gambar 4. Tipe kuntum c. Diameter Bunga

Mengamati diamter bunga dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. Very small (sangat kecil) 2. Small (kecil)

3. Medium (menengah) 4. Large (besar)

(35)

case (1) case (2)

Case (3) case (4)

d. Jumlah Warna Pada Bunga

Mengamati jumlah warna pada bunga dimana kepala bunga dianggap memiliki dua warna jika 1. Kuntum disc (zona tengah) berbeda warna dengan kuntum ray (zona pinggir); 2. Kuntum disc (zona tengah) dan kuntum ray (zona pinggir) dengan tipe kuntum yang sama berbeda warna 3. Kuntum disc (zona tengah) tipe tubulat atau tipe tubuligulat berbeda warna dan kuntum ray (zona pinggir) tipe ligulat memiliki salah satu dari warna tersebut 4. Kuntum ray (zona pinggir) tipe ligulat berbeda warna dan kuntuk disc (zona pinggir) memiliki salah satu dari warna tersebut. Lalu mengelompokkan sesuai acuan.

1. One (satu) 2. Two (dua)

Gambar 5. Jumlah warna pada bunga e. Waktu Mulai Berbunga

Mengamati waktu mulai munculnya bunga dan mengelompokkan sesuai acuan.

1. Early 2. Medium

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan 3 MST dan terhadap jumlah daun pada 4 MST. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data sidik ragam diketahui bahwa perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan 3 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, 8 MST dan 9 MST seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 2 MST Sampai 9 MST Perlakuan

Tinggi Tanaman 2

MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 0 ppm 3,41a 4,18a 6,82 12,59 22,40 35,51 46,33 61,00 50 ppm 4,25b 4,91ab 7,87 13,73 22,20 34,95 45,64 55,29 100 ppm 4,05ab 5,62b 9,68 17,26 28,53 43,41 57,21 67,73

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (Duncan‟s Multiple Range Test/DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada 2 MST perlakuan 50 ppm dengan rataan tinggi tanaman 4,25 cm berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm dan 100 ppm.

Pada 3 MST perlakuan 100 ppm dengan rataan tinggi 5,62 cm berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm dan 50 ppm. Namun semakin tinggi umur tanaman pengaruh pemberian berbagai konsentrasi kolkisin menunjukkan tidak berbeda

(37)

Jumlah Tangkai Daun

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data sidik ragam diketahui bahwa perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 1 MST, 2 MST, 3 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, 8 MST dan 9 MST seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah Tangkai Daun 2 MST sampai 9 MST Perlakuan

Jumlah Daun 2

MST 3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 0 ppm 3,80 5,80 8,00a 10,20 13,80 18,90 24,80 38,10 50 ppm 4,00 6,00 8,00a 10,40 13,60 19,40 23,40 34,40 100 ppm 4,10 6,30 8,70b 11,40 16,60 22,10 28,50 38,40

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (Duncan‟s Multiple Range Test/DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukan pada 4 MST perlakuan 100 ppm dengan rataan jumlah tangkai daun yaitu 8,70 berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm dan 50 ppm dengan rataan jumlah tangkai daun yaitu 8,00.

Diameter Batang

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data sidik ragam diketahui pada perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Diameter Batang (mm)

Perlakuan Diameter Batang

0 ppm 9,41

50 ppm 8,34

100 ppm 8,65

(38)

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Perlakuan dengan rataan diameter batang tertinggi terdapat pada 100 ppm yaitu 8,65 mm dan yang terendah pada perlakuan 50 ppm yaitu 9,27 mm.

Skoring Morfologi Daun dan Morfologi Bunga

Karakter morfologis yang diamati pada tanaman marigold adalah morfologis daun dan morfologis bunga. Pengamatan karakter morfologis daun dan morfologis bunga marigold dilakukan dengan menggunakan panduan pustaka UPOV (International Union for The Protection of New Varieties of Plants).

Berdasarkan panduan UPOV (International Union for The Protection of New Varieties of Plants) yang digunakan adalah karakter :

1. Tipe Daun 2. Panjang Daun 3. Lebar Daun

4. Panjang Tangkai Kepala Bunga Terminal 5. Tipe Kuntum

6. Diameter Bunga

7. Jumlah Warna Pada Bunga 8. Waktu Mulai Berbunga

(39)

Tabel 4. Hasil Skoring Tanaman Marigold Tanpa Perlakuan 0 ppm (K0)

No. Deskripsi Blok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Tipe Daun 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 Panjang Daun 5 5 7 5 5 3 5 3 5 5

3 Lebar Daun 5 5 5 5 7 3 3 5 7 5

4

Panjang Tangkai Kepala Bunga

Terminal 5 5 5 5 5 0 5 0 7 5

5 Tipe Kuntum 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5

6 Diameter Bunga 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5

7 Jumlah Warna Pada

Bunga 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

8 Waktu Mulai Berbunga 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5

Keterangan : Skoring Berdasarkan UPOV (Union fot The Protection of New Varieties of Plants)

Berdasarkan hasil uji skoring morfologis daun dan morfologis bunga pada tanaman marigold tanpa perlakuan (kontrol), diperoleh panjang daun dan lebar daun yang bervariasi. Hal ini tampak pada tabel skoring (Tabel 4) panjang daun blok 7, 6 dan 8 dengan ukuran yang panjang dan pendek, sementara pada lebar daun blok 5, 6, 7 dan 9 menghasilkan lebar daun yang luas serta sempit. Pada panjang tangkai kepala bunga terminal terdapat 1 tanaman yang berbeda yaitu pada blok 9 dengan ukuran yang panjang.

Namun pada tipe daun, tipe kuntum, diameter bunga, jumlah warna pada bunga dan waktu mulai berbunga tidak terjadi perubahan ataupun variasi yang baru. Hal ini tampak pada tabel skoring yang memiliki nilai skor yang sama pada setiap blok.

(40)

Tabel 5. Hasil Skoring Tanaman Marigold Perlakuan 50 ppm (K1)

No. Deskripsi Blok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Tipe Daun 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2

2 Panjang Daun 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5

3 Lebar Daun 5 5 0 5 5 5 5 5 3 5

4 Panjang Tangkai

Kepala Bunga Terminal 7 5 0 7 7 5 5 5 5 5

5 Tipe Kuntum 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5

6 Diameter Bunga 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5

7 Jumlah Warna Pada

Bunga 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

8 Waktu Mulai Berbunga 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5

Keterangan : Skoring Berdasarkan UPOV (Union fot The Protection of New Varieties of Plants)

Berdasarkan hasil uji skoring morfologis daun dan morfologis bunga pada tanaman marigold dengan perlakuan konsentrasi kolkisin 50 ppm (K1), diperoleh perbedaan variasi 1 tanaman pada lebar daun blok 9 dengan ukuran yang sempit, pada panjang tangkai kepala bunga terminal juga terdapat perbedaan variasi di blok 1, 4 dan 5 yang memiliki ukuran lebih panjang.

Namun pada tipe daun, panjang daun, tipe kuntum, diameter bunga, jumlah warna pada bunga dan waktu mulai berbunga tidak terdapat perbedaan ataupun variasi yang baru. Hal ini tampak pada tabel skoring (Tabel 5) yang memiliki nilai skor yang sama pada setiap blok.

(41)

Tabel 6. Hasil Skoring Tanaman Marigold Perlakuan 100 ppm (K2)

No. Deskriptor Blok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Tipe Daun 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2

2 Panjang Daun 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5

3 Lebar Daun 5 0 5 5 5 5 5 5 5 7

4

Panjang Tangkai Kepala Bunga

Terminal 5 0 5 5 7 5 5 5 5 5

5 Tipe Kuntum 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5

6 Diameter Bunga 5 0 5 5 5 5 5 7 5 7

7 Jumlah Warna Pada

Bunga 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

8 Waktu Mulai

Berbunga 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5

Keterangan : Skoring Berdasarkan UPOV (Union fot The Protection of New Varieties of Plants)

Berdasarkan hasil uji skoring morfologis daun dan morfologis bunga pada tanaman marigold dengan perlakuan konsentrasi kolkisin 100 ppm (K2), diperoleh pada lebar daun adanya variasi pada 1 tanaman blok 10 dengan ukuran yang luas, pada panjang tangkai kepala bunga terminal terdapat juga variasi pada 1 tanaman blok 5 dengan ukuran yang lebih panjang, dan pada diameter bunga ditemukan juga adanya variasi pada blok 8 dan 10 dengan ukuran bunga yang besar.

Namun pada tipe daun, panjang daun, tipe kuntum, jumlah warna pada bunga dan waktu mulai berbunga tidak terdapat perbedaan ataupun variasi yang baru. Hal ini tampak pada tabel skoring (Tabel 6) yang memiliki nilai skor yang sama pada setiap blok.

(42)

Morfologi Bunga

Hasil pengamatan secara visual pada tanaman berumur 9 MST, terlihat adanya penampakan fenotip baru pada tanaman Marigold. Perlakuan berbagai kolkisin berpengaruh terhadap karakter fenotip tanaman, salah satunya menghasilkan tanaman dengan ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran normal bunga lainnya. Seperti pada Gambar 6 :

Gambar 6. (a) Bunga marigold dengan konsentrasi 0 ppm memiliki ukuran lebih kecil, (b) dan (c) Bunga Marigold yang dihasilkan dari konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm memiliki ukuran lebih besar.

Gambar 6(a) terlihat bahwa tanaman dengan dosis kolkisin 0 ppm memiliki ukuran bunga lebih kecil, dan pada Gambar 6(b) tanaman dengan dosis 50 ppm memiliki ukuran lebih besar dari ukuran normal dan bentuk kelopak yang rapi, sedangkan pada Gambar 6(c) tanaman dengan dosis 100 ppm memiliki ukuran paling besar dari Gambar 6(a) dan Gambar 6(b) dan memiliki bentuk kelopak yang tidak rapih.

(a) K0 (b) K1

(c) K2

49,16 mm 56,09 mm

84,18 mm

(43)

Panjang dan Lebar Stomata

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap panjang stomata dan tidak berpengaruh nyata terhadap lebar stomata.

Tabel 7. Rataan Panjang Stomata dan Lebar Stomata

Perlakuan Panjang Stomata (µm) Lebar Stomata (µm)

0 ppm 23,79a 14,67

50 ppm 23,73a 18,63

100 ppm 27,11b 16,2

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (Duncan‟s Multiple Range Test/DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa perlakuan 100 ppm merupakan rataan tertinggi terhadap parameter amatan panjang stomata yaitu 27,11 µm dan pada perlakuan 50 ppm merupakan rataan tertinggi pada parameter amatan lebar stomata yaitu 18,63 µm. Perlakuan 100 ppm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada amatan panjang stomata.

Gambar 7. Stomata daun pada perlakuan 0 ppm dengan perbesaran 40x

(44)

Gambar 9. Stomata daun pada perlakuan 100 ppm dengan perbesaran 40x Jumlah Kromosom

Tabel 8. Jumlah Kromosom

Perlakuan Jumlah Kromosom (Pasang)

0 ppm 2n= 2x = 24

50 ppm 2n= 4x - 6 = 42

100 ppm 2n= 4x - 4 = 44

Tabel 8 menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Jumlah kromosom tanaman marigold tanpa perlakuan adalah 2n= 2x = 24 set. Jumlah kromosom perlakuan 50 ppm adalah 2n= 4x - 6 = 42 set.

Jumlah kromosom perlakuan 100 ppm adalah 2n= 4x - 4 = 44 set. Berbagai perlakuan kolkisin dengan lama perendaman 12 jam berpengaruh terhadap perubahan jumlah kromosom.

Gambar 10. Jumlah kromosom marigold perlakuan 0 ppm (K0) melalui

.perbesaran 1000x yaitu: 2n= 2x = 24 set

Gambar 11. Jumlah kromosom marigold perlakuan 50 ppm (K1) melalui

(45)

Gambar 12. Jumlah kromosom marigold perlakuan 100 ppm (K2) melalui perbesaran 1000x yaitu: 2n= 4x - 4= 44 set

Karyogram Kromosom

Hasil analisis karyogram tanaman marigold menunjukkan bahwa setiap perlakun kolkisin menunjukkan hasil karyogram yang berbeda. Hasil analisis karyogram tanaman marigold masing-masing perlakuan disajikan dalam Gambar 13 berikut ini.

Gambar 13. Hasil analisis karyogram kromosom marigold 50 ppm

100 ppm 0 ppm

(46)

Hasil analisis karyogram tanaman marigold pada konsentrasi 0 ppm memiliki ukuran kromosom lebih besar, namun jumlahnya lebih sedikit. Pada konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm ukuran kromosom lebih kecil, namun jumlahnya lebih banyak.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata pada 2 MST dan 3 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada 4 MST hingga 9 MST. Pemberian konsentrasi kolkisin mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini diduga bahwa pemberian kolkisin dengan dosis yang tepat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa pengaruh perlakuan kolkisin pada tanaman sampai dosis tertentu dapat menyebabkan penambahan ukuran tanaman, namun peningkatan pada dosis yang melebihi kemampuan sel beradaptasi dengan agen penghambat mitosis sel ini dapat berdampak negatif terhadap pertambahan sel.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan konsentrasi kolkisin hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun pada 4 MST saja, sedangkan 2 MST hingga 9 MST tidak berpengaruh nyata. Pemberian konsentrasi kolkisin yang tepat dapat mempengaruhi jumlah tangkai daun pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu et al. (2002) bahwa pemberian konsentrasi kolkisin 100 ppm dengan lama perendaman 9 jam menghasilkan rerata jumlah daun dan luas daun yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya pada tanaman sedap malam.

(47)

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa perlakuan konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal ini diduga kolkisin yang diberikan, pada setiap individu tanaman tidak mempengaruhi seluruh sel tanaman, tetapi hanya sebagian sel-sel saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sirojuddin et al. (2017) bahwa perubahan yang diakibatkan oleh kolkisin dapat bervariasi,

sebagian tanaman hampir mengalami mutasi pada bagian titik tumbuh hingga organ generatif, namun sebagian hanya mengalami mutasi pada organ tertentu saja.

Berdasarkan hasil uji skoring tanaman (Tabel 4 – Tabel 6) merujuk panduan UPOV (Union fot The Protection of New Varieties of Plants) pada tanaman marigold, masing-masing perlakuan memiliki hasil yang berbeda-beda.

Pada tanaman tanpa perlakuan hanya terdapat perbedaan pada panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai kepala bunga terminal. Pada tanaman dengan perlakuan 50 ppm terdapat perbedaan pada lebar daun dan panjang tangkai kepala bunga terminal. Sedangkan pada tanaman perlakuan 100 ppm terdapat perbedaan pada lebar daun, panjang tangkai kepala bunga terminal dan diameter bunga. Hal ini sesuai dengan pendapat Damanik (2017) yang menyatakan bahwa kolkisin dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan morfologi pada tanaman. Pada tanaman aglaonema dengan perlakuan kolkisin terjadi perubahan morfologi seperti perubahan ujung daun, pangkal daun, bentuk helaian daun dan warna helaian daun.

Hasil skoring tanaman marigold yang diperooleh pada perlakuan 50 ppm blok 3 dan perlakuan 100 ppm blok 2 bernilai 0. Karena tanaman tersebut mati pada saat 9 MST sehingga pengamatan untuk skoring pada karakter morfologi

(48)

daun dan morfologi bunga tidak dapat diamati. Hal ini diduga karena adanya faktor lain bukan karena faktor kolkisin, tetapi diakibatkan oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyorini dan Herlina (2019) yang menyatakan bahwa peningkatan volume air pada permukaan tanah yang disebabkan oleh curah hujan yang melebihi batas dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan terganggu apabila curah hujan yang berlebihan tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman.

Perlakuan kolkisin dengan konsentrasi 100 ppm menghasilkan ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat Murni (2010) yang menyatakan bahwa penggandaan kromosom akibat pemberian kolkisin berpengaruh terhadap ukuran bunga.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pada perlakuan konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap panjang stomata, namun pada amatan lebar stomata tidak berpengaruh nyata. Secara anatomi, tanaman yang bersifat poliploid ukuran selnya menjadi lebih besar, seperti pada sel epidermis, inti sel dan stomata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohmah., et al (2017) yang menyatakan bahwa induksi poliploidi pada kolkisin dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan ukuran stomata menjadi lebih besar dan jumlah stomata akan mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada kromosom tanaman marigold, kromosom marigold yang diberikan perlakuan kolkisin berbeda dengan yang tidak diberikan kolkisin. Jumlah kromosom pada tanaman marigold perlakuan 0 ppm adalah 2n=2x = 24 set, pada perlakuan 50 ppm adalah 2n=4x - 6= 42 set, dan pada perlakuan 100 ppm adalah 2n=4x - 4= 44 set. Dari hasil pengamatan kromosom

(49)

yang dilakukan, kromosom pada tanaman marigold mengalami penggandaan dan akibat dari penggandaan ini terjadi perubahan karakter fenotip pada tanaman marigold. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewi dan Made (2018) yang menyatakan bahwa perlakuan kolkisin mengakibatkan jumlah kromosom menjadi berlipat ganda karena kolkisin mencegah pembentukan benang-benang spindel selama pembelahan sel.

Hasil analisis karyogram tanaman marigold pada 0 ppm memiliki ukuran kromosom yang lebih besar dan jumlah yang lebih sedikit. Pada perlakuan kolkisin 50 ppm dan 100 ppm jumlah kromosom lebih banyak, namun ukuran kromosom lebih kecil dibandingkan ukuran kromosom tanaman kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poepodarsono (1988) yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah kromosom dapat meningkatkan ukuran sel dan produksi, namun ternyata dapat terjadi sebaliknya karena menurunnya fertilitas.

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Tanaman marigold dengan perlakuan kolkisin konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm mengalami penggandaan kromosom menjadi 2n=4x – 6= 42 set dan 2n=4x – 4= 44 set. Marigold hasil perlakuan kolkisin memiliki karakter morfologi bunga dan jumlah kromosom yang berbeda dibandingkan dengan kontrol. Karakter fenotipe yang baik terdapat pada konsentrasi kolkisin 100 ppm, yaitu menghasilkan ukuran bunga yang besar.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan menambahkan faktor perlakuan pada lama perendaman serta nilai konsentrasi yang lebih rapat dan juga perlu dilakukan analisis molekuler. Sehingga lebih banyak lagi karakter tanaman marigold yang baru dan berbeda dari tanaman kontrol akibat pemberian dari kolkisin.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abisin, A, Z. 2014. Studi Indeks Mitosis Bawang Untuk Pembuatan Media Pembelajaran Preparat Mitosis. Bioedu. 3(3):571-579

Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Blackwell Publishing. USA, UK, Australia. 569 p.

Ade, R., and Mahendra, K, R., 2010. Review : Colchicine, Current Advances and Future Prospects. Bioscience. 2(2):90-96

Aili, E, N., Respatijarti., dan Arifin, N, S., 2016. Pengaruh Pemberian Kolkisin

terhadap Penampilan Fenotip Galur Inbrida Jagung Pakan (Zea mays L.) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif.

Damanik, S, R, A., 2017. Pengaruh Kolkisin terhadap Keragaman Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema sp.) Varietas Dud Unjamanee. (Skripsi). Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Damayanti, F., 2015. Variasi Somaklonal Tanaman Kantong Semar (Nephentes Mirabilis dan N. Gracilis) secara In Vitro dengan Mutagen Kimia Kolkisin. Faktor Exacta. 8(3): 242-249.

Dewi, I, A, R, P., dan Made, P., 2018. Penggandaan Kromosom Marigold (Tagetes erecta L.) dengan Perlakuan Kolkisin. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal. 35(1): 153-157.

Gupta, P., dan Neeru, V., 2012. Marigold a Potential Ornamental Plant Drug.

Hamdard Medicus. 55(1).

Hafidah, Q, A., 2018. Formulasi Masker Peel Off Mengandung Ekstrak Bunga Marigold 0,5%, 1%, 2% dengan Basis Polivinil Alkohol dan Polietilen Glikol 1500. (Skripsi). Departemen Farmasi. Fakultas Ilmu Kesehatan.

Universitas Muhammadiyah Malang.

Handayati, W., 2013. Perkembangan Pemuliaan Mutasi Tanaman Hias di Indonesia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur.

Haq, S, U., Syed, T, S., Nadeem, K., Abid, K., Ahmad, N., Murad, A., Ghani, G., Shahid, R., Muhammad, A., Sami, U., dan Said, U. 2016. Growth and Flower Quality Production of Marigold (Tagetes erecta L.) Response to Phosphorous Fertilization. Bolan Society for Pure and Applied Biology. 5(4): 957-962.

(52)

Haryati S, Hastuti RB, Setiani N, Banowo A. 2009. Pengaruh Kolkisin terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). J Pnlt Sains dan Teknologi. 10(2):112–120.

Hidayat, D. 2018. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Pemberian

Air terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Marigold (Tagetes erecta L.). (Skripsi). Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Khanal, B., 2014. Effects of Growing Conditions of Marigold in Ilam District, Nepal. American Journal Of Plant Science. 3389-3395.

Lohar, A., Jayoti, M., Aritra, S., dan Bishal, R., 2018. Evaluation of African marigold (Tagetes erecta L.) Varieties for Morphological and Biochemical Characters under West Bengal Condition. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 7(10): 241- 248.

Murni, D., 2010. Pengaruh Perlakuan Kolkisin terhadap Jumlah Kromosom dan Fenotip Tanaman Cabe Keriting (Capsicum annum L.). Jurnal Agroekoteknologi. 2(1): 43-48.

National Horticulture Board, 2016. Indian Production of Marigold. India.

Nilahayati, 2007. Keragaman Somaklonal Pada Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) secara In Vitro dengan Menggunakan Kolkisin.

Agrista. 11(1).

Patil, S, R., Vandana, S, M., Arati, D, R., Bhavana, R, W., dan Maya, M, R., 2017. Morphological Variation as Influenced by Colchicine Treatment in African marigold. Agriculture Update. 12(8): 2261-2267.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU – LSI. IPB.

Bogor, hlm 169.

Prasetyorini, A., dan Herlina, N., 2019. Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim Tanam dan Produktivitas Jagung (Zea mays L.) Di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 25(1): 118-128.

Purwati, N, I., Sri, M., dan I Wayan, A., 2016. Analisis Ekonomi Jalur Distribusi Bunga Gemitir (Tagetes erecta L.) Di Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri. 4(6):63-72.

Rahayu, Y, S., Prasetyo, I, K., dan Riada, A, U., 2002. Pengaruh Penggunaan Kolkisin Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sedap Malam (Polianthes tuberose L.) Di Dataran Medium. Fakultas Pertanian.

(53)

Rohmah, A., Rahayu, T., dan Hayati, A., 2017. Pengaruh Pemberian Kolkisin Terhadap Karakter Stomata Daun Zaitun (Olea europaea L.).

Bioscience Tropic. 2(2): 10-17.

Setyawan, A, D., dan Sutikno., 2000. Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). Biosmart.

2(1): 20-27.

Shaifullah., Muhammad, I., Faraz, A, S., Taimor, K., Israr, A., Muhammad, A, S., dan Sajjad, K., 2018. Response of Marigold (Tagetes erecta L.) to Different Levels of Nitrogen at Bagh E Naran Park Peshawar. Juniper Publisher. 14(1): 1-3.

Sirojuddin., Rahayu, T., dan Laili, S., 2017. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkisin Dan Lama Perendaman Terhadap Respon Fenotipik Zaitun (Olea europaea). Bioscience Tropic. 2(2): 36-41.

Singh, H., Joginder, S., dan Gaurav, K, A., 2018. Effect of spacing and pinching on growth and flowering in African Marigold (Tagetes erecta L.) cv.

Pusa Narangi Gainda. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.

7(2): 1764-1766.

Sobrizal., 2016. Potensi Pemuliaan Mutasi untuk Perbaikan Varietas Padi Lokal Indonesia. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta.

Soeranto, H. 2003. Peran Iptek Nuklir Dalam Pemuliaan Untuk Mendukung Industri Pertanian. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 8 Juli 2003.

P3TM Batan. Yogyakarta. hlm. 308-316.

Srinivas, B., K, Krupavathi., dan M, V, Ramana., 2018. Effect of Fertigation through Drip Irrigation on Yield and Flowering of African Marigold (Tagetes erecta Linn). International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 7(4): 540-547.

Steenis, C, G., D. Den Hoed dan P. J. Eyma. 1978. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Pradya Paramita. Jakarta.

Steenis, V.C.G.G.J., 2005. Flora. Bandung : PT. Pradya Paramita.

Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie., 1980. Principles and Procedures of Statistics A Biometrical Approach. Second Edition. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo. 633 hal.

Sukarman dan Chumaidi, 2010. Bunga Tai Kotok (Tagetes erecta L.) sebagai Sumber Karotenoid pada Ikan Hias. Balai Riset Budidaya Ikan Hias.

Depok.

(54)

Suklabaidya, A., Biswajit dan M. Datta., 2015. Marigold for Aesthetic Beauty and Prosperity. Research Journal. 10(2): 74-76.

Suminah., Sutarno., dan Ahmad., D, S., 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin. Biodiversitas.

3(1): 174-180.

Suryo. 1995. Sitogenetika. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

UPOV. 2007. International Union For The Protection of New Varieties of Plants.

Diakses melalui www.upov.int pada tanggal 9 Februari 2020.

Yolanda. 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Daun dan Bunga Marigold (Tagetes erecta) dalam Pakan Terhadap Kualitas dan Kandungan Vitamin A Telur Ayam. (Skripsi). Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Instirut Pertanian Bogor.

(55)

Lampiran 1. Denah Penelitian

U

S B T

U.2 U.3 U.4 U.5 U.6 U.7

U.1 U.8 U.9 U.10

K0 K1 K2 K0 K2 K1 K0 K2 K1 K0

K1 K2 K0 K2 K1 K0 K1 K1 K0 K2

K2 K0 K1 K1 K0 K2 K2 K0 K2 K1

10 cm

20 cm

(56)

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Pelaksanaan Penelitian

Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Persiapan Lahan 2 Pembuatan Media

Tanam

3 Pembuatan Larutan Kolkisin

4 Persiapan Benih 5 Penanaman Benih 6 Pemeliharaan

Tanaman Penyiraman Pemupukan

Pengendalian Gulma Pengendalian Hama dan Penyakit 7 Pengamatan

Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Diameter Batang (mm)

Jumlah Daun Panjang dan Lebar Stomata

Morfologi Bunga Jumlah Kromosom Karyotipe

Kromosom

(57)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan di Laboratorium

No. Pelaksanaan Penelitian Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Persiapan Alat dan Bahan

2 Pengamatan Panjang dan Lebar Stomata 3 Pengamatan

Kromosom Marigold a. Jumlah Kromosom b. Karyotipe

Kromosom

Referensi

Dokumen terkait

Pada perlakuan dosis pupuk NPK 15-15-15 berpengaruh tidak nyata terhadap peubah amatan panjang tanaman, jumlah daun ,jumlah cabang produktif panjang buah, diameter buah, bobot

Hasil penelitian menunjukkan tanaman perlakuan kolkisin berbeda nyata dengan kontrol pada karakter warna biji, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar

Hasil penelitian menunjukkan tanaman perlakuan kolkisin berbeda nyata dengan kontrol pada karakter warna biji, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar

Jika konsentrasi kolkisin yang diberi pada tanaman nanas tidak tepat atau terlalu tinggi maka akan berpengaruh terhadap jumlah kromosom pada nanas sehingga tidak akan

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kolkisin 6 ppm dan perlakuan iradiasi sinar gamma 6 gray mempengaruhi perubahan parameter panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kolkisin 6 ppm dan perlakuan iradiasi sinar gamma 6 gray mempengaruhi perubahan parameter panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,

Dari hasil uji F, pada penelitian II terdapat perbedaan yang sangat nyata pada perlakuan genotipe dengan kolkisin (K) saat 3 MST, pada peubah panjang batang tanaman.. Perbedaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin 250 ppm mampu memengaruhi keragaan tanaman bawang merah pada tinggi tanaman, diameter umbi serta berat basah umbi, namun tidak