An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 64 Persoalan Teologis dan Ketidakpatuhan
Mengenai Himbauan Pemerintah dan Ulama tentang Berjamaah di Tengah Pandemi
Oleh:
Ahmad Zainur Rofiq Dosen STIT Jembrana
Abstract
Currently, especially the Indonesian people and generally people in the word is facing an outbreak of the covid 19 virus or can becalled Corona. The virus firs appeared in China, precisely in Wuhan since the en of 2019 and over time spread to almost all countries in the world. The spread of the covid -19 virus is quite fast and very easy to catch like through a handshake, close proximity, until the flu. Then the government in indonesia and all countries in this word trying to enforce policy policies and the fast handing of covid-19 so as not to spread. But the policies of the indonesian goverment were not completely smooth, there must be people who do not heed the policies of the government. One axample is the community does not heed goverment rules and recommendations dan and government recommendations and recommendations from the scholars in the form af a temporary appeal not to pray in congregation at the mosque or holding other religious activities. So the author’s aim in making this paper is to discuss community non -compliance regarding appeals from the government and scholars regarding cimgregational prayers at the mosque, then connected with the time of the prophet Muhammad saw there was an epidemic of disease and events in the time of the Prophet’s companions related to government regulations and scholars regarding covid 19. Then an alternative solution to solve it. This written using a phenomenological method that sees the situation around as wellas social that happened, then interpreted about the surrounding and social conditions get result about why people don’t follow government recommendation and scholars regarding congregational prayer, and how are alternative solutions to solve the problem.
Keywords: Covid-19, Prayer in Congregation, Advice
A. Pendahuluan
Menjadi orang Indonesia merupakan salah satu bagian nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita, sumber daya alam yang melimpah, kehidupan sosial relatif aman dan tenteram. Tapi semenjak tahun 2020 ini dunia dihadapkan dengan ujian yang
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 65 diberikan Allah kepada manusia yaitu sebuah penyakit Covid-19 yang telah menyebar hampir diseluruh dunia termasuk Indonesia. Cara penularan Covid-19 bisa dibilang sangat mudah, cepat, dan membuat semua aspek sosial resah.
Allah SWT pasti akan memberikan ujian pasti ada hikmah kepada hambaNya, untuk mengukur kualitas keimanan seseorang sebagaimana dinyatakan dalam Q.S al-Ankabut ayat 2, yaitu: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?”.
Adapun ujian yang menimpa kita, merupakan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya bukan bertujuan untuk membinasakan manusia tetapi sekedar untuk mengingatkan kepada manusia khususnya yang beriman agar kembali ke jalan Allah SWT. Sebagaimana dalam surat As-Sajadah (32) ayat 211 dijelaskan banyak
cobaan-cobaan yang diberikan Allah kepada manusia baik cobaan yang detil ataupun yang paling besar karena hakikat hidup ini dalam proses mencapai ketakwaan yaitu mencapai ridha Allah. Dengan adanya ujian yang diiringi dengan kesabaran secara tidak langsung menjadi pemenangnya.
Dalam keterangan yang lain dijelaskan bahwa Allah-pun ingin mengetahui reaksi mereka dalam menyikapi ujian ini ataupun untuk mengetahui hamba-hamba yang kufur. Adapun istilah yang dipakai manusia untuk menamai ujian itu: bala’, mushibah, ibtila, al-fitnah.2 Memang secara naluri Allah menciptakan yang namanya khauf. Khauf adalah “cambuk” Allah SWT untuk menggiring hamba-hambaNya menuju Ilmu dan amal, agar mereka mendapatkan kedekatan kepada-Nya3
Maka pemerintah Indonesia dan para ulama mengeluarkan peraturan dan anjuran untuk mencegah pandemi Covid-19 agar tidak menyebar secara masif atau semakin meluas di Indonesia. Dari hal tersebut, turunlah kebijakan mengenai pembatasan sosial, mencuci tangan, mengunakan masker, tidak boleh membuat acara yang melibatkan banyak orang, bekerja di kerumunan adapun yang
1 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 7, 2016, h. 596 2 Kementrian Agama, al-Qur’an Hadist, 2016, h.33
3 Ibnu Rojad Al Hambali, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dan Imam Al Ghazali,
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 66 diperbolehkan adalah bekerja dirumah, belajar dirumah, hingga beribadah pun dari rumah. Dari hal tersebut ada sebagian masyarakat yang patuh akan anjuran tersebut, namun juga ada masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan yang diberikan pemerintah dan ulama Indonesia mengenai pembatasan sosial di tengah pandemi Covid-19 ini. Sehingga pemerintah dan para ulama membuat aturan dan anjuran tersebut dimaksudkan agar masyarakat selamat dari penyakit ataupun dati kematian. Aturan pemerintah dan ulama yang telah disepakati, akan sangat membantu memutus penyebaran Covid-19 ini. Dalam keterangan diatas bisa menjadi penguat dari kebijakan pemerintah yang diambil dari al Qur’an yaitu surat Annisa ayat 59 yang artinya Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa[4]: 59). Adapun Ulil Amri, tidak diulangi “ketaatan kepadanya”, tapi digandengkan dengan perintah ketaatan sebelumnya. Hal ini menunjukkan ketaatan kepada Ulil Amri harus termasuk di dalam ketaatan kepada Rasul., yakni tidak boleh menyinyimpang dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim di sini, bahwa adapun pemimpin di sini, maka tidak wajib kita menaati salah seorang di antara mereka, kecuali kalau termasuk di dalam ketaatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.4 Seperti halnya pemerintah
dan ulama. Ulama (bentuk plural dari kata “alim orang yang berilmu)5 sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an al Mujadilah ayat
11 yang artinya : “Allah SWT pun memberi jaminan bahwa mereka akan diangkat beberapa derajat kemuliaan disisi-Nya”.6. Adapun
tugas ulama yang tercantum Q.S. al-Imran: 110 “Kamu adalah umat
4 Taatlah Kepada Allah, Taatlah Kepada Rasul dan Ulil Amri merupakan kajian
Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. dalam pembahasan Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 2 Jumadal Akhirah 1440 H / 07 Februari 2019 M
5 Said Agil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, 2006.h.131 6 Departemen Agam RI, al Qur’an dan terjemahnya 2004 h. 244
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 67 yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Adapun kebijakan dari MUI pusat yang menerbitkan pada tanggal 16 Maret 2020 yaitu fatwa no 14 tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi Covid 19 yang di ketuai oleh Prof.Dr. Hasanudin AF. dari fatwa MUI sifatnya tidak mengikat, dimana memiliki sebelas aturan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan bagi masyarakat muslim khusunya daerah-daerah yang sudah masuk zona merah yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun sebelas yang ditetapkan yaitu Setiap orang wajib melakukan ikhtiar menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang diyakini dapat menyebabkannya terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).
Orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya shalat Jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena sholat jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal. Baginya haram melakukan aktifitas ibadah sunnah yang membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah sholat lima waktu/ rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar.
. Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus Corona, seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.
Dalam kondisi penyebaran COVID-19 terkendali, umat Islam wajib menyelenggarakan sholat Jumat.
Pemerintah menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam upaya penanggulangan COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan umat Islam wajib mentaatinya. Contoh: Pengurusan
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 68 jenazah (tajhiz janazah) terpapar COVID-19, terutama dalam memandikan dan mengkafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat. Sedangkan untuk mensholatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19.
Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di setiap shalat fardhu, memperbanyak shalawat, memperbanyak sedekah, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan perlindungan dan keselamatan dari musibah dan marabahaya (doa daf’u al-bala’), khususnya dari wabah Covid-19.
Tindakan yang menimbulkan kepanikan dan/atau menyebabkan kerugian publik, seperti memborong dan menimbun bahan kebutuhan pokok dan menimbun masker hukumnya haram.7
Dengan adanya keputusan MUI ini dapat dipahami oleh para ummat islam dengn tujuan agar dapat menjaga dirinya (hifdzunnafsi) dengan melaksnakan ibadah khususnya ibadah sholat dilaksanakan dirumah pribadi masing-masing, dikarenakan apabila diperbolehkan akan menyebabkan masyarakat berkumpul untuk beribadah atau berjamaah yang aturannya tidak boleh berkumpul melebihi dari 5 orang dan harus setiap orang mengambil jarak minimal 2 meter dengan orang lain. Sedangkan terbit peraturan gubernur Bali yang mewajibkan memakai masker sehingga bagi yang melanggar tidak menggunakan masker di jalan umum kena sanksi berupa denda 100.000.yaitu Pergub No 46 Tahun 2020 itu mengatur tentang Penerapan Disiplin dan Upaya Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 dalam Tatanan Kehidupan Era Baru.8 dengan adanya peraturan gubernur bali ini memiliki efek
yang positif yaitu adanya peningkatan masyarakat dalam pemakaian masker salah satunya masyarakat yang berada di lingkungan kabupaten Jembrana sebagai tempat tinggal penulis yaitu dengan
7
https://mui.or.id/berita/27674/fatwa-penyelenggaraan-ibadah-dalam-situasi-terjadi-wabah-covid-19/
8
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 69 melihat kondisi masyarakat ketika wara-wiri di jalan umum menggunakan masker. ada sebagai masyarakat disetiap daerah di Indonesia yang masih tidak mengindahkan anjuran pemerintah dan ulama tentang larangan berjamaah. Bahkan Presiden pun juga menganjurkan agar melaksanakan semua aktivitas hanya dirumah saja. Tetapi juga masih saja banyak masyarakat yang tidak mengindahkan anjuran tersebut dengan beralasan bahwa banyak masyarakat yang bermata pencaharian yang harus langsung dilapangan dan tidak bisa dilakukan dirumah, kemudian apabila tidak melakukan pekerjaan tersebut dan harus dirumah saja, mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan sama sekali. Maka anjuran dari pemerintah menjadi sekedar anjuran saja dan tidak dilakukan.
Memang ada salah satu kegiatan masyarakat yang menjadi kontradiksi yang dilakukan ditempat umum yaitu kegiatan ekonomi yang ditempatkan di pasar umum hal ini menjadi standar komparasi (perbandingan) antara tempat ibadah dan pasar, kalau pasar lebih identik dengan tempat yang kotor sedangkan tempat ibadah berupa masjid identik tempat yang suci. Akhirnya masyarakat mengambil kesimpulan dalam bentuk pertayaan “ berkatifitas dipasar dengan berkumpulnya masyarakat yang majmuk di perbolehkan sedangkan di tempat ibadah untuk beribadah malahan di persulit? Hal inilah yang menjadi pertentangan di masyarakat. Memang ampak yang diakibatkan oleh Covid-19 ini tidak main-main, mulai dari aktivitas sosial yang berkurang sehingga membuat aktivitas ekonomi pun menjadi menurun. Hal tersebut membuat presiden untuk menetapkan peraturan perundang-undangan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 yang telah disetujui dan ditandatangani pada tanggal 31 Maret 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan Covid-19.9 Peraturan perundang-undangan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan nomor 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan. Para Ulama pun juga menyutujui dan mendukung pemerintah guna mempercepat penanganan Covid-19 ini.
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 70 Dilihat dari keadaan yang terjadi saat ini lalu kebijakan pemerintah dan ulama, maka masyarakat Indonesia perlu mengindahkan kebijakan dan anjuran dari pemerintah dan ulama. Maka dari permasalahan tersebut, memunculkan fokus pembahasan mengenai ketidakpatuhan pemahaman masyarakat yang rendah terhadap himbauan pemerintah dan juga ulama mengenai sholat berjamaah di tengah pandemi turbulensi Covid-19. Lalu bagaimana kejadian di zaman Nabi Muhammad tentang wabah penyakit, dan kejadian di masa sahabat, serta bagaimana alternatif yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ataukah sebaiknya dilakukan berjamaah atau mengikuti anjuran pemerintah dan ulama.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian ini menggunakan sumber sekunder berupa berita, dan jurnal penelitian terdahulu. Agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena yang ada maka digunakan pendekatan dengan teknik analisis yang dimana dalam hal ini dilakukan pendekatan penalaran fenomenologi.
Fenomenologi yaitu suatu peristiwa yang menggambarkan ciri-ciri intrinsik (yang terkandung di dalamnya) dari gejala yang dilakukan secara sadar sebagaimana gejala tersebut mensikapi dirinya pada kesadaran manusia. Dari hal tersebut bahwa adanya upaya dalam mengungkapkan makna yang ada dari pengalaman seseorang dalam segala aspek kehidupan, yang nantinya sangat bergantung dengan bagaimana seseorang berhubungan dengan pengalaman itu. Fenomenologi itu memiliki kaitan dengan objek suatu peristiwa atau suatu kondisi menurut sudut pandang seseorang yang akan melahirkan pemahaman baru yaitu berupa pengetahuan. Pengetahuan berasal dari pengalaman yang bukan hanya membayangkan saja, melainkan dari hal yang disadari dalam persepsi seseorang.
Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan ini adalah kita agar mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan sekarang, fakta sosialnya, bagaimana keadaan di zaman Nabi Muhammad SAW saat adanya wabah penyakit, dan bagaimana solusi alternatif penyelesaiannya.
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 71 1. Ketidakpatuhan Masyarakat Terhadap Himbauan Pemerintah
untuk Tidak Sholat Berjamaah
Makna dari ketidak patuhan adalah adanya pertentangan prinsip dalam diri manusia yang didasari perbedaan pemahaman ataupun keyakinan yang dimiliki. sehingga dalam menghadapi suatu kejadian yang dihadapkan dengan suatu kebijakan maka harus adanya penyelesaian masalah (problem solving). Namun ada hal yang perlu diketahui tentang hakekat dan arti penting hukum bagi warga negara, dimana hukum terdiri dari peraturan-peraturan tingkah laku yang menjamin rasa keadilan dan keamanan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adanya hukum berarti telah memilki kekuatan untuk berlindung dari berbagai tindakan yang merugikan10. Namu
dalam kehidupan ini memang harus ada kebijakan-kebijakan atau hukum yang dapat mengayomi masyarakat.
Seperti yang telah kita ketahui saat ini bahwa keadaan di dunia yang sedang berperang melawan Covid-19 termasuk di Indonesia adalah untuk mempercepat penanganan Covid-19. Dalam perencanaan berupa kebijakan sebagai antisipasi dari pemerintah, tidak selalu berjalan lancar, dikarenakan adanya masyarakat yang tidak mengindahkan anjuran dari pemerintah. Hal itu menjadi hambatan pemerintah untuk mempercepat penanganan Covid-19 ini. Kemudian juga karena adanya masyarakat yang tidak mengindahkan anjuran dari pemerintah, membuat kasus yang terjangkit Covid-19 menjadi meningkat. Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Dalam salah satu isi pasalnya, PSBB memberikan aturan tentang pergantian aktivitas belajar sekolah maupun bekerja menjadi aktivitas belajar dirumah maupun bekerja, kemudian pembatasan aktivitas-aktivitas sosial ditempat umum, dan pembatasan segala kegiataan keagamaan.
Pembahasan di sub bab ini yaitu ketidakpatuhan masyarakat terhadap anjuran pemerintah untuk sholat berjamaah. Dari Sabang sampai Merauke masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan anjuran pemerintah
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 72 mengenai ibadah dirumah saja. Pemerintah telah menyampaikan ke masyarakat untuk memberhentikan sementara kegiatan peribadatan dan kegiatan keagamaan lain yang dilaksanakan di Masjid, Wihara, Gereja, Pura, Klenteng, dan tempat beribadah lainnya, guna meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Tetapi masih tetap banyak masyarakat yang sholat berjamaah tidak di kediamannya masing-masing, melainkan di masjid, mushollah, ataupun di tempat langgar. Hal tersebut membuat munculnya perkumpulan orang-orang yang banyak disuatu tempat, padahal pemerintah sudah menganjurkan agar tidak membuat perkumpulan yang melibatkan banyak orang. Sholat berjamaah itupun tidak hanya sholat 5 waktu, melainkan juga sholat Jum’at yang pasti semakin banyak orang yang berjamaah.
Dari hal tersebut, masyarakat yang memilih sholat berjamaah di masjid, mushollah, ataupun di tempat langgar, memiliki alasan-alasan yang beragam. Pada hari Jum’at 20 maret 2020 dari sumber berita BBC News Indonesia, salah satu warga Aceh yang melaksanakan sholat Jum’at di masjid, Muhammad Amin mengatakan bahwa sebagai umat muslim, apalagi orang Aceh yang sangat memerhatikan dan menjaga norma-norma dalam beragama, untuk tidak sampai terpengaruh akan pandemi Covid-19 dan tidak menghambat dalam beribadah sesuai dengan anjuran agama. Kemudian di sumber berita yang sama, dari salah satu jamaah masjid asal Medan, Jakfar Wijaya mengatakan bahwa masjid tempat dia beribadah telah diberi semprotan disinfektan, maka dari itu tidak perlu takut untuk pergi sholat berjamaah dimasjid .
Dari alasan-alasan tersebut membuat pemerintah mendapatkan suatu hambatan dalam memberlakukan peraturan mengenai anjuran-anjuran pemerintah agar masyarakat tetap beribadah dirumah dan menghindari dulu sholat berjamaah di masjid atau tempat ibadah lain, karena keadaan saat ini yang masih belum pasti keamanannya diluar sana.
2. Ketidakpatuhan Masyarakat Terhadap Himbauan Ulama untuk Tidak Sholat Berjamaah
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 73 Tentang sholat berjama’ah memiliki keutamaan-keutamaan salah satunya diangkat 27 derajat apalagi lebih utama berjamaah berjama’ah dimasjid yaitu yang memakmurkanya bagi orang-orang yang beriman sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An Nur ayat 36-3811, dari hal ini salah satu bagian dari
dasar masyarakat mukmin berkomintmen untuk memakmurkan masjid.
Pemerintah telah memutuskan putusan mengenai peraturan perundang-undangan dan himbauan-himbauan kepada masyarakat tentang penanganan Covid-19. Dari hal tersebut Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mendukung kebijakan pemerintah untuk mempercepat penanganan Covid-19. Kemudian MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi sedang terjadinya wabah penyakit Covid-19. Isinya mengenai aturan yang ditentukan dan disetujui dalam percepatan penanganan Covid-19, salah satu isinya membahas mengenai sholat berjamaah di Masjid. Fatwa ini berlaku pada tanggal yang telah ditetapkan, dengan ketentuan apabila dibutuhkan perbaikan dikemudian hari, selanjuntya akan diperbaiki dan disempurnakan. Kemudian juga MUI menghimbau untuk menyebar luaskan Fatwa ini agar bisa diketahui dan dimengerti oleh masyarakat.
Tetapi dilihat dari fakta keadaan masyarakat saat ini walaupun sudah banyak masyarakat yang mengindahkan Fatwa MUI untuk tidak berjamaah di Masjid dan menutup sementara masjid-masjid, tetapi juga masih banyak masyarakat yang beribadah dan berjamaah di Masjid, yang menimbulkan banyak orang yang berkumpul dalam satu tempat. Padahal kita tidak mengetahui apakah salah satu orang dalam suatu kumpulan sedang sakit atau bahkan membawa penyakit Covid-19, yang berujung pada penyebaran berskala besar atau massal. Lalu dari berita yang sedang viral saat ini yang bersumber dari suara.com, ketua MUI Kalimantan Utara K.H Zainuddin Dalila sampai langsung turun ke jalan untuk memberikan ceramah didepan masyarakat yang akan melaksanakan sholat berjamaah, K.H
11 Musthafa Dieb Al Bugha dan Syaih Muhyiddin Mistu , Al Wafi Syarah Hadits
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 74 Zainuddin Dalila menjelaskan tentang fatwa berjamaah di tengah pandemi Covid-19 12Tetapi masyarakat diberbagai daerah masih
berani dan tidak takut akan hal tersebut, dan juga memiliki banyak alasan untuk pergi berjamaah di Masjid maupun tempat ibadah lainnya. Berdasarkan sumber berita di BBC News Indonesia, para jamaah memilih untuk tetap berjamaah dimasjid saat wabah pandemi Covid-19 ini. Salah satu warga yang berada di Jakarta, Sayuti mengatakan bahwa alasannya untuk pergi berjamaah dimasjid itu tidak takut akan terpapar virus Covid-19 dan juga alasannya yaitu karena para jamaah yang ikut berjamaah semua itu hanyalah orang-orang yang berada dikampung yang jaraknya tidak jauh dari masjid tempat mereka berjamaah. Lalu dia juga mengatakan bahwa semenjak diberlakukannya PSBB, warga yang tinggal tidak jauh dari masjid tersebut sudah tidak banyak melakukan aktivitas, jadi hanya pada saat melakukan solat berjamaah di masjid warga baru keluar.13
Kemudian juga warga dari Tangerang Selatan, Rahmad mengatakan bahwa tidak akan takut terpapar Covid-19 karena sudah berhati-hati dan mengikuti protocol dari pemerintah. Lalu dia mengatakan apabila dalam niat untuk ibadah untuk apa harus takut akan virus tersebut. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah:
ْيِبَا ْنَع ٍصاَّقَو ِبَِا ِنْبِدْعَس ْنَع
ُّبُِيُ ٌبِِّيَط َالله َّنِا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِِِّبَّنلا ِنَع ِه
ْمُكَتْ يَ نْ فَااْوُفِِّظَنَ فَداَوَْلْا ُّبُِيٌُداَوَج َمَرَكْلا ُّبُِيُ ٌْيِْرَك َةَفاَظَّنلا ُّبُِيُ ٌفْيِظَن َبِِّيَّطلا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”. (HR. At- Turmudzi dari Sholeh Ibnu Hasan) 14
Bahkan Walikota Medan, Akhyar Nasution masih mendukung pelaksanaan sholat berjamaah dimasjid, khususnya
12 Aban, R. (27 April 2020). Ustaz Turun ke Jalan Ceramahi Warga yang Masih
Salat Jamaah di Masjid. Suara News. Diambil dari www.suara.com
13 Affan, H. (27 April 2020). Virus corona dan ramadan: Mengapa salat berjamaah
di masjid masih digelar, walau MUI dan ormas Islam mengimbau salat di rumah?. BBC News Indonesia. Diambil dari www.bbc.com
14 Kementrian Agama, Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an, ( DerektoratUrusan
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 75 solat jum’at, dengan alasan disaat wabah ini terjadi harusnya masyarakat lebih meningkatkan keimanannya agar lebih dipermudah melewati wabah Covid-19 ini15. Di daerah Bandung
juga ada sekelompok warga yang melepas baliho pengumuman masjid ditutup sementara yang dibuat oleh Dewan Keluarga Masjid (DKM), dan solat di selasar masjid, para sekelompok warga tersebut juga memasang spanduk yang mengatakan bahwa bukan hanya masjid saja yang ditutup, melainkan mall dan tempat-tempat umum juga harus ditutup. Selain itu juga di daerah yang sama yaitu di kelurahan Jati Sari, Bandung. Warga yang solat berjamaah dimasjid beralasan bahwa mereka yakin hanya warga disekitar masjid tersebut yang ikut sholat berjamaah, dan apabila ada orang dari luar pun jumlahnya sedikit. Hingga Pemprov Jawa Barat mengeluarkan surat edaran mengenai protokol pelaksanaan solat berjamaah agar tetap mencegah penyebaran Covid-1916
Kepala Dinas Kesehatan, dr Edy Sugiarto membagi masyarakat dalam empat kelompok dalam merespons wabah covid-19 dan new normal. pertama adalah denial, yaitu kelompok yang memilih acuh terhadap covid-19. Mereka tidak menggunakan masker, jaga jarak dan protokol kesehatan lainnya.kedua adalah rejection yaitu mereka menolak fakta virus corona ada, menganggapnya sebagai konspirasi atau kepentingan bisnis dan sebagainya.kelompok ketiga adalah receptive yaitu mereka yang menerima fakta bahwa wabah virus corona menuntut dilakukan adaptasi kebiasaan baru pencegahan dan penerapan hal yang perlu dilakukan agar tidak tertular.kelompok yang keempat adalah worried yaitu mereka yang dilanda ketakutan terhadap virus ini.17Kalau melihat kebiasaan
masyarakat baik yang ada disekitar ataupun informasi dari media masih banyak masyarakat diberbagai daerah yang bersikeras tidak mengindahkan himbauan MUI dan tetap berjamaah dimasjid atau tempat ibadah lainnya dengan alasan yang relatif sama yaitu 15 https://www.bbc.com/indonesia 16 jabar.tribunnews.com/2020/06/07/pemprov-jabar-susun-protokol-kesehatan-di-tempat-kerja-jelang-akb-pekerja-harus-aman-dari-covid-19 17 https://www.radarcirebon.com/2020/07/05/empat-respons-masyarakat-terhadap-virus-corona-dari-cuek-hingga-menolak-fakta
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 76 warga yang ikut berjamaah dimasjid adalah warga yang tempat tinggalnya berada disekitar masjid, dan alasan paling banyak dikatakan masyarakat yang tetap sholat berjamaah dimasjid atau tempat ibadah lainnya adalah karena tidak takut akan penyebaran atau terpapar Covid-19 ini.
Dari awal terjadinya corona di Huwan Cina salah satu contoh sudah jelas pendidikan tidak berjalan dengan baik dan ada yang ditutup sampai jangka waktu yang cukup lama walaupun dibuka kembali khusus pendidikan kejuruan diploma pada tanggal 9 maret 202018, namu untuk sekolah dibawahnya masih belum dibuka kecuali kondisi kembali normal. Tujuan tidaka adanya pembelajaran dikelas yaitu agar tidak terjadinya penularan yang sangat masif kepada rakyatnya khususnya kepada para generasi. Sedangkan pendidikan di Indonesiapun kena imbas dari virus corona ini yang menyebabkan sudah tidak stabil atau tidak adanya pembelajaran di sekolah karna adanya penularan yang cukup segnefikan terhadap masyarakat Indonesia dimana data yang terekspos di media sampai bulan september yaitu pemerintah telah memperbarui data pasien positif virus corona pada laman resmi Kemenkes RI pada Kamis (17/9/2020) pukul 15.00 WIB. Berdasarkan laporan data tersebut, tercatat adanya 3.635 kasus baru.Total kasus yang terjadi di Indonesia sebanyak 232.628 pasien positif virus corona. Kemudian, pada hari ini ada 2.585 pasien yang dinyatakan sembuh, sehingga total pasien yang sembuh tercatat 166.686 orang. Sementara, untuk pasien meninggal dunia bertambah sebanyak 122 korban, sehingga total menjadi 9.222 kasus kematian. Sehingga jika diakumulasikan, terdapat 56.720 kasus aktif atau masih menjalani perawatan.19
Ibadah dalam pandangan agama islam memiliki makna yang bersifat umum salah satunya adalah menuntut ilmu
18
https://republika.co.id/berita/q73yg5414/corona-reda-sejumlah-sekolah-di-china-kembali-dibuka
19 Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Update Covid-19
Indonesia Kamis 17 September 2020: Tambah 3.635 Kasus Baru, Total 56.720 Kasus Aktif, https://palu.tribunnews.com/2020/09/17/update-covid-19-indonesia-kamis-17-september-2020-tambah-3635-kasus-baru-total-56720-kasus-aktif. Penulis: Isti Tri Prasetyo dan Editor: Imam Saputro
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 77 sebagaimana hadist rosulullah yang artinya “Jika seorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh”. (HR. Muslim No.1631). sehingga setiap kegiatan ibadah yang itu adanya perkumpulan maka ini haru di hindari, walaupun ada kasus di di daerah jombang dimana para ibu yang demo tidak menginginkan adanya belajar online20. Dari
data yang yang terus diupdate sehingga pemerintah berusaha bagaimana pendidikan tetap berjalan dengan baik yaitu salah satunya dengan menggunakan anggaran BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dimana pemerintah membuat aturan yang flesibel yang digunakan untuk belajar jarak jauh menggunakan sistem Daring atau online diamana digunakan untuk pembelian pulsa untuk para siswa dan untuk protokol kesehatan.
3. Wabah Penyakit yang Pernah Terjadi di Zaman Nabi Muhammad dan Kejadian di Masa Sahabat.
Bencana alam datang tanpa permisi, tanpa pemberitahuan. Satu diwaspadai yang lain datang dari arah yang tidak disangka21.
Istilah lain bahwa yang namanya bencana itu merupakan kehendak Allah. Pada tahun 2020 ini semua masyarakat Indonesia bahkan di seluruh dunia ini mengetahui akan wabah yang terjadi saat ini yaitu Covid-19. Wabah yang membuat semua orang didunia ini khawatir, dan semua negara didunia ini memberlakukan upaya agar masyarakatnya tidak terjangkit virus tersebut dan berupaya untuk mempercepat penanganan Covid-19 ini. Wabah penyakit seperti ini bukan hanya terjadi kali ini saja, melainkan juga terjadi pada zaman dahulu, khususnya pada zaman Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi terakhir, penutup para nabi yang pastinya menjadi pedoman umat hingga saat ini. Karena Nabi Muhammad adalah utusan langsung dari Allah. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi suatu wabah penyakit yang melanda saat itu yaitu penyakit Pes dan Lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk
20
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 78 keluar bahkan untuk memasuki wilayah yang terjangkit wabah virus Pes maupun virus Lepra. Nabi pun juga memerintahkan kepada umatnya untuk tetap berada di rumah dan tidak keluar kemanapun atau dengan kata lain yaitu mengisolasi diri, seperti kejadian wabah saat ini. Sebagaimana di jelaskan dalam hadist Rasulullah:
ِهِب ْمُتْعَِسَ اَذِإ
[
نيعي
:
نوعاطلا
]
اَِبِ ْمُتْ نَأَو ٍضْرَِبِ َعَقَو اَذِإَو ، ِهْيَلَع اوُمَدْقَ ت َلََف ٍضْرَِبِ
هْنِم اًراَرِف اوُجُرَْتَ َلََف
“Rasul SAW bersabda: "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad sampai memerintahkan untuk membuat pembatas tembok disekitar daerah yang terjangkit wabah, dan menjanjikan bahwa orang yang sabar menunggu dan menetap ditempat tinggalnya masing-masing akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, dan juga apabila ada seseorang yang tidak bersabar dan memilih keluar dari wilayah yang ditempatinya maka akan terancam malapetaka dan kebinasaan22
Kemudian juga pernah di zaman sahabat Nabi Muhammad, memberi anjuran untuk sholat dirumah, dikarenakan adanya badai hujan deras yang membuat orang-orang yang ingin berjamaah kesulitan untuk pergi ke masjid. Ajakan untuk sholat dirumah pada saat itu juga mengganti bunyi adzan, yang awalnya mengajak untuk sholat dimasjid kemudian diganti untuk sholat dirumah. Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari yang artinya: Seperti dinarasikan `Abdullah bin Al-Harith: "Hari itu sedang hujan dan berlumpur saat Ibnu Abbas hendak sholat bersama kami. Ketika muadzin yang mengumandangkan adzan berkata Hayyaa 'alas Salaah, Ibnu Abbas mengatakan untuk mengubahnya menjadi As Shalaatu fir Rihaal (sholatlah di rumah masing-masing). Orang-orang saling melihat dengan wajah kaget.
22 Mukharom, & Aravik, H. “Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah
Penyakit, h. 242, Menular dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus Covid-19”, SALAM Vol. 7 No. 3, (2020) h. 242
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 79 Ibny berkata, hal ini pernah dilakukan di masa orang yang lebih baik dibanding dirinya (merujuk pada masa Rasulullah SAW) dan ini terbukti." (HR Bukhari). Hal ini sama seperti di Negara-negara Arab khususnya di Kuwait yang mengganti lafadz adzan, karena wabah Covid-19 yang mengharuskan untuk sholat dirumah.
Seperti yang telah diketahui diatas Nabi Muhammad telah menganjurkan kepada umatnya apabila ada suatu wabah penyakit seperti yang sedang di alami seluruh dunia saat ini, maka sebagai umat muslim umat Nabi Muhammad harus mengikuti anjuran Nabi untuk tidak keluar dari daerah mereka dan mengikuti anjuran pemerintah maupun anjuran Ulama. Kemudian juga belajar dari zaman sahabat Nabi yang mengajak untuk sholat dirumah karena adanya suatu halangan yang tidak bisa abaikan. Pemerintah dan khususunya Ulama memberikan anjuran di pandemi Covid-19 ini berdasarkan dari pengalaman atau kejadian yang terjadi di zaman Nabi Muhammad, dan para sahabat. Juga ditambah dari Al-Qur’an maupun Hadist-hadist.
4. Solusi Alternatif Pemecahan Masalah
Ketidakpatuhan masyarakat akan aturan dan anjuran dari pemerintah dan para ulama mengenai larangan sementara agar tidak pergi berjamaah dimasjid, dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak ditakuti akan penyebaran Covid-19 melewati orang yang berjamaah dimasjid. Jika dilihat dari aturan atau anjuran dari pemerintah mengenai pelarangan sementara untuk tidak pergi berjamaah dimasjid, serta alasan-alasan yang dikatakan para masyarakat yang bersikeras untuk pergi berjamaah dimasjid, membuat suatu solusi alternatif pemecahan masalah tersebut.
Pertama, pemerintah memberikan izin kepada masyarakat yang ingin ikut berjamaah dimasjid, dengan syarat yaitu masyarakat harus membuat jarak aman dari masyarakat lainnya saat berjamaah dimasjid minimal 2 meter walaupun itu kerabat, atau tetangga yang dikenal. Kemudian, masyarakat yang hendak mengikuti jamaah dimasjid diwajibkan agar memakai masker untuk membuat setiap masyarakat yang berjamaah dimasjid saling merasa aman. Lalu, apabila seseorang yang ingin pergi berjamaah dimasjid merasa keadaan kurang baik, atau sakit seperti flu,
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 80 batuk, dan sebagainya. Harus menetap dirumah dan mengurungkan niatnya untuk pergi kemasjid, dikarenakan apabila saat berjamaah akan menulari ke jamaah lainnya. Selanjutnya, diwajibkan bagi pengurus masjid untuk menyediakan hand sanitizer ditempat jamaah laki-laki dan jamaah perempuan untuk dipakai para jamaah. Kemudian, para pengurus masjid membuat aturan untuk para jamaah mengenai pembatasan kuota berjamaah dimasjid, agar terhindar dari para jamaah yang jumlahnya berlebihan. Terakhir dan tidak kalah pentingnya, yaitu pengurus masjid diharuskan untuk menyemprotkan disinfektan pada masjid dan sekitar lingkungan masjid, dilakukan 3 hari sekali guna menjaga tempat agar tetap steril.
Apabila pemerintah tidak mengambil solusi tersebut, maka pemerintah harus menanggapi dengan lebih tegas lagi terhadap masyarakat yang masih bersikeras untuk pergi berjamaah dimasjid. Agar masyarakat lebih paham dan lebih mematuhi anjuran dari pemerintah maupun dari ulama.
C. Penutup
Peraturan dan anjuran pemerintah serta ulama mengenai larangan sementara untuk tidak berjamaah dimasjid tidak sepenuhnya berjalan lancar. Ada masyarakat yang mengindahkan anjuran tersebut, dan juga ada masyarakat yang tidak mengindahkan anjuran tersebut. Hal tersebut menjadi alasan mengapa anjuran dari pemerintah dan ulama tidak sepenuhnya berjalan lancar. Masyarakat yang tidak mengindahkan aturan dan anjuran pemerintah serta ulama memiliki banyak alasan untuk bersikeras untuk pergi berjamaah dimasjid. Mulai dari alasan karena yang mengikuti jamaah hanya penduduk disekitar masjid dan tidak pernah keluar kemana-mana sehingga yakin akan kondisi yang aman terhindar dari penyebaran Covid-19. Hingga alasan dari semua masyarakat yang bersikeras untuk pergi berjamaah dimasjid yaitu mereka tidak takut akan penyebaran Covid-19. Hal tersebut sudah diberikan arahan langsung dari pemerintah ke masyarakat, dan juga ulama yang sampai turun tangan untuk memberikan himbauan langsung agar tetap sholat dirumah. Dari masalah tersebut memunculkan solusi terbaik
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 81 yaitu memperbolehkan masyarakat untuk solat berjamaah dimasjid dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, atau para pemerintah mengambil kebijakan yang lebih tegas lagi untuk mengajak masyarakat yang bersikeras pergi solat tersebut untuk sementara solat dirumah masing-masing.
Daftar Referensi
Ibnu Rojad Al Hambali, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dan Imam Al Ghazali, Tazkiyatun Nafsi Konsep Penyucian Jiwa menurut Ilama Salafushhalih, Solo
Aban, R. (27 April 2020). Ustaz Turun ke Jalan Ceramahi Warga yang Masih Salat Jamaah di Masjid. Suara News. Diambil dari www.suara.com. Affan, H. (27 April 2020). Virus corona dan ramadan: Mengapa salat
berjamaah di masjid masih digelar, walau MUI dan ormas Islam mengimbau salat di rumah?. BBC News Indonesia. Diambil dari www.bbc.com.
Departemen Agam RI, al Qur’an dan terjemahnya, Bandung,2004 Departemen Agam RI, al Qur’an dan terjemahnya, Jakarta, 2004
Fatwa MUI nomor 14 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19.
Hidayatullah, (20 Maret 2020). Virus corona: Di tengah wabah, apakah sebaiknya salat berjamaah di masjid untuk sementara ditiadakan?. BBC News Indonesia. Diambil dari www.bbc.com.
https://mui.or.id/berita/27674/fatwa-penyelenggaraan-ibadah-dalam-situasi-terjadi-wabah-covid-19 https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5150519/emak-emak-demo-dinas-pendidikan-jombang-tuntut-belajar-tatap-muka https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135059/pp-no-21-tahun-2020 https://www.radarcirebon.com/2020/07/05/empat-respons-masyarakat-terhadap-virus-corona-dari-cuek-hingga-menolak-fakta
Imam supriyono, Memahami, Mengukur, dan Melejitkan FSQ untuk keunggulan diri, Perusahaan dan Masyarakat, Surabaya, 2007 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, 2012
Kementrian Agama, al-Qur’an Hadist, Jakarta, 2016 Kementrian Agama, al-Qur’an Hadist, Jakarta, 2016,
Kementrian Agama, Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an, 2012
Mukharom, & Aravik, H. “Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya Dalam Konteks
An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 82 Menanggulangi Coronavirus Covid-19”, 2020SALAM Vol. 7 No. 3,
Musthafa Dieb Al Bugha dan Syaih Muhyiddin Mistu , Al Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, 2009
Said Agil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial,Bandung 2006
Setiawan, Y.I. “Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan Legal Positivisme Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Pandemi Coron avirus Disease (Covid)-19”, (2020), diakses 1 mei 2020, doi: 10.31219/osf.io/zfg6x.
Tim Abdi Guru, Pendidikan Kewarga Negaraan, Jakarta, 2006
Yunus, N.R., & Rezki, A. “Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19”, SALAM Vol. 7 No. 3, (2020) : 227-238 , diakses 30 april 2020, doi: 10.15408/sjsbs.v7i3.15083.