• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

SALINAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT

NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

TATA CARA PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, DAN PELAPORAN PEMBAYARAN POKOK PINJAMAN DAN BUNGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Dalam Rangka Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat berkewajiban membayar pokok pinjaman, bunga pinjaman, biaya management, biaya administrasi, upfront fee, dan biaya-biaya dan/atau denda (apabila ada);

b. bahwa untuk menjamin pelaksanaan penganggaran kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur tata cara penganggaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata Cara Penganggaran Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga;

Mengingat : 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(2)

2 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nornor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi (Lembaran Negara Republik Indonesia T'ahun 2008 N0mor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5219);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008

(3)

3 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 26);

17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 Nomor 6,Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 39);

18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Dalam Rangka Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015 Nomor 2,Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 73).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, DAN PELAPORAN PEMBAYARAN POKOK PINJAMAN DAN BUNGA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini,yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.

3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Barat.

4. Biro Keuangan Daerah adalah Biro Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Barat, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

6. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerimah sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

7. Pusat Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat PIP adalah lembaga di bawa Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang dibentuk sejak tahun 2006 lalu sebagai instansi Pemarintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan yang berbentuk badan layanan umum, dengan ruang lingkup investasi meliputi, investasi jangka panjang berupa pembelian surat berharga,saham, dan surat hutang, serta investasi langsung yang meliputi penyertaan modal dan pemberian pinjaman.

8. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

9. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber sebagai pendapatan Anggaran pendapatan dan Belanaja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk

(4)

4 mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

10. Pinjaman jangka panjang adalah Pinjaman Daerah jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dengan kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan / atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

11. Rekening Induk Dana Investasi adalah rekening milik dan atas nama Pusat Investasi Pemerintah pada Perseroan Terbatas “PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Jakarta Veteran dengan rekening 0329.01.002910.30.0 yang digunakan untuk menampung pembayaran pokok pinjaman.

12. Rekening Pendapatan Pusat Investasi Pemerintah adalah rekening milik dan atas nama Pusat Investasi Pemerintah pada perseroan Terbatas “PT.Bank Rakyat Indonesia (Perseroan) Tbk Cabang Jakarta Veteran dengan rekening 0329.01.002911.30.6 yang digunakan untuk menampung pembayaran bunga pinjaman, upfront fee, administrasi fee, manajemen fee, dan kewajiban lainnya.

13. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening milik Pemerintah Daerah yang digunakan sebagai rekening pengeluaran untuk pembayaran fee pinjaman, pokok pinjaman, bunga pinjaman, dan kewajiban lainnya.

14. Biaya Administrasi (Administration Fee) adalah biaya yang wajib dibayarkan di muka oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi.

15. Biaya Manajemen (Management Fee) adalah biaya yang wajib dibayarkan dimuka oleh Pemerintah Daerah kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi.

16. Biaya Dimuka (Up Front Fee) adalah biaya yang wajib dibayar oleh Pemerintah Daerah kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi.

17. Keadaan kahar adalah keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia seperti: gempa bumi, banjir besar, tanah longsor, kebakaran, huru-hara, perang/pemberontakan, pemogokan umum dan/atau kebijakan pemerintah.

BAB II

ASAS, TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2

Pembayaran pokok dan bunga Pinjaman Daerah menganut asas:

a. tepat dan cepat;

b. tertib anggaran;

c. transparansi;

d. akuntabilitas

e. efektif dan efesien; dan f. kehati-hatian.

Pasal 3

Tata Cara Pembayaran Pokok dan Bunga Pinjaman Daerah bertujuan sebagai pedoman dalam melakukan pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya kepada Pusat Investasi Pemerintah.

Pasal 4

Sasaran Pembayaran Pokok dan Bunga Pinjaman Daerah adalah :

(5)

5 a. menjamin ketersediaan anggaran dalam melakukan pembayaran pinjaman

daerah;

b. menjamin pembayaran pinjaman daerah tepat waktu dan tepat jumlah.

BAB III

JENIS PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH Pasal 5

(1) Jenis pembayaran Pinjaman Daerah adalah biaya pinjaman; pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya.

(2) Kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan jika terjadi keterlambatan jatuh tempo pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman.

Pasal 6

Besarnya biaya pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. biaya administrasi sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman;

b. biaya manajemen sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman; dan

c. biaya dimuka sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman.

Pasal 7

Besarnya Pokok Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) setinggi- tingginya sebesar Rp.239.691.000.000,00 (dua ratus tiga puluh sembilan milyar enam ratus sembilan puluh satu juta rupiah).

Pasal 8

Besarnya Bunga pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebesar 9,75 % (sembilan koma tujuh puluh lima perseratus) efektif per tahun, dihitung dari jumlah dana yang dicairkan.

Pasal 9

Besarnya biaya pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 adalah sebagai berikut :

a. biaya administrasi sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah);

b. biaya manajemen sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah); dan

c. biaya dimuka sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah)

Pasal 10

Besarnya kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebesar 2 % (dua per seratus) per bulan dari jumlah kewajiban yang jatuh tempo.

BAB IV

TATA CARA PENGANGGARAN PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH

(6)

6 Pasal 11

(1) Pada APBD wajib dianggarkan biaya pinjaman; pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya.

(2) Penganggaran pembayaran biaya pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada rekening 5.1.2. Belanja Bunga dalam APBD dan / atau Perubahan APBD pada DPA / DPPA-SKPKD Biro Keuangan.

(3) Penganggaran pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada rekening 6.2.3. Pembayaran Pokok Utang dalam APBD dan / atau Perubahan APBD DPA / DPPA-SKPKD Biro Keuangan.

BAB V

JANGKA WAKTU DAN TATA CARA PENATAUSAHAAN PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH

Pasal 12

Jangka waktu pinjaman selama 7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal pencairan pinjaman tahap pertama.

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pembayaran atas biaya pinjaman;

pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya.

(2) Pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pemindahbukuan/transfer dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Induk Dana Investasi PIP.

(3) Pembayaran bunga pinjaman dan kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pemindahbukuan/transfer dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Pendapatan PIP.

Pasal 14

(1) Pembayaran biaya pinjaman dilakukan setelah penandatanganan perjanjian yang merupakan syarat efektif pencairan tahap pertama.

(2) Pembayaran biaya pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekaligus dan hanya 1 (satu) kali.

Pasal 15

(1) Jangka waktu pinjaman ditetapkan selama 7 (tujuh) tahun, dimulai sejak tanggal pencairan tahap pertama dengan masa tenggang (grace period) pembayaran pokok pinjaman 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Masa tenggang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal pencairan tahap pertama.

(3) Pembayaran Pokok Pinjaman dilakukan mulai bulan ke 27 (dua puluh tujuh) sejak tanggal pencairan pinjaman tahap pertama, dengan rincian sebagai berikut :

a. Pembayaran pada bulan ke-27 sebesar Rp. 17.827.018.125,- b. Pembayaran pada bulan ke-30 sebesar Rp. 17.534.894.719,-

(7)

7 c. Pembayaran pada bulan ke-33 sebesar Rp. 17.242.771.313,-

d. Pembayaran pada bulan ke-36 sebesar Rp. 16.950.647.906,- e. Pembayaran pada bulan ke-39 sebesar Rp. 16.658.524.500,- f. Pembayaran pada bulan ke-42 sebesar Rp. 16.366.401.094,- g. Pembayaran pada bulan ke-45 sebesar Rp. 16.074.277.688,- h. Pembayaran pada bulan ke-48 sebesar Rp. 15.782.154.281,- i. Pembayaran pada bulan ke-51 sebesar Rp. 15.490.030.875,- j. Pembayaran pada bulan ke-54 sebesar Rp. 15.197.907.469,- k. Pembayaran pada bulan ke-57 sebesar Rp. 14.905.784.063,- l. Pembayaran pada bulan ke-60 sebesar Rp. 14.613.660.656,- m. Pembayaran pada bulan ke-63 sebesar Rp. 14.321.537.250,- n. Pembayaran pada bulan ke-66 sebesar Rp. 14.029.413.844,- o. Pembayaran pada bulan ke-69 sebesar Rp. 13.737.290.438,- p. Pembayaran pada bulan ke-72 sebesar Rp. 13.445.167.031,- q. Pembayaran pada bulan ke-75 sebesar Rp. 13.153.043.625,- r. Pembayaran pada bulan ke-78 sebesar Rp. 12.860.920.219,- s. Pembayaran pada bulan ke-81 sebesar Rp. 12.568.796.813,- t. Pembayaran pada bulan ke-84 sebesar Rp. 12.276.673.406,-

(4) Pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setiap tanggal 25 (dua puluh lima) setiap 3 (tiga) bulan pada bulan jatuh tempo.

Pasal 16

(1) Jangka waktu pembayaran Bunga Pinjaman selama 7 (tujuh) tahun.

(2) Pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pencairan tahap pertama, dengan rincian sebagai berikut :

a. Pembayaran pada bulan ke-3 sejak pencairan tahap pertama.

b. Pembayaran pada bulan ke-6 sejak pencairan tahap pertama.

c. Pembayaran pada bulan ke-9 sejak pencairan tahap pertama.

d. Pembayaran pada bulan ke-12 sejak pencairan tahap pertama e. Pembayaran pada bulan ke-15 sejak pencairan tahap pertama.

f. Pembayaran pada bulan ke-18 sejak pencairan tahap pertama.

g. Pembayaran pada bulan ke-21 sejak pencairan tahap pertama.

h. Pembayaran pada bulan ke-24 sejak pencairan tahap pertama.

i. Pembayaran pada bulan ke-27 sejak pencairan tahap pertama.

j. Pembayaran pada bulan ke-30 sejak pencairan tahap pertama.

k. Pembayaran pada bulan ke-33 sejak pencairan tahap pertama.

l. Pembayaran pada bulan ke-36 sejak pencairan tahap pertama.

m. Pembayaran pada bulan ke-39 sejak pencairan tahap pertama.

n. Pembayaran pada bulan ke-42 sejak pencairan tahap pertama.

o. Pembayaran pada bulan ke-45 sejak pencairan tahap pertama.

p. Pembayaran pada bulan ke-48 sejak pencairan tahap pertama.

q. Pembayaran pada bulan ke-51 sejak pencairan tahap pertama.

r. Pembayaran pada bulan ke-54 sejak pencairan tahap pertama.

s. Pembayaran pada bulan ke-57 sejak pencairan tahap pertama.

t. Pembayaran pada bulan ke-60 sejak pencairan tahap pertama.

u. Pembayaran pada bulan ke-63 sejak pencairan tahap pertama.

v. Pembayaran pada bulan ke-66 sejak pencairan tahap pertama.

w. Pembayaran pada bulan ke-69 sejak pencairan tahap pertama.

x. Pembayaran pada bulan ke-72 sejak pencairan tahap pertama.

y. Pembayaran pada bulan ke-75 sejak pencairan tahap pertama.

z. Pembayaran pada bulan ke-78 sejak pencairan tahap pertama.

aa. Pembayaran pada bulan ke-81 sejak pencairan tahap pertama.

bb. Pembayaran pada bulan ke-84 sejak pencairan tahap pertama.

(8)

8 (3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat

setiap tanggal 25 (dua puluh lima) pada bulan jatuh tempo.

Pasal 17

(1) Pembayaran kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dilakukan jika terjadi keterlambatan jatuh tempo pembayaran atas pokok pinjaman dan/atau bunga pinjaman.

(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada tahap pembayaran berikutnya.

Pasal 18

(1) Pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya dilaksanakan secara langsung, sesuai jadwal dan tepat waktu tanpa harus menunggu surat tagihan dari PIP.

(2) Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur, maka pembayaran dilaksanakan pada hari berikutnya.

BAB VIII

TATA CARA PELAPORAN PINJAMAN DAERAH Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah wajib menyampaikan laporan posisi komulatif pinjaman dan kewajiban setiap semester dalam tahun anggaran berjalan sesuai ketentuan peraturan perundangan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Gubernur melalui Sekretaris Daerah kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

BAB IX

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 20

(1) Dalam hal Pemerintahan Daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak Pemerintah Daerah.

BAB X

KEADAAN KAHAR Pasal 21

(1) Jika terjadi Keadaan Kahar, maka Pemerintah Daerah selambat-lambatnya 14 hari (empat belas) hari kerja wajib memberitahukan kepada PIP.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan secara tertulis dengan mencantumkan tentang keadaan kahar.

(3) Jika terjadi Keadaan Kahar, maka Pemerintah Daerah dan PIP segera

(9)

9 mengambil langkah untuk membahas keadaan dan akibat yang ditimbulkan oleh Keadaan Kahar dan mempertimbangkan cara-cara penyelesaian terbaik yang dapat ditempuh.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 22

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini, dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2015 NOMOR 29 Diundangkan di Mamuju

pada tanggal 19 Oktober 2015

Pj. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT,

ttd

H. MUH. JAMIL BARAMBANGI

Ditetapkan di Mamuju

pada tanggal 19 Oktober 2015

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

ttd

H. ANWAR ADNAN SALEH

Salinan Sesuai Dengan Aslinya Mamuju, tanggal

KEPALA BIRO HUKUM,

H. MUHAMMAD SARJAN, SH, M.Si Pangkat : Pembina Utama Madya NIP : 19560303 198703 1 007

Referensi

Dokumen terkait

- Hacking SAMBA pada suatu target Ubuntu Server untuk mendapatkan akses shell linux (Target Samba dalam kondisi ada yang dishare foldernya tanpa password dengan hak akses

Pengadilan Negeri Rote Ndao Kelas II merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum yang mempunyai tugas pokok yaitu menerima, memeriksa dan

Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan

Etika pengadaan merupakan pedoman seserorang dalam hal ini panitia pengadaan dan penyedia barang/jasa yang merupakan agen yang ditunjuk oleh principal yaitu masyarakat dalam

Usahatani kacang hijau merupakan suatu usahatani yang tidak terlepas kaitannya dengan pendapatan dan faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang hijau tersebut.

6erdasarkan uraian di atas# kami akan menganalisis tentang  pengendalian internal yang diterapkan pada !T Telkom "ndonesia# Tbk  berdasarkan kerangka kerja

- Tanggung jawab lainnya, pemangku jabatan dalam lingkup tugas pokok dan fungsinya mendampingi mitra-mitra pada domain Media, LSM, Komunitas, Kebijakan Pemerintah,

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Noma, dkk (2016) model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme dan pembelajaran aktif