• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang

(2)

2

Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.

1.1.2 Visi dan Misi a. Visi

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

b. Misi

 Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

 Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan teknologi informasi yang handal dengan melaksanakan manajemen risiko serta praktek Good Corporate Governance (GCG) yang sangat baik.

 Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak- pihak yang berkepentingan (stakeholders).

(3)

3 1.1.3 Logo Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Gambar 1.1

Logo Bank Rakyat Indonesia 1.1.4 Struktur Organisasi

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Bank Rakyat Indonesia 1.1.5 Pelayanan Pinjaman

Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki beberapa program pinjaman yang ditujukan kepada masyarakat luas guna membantu kebutuhan masyarakat luas.

Beberapa program pinjaman tersebut diantaranya adalah:

(4)

4 a. Pinjaman Mikro (KUPEDES)

Kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi, ditujukan untuk individual (badan usaha maupun perorangan) yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI.

b. Pinjaman Ritel Komersial dan Menengah

Pinjaman atau Kredit ini dibagi lagi menjadi enam kategori kredit.

Diataranya yaitu:

1. Kredit Modal Kerja

Fasilitas kredit untuk membiayai operasional usaha termasuk kebutuhan untuk pengadaan bahan baku, proses produksi, piutang dan persediaan.

2. Kredit Investasi

Fasilitas kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk membiayai barang modal/aktiva tetap perusahaan, seperti pengadaan mesin, peralatan, kendaraan, bangunan dan lain-lain.

3. Kredit Agunan Kas

Fasilitas kredit dengan agunan fully cash collateral atau seluruh agunannya berupa Giro maupun Deposito.

4. Supply Chain Financing (SCF)

SCF Merupakan solusi untuk membantu memenuhi kebutuhan modal supply chain Anda. Dengan Supply Chain Financing, BRI ingin menjadi mitra bisnis yang memberikan nilai tambah bagi Anda. Solusi ini memungkinkan nasabah Korporasi yang bertindak sebagai pembeli mendapatkan fleksibilitas dalam penetapan Terms of Payment tanpa mengorbankan arus kas Supplier (Vendor) atau Buyer (Distributor).

5. Kredit Waralaba

Merupakan fasilitas kredit yang diberikan kepada Penerima Waralaba (Franchisee) baik Perseorangan atau Badan Usaha yang

(5)

5

membutuhkan modal kerja maupun dana investasi pendirian Toko Waralaba.

6. Bank Garansi

Bank garansi BRI diberikan untuk membantu kelancaran pelaku bisnis UMKM dalam pengerjaan suatu proyek kerja dan memberikan jaminan kepastian bagi pemilik proyek (Bowheer) atas pelaksanaan kontrak kerja yang telah disepakati. Atas kepastian tersebut Bank BRI bersedia mengeluarkan Jaminan Bank dalam bentuk Bank Garansi.

c. BRIGuna

Pinjaman atau Kredit ini dibagi lagi menjadi tiga kategori kredit.

Diataranya yaitu:

1. BRIGuna Karya

Briguna Karya adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/

debitur dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari sumber penghasilan tetap atau fixed income (gaji).

Dapat digunakan untuk pembiayaan keperluan produktif dan non produktif misalnya : pembelian barang bergerak/ tidak bergerak, perbaikan rumah, keperluan kuliah/ sekolah, pengobatan, pernikahan, dan lain-lain.

2. BRIGuna Purna

Briguna Purna adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/

debitur dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari sumber penghasilan tetap atau fixed income (uang pensiun).

Dapat digunakan untuk pembiayaan keperluan produktif dan non produktif.

3. BRIGuna Umum

Briguna Umum adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/

debitur dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari sumber penghasilan tetap atau fixed income (gaji) dengan jangka waktu sejak pegawai aktif sampai dengan masa pensiun.

(6)

6 d. Pinjaman Program

Pinjaman atau Kredit ini dibagi lagi menjadi tiga kategori kredit.

Diantanya yaitu:

1. KPEN-RP

Kredit Pengembangan Energi Nabati & Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) Non Kemitraan adalah Kredit Investasi yang diberikan oleh Bank BRI kepada Petani langsung dengan memperoleh subsidi bunga dari Pemerintah dalam rangka mendukung Program Pengembangan Bahan Baku Bahan Bakar Nabati dan Program Revitalisasi Perkebunan.

2. KKPE-Tebu

Kredit ketahanan Pangan & Energi (KKPE) - Tebu adalah Kredit Modal Kerja yang diberikan kepada petani peserta untuk keperluan pengembangan budidaya tebu, melalui kelompok tani atau koperasi yang bermitra dengan Mitra Usaha / PG (Pabrik Gula).

3. KKPE

Kredit Ketahanan Pangan & Energi adalah Kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati.

Beberapa obyek yang dapat dibiayai antara lain: Tanaman pangan, holtikultura, peternakan, pangan, pengadaan/peremajaan alat dan mesin, serta perikanan

e. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Terdapata beberapa pembiayaan dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia, diantaranya:

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) BANK BRI terdiri dari KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR TKI.

2. KUR Mikro BANK BRI adalah Kredit Modal Kerja dan atau Investasi dengan plafond s.d Rp 25 juta per debitur.

(7)

7

3. KUR Ritel BANK BRI adalah Kredit Modal Kerja dan atau Investasi kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak dengan plafond > Rp 25 juta s.d Rp 500 juta per debitur.

4. KUR TKI BANK BRI diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara penempatan dengan plafond s.d Rp 25 juta.

5. KUR BANK BRI diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan usaha produktif dan layak.

6. Sektor usaha yang dibiayai sesuai dengan ketentuan pemerintah 7. KUR BANK BRI dapat dilayani di seluruh Unit Kerja BANK BRI

yang tersebar di seluruh Indonesia.

1.2 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin besar menjadi target yang potensial bagi perusahaan-perusahaan baik perusahaan bidang keuangan maupun non keuangan. Suatu perusahaan yang mempunyai peran penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu perusahaan di sektor keuangan. Lembaga keuangan juga sebagai aspek yang melekat dalam kehidupan masyarakat luas. Jenis dari lembaga keuangan lebih bervariasi yang terdiri dari perbankan, lembaga pembiayaan, usaha perasuransian, dana pensiun, penggadaian dan pasar modal. Dengan adanya lembaga keuangan tersebut menjadikan tiap lembaga berupaya untuk menyalurkan berbagai produk dan jasa keuangan pada masyarakat secara menyeluruh.

Lembaga keuangan seperti bank sering dipilih oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana atau modal. Perbankan sendiri memiliki beberapa pilihan ataupun program yang ditawarkan sebagai modal kepada masyarakat luas. Sampai akhir tahun 2015 kredit pada industri perbankan didominasi oleh Kredit Modal Kerja (KMK) dengan porsi 47,46% diikuti oleh Kredit Konsumsi (KK) dan Kredit Investasi (KI) dengan porsi masing-masing sebesar 27,04% dan 25,51%. (Laporan Industri Perbankan, OJK).

Dari prosentase kredit yang diambil oleh masyarakat, dapat dilihat bahwa masyarakat mengambil kredit di bank untuk memulai usaha atau menambah

(8)

8

modal usaha yang tengah dijalani. Ini artinya lembaga perbankan berperan penting sebagai penyedia modal atau dana bisnis bagi masyarakat luas.

Salah satu penyedia Kredit Modal Kerja dalam industri perbankan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI menyediakan Kredit Modal Kerja (KMK) dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditawarkan BRI ke nasabahnya dinilai memenuhi kebutuhan nasabah atau masyarakat luas dalam hal pemenuhan modal atau dana usaha. Proses pengambilan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini dinilai tidak memberatkan nasabah dan dengan penawaran cicilan serta bunga yang beragam sesuai dengan kemampuan nasabah.

Dalam hal ini kurangnya literasi atau pengetahuan masyarakat mengenai keuangan membuat masyarakat salah dalam perhitungan maupun perencanaan keuangan mereka. Masyarakat hanya mengetahui bagaimana mengambil kredit di bank atau lembaga keuangan lainnya namun tidak mengerti bagaimana cara mengelola keuangan tersebut. Ini mengakibatkan banyak terjadinya kredit macet atau biasa disebut Non Performing Loan (NPL). Berdasarkan penuturan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Asmawi Syam, tingkat rasio NPL pada Bank Rakyat Indonesia per triwulan I pada tahun 2016 mencapai 2.3%. Ini berarti sebanyak 2.3% nasabah Bank Rakyat Indonesia yang memiliki kredit bermasalah atau kredit macet.

Dalam penelitian Noor Azizah, dkk (2013) menyebutkan bahwa masyarakat atau setiap individu wajib memahami sistem keuangan dengan tepat.

Setiap individu memerlukan pengetahuan keuangan dasar dan keahlian untuk mengelola mengelola sumber daya keuangan secara efektif dengan tujuan kesejahteraan hidup. Meluasnya dunia industri dan lembaga pembiayaan seperti leasing tidak dapat dipungkiri apabila masyarakat tidak mampu mengelola keuangan dengan baik, maka tingkat risiko di lembaga keuangan akan meningkat seperti pengaduan yang kerap terjadi. Margaretha dan Arief (2015), Pengetahuan tentang keuangan sangat penting bagi seorang individu, agar mereka tidak salah paham dalam membuat keputusan keuangan mereka. Pengetahuan keuangan masyarakat dapat dilihat dari seberapa besar tingkat literasi keuangan yang

(9)

9

dimilikinya. Istilah literasi keuangan adalah kemampuan seorang individu untuk mengambil keputusan dalam hal pengaturan keuangan pribadinya (Margaretha dan Arief, 2015).

Tingkat literasi keuangan masyarakat yang terdapat di Jawa Timur pada tahun 2015 secara umum masih tergolong rendah, dimana masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang lembaga pembiayaan hanya sebesar 14,78%

(beritajatim.com,2016). Didukung dengan adanya informasi mengenai tingkat pengaduan konsumen sektor keuangan melalui Layanan Keuangan Terintegrasi- OJK mencatat daerah Jawa Timur sebanyak 429. Sehingga mengidentifikasikan bahwa tingkat literasi keuangan di masyarakat masih di bawah minimum.

Tingkat literasi keuangan pada nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Unit Mantingan pada saat melakukan survey awal berdasarkan terhadap 35 responden yang merupakan nasabah dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) kantor unit Mantingan berada pada kondisi baik. Hanya terdapat pada masalah dimana nasabah kurang memahami cara perhitungan atau cara menghitung dari bunga kredit dan kurangnya nasabah yang memiliki perencanaan keuangan. Berikut merupakan hasil dari survey awal yang dilakukan oleh penulis,

Tabel 1.1

Hasil Survei Awal Literasi Keuangan Nasabah Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa

Timur

No. Item Pertanyaan Ya Tidak

1. Pengetahuan keuangan pribadi dapat membantu nasabah belajar mengenai cara berinvestasi untuk masa depan

51.3% 48.7%

(Bersambung)

(10)

10

No. Item Pertanyaan Ya Tidak

2.

Nasabah dikatakan tidak boros apabila pembayaran hutang bulanan nasabah 30%

dari pendapatan nasabah 50.6% 49.4%

3. Nasabah menyisihkan uang dari sebagian penghasilan yang dapat digunakan sewaktu- waktu

80.7% 19.3%

4. Nasabah mengerti cara hitung bunga kredit 49.6% 50.4%

Selain literasi keuangan terdapat juga faktor demografi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk dalam mengelola perilaku keuangannya. Yang dimana secara tidak langsung persepsi dan sikap individu cenderung memiliki perbedaan dengan adanya perbedaan jenis kelamin, usia dan pendapatan. Menurut Loix, dkk (2005) dalam Harli, dkk (2015) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik demografi yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, keluarga, dan pekerjaan. Faktor demografi dari nasabah Bank Rakyat Indonesia yang mengambil program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat beragam mulai dari tingkat usia, pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Namun, berdasarkan pengamatan awal dari peneliti terdapat masalah mengenai kredit bermasalah yang terjadi. Nasabah yang memiliki riwayat kredit bermasalah justru nasabah yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta penghasilan tinggi yang menurut persyaratan dari bank sendiri nasabah tersebut mampu untuk membayar angsuran kredit yang diambil.

Dalam hal ini, D. Dick (2013) menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan dari literasi keuangan dan karakteristik sesorang atau faktor demografi terhadap pengambilan kredit. D. Dick juga menambahkan seseorang yang memiliki tingkat literasi keuangan yang baik akan lebih mudah dan mengerti dalam hal mengelola keuangannya. Penelitian ini mengacu pada teori yang disampaikan oleh D. Dick dan penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2015), Harli, dkk (2015) dan Rita dan Kusumawati (2010). Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel yang digunakan oleh Wicaksono (2015), yaitu literasi (Sambungan)

(11)

11

keuangan dan dalam penelitian ini menambahkan variabel demografi yang terdiri dari usia, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan.

Berdasarkan dari beberapa masalah yang terjadi pada nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang mengambil program Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai dari masalah banyaknya nasabah yang tidak mengerti dengan bunga kredit dan kurangnya perencanaan keuangan pribadi serta masalah kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) inilah yang menjadi sorotan penulis dalam mengambil topik permasalahan ini.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti

“Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Dan Faktor Demografi Terhadap Keputusan Pengambilan Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur”.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang terdapat di penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana literasi keuangan nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur?

2. Bagaimana demografi nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur?

3. Bagaimana proses keputusan pengambilan Kredit Usaha Rakyat pada nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur?

4. Seberapa besar Literasi Keuangan dan Faktor Demografi secara simultan berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pengambilan Kredit Usaha Rakyat di Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur?

5. Seberapa besar Literasi Keuangan dan Faktor Demografi secara parsial berpengaruh terhadap Proses Keputusan Pengambilan Kredit Usaha Rakyat di Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur?

(12)

12 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Literasi keuangan nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

2. Demografi nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

3. Proses keputusan pengambilan Kredit Usaha Rakyat pada nasabah KUR Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

4. Pengaruh Literasi Keuangan dan Faktor Demografi secara simultan terhadap Proses Keputusan Pengambilan Kredit Usaha Rakyat di Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

5. Pengaruh Literasi Keuangan dan Faktor Demografi secara parsial terhadap Proses Keputusan Pengambilan Kredit Usaha Rakyat di Bank Rakyat Indonesia Kantor Unit Mantingan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

1.5 Kegunaan

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi khazanah keilmuan dibidang keuangan khususnya yang berkaitan dengan literasi keuangan dan faktor demografi yang dapat mempengaruhi proses keputusan pengambilan kredit. Disamping itu, beberapa temuan yang terungkap dalam penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian berikutnya.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan bagi masyarakat maupun lembaga keuangan untuk lebih memperhatikan literasi keuangan masyarakat guna membantu masyarakat dalam keputusan pengambilan kredit.

(13)

13 1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memberikan arah serta gambaran materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut.

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang objek penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian teoritis.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang jenis penelitian dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

Referensi

Dokumen terkait

PROSEDUR PELAYANAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT(KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA

Mengacu pada modul Bank BRI Syariah mengenai pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro iB, KUR mikro iB dapat dipahami sebagai pembiayaan modal kerja atau investasi

KUR sebelum diberikan ada survey tempat usaha dahulu dari bank (Sumber: Narasumber “A” nasabah BRI Unit Roncali Salatiga). KUR sebelum diberikan ada survey tempat usaha dahulu

Pada sistem pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Bandar Lampung dapat diketahui bahwa penerapan manajemen risiko tersebut sudah

Seperti hal nya pada Bank BRI Cabang SoekarnoHatta yang selalu mengutamakan pelayanan terhadap nasabahnya, dengan penerapan konsep pemasaran yang

Bagi Bank BRI Cabang Perawang, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap gaya kepemimpinan yang diimplementasikan dan

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Naripan Bandung memiliki beberapa kegiatan usaha yang antara lain usaha simpanan, usaha pinjaman/kredit, dan

Namun permasalahan yang terjadi yaitu pada Praktik Sosialisasi program pemerintah Kredit Usaha Rakyat KUR oleh Bank BRI Unit Kijang sebagai pelaksana program itu sampai kini dinilai