7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang diambil oleh penulis antara lain :
1. Pembinaan Akhlak Pada Santri di Pondok Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat, oleh Liza Azalia (1541040096) skripsi UIN Raden Intan Lampung. Dalam penelitian tersebut, peneliti ingin mencari tahu bagaimana pembinaan akhlak di Pondok Pesantren tersebut sehingga peneliti disini mengangkat permasalahan tentang pembinaan akhlak serta metode-metode yang digunakan dalam membina akhlak. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Al-Hasyimiyah dalam pelaksanaannya dilakukan setiap hari dengan metode pembiasaan.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam membina akkhlak santri. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode uswah (teladan), metode ta’widiyah (pembiasaan), metode mauiz’hah (nasehat), metode pengawasan, metode ganjaran dan hukuman, dan metode hafalan.1
2. Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al- Asy’ariyyah Anak-Anak Kalibeber Mojotengah Wonosobo, oleh Aulia Zulfah Aziz (1123301051) skripsi IAIN Purwokerto. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan wawasan tentang bagaimana pendidikan akhlak di Pondok Pesantren tersebut. Dari permasalahan tersebut peneliti dapat mendapatkan hasil dan jawaban dari permasalahan yang ia angkat.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan akhlak yang
1 Liza Azalia, “Pembinaan Akhlak Pada Santri di Pondok Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, Lampung 2019), 82
8
dilaksanakan di Pondok Pesantren tersebut menerapkan beberapa metode yaitu metode Hiwar (dialog), metode kisah, metode keteladanan, metode kebiasaan, metode Ibrah dan Mau’idzah (Pelajaran dan Nasehat) dan metode Tarhib dan Targhib (Ganjaran dan Hukuman).2
3. Peran Pondok Pesantren dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Baitulkirom Desa Mulyosari Kesamatan Tanjungsari, oleh Eva Irawati (14114191) skripsi IAIN Metro. Dalam penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui peran pondok pesantren dalam pembentukan akhlak dan peneliti mengangkat permasalahan tentang bagaimana peran pondok pesantren dalam pembentukan akhlak santri dan juga faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pembentukan akhlak santri.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa peran Pondok Pesantren dalam pembentukan akhlak santri sudah baik, dan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh ustadz dan ustadzah dapat membuat perubahan akhlak santri menjadi baik dari sebelumnya, walau dalam pelaksanaannya terdapat faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak tersebut.3
4. Problematika Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Pondok Pesantren Modern Daarul Muhsinin Kecamatan Bila Hulu kabupaten Labuhan Batu, oleh Ahmad Siagian (133100085) skripsi IAIN Padang Simpuan. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana problematika penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada di pondok pesantren modern daarul muhsinin yang telah dijadikan sebagai fokus permasalahan dalam penelitian ini. Kemudian dijelaskan bahwa nilai- nilai pendidikan akhlak yang telah diterapkan di pondok pesantren modern daarul muhsinin yakni berupa disiplin, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah, berdikari, jujur, berbudi tinggi dan saling menyayangi.
2 Aulia Zulfah Aziz, “Pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Asy’ariyyah Anak- Anak Kalibeber Mojotengah Wonosobo (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto, Purwokerto 2015), 94
3 Eva Irawati, “Peran Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Baitulkirom Desa Mulyosari Kecamatan Tanjungsari (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Metro, 2018), 49
9
Kemudian yang menjadi problem dalam penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak ialah problem keluarga, problem sekolah, problem pergaulan, problem terbatasnya pengawasan pihak sekolah, problem kesadaran siswa dan problem pengaruh tayangan media elektronik.4
Strategi Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Mambaul Huda Desa Banjararum Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban, oleh Dahlia El Hiyaroh (14110070) skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini mengkaji tentang strategi pembinaan akhlak santri di pondok pesantren manbaul huda dan mengangkat permasalahan tentang strategi serta faktor kendala dna juga solusi dalam pembinaan akhlak di pondok pesantren manbaul huda. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa strategi pembinaan akhlak santri dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode etika, metode bahasa, metode bandongan, metode pembiasaan akhlak dan metode uswah. Dalam proses pembinaan akhlak yang ada di Pondok Pesaantren Mambaul Huda juga terdapat beberapa kendala yang berdampak pada proses pembinaan akhlak. Akan tetapi dari pihak pengurus juga asatidz yang ada di pondok pesantren tersebut telah menemukan solusi sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi dengan baik.5
5. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan Tahun 1985-2017, oleh Tatik Hidayati (A02214026) skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini mengkaji tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Al-Mizan dan mengangkat permasalahan tentang sejarah dan perkembangan dan juga faktor pendukung dan penghambat dalam perkembangan Pondok Pesantren Al- Mizan Muhammadiyah Lamongan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan
4 Ahmad Siagian, “Problematika Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Pondok Pesantren Modern Daarul Muhsinin Kecamatan Bila Hulu Kabupaten Labuhan Batu (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan 2017), 80
5 Dahlia El Hiyaroh, “Strategi Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Manbaul Huda Desa Banjararum Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 2018),100
10
mengenai sejarah perkembangannya yang dulunya hanya sebatas panti asuhan kemudian besar menjadi pondok pesantren sampai saat ini.6
No Judul Perbedaan Persamaan
1 Pembinaan Akhlak Pada Santri di Pondok
Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat
Penelitian tersebut membahas tentang
pembinaan akhlak di pesantren serta penggunaan metode dalam pembinaan akhlak.
Sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang bagaimana model dan juga strategi pendidikan akhlak yang diterapkan di pesantren.
Membahas tentang aspek pendidikan akhlak, pembinaan akhlak, model ataupun penggunaan metode dalam membina akhlak santri
2 Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al- Asy’ariyyah Anak-Anak Kalibeber Mojotengah Wonosobo
Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak di pesantren.
Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas tentang metode, melainkan jugga bagaimana model pendidikan yang diterapkan di pesantren dalam
Membahas tentang aspek pendidikan akhlak, pembinaan akhlak, model ataupun penggunaan metode dalam membina akhlak santri.
6 Tatik Hidayati, “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan Tahun 1985-2017 (Skripsi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya 2019), 64
11
konteks pendidikan akhlak.
3 Peran Pondok Pesantren dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Baitulkirom Desa Mulyosari
Kesamatan Tanjungsari
Penelitian tersebut membahas tentang
bagaimana peran pesantren dalam permasalahan pembinaan akhlak.
Sedangkan dalam penelitian ini membahas
tentang
bagaimana model dan strategi yang dilakukan
pesantren dalam pembinaan
akhlak.
Membahas tentang bagaimana pendidikan serta pembinaan akhlak yang ada di pondok pesantren.
4 Problematika Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Pondok Pesantren Modern Daarul Muhsinin Kecamatan Bila Hulu kabupaten Labuhan Batu
Penelitian tersebut membahas
tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang di fokuskan dalam hal
problematika dalam
penerapannya.
Sedangkan penelitian ini cakupan
pembahasan lebih luas mengenai pendidikan akhlak strategi dan model yang digunakan.
Membahas tentang bagaimana pendidikan akhlak di pondok pesantren.
5 Strategi Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Manbaul Huda Desa Banjararum Kecamatan Rengel
Penelitian tersebut membahas tentang kendala- kendala yang
Membahas tentang permasalahan strategi pembinaan
12
Kabupaten Tuban menjadi faktor penghambat dalam pembinaan akhlak. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa masih banyak sekali kendala- kendala yang dialami.
Sedangkan sedangkan dalam penelitian ini kurang lebih hanya satu kendala yang masih menjadi faktor
penghambat yakni permasalahan pergaulan bebas diluar pesantren.
akkhlak dan juga penjelasan mengenai faktor- faktor yang menjadi
pengahambatnya.
6 Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al- Mizan Muhammadiyah Lamongan Tahun 1985- 2017
Penelitian tersebut hanya membahas tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Al-Mizan, tidak sampai membahas tentang
pendidikan yang ada di dalamnya.
Membahas tentang Pondok Pesantren Al- Mizan
Muhammadiyah Lamongan.
B. Kajian Teoritik
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu:
memelihara serta memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan juga kecerdasan dalam berpikir. Sedangkan pendidikan sendiri mempunyai arti yaitu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang maupun suatu kelompok dalam usaha mendewasakan manusia dengan cara upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki
13
Hajar Dewantara memberi kesimpulan mengenai arti dari pendidikan yaitu sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan juga jasmani anak, untuk bertujuan memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.7
Pendidikan adalah usaha sadar serta terencana yang bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan merupakan sarana yang sangat efektif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan tujuan Negara Indonesia yang ketiga yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, maju tidaknya bangsa dapat ditentukan dari tingkat pendidikan yang di terapkan oleh negara.8
Dalam pendidikan terdapat dua hal begitu penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak hanya proses berpikir yang ambil bagian, akan tetapi terdapat juga unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia yang dapat diartikan memanusiakan manusia.Hal ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif atau dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran saja, tapi cakupannya harus lebih luas.9
2. Pengertian Akhlak
7 Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi," Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 (November, 2013), 26.
8 Sutrisno, “Berbagai Pendekatan Dalam Pendidikan Nilai Dan Pendidikan Kewarganegaraan,”
Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4 No. 1 (Maret, 2016). 2,
9 Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi," Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 (November, 2013), 26.
14
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik ataupun buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari pekerjaan dan juga usahanya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri setiap manusia, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat di setiap manusia itu buruk, maka disebut akhlak mazmumah atau akhlak yang buruk. Begitu juga sebaliknya, apabila perilaku yang melekat tersebut baik, disebut akhlak mahmudah atau akhlak yang baik.10
Akhlak merupakan perilaku yang terlihat dengan jelas, baiik dalam kata- kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah.
Akan tetapi, banyak juga aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhIak diniyah yang berkaitan dengan berbagai macam aspek, yaitu tingkah laku yang berhubungan kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku terhadap alam semesta.Akhlak islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. AkhIak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim tersebut dapat di kategorikan yang baik atau buruk. Akhlak merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak begitu erat kaitannya dengan kejadian dalam kehidupan manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan).Rasulullah ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan manusia dengan sang pencipta (Allah Swt), dan juga hubungan baik antar sesama manusia.11
Definisi yang sangat mudah difahami dari akhlak ialah adat yang sudah menjadi kewajaran bagi manusia, dalam pengertian lain ialah
10 Syarifah Habibah, Akhlak dan Etika dalam Islam,” JURNAL PESONA DASAR, Vol. 1 No. 4, (Oktober, 2015), 73.
11 Syarifah Habibah, Akhlak dan Etika dalam Islam,” JURNAL PESONA DASAR, Vol. 1 No. 4, (Oktober, 2015), 74
15
“azimah” yang berarti kemauan yang kuat terhadap sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. Para tokoh abad lampau juga menekankan begitu pentingnya pendidiikan akhlak sebagai sebuah dasar dari suatu proses pembentukan karakter dalam pendidikan.12
Dalam pendapat yang lain dikatakan bahwa “Akhlak adalah suatu hal yang sudah melekat pada jiwa manusia sehingga dari hal tersebut lahir perbuatan-perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian”.13
3. Pembagian Akhlak
Dalam perihal pembagian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat Nashiruddin Abdullah yang menyatakan bahwa:
Secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik menurut syariat Islam, dimana sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah, yang berarti perbuatan ataupun perkataan tersebut dibenarkan karena sesuai dengan anjuran Al-Quran dan yang telah diajarkan oleh Rasulyullah. Akhlak yang baik terlahir dari sifat-sifat yang baik. Akhlaq al mazmumah adalah akhlak yang tercela dimana perbuatan ataupun perkataan tersebut tidak sesuai dengan Al-Quran dan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, yang berarti perbuatan tersebut ialah perbuatan atau perkataan yang salah. Akhlak yang buruk terlahir dari sifat-sifat yang buruk.14
Menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah).
a. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji merupakan perilaku sederhana yang tidak menunjukkan suatu hal yang terlalu berlebih-lebihan, berperilaku baik, rendah hati, berilmu, beramal, jujur, tepat janji, istiqamah,
12 Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 01 (April, 2018), 67.
13Asnil Aidah Ritonga dan Irwan, Tafsir Tarbawi, (Bandung: 2013), 309
14 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran, (Jakarta: 2014) 74-75
16
berani, sabar, syukur, tabah, lemah lembut dan segala hal yang termasuk dalam kategori yang baik.
b. Akhlak Tercela
Akhlak tercela yaitu perbuatan atau perilaku yang telah dilarang dan dibenci oleh Allah swt yang merupakan segala perbuatan dan perilaku yang bertentangan dengan akhlak terpuji.15 Akhlak yang baik merupakan satu dari sifat manusia baik pemimpin, para utusan Allah, dan merupakan amal serta perbuatan orang-orang terpercaya (shiddiqun) yang paling utama.
Akhlak yang baik sebenarnya menjadi bagian dari dasar sebuah agama dan juga hasil dari keteguhan orang-orang yang bertakwa, serta pelatihan bagi hamba tuhan yang ahli dalam urusan ibadah.
Sedangkan akhlak yang buruk merupakan racun pembunuh yang dapat membiinasakan, memecahkan kepala, melingkari perbuatan- perbuatan yang keji, perbuatan-perbuatan yang kotor, dan kekejian- kekejian lain yang sanggup menjauhkan hamba dari rabb semesta alam, juga yang memasukkan manusia agar terjerat dalam perangkap yang dibuat untuk menjauhkan manusia dari Allah Swt.16
4. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan berasal dari kata didik, yang berarti memelihara dan memberi latihan tentang akhlak dan juga kecerdasan pikiran. Pendidikan akhlak dapat juga diartikan sebagai berikut:
a. Perbuatan (hal, cara) mendidik
b. (ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik) pengetahuan tentang didik/
pendidikan
c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmani.17
15 Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2006), 96
16 Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (2018), 67.
17 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: 2007), 21
17
Pendidikan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan istilah tarbiyah yang berasal dari kata rabba.18 Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al- tarbiyah mempunyai tiga akar kebahasaan yaitu rabba, yarubbu, tarbiyah yang memiliki arti memperbaiki, menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya.19 Pengertian ini juga didasarkan QS. Asy- Syuara: 18, yaitu: Dia (Fir'aun) menjawab:
"Bukankah kami telah mengasuhmu di lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.20
Artinya, pendidikan (tarbiyah) adalah usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat bertahan dan berjuang lebih baik dalam kehidupannya.21
Menurut Musthafa al-Maraghi aktifitas al-tarbiyah terbagi menjadi dua macam, yaitu: (a) Tarbiyah khalqiyyah, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan pertumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan bekal sebagai sarana dalam mengembangkan rohaninya. (b) Tarbiyah diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan akhlak dan agama manusia, untuk kelestarian rohaninya.22 Pendidikan merupakan proses dalam membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan, yang tentunya bertujuan untuk menambah wawasan kepada manusia. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal merupakan bentuk pembelajaran untuk memperluas pengetahuan
18 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Jogjakarta: Jogjakarta,2009), 14
19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: 2010), 11 20 QS Asy.Syuara [26]:18
21 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: 2010), 11 22 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: 2010), 17
18
manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.23
Akhlak jika dilihat dari segi kebahasaan berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi’at (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman dan peradaban yang baik. Akhlaq merupakan jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas.Kata akhlaq dan khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam QS. Al-Qalam: 4.24
5. Tujuan Pendidikan Akhlak
Setiap usaha yang dilakukan oleh manusia secara sadar, tentunya tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai, begitu juga halnya dengan tujuan pendidikan akhlak bahwa yang menjadi tujuan dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, terciptanya perbuatan dan perilaku yang baik, kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.
Akhlak terdapat dua sumber yaitu dari agama dan ada pula yang bersumber dari selain agama (sekuler). Secara umum, akhlak yang bersumber dari agama akan menyangkut dua hal penting yaitu:
a. Akhlak merupakan bukti dari keyakinan seseorang yang ghaib yang merupakan pelaksanaan aturan kemasyarakatan yang sesuai dengan tuntutan agama.
b. Sanksi dari masyarakat apabila seseorang tidak melaksanakan perbuatan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam agama.
Agama Islam selaku agama yang bersumber pada wahyu memiliki seperangkat bimbingan bagi umat manusia yang bertujuan untuk mencapai keselamatan perjalanan hidup di dunia dan akhirat. Akhlak
23 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: 2007), 21-23
24 Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: 2003), 174
19
dalam kehidupan manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam Islam. Oleh karena itu, sumber ajaran Islam tidak luput memuat akhlak sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam Islam telah benar-benar diterangkan secara jelas bahwa akhlak pada hakikatnya bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.25
6. Model Pendidikan Akhlaq
Berbicara tentang Pendidikan Islam di Indonesia tidak terlepas dari sistem pendidikan berbasis pesantren boarding school maupun non boarding school serta sekolah-sekolah biasa pada umumnya. Konteks pendidikan pesantren di Indonesia bukan hanya membahas pendidikan Islam secara umum, namun pesantren memiliki tradisi dan kultur akademik yang berbeda dengan karakteristik pendidikan Islam pada umumnya. Selain itu, dalam pendidikan pesantren terdapat interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan pengelola asrama memungkinkan terciptanya kultur akademik yang kompetitif, dan keteladanan dalam pengamalan ajaran Agama Islam.
Dalam pendidikan pesantren pada umumnya mengajarkan pendidikan akhlaq yang baik agar tercipta nilai-nilai akhlakul karimah sehingga tertanam pada diri setiap santri. Dengan menggunakan strategi yang merupakan cara untuk mencapai tujuan dengan gagasan, perencanaan serta pelaksanaan yang baik diharapkan agar tujuan dari pembinaan akhlak dapat tercapai dengan baik. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk membantu mewujudkan pembinaan akhlaq yakni :
a. Metode Teladan
Muhammad bin Muhammad al-Hamid mengatakan bahwa di mata anak didik, pendidik sangatlah berjasa dalam hidupnya karena guru merupakan teladan dan apa yang dikerjakan oleh guru akan
25 Eko Setiawan, “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali,” Jurnal Kependidikan, Vol. 5 No. 1 (Mei, 2017), 52-53.
20
ditiru oleh anak didiknya. Keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik. Jika pendidik berakhlak baik, maka anak didiknya juga berakhlak baik. Karena murid meniru gurunya, dan begitupun sebaliknya jika guru berakhlak buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk. Sikap keteladanan menjadi suatu hal yang penting dalam pendidikan akhlak. Keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anak. Mengenai hebatnya keteladanan Allah mengutus Rasul untuk menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulia.26 b. Metode Pembiasaan
Di antara permasalahan yang telah diakui dan diyakini dalam syariat Islam ialah awal mula terciptanya seorang anak itu dalam keadaan suci, bertauhid murni, meyakini dan beriman kepada Allah.
Dari sinilah peran pembiasaan, pengajaran, kepemimpinan dalam menumbuhkan dan mengiringi santri ke dalam tauhid murni, akhlak mulia, keutamaan jiwa, dan untuk melakukan syariat yang hanif (lurus). Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum, seperti sediakala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan adalah suatu hal yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan suatu hal tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini sangatlah penting karena natinya apa yang akan diamalkan ialah dari kebiasaan apa yang kita lakukan.27
c. Metode Nasihat
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan
26 Muhammad Rizal dkk, Model Pendidikan Akhlaq Santri di Pesantren dalam Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Kabupaten Bireuen,” Nadwa : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 12 No 1 (Juni, 2018), 94-95.
27 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: 2013), 166
21
yang lembut. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125 yang membahas tentang bagaimana cara memberi nasihat dengan baik.
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah nasehat dengan argumen logika, kemudian cara bagaimana beradu argument yang baik, nasehat tentang amar ma’ruf nahi mungkar, nasehat tentang amal ibadah dan lain sebagainya.28
d. Metode Perhatian / Pengawasan
Islam dengan prinsipnya yang universal serta aturan-aturan yang telah kekal abadi, memerintah para orang tua serta pendidik agar memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak- anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan yang umum.
Setiap anak selalu membutuhkan perhatian dari orang disekitarnya tanpa terkecuali orang tua. Hal tersebut sudah terbukti karena anak akan selalu mencari berbagai macam cara agar dia mendapatkan perhatian tersebut. Maksud dari metode perhatian ini ialah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, serta selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani daya hasil ilmiahnya.29
e. Metode Hukuman
Hukuman, di dalam Islam, pemakaian hukuman untuk anak yaitu dengan cara yang kasih sayang. Karena pada dasarnya pembenahan yang dilakukan terhadap anak tidak dianjurkan dengan cara yang kasar, sehingga cara lemah lembut tentu menjadi pilihan yang baik dalam menghukum anak. Akan tetapi untuk memberi efek jera juga diperbolehkan dengan cara yang keras setelah melalui
28 Liza Azalia, “Pembinaan Akhlak Pada Santri di Pondok Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat (Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, Lampung 2019), 26-27
29 Muhammad Rizal dkk, Model Pendidikan Akhlaq Santri di Pesantren dalam Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Kabupaten Bireuen,” Nadwa : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 12 No 1 (Juni, 2018), 96.
22
beberapa proses lemah lembut dan kasih saying dalam memberi hukuman.30
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Manusia sebagai pelaku akhlak sangatlah terpengaruhi oleh berbagai macam hal dalam menentukan kesanggupan dalam perbuatan baik dan buruknya. Perbuatan maupun perilaku seseorang pada dasarnya sangat terpengaruh oleh berbagai situasi dan kondisi yang tentunya berakibat pada sikap dan perilaku manusia. Diantara berbagai hal yang mempengaruhi dalam peroses pembentukan akhlak manusia yaitu:
a. Adat Kebiasaan
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan akhlak ialah adat istiadat yang mana dalam hal ini adat istiadat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu adat istiadat yang hidup di masyarakat dan adat kebiasaan seseorang.
Pertama, adat istiadat ialah bentuk perilaku yang muncul dari masyarakat sosial, yang hidup dalam kelompok masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Adat istiadat memiliki kekuatan dari kebiasaan sosial yang timbul dari pengaruh orang- orang yang terdahulu di masyarakat tersebut, atau pengaruh agama, pengaruh geografis satu daerah. Sehingga suatu bangsa ataupun suku mempunyaii kebiasaan masing-masing.
Kedua, adat dalam pengertian kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang, perbuatan dan juga perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. Pekerjaan atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan dan diulang-ulang, walaupun
30 Muhammad Rizal dkk, Model Pendidikan Akhlaq Santri di Pesantren dalam Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Kabupaten Bireuen,” Nadwa : Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 12 No 1 (Juni, 2018), 96.
23
awal mulanya berat akan tetapi akan menjadi hal yang terbiasa dan menyenangkan.31
b. Bakat atau Naluri
Pada dasarnya bakat, naluri ataupun fitrah dapat mempengaruhi perilaku manusia. Dari segi bahasa, fitrah berarti belahan sehingga dari artian ini lahir makna kejadian dan penciptaan. Kemudian fitrah manusia adalah “apa yang menjadi kejadian atau bawaan sejak lahir”
atau dapat diambil pengertian bahwa fitrah ialah suatu sistem dan tata kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi bawaannya.
Para psikolog menjelaskan bahwa insting, naluri atau fitrah berfungsi sebagai motivator untuk penggerak yang mendorong lahirnya perilaku, selalu mendambakan dan merindukan kebenaran ingin selalu manaati ajaran-ajaran tuhan, karena Allah adalah sumber kebenaran yang mutlak tanpa terkecuali. Dari sinilah karakter dasar manusia dapat terlihat yang disebut tabiat. Diantaranya adalah tabiat rububiyah artinya ialah tabiat yang diwarnai dengan sifat-sifat ketuhanan yang cenderung memelihara segala perbuatan dan tingkah laku menuju keridhaan Allah. Sifat ini tercermin dalam sifat-sifat ikhlas kasih sayang, suka membela yang lemah, suka menolong, suka menyantuni dan sifat-sifat terpuji lainnya yang cenderung untuk mendekatkan diri kepada keridhaan Allah.
Tabiat rububiyah merupakan bentuk naluri atau fitrah bertuhan, naluri manusia bertuhan merupakan penciptaan Allah dalam arti bahwa setiap orang tidak dapat menghindar dari naluri beragama.
Sehingga fitrah beragama setiap manusia akan selalu melekat dalam dirinya untuk selama-lamanya meskipun banyak yang mengabaikannya atau bahkan mengingkarinya.
c. Pendidikan
31 Arief Wibowo, “Berbagai Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak,” Jurnal Suhuf, Vol. 28 No. 1 (Mei, 2016), 96–97.
24
Pendidikan mempunyai peran sangatlah besar pengaruhnya dalam proses pembinaan akhlak manusia. Mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk memahami sehingga dapat menjadi perubahan di dalam dirinya dengan harapan yang baik. Pendidikan ialah suatu bentuk usaha untuk membina serta mengarahkan manusia untuk sadar akan potensi dirinya yang mempunyai kemampuan dasar dan juga kemampuan belajar dengan harapan akan terjadinya perubahan dalam pribadi kehidupan manusia sehingga makhluk sosial maupun individual dapat menjaga hubungannya dengan baik terhadap alam yang telah ia tempati.
Dengan itu sangatlah strategis menjadikan pendidikan sebagai tempat untuk perubahan sikap dan tingkah laku yang negatif untuk dibimbing dan dibina kepada tingkah laku yang positif. Banyak yang mengira bahwa pendidikan pada umumnya juga pendidikan mengenai pembentukan akhlak pada khususnya didapatkan melalui pendidikan formal yang dilaksanakan di bangku sekolah maupun kampus-kampus, akan tetapi semua manusia bisa mendapatkan pendidikan melalui lingkungan, baik itu lingkungan dalam ruang lingkup yang kecil ataupun yang besar, sehingga setiap manusia akan mendapatkan pengetahuan dengan caranya masing-masing.
Pendidikan ikut serta dalam mematangkan kepribadian seseorang sehingga perbuatan dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang ia dapatkan. Faktor pendidikan disini sangatlah penting karena dapat membangun naluri seseorang menjadi baik dan terarah.
d. Lingkungan
Lingkungan ialah sebuah tempat yang melindungi tubuh yang hidup yang dalam ruang lingkup akhlak ini tentunya adalah manusia.
Lingkungan manusia ialah faktor yang dapat menjadi suatu pengaruh yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam ini bisa menjadi menjadi hal yang positif dan juga negatif dalam konteks bakat seseorang. Jika keadaan lingkungan tersebut negatif,
25
maka itu bisa permasalahan yang menjadi suatu rintangan untuk mematangkan bakat seseorang.
Dalam pengertian umum lingkungan bisa dikategorikan menjadi dua macam yaitu lingkungan geografis atau alam dan lingkungan sosial. Lingkungan geografis yang menjadi bagian dari kehidupan manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam ini menjadi pisau bermata dua yang dapat mematahkan dan mematangkan bakat yang dibawa seseorang. Lingkungan tempat tinggal seseorang akan ikut mencetak akhlak manusia yang tinggal di lingkungan tersebut.
Lingkungan sosial atau pergaulan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses pembentukan akhlak manusia. Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya, itulah sebabnya manusia harus bergaul, karena manusia juga dikatakan sebagai makhluk sosial. Maka dari itu dalam kehidupan sosial sudah menjadi hal yang biasa terjadi yaitu pikiran, sifat dan juga tingkah laku yang saling terpengaruhi. Lingkungan sosial ini dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain:
1) Lingkungan dalam lingkup yang kecil yaitu rumah tangga, orang tua ketika dirumah bisa dengan mudah untuk mempengaruhi akhlak anaknya.
2) Lingkungan sekolah, guru yang ada di sekolah dapat membentuk serta membina akhlak anak didiknya dengan pendidikan dan pengetahuan yang diberikan dalam proses pembelajaran.
3) Lingkungan pekerjaan, lingkungan dalam pekerjaan juga dapat menjadi pengaruh dalam hal perkembangan pikiran, sikap, sifat dan perilaku seseorang.
4) Lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas.32
32 Arief Wibowo, “Berbagai Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak,” Jurnal Suhuf, Vol. 28 No. 1 (Mei, 2016), 97-100.
26 8. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren.
Pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti tempat menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata santri, dengan imbuhan awalan pe dan akhiran –an yang berarti para penuntut ilmu. Menurut istilah pondok pesantren adalah “lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari”.
Pesantren ialah sebuah tempat yang ada ditengah-tengah masyarakat yang unik dan mempunyai tata nilai kehidupan yang positif dan memiliki ciri khas tersendiri sebagai lembaga pendidikan Islam. Pondok pesantren sebagai suatu lingkungan yang memiliki perkumpulan tersendiri, yang dapat dikatakan suatu lingkungan yang ada dalam lingkungan dimana kyai, ustadz dan santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan yang berlandaskan norma-norma agama Islam lengkap dengan nilai-nilai dan kebiasaan–kebiasaannya tersendiri. Sistem pendidikan pesantren dapat diselenggarakan dengan biaya yang relatif murah karena semua kebutuhan belajar mengajar disediakan bersama oleh para anggota pesantren dengan dukungan masyarakat sekitarnya.33
9. Pendidikan Pesantren
Pendidikan ialah suatu bentuk usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.34 Pada dasarnya pendidikan pondok pesantren disebut sistem
33 Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia,” Jurnal Darul ’Ilmi, Vol.
01 No. 02 (2013), 166–167.
34 Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1
27
pendidikan produk dalam negeri yang sudah menjadi ciri khas di Indonesia, atau dengan istilah indigenous yang berarti pendidikan asli Indonesia.35
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama guru, kiai dan senior mereka. Oleh karena itu hubungan yang terjalin antara santri, guru dan kiai dalam proses pendidikan berjalan intensif, tidak sekedar hubungan formal antara ustadz dan santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.36
Awal mula berdirinya, media pembelajaran di pesantren sangatlah sederhana. Tidak ada klasifikasi kelas, tidak menggunakan kurikulum, juga tidak terdapat aturan yang baku di dalamnya. Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan keagamaan, tidak pernah terjadi kesepakatan perjanjian dan juga permintaan dari santri tehadap kyai untuk mempelajari sebuah kitab, apalagi mengatur materi-materi yang diajarkan dengan rinci.Semua diserahkan kepada kyai sebagai pemimpin yang mengatur sistem pembelajaran yang ada di pesantren. Mulai dari jadwal, metode, kemudian kitab yang akan diajarkan kepada santri, semua menjadi kewenangan seorang kyai. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada awalnya hanya mengajarkan pendidikan agama, sedangkan kajian atau mata pelajarannnya ialah kitab-kitab dalam bahasa Arab (kitab kuning). Pelajaran agama yang dikaji di pesantren ialah Al- Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya, aqa’id dan ilmu kalam, fiqh dan ushul fiqh, hadits dengan musthalah hadits, bahasa Arab dengan ilmunya, tarikh, mantiq dan tasawuf. Namun seiring dengan perkembangan zaman
35 M. Naquib Al-Attas dalam Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta: 2002), 5
36 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20: Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: 2012), 36
28
dan tuntutan kebutuhan untuk berkiprah dalam pembangunan, maka dimasukkan mata pelajaran umum.37
10. Peran Pesantren
Istilah pondok pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau berasal dari kata funduk yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan ”pe” dan akhiran ”an”, yang berarti tempat tinggal para santri.38
Peran pesantren tidak semata-mata sebagai lembaga pendidikan (tafaqquh fi al-dien), tetapi multi komplek yang menjadi tugas di dalam pendidikan pesantren. Pendidikan di pesantren tidak hanya sebatas aktifitas transfer ilmu saja. Azyumardi Azra menyebutkan, selain sebagai transfer ilmu, pesantren juga sebagai tempat kaderisasi ulama' dan sebagai pemelihara budaya Islam. Dua hal tersebut perlu menjadi perhatian karena seorang ulama' tidak sebatas orang yang mempunyai penguasaan ilmu yang tinggi, akan tetapi juga harus diikuti dengan kemampuan dalam pengamalan ilmu yang telah didapatkan.39 Semua itu menurutnya hanya dapat dilakukan jika pesantren mampu melakukan proses perawatan tradisi-tradisi yang baik juga sekaligus mengadaptasi perkembangan keilmuan baru yang lebih baik, sehingga mampu menjadi peran sebagai agent of change. Oleh karena itu pendidikan pondok pesantren bukan hanya sebagai tempat transfer pengetahuan saja namun pada pembentukan karakter.40
Sepak terjang pondok pesantren dalam berbagai macam hal sangat berarti dan masyarakat juga merasakan hal tersebut. Terutama dalam
37 Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia,” Jurnal Darul ’Ilmi, Vol.
01 No. 02 (2013), 173.
38 Zamakhasary Dhofier, Tradisi Pesantren-Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: 1984), 18
39 Imam Syafe’I, Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter,” AL- TADZKIYYAH, Vol 8 (Mei, 2017), 93-94.
40 Ria Gumilang and Asep Nurcholis, “Peran Pondok Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Santri,” Jurnal Comm-Edu, Vol. 1 No. 3 (September, 2018), 44.
29
aspek pendidikan, pesantren telah menyumbangkan banyak sekali tehadap bangsa. Sebagai institusi pendidikan pertama dan tertua, tentu pendidikan pesantren menjadi contoh bagi tokoh-tokoh pendidikan dalam merancang dan merencanakan sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Selain itu, banyak sekali tokoh-tokoh pendidikan yang menjadi para intelek di Indonesia lahir dari pendidikan pesantren, yang mana dari hasil pemikiran para intelek tersebut sangat berpengaruh dalam perancangan sistem pendidikan di Indonesa. Disisi lain, keberadaan pesantren ternyata mempunyai beberapa peranan penting di Indonesia, yaitu: sebagai pusat berlangsungnya proses transfer ilmu-ilmu Islam tradisional, sebagai penjaga dan pemelihara terhadap keberlangsungan Islam tradisonal dan juga tempat lahirnya para ulama’.41
41Adnan Mahdi, Sejarah dan Peran Pesantren Dalam Pendidikan di Indonesia,” JIE, Volume. II No.
1 (April, 2013), 16-17.