• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES

MELLITUS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

PUTRI FATIMAH 131301036

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP 2017/2018

(2)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES

MELLITUS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

PUTRI FATIMAH 131301036

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA]

GENAP 2017/2018

(3)
(4)
(5)

i

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN Putri Fatimah1 dan Hasnida, Ph.D, Psikolog2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan 63 pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebagai subjek penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah The Hensarling’s Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan skala kepatuhan diabetes mellitus. Analisa data menggunakan pearson product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien diabetes mellitus memiliki dukungan keluarga yang tinggi dan disemua tipe dukungan keluarga mayoritas subyek penelitian memiliki hasil yang tinggi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus disebagian besar pasien diabetes mellitus berada pada katagori patuh.

Selanjutnya diharapkan untuk dilakukannya penelitian dengan metode kualitatif ataupun mixed design dan mempertimbangkan variabel lain.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Penatalaksanaan, Diabetes Mellitus

1 Mahasiswa Faktultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2 Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(6)

CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ADHERENCE TO DIABETES MELLITUS MANAGEMENT AMONG DIABETES MELLITUS PATIENTS AT DR. PIRNGADI GENERAL HOSPITAL

Putri Fatimah3 dan Hasnida, Ph.D, Psikolog4

ABSTRACT

The research aims to see the correlation between family support and adherence to diabetes mellitus management among diabetes mellitus patients at Dr. Pirngadi general hospital. This research used quantitative method with total 63 diabetes mellitus patient at Dr. Pirngadi general hospital. The measurement was conducted using The Hensarling’s Diabetes Family Support Scale (HDFSS) and diabetes mellitus adherence scale. The data was analyzed using pearson product moment. The results of this research show that there was correlation between family support and adherence to diabetes mellitus management among diabetes mellitus patients at Dr. Pirngadi general hospital. The result indicating that the majority of the subjects have high family support and high at all the type of family support. The results of this research also showed that at the majority of the subjects categorized as adhere to adherence to diabetes mellitus management.

The amount of received family support is related to adherence to diabetes mellitus management among diabetes mellitus patient. Therefore, further research with qualitative method or mixed design and consider another variable is needed.

Keywords : Family Support, Adherence to Management, Diabetes Mellitus

3 Mahasiswa Faktultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

4 Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan kemudahan yang senantiasa diberikan oleh-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Mama terhebat Hj Zainab Siregar, yang sepanjang waktu mendoakan, memberi dukungan dan nasehat untuk terus melakukan yang terbaik.

2. Bapak Zulkarnain, Ph D, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Hasnida, Ph D, Psikolog, selaku dosen pembimbing. Saya berterima kasih atas pembelajaran, bimbingan, kesabaran, nasehat serta waktu yang telah disediakan untuk saya dimulai dari seminar hingga penyelesaian skripsi ini 4. Ibu Josetta Maria R Tupattinaja, M.Si, Psikolog, selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan waktu, dan motivasi selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Raras Sutatminingsih, Ph.D, Psikolog dan ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan bimbingan serta arahan dalam memperbaiki skripsi ini.

(8)

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah membagi segala ilmu dan pembelajaran. Semoga saya dapat mengamalkan dan menerapkannya dengan baik.

7. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi bantuan.

8. Keluarga tercinta dr. Karmuddin Dalimunthe, Zailuddin Dalimunthe, Tengku Rovika Marcellina, S.E dan Winda Sari Siregar yang selalu menghibur, memberi semangat dan motivasi untuk terus berusaha tanpa kenal lelah.

9. Teman - teman yang selalu menyemangati Tri Yuspiani Lubis, Lindka Pertiwi S.Psi, Yolanda Noviasari Maramis, S.E, Dian Tiara Sari, S.AB, Evilda Syafitri, Adelina Samosir, S.E, untuk segala kebaikan yang telah dan akan dialami.

10. Seluruh rekan – rekan seperjuangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 (PSYUSU13) yang berbagi keceriaan dan semangat selama masa perkuliahan.

11. Seluruh pihak RSUD Dr. Pirngadi dan para responden penelitian yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada peneliti.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran untuk membangun skripsi ini menjadi lebih baik. Terima kasih.

Medan, 20 Agustus 2018

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK….. ... i

ABSTRACT……… ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

I.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Keluarga ... 11

2.1.1 Dukungan Sosial ... 11

2.1.2. Keluarga ... 14

2.2 Kepatuhan ... 16

2.2.1 Pengertian Kepatuhan ... 16

2.2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 17

2.3 Diabetes Mellitus ... 19

2.3.1 Pengertian Diabetes ... 19

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 19

2.3.3 Gejala Diabetes Mellitus ... 20

2.3.4 Diagnosis Diabetes Mellitus ... 21

2.3.5 Komplikasi Diabetes Mellitus ... 21

2.3.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 23

2.3.7 Masalah Psikologis Pada Pasien Diabetes Mellitus ... 26

2.4 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus ... 27

2.5 Kerangka Berpikir ... 29

2.6 Hipotesa Penelitian... 29

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Identifikasi Variabel ... 30

3.3 Definisi Operasional... 31

3.3.1 Dukungan Keluarga ... 31

3.3.2 Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 32

(10)

3.4 Populasi Dan Sampel ... 32

3.4.1 Populasi Penelitian ... 32

3.4.2 Sampel Penelitian ... 33

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5.1 The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) ... 33

3.5.2 Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus ... 36

3.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.7 Prosedur Penelitian... 39

3.7.1 Tahap Persiapan ... 39

3.7.2 Tahap Pelaksanaaan ... 39

3.7.3 Tahap Pengolahan Data... 40

3.8 Teknik Analisis Data ... 40

3.8.1 Uji Normalitas ... 40

3.8.2 Uji Linearitas ... 41

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 42

4.2 Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 48

4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 49

4.4.2. Hasil Uji Linearitas ... 49

4.3. Hasil Utama Penelitian ... 50

4.4. Hasil Tambahan Penelitian ... 52

4.4.1 Hubungan Antara Bentuk Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 52

4.4.2 Kategorisasi Hasil Penelitian ... 54

4.4.3 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan Gambaran Subjek ... 56

4.4.4 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan Berdasarkan Gambaran Subjek ... 64

4.5 Pembahasan... ... 71

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran… ... 85

5.2.1 Saran metodologis ... 85

5.2.2 Saran praktis ... 86 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint The Hensarling Diabetes Family Support Scale

(HDFSS) ... 32 Tabel 3.2. Kategorisasi Norma Nilai Kumulatif The Hensarling Diabetes

Family Support Scale (HDFSS) ... 33 Tabel 3.3 Kategorisasi Norma Nilai Dimensi The Hensarling Diabetes

Family Support Scale (HDFSS) ... 33 Tabel 3.4 Blueprint Kuesioner Kepatuhan Perawatan Penatalaksanaan

Diabetes ... 34 Tabel 3.5 Kategorisasi Norma Nilai Kuesioner Kepatuhan

Perawatan Penatalaksanaan Diabetes ... 34 Tabel 4.1 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,

Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Pendapatan per Bulan ... 43 Tabel 4.2 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan dan

Keluarga yang Tinggal Bersama ... 46 Tabel 4.3 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tahun Pertama

Didiagnosa, Jasa Layanan Kesehatan dan Jenis Farmakologi ... 48 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

Penataksanaan ... 49 Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 50 Tabel 4.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 51 Tabel 4.7 Hubungan Bentuk Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan ...

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 52 Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Kumulatif ... 54 Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Bentuk Dukungan Sosial ... 54 Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes

Mellitus ... 55 Tabel 4.11 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan Usia... 56 Tabel 4.12 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 57 Tabel 4.13 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Pendidikan Terakhir ... 57 Tabel 4.14 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Pekerjaan ... 58 Tabel 4.15 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Pendapatan Per Bulan ... 59 Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Status Perkawinan ... 60

(12)

Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Keluarga Yang Tinggal Bersama ... 61 Tabel 4.18 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Tahun Diagnosis ... 61 Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Layanan Jasa Kesehatan ... 62 Tabel 4.20 Perbandingan Jumlah Dukungan Keluarga Berdasarkan

Jenis Pengobatan ... 62 Tabel 4.21 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Usia ... 64 Tabel 4.22 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65 Tabel 4.23 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan pendidikan Terakhir ... 65 Tabel 4.24 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Pekerjaan ... 66 Tabel 4.25 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Pendapatan Per Bulan ... 67 Tabel 4.26 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Status Perkawinan ... 68 Tabel 4.27 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Keluarga Yang Tinggal Bersama ... 69 Tabel 4.28 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Tahun Diagnosis ... 69 Tabel 4.29 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Layanan Jasa Yang Digunakan ... 70 Tabel 4.30 Perbandingan Jumlah Kepatuhan Penatalaksanaan

Berdasarkan Jenis Pengobatan ... 71

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan validitas dan reliabilitas instrumen penelitan Lampiran 2 Pengolahan Data

Lampiran 3 Instrumen Penelitian Lampiran 4 Izin penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana tubuh tidak mampu memproduksi atau tidak menggunakan hormon insulin (insulin resistence) yang dihasilkan oleh pankreas dengan benar, sehingga mengakibatkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) dan dapat menyebabkan komplikasi akut maupun komplikasi kronis yang bisa mengenai seluruh organ tubuh penderitannya.

Secara klinis terdapat 4 tipe diabetes mellitus yaitu, diabetes mellitus tipe 1 yang disebabkan rusaknya sel beta dalam pankreas yang menyebabkan proses autoimun hingga terjadi penurunan produksi hormon insulin secara absolut dan pasien diabetes mellitus tipe 1 membutuhkan insulin dari luar tubuh untuk kelangsungan hidup. Tipe selanjutnya adalah diabetes mellitus tipe 2 yang disebabkan oleh kelainan metabolisme yang berasal dari faktor genetik, dalam proses perawatannya pasien diabetes mellitus tipe 2 tidak tergantung pada insulin dari luar tubuh kecuali pada keadaan tertentu. Tipe selanjutnya adalah diabetes mellitus tipe 3 atau disebut juga diabetes mellitus gestasional, tipe diabetes ini dialami pada ibu hamil dan akan pulih setelah melahirkan, penyebabnya adalah gangguan toleransi glukosa pada ibu hamil. Tipe terakhir adalah diabetes tipe lain, yang disebabkan penggunaan zat kimia tertentu, infeksi dan sindrom genetik yang berhubungan dengan diabetes mellitus.

(15)

2

Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) (2015), terdapat 415 juta penduduk di dunia yang mengalami diabetes mellitus, 81 juta pengidap diabetes mellitus di negara kawasan Asia Tenggara. Jumlah ini diprediksi akan meningkat dari 7,0 % menjadi 8,4% di tahun 2030. Lalu berdasarkan hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia, penderita diabetes mellitus di Indonesia yaitu sekitar 10 juta jiwa sehingga dari hasil tersebut menetapkan Indonesia berada di peringkat ke-6 dari 10 negara setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang dan Brazil dengan pasien diabates mellitus terbesar didunia. Di Sumatera Utara, menurut profil RSUD dr.Pirngadi Medan sepanjang Januari – Mei 2017 sebanyak 2897 pasien diabetes mellitus dari 18.334 pasien yang melakukan kunjungan rawat jalan ke RSUD dr.Pirngadi Medan. Penyakit diabetes mellitus menduduki peringkat kedua setelah low-back pain sebagai penyakit yang paling banyak melakukan kunjungan rawat jalan ke RSUD dr. Pirngadi Medan.

Riset dari World Health Organization (WHO) (2018) diabetes mellitus menewaskan 1,6 juta orang pada tahun 2016. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, diketahui juga bahwa proporsi kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan menduduki rangking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, diabetes mellitus menduduki rangking ke-6 yaitu 5,8%.

Tidak hanya komplikasi pada tubuh, pasien diabetes mellitus juga telah mengalami masalah psikologis dimulai sejak didiagnosa dokter, stres pada penderita diabetes akan meningkatkan kadar gula darah dan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus akan berujung pada komplikasi diabetes

(16)

3

(Dunning,2003). Selain stress pasien diabetes mellitus juga berisiko mengalami depresi. Hasil penelitian dari Meurs, Roest, Wolffenbuttel, Stolk, De Jonge dan Rosmalen (2015) menyatakan bahwa dibandingkan pada populasi pada umumnya, pasien diabetes mellitus lebih beresiko terhadap masalah fungsional dan gangguan psikologis seperti depresi, dan dua kali lipat lebih tinggi jika diderita oleh individu dengan diabetes mellitus dibanding penderita lain, karena penyakit diabetes mellitus dan depresi memiliki hubungan sebab akibat.

Depresi berkontribusi terhadap buruknya penyakit diabetes mellitus (komplikasi dan level hemoglobin (HbA1c) dan simtom diabetes mellitus seperti neuropati dan kelelahan dapat menghasilkan depresi episode berulang (Kinder, Katon, Ludman, Russo, Simon, & Lin, 2006). Selain itu, simtom depresi yang nantiya akan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner pada pasien diabetes mellitus (Kinder, Kamarack, Baum dan Orchad, 2002). World Federation for Mental Health (WFMH) (2010) mengestimasi satu diantara empat pasien diabetes

mellitus mengalami depresi dan perkembangan depresi berlipat ganda, bahkan meningkatkan angka kematian sebesar 30% pada pasien diabetes mellitus.

Gambaran klinis diabetes mellitus berlangsung lama dan progresif sehingga tidak terdeteksi sejak dini dan juga gambaran klinis yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti trias diabetes mellitus, yaitu poliuria (sering berkemih), polidipsi (banyak minum) dan polifagia (banyak makan) sehingga banyak pasien menganggap remeh terhadap gejala tersebut (Sylvia & Lorraine, 2005). Gambaran klinis diabetes mellitus sering diremehkan dan tidak dapat

(17)

4

disembuhkan, kondisi ini membuat pasien bosan atau jenuh sehingga banyak dari pasien diabetes mellitus tidak patuh terhadap pengobatan (Waspadji, 2007).

Mematuhi dan rutin menjalankan serangkaian kegiatan pada dasarnya bukan hal yang mudah untuk dijalankan jika tanpa dukungan dari orang lain.

Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga untuk mempertahankan perubahan tersebut.

Dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan (Adherence) mengacu kepada perilaku individu sepadan dengan apa yang dianjurkan oleh praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber seperti brosur kesehatan atau kampanye media massa yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya. pasien diabetes mellitus harus patuh terhadap penatalaksanaan diabetes mellitus.

Berdasarkan buku yang diterbitkan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2011) Penatalaksanaan diabetes mellitus betujuan untuk menekan kadar gula darah hingga batas normal dan dalam prosesnya sendiri membutuhkan intervensi seumur hidup yang membutuhkan supervisi medis berkelanjutan.

Menurut PERKENI (2011) Penatalaksanaan diabetes mellitus yakni terapi nutrisi medis, latihan jasmani dan terapi farmakologis. Penelitian yang dilakukan oleh Delameter (2006) menyarankan bahwa pasien diabetes mellitus harus mematuhi kiat kiat penatalaksanaannya seperti, melakukan hidup sehat,

(18)

5

melakukan pengobatan secara rutin, mengkonsumsi obat, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil instruksi.

Pengelolaan diabetes mellitus tanpa penyulit dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa yang diharapkan belum tercapai maka dilakukanlah intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral atau suntikan insulin. Pada suatu kondisi tertentu obat hipoglikemik oral bisa diberi segera secara tunggal ataupun dikombinasi, sesuai dengan indikasi.

Penderita diabetes yang berpotensi mengalami komplikasi diabetes mellitus, atau penderita diabetes mellitus dengan glukosa darah yang sukar dikendalikan atau penderita diabetes yang telah terkena komplikasi diabetes mellitus harus secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di rumah sakit rujukan setelah itu, Pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer setelah penanganan di rumah sakit rujukan selesai (PERKENI, 2011). Beberapa pasien diabetes mellitus mencoba untuk mengikuti perwawatan yang disarankan, namun mereka tidak selalu berhasil hal disebabkan buruknya pengetahuan pasien mengenani penyakit dan perawatan yang disarankan dan rendahya dukungan sosial((Rothman, Dewalt, Malone, Bryant dan Shintani, 2004) dalam Sarafino, 2011).

Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada

(19)

6

individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Disesuaikan dengan budaya Indonesia yang kolektif, dukungan sosial sangatlah dibutuhkan terutama dalam kondisi sakit.

Salah satu kelompok sosial terdekat yang menjadi sumber dukungan sosial bagi individu adalah keluarga (Friedman, 2004). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Menurut Haire-Joshu (1992) keluarga merupakan kelompok sosial yang paling sering disebutkan dalam konteks diabetes mellitus. Dukungan keluarga merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan diabetes mellitus (Haas, 2006 ; Epple, Wright, Joish, dan Bauer (2003) dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glasgow, Toobert, dan Gillette (2001) anggota keluarga membantu pasien diabetes mellitus memelihara kepatuhan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia, Nurchayati dan Elita (2014) terdapat tiga faktor yang memengaruhi keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien diabetes mellitus yang sedang dalam menjalani diet yaitu faktor tingkat pengetahuan keluarga, praktik dikeluarga dan faktor tingkat sosial ekonomi keluarga.

(20)

7

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Sulistyarini (2013) menyatakan bahwa dukungan keluarga yang baik membuat pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap menjadi termotivasi untuk menjalani pola makan seimbang. Kemampuan keluarga dalam mewujudkan dukungan keluarga baik secara dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian mendorong pasien diabetes mellitus untuk mengkonsumsi diet makanan yang disediakan oleh rumah sakit.

Penelitian tersebut bertolak beakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Paramanitya, dan Wahyuningsih (2015) yang menunjukkan bahwa baik tingkat pengetahun maupun dukungan keluarga tidak berhubungan dengan kepatuhan menjalani diet pada penderita dabetes mellitus. Penelitian lain yang juga bertolak belakang yakni penelitian yang dilakukan oleh Subari (2008) yang membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifn penderita diabetes mellitus dalam mengikuti kegiatan

Masih adanya penelitian yang saling bertolak belakang terkait dukungan keluarga dan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus, dan belum adanya penelitian yang dilakukan terhadap dukungan keluarga dan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus secara menyeluruh. Untuk itu, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr.

Pirngadi Medan.

(21)

8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus RSUD Dr. Pirngadi Medan.”

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis.

Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Klinis dan Psikologi Kesehatan

2. Manfaat praktis.

Kepada anggota keluarga pasien diabetes mellitus diharapkan dapat memberikan dukungan sosial kepada pasien Diabates Mellitus

A. Kepada pasien diabetes meliitus diaharapkan dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan diabetes mellitus pasien.

(22)

9

B. Kepada instansi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran menegenai dukungan sosial pasien diabetes.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan psikoedukasi dan dukungan sosial.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek dan sampel penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, metode analisis data, dan prosedur pelaksanaan

Bab IV : Analisis data dan pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana gambaran serta hubungan antara dua variabel dengan menggunakan analisis statistik. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai interpretasi data dan diuraikan dalam pembahasan

(23)

10

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari peneliti berdasarkan hasil penelitian dan saran bagi pihak lain berdasarka hasil yang diperoleh.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dukungan Keluarga

2.1.1 Dukungan Sosial

2.1.1.1 Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Taylor, Peplau, & Sears (2000) dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana seorang individu memberikanbantuan pada individu lain. Dukungan sosial adalah informasi, pengetahuan dan nasihat yang dapat membantu individu untuk memahami lingkungannya (Rodriguez, 1991)

Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial merujuk kepada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain ataupun kelompok. Sumber dukungan dapat berasal dari pasangan keluarga, teman, praktisi medis dan komunitas. Individu dengan dukungan sosial merasa bahwa dirinya dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari jaringan sosial yang dapat memberi bantuan pada saat dibutuhkan (Sarafino, 2011)

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas, maka disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah pemberian rasa nyaman, perhatian penghargaan dan bantuan yang diterima individu dari orang lain ataupun kelompok yang dapat membantu individu untuk memakami lingkungannya.

(25)

2.1.1.2 Tipe – Tipe Dukungan Sosial

Sarafino (2011) membedakan dukungan sosial kedalam empat tipe yaitu :

1. Dukungan emosional atau penghargaan. Dukungan yang merujuk kepada empati, kepedulian atau perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa nyaman, dan merasa dicintai saat ia mengalami tekanan atau stress.

2. Dukungan Instrumental. Dukungan berupa bantuan secara langsung yang merujuk kepada pemberian layanan atau materi.

3. Dukungan informasional. Dukungan berupa memberi nasihat, arahan, saran atau umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh individu.

4. Dukungan pertemanan. Dukungan yang merujuk kepada kebersediaan seseorang untuk menghabiskan waktu bersama dengan demikian dapat memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok individu yang berbagi ketertarikan dan aktivitas sosial.

2.1.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempegaruhi Dukungan Sosial

Menurut Stanley (2012) faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial yaitu :

1. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik merujuk kepada sandang, dan pangan. Apabila kebutuhan fisik seseorang tidak tercukupi maka akan berpengaruh terhadap pemberian dukungan sosial.

(26)

2. Kebutuhan sosial

Kebututuhan sosial merujuk kepada pengakuan sosial, pengakuan sosial bermaksud untuk lebih kenal di lingkungannya. Keinginan untuk diakui di kehidupan sosial akan berpengaruh terhadap pemberian dukungan sosial.

3. Kebutuhan psikis

Kebutuhan psikis merujuk pada rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Idividu dengan kebutuhan psikis yang tinggi akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.

2.1.1.4 Dukungan Sosial Dalam Kesehatan

Sarafino (2011) menyatakan bahwa terdapat dua model hipotesis yang menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempegaruhi kesehatan, yaitu :

1.The buffering hypothesis

Model ini menyatakan bahwa dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek- efek negatif dari tingkat stres yang tinggi, Model ini bekerja dengan dua cara, yaitu :

a. Pada saat menghadapi stressor yang kuat, individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi melihat situasi tersebut tidak sebagai situasi yang penuh stress, berbeda dengan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah.

(27)

b. Dukungan sosial dapat merubah respon seseorang terhadap stressor yang telah diterima sebelumnya. Individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan meminta seseorang untuk memberikan solusi terhadap masalahnya, atau melihat masalah sebagai suatu yang tidak terlalu penting, atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.

2. The direct effect hypothesis

Model ini menyatakan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis terlepas dari tinggi atau rendahnya tingkatan stress yang dialami. Model ini juga menyatakan bahwa individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa ia tersebut dicintai dan dihargai.

2.1.2 Keluarga

2.1.2.1 Pengertian Keluarga

U.S Bureau of the Census (2005) mendefinisikan sebuah keluarga sebagai sebuah kelompok dari dua orang atau lebih yang berhubungan melalui kelahiran, pernikahan ataupun adopsi dan tinggal bersama. Menurut Winch dalam DeGenova (2008) sebuah keluarga adalah sekelompok orang yang memiliki hubungan satu sama lain melalui darah, pernikahan, adopsi dan dasar fungsi sosial. Serupa dengan itu Burgess dan Locke (1953) mendefinisikan keluarga sebagai sekumpulan orang yang bersatu oleh tali pernikahan,darah, adopsi yang memutuskan tinggal dalam satu rumah dan berkomunikasi satu sama lain dalam perspektif sosial mereka.

(28)

Menurut DeGenova (2008) Keluarga adalah sekumpulan orang yang dipersatukan oleh tali pernikahan, darah, adopsi atau hubungan sexual, yang saling bekerja sama untuk saling mendukung, memutuskan untuk memiliki hubungan interpersonal yang intim, anggota melihat dirinya sebagai bagian dari grup dan grup memiliki identitasnya sendiri. Lalu Friedman (2003) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas maka disimpulkan pengertian keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang yang dipersatukan oleh hubungan pernikahan, hubungan darah, adopsi dan mereka hidup dalam satu rumah dn berinteraksi satu sama lain dan saling bekerja sama untuk saling mendukung.

2.1.2.2 Tipe Tipe keluarga

Menurut Friedman (2003) keluarga terdiri dari beberapa tipe yaitu :

1. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (anak kandung atau anak angkat).

2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi.

3. Keluarga dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

(29)

4. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (anak kandung atau anak angkat).

5. Keluarga usia lanjut (usila), yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.

6. Blended family yaitu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing masing sudah pernah menikah dan membesarkan anak mereka dalam keluarga tersebut.

7. Three generation family yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, ayah, ibu, dan anak dalam suatu rumah.

8. Single adult living alone yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang individu dewasa tanpa adanya angora teluarga yang lain.

2.2 Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan (Adharence) mengacu kepada situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa

Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya:

minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana. Sedangkan

(30)

Sarafino (2011) mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang sesuai anjuran tim medis

Taylor (2007), mendefinisikan kepatuhan terhadap pengobatan adalah perilaku yang menunjukkan sejauh mana individu mengikuti anjuran yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit. Dan Delameter (2006) mendefinisikan kepatuhan sebagai upaya keterlibatan aktif, sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap perilaku yang mendukung kesembuhan

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas, maka disimpulkan bahwa kepatuhan adalah perilaku seseorang untuk melaksanakan segala anjuran yang disarankan oleh praktisi kesehatan guna mendukung kesehatan.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan yaitu:

1) Usia

Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini berkaitan dengan pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin matang.

(31)

2) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa penddikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari dimana setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau imbalan baik berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan orang tersebut.

4) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi kepatuhan seseorang.

5) Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah hidup dalam suatu rumah

(32)

tangga berinteraksi satu sama lain, dan mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari keluarga dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut.

2.3 Diabetes Mellitus

2.3.1 Pengertian Diabetes

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 (dalam PERKENI, 2011) diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

PERKENI (2011) menyatakan bahwa terdapat 4 klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus yaitu :

1. Diabetes Mellitus tipe 1. Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis diabetik.

2. Diabetes Mellitus tipe 2. Tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin namun insulin yang di produksi kurang sempurna dikarenakan adanya resistensi insulin,

3. Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes MellitusG), merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan.

(33)

4. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan Diabates Mellitus.

2.3.3 Gejala Diabetes Mellitus

Menurut PERKENI (2011) terdapat 2 jenis keluhan yang ditemukan pada penyandang diabetes mellitus

1. Keluhan klasik diabetes melitus atau disebut juga dengan “Trias Diabetes Mellitus” yaitu

a. Poliuria atau tingginya frekuensi buang air kecil (terutama dimalam hari) yang disebabkan kadar glukosa darah berlebihan dan merangsang tubuh untuk mengeluarkannya melalui ginjal bersamaan dengan urin.

b. Polidipsi atau tingginya frekuensi minum yang disebabkan reaksi tubuh dari poliuria. Guna menghindari tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) maka muncullah respon rasa haus.

c. Polifagia atau tingginya frekuensi makan yang disebabkan respon tubuh yang kehilangan glukosa darah akibat poliuria (meski kadar guladarah dalam tubuh masih tinggi). Maka dari itu rasa lapar timbul untuk mendorong penderita untuk mengkonsumsi makanan guna menambah glukosa darah.

2. Keluhan lainnya seperti kelelahan, berkurangnya massa otot dan turunnya berat badan, infeksi berulang, penyembuhan luka yang sulit, gangguan penglihatan, kesemutan, gatal, kandidiasis vagina berulang pada wanita dan disfungsi ereksi pada pria

(34)

2.3.4 Diagnosis Diabetes Mellitus

Dalam PERKENI (2011) Diagnosis Diabetes Mellitus ditegakkan melalui tiga cara yaitu :

1. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu. Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan apabila ditemukannya keluhan klasik dan kadar glukosa darah normal (diambil pada waktu acak atau dua jam sesuah makan) ≥200 mg/dl

2 Pemeriksaan fisik bersama pemeriksaan glukosa plasma puasa. Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan apabila ditemukannya keluhan klasik dan kadar glukosa pada waktu puasa ≥126 mg/dl (puasa yang dimaksudkan adalah tidak mendapatkan asupan makanan selama 8 jam)

3. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Diagnosis diabetes mellitus ditegakakkan apabila kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL.

2.3.5 Komplikasi Diabetes Mellitus

Menurtu PERKENI (2011) secara global komplikasi kronis Diabetes Mellitus dibagi dua yaitu

1. Komplikasi akut atau keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada masa perjalanan penyakit Diabetes Mellitus

a. Hipoglikemia. Hipoglikemia adalah suatu keadaan kadar glukosa darah turun di bawah 50-60mg/dl. Keadaan tersebut terjadi akibat pemberian insulin dan sulfonilurea yang berlangsung lama. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala

(35)

juga gejala neuro-glikopenik seperti, pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma.

b. Hiperosmolar non ketotik (HNK). Peningkatan kadar glukosa yang tinggi hingga mengakibatkan osmolaritas plasma yang meningkat, diuresis osmotik dan dehidrasi berat, menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran.

c. Ketoasidosis diabetik (KAD). Komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton.

2. Komplikasi kronis. komplikasi yang yang menyerang secara perlahan dan menahun

a. Makroangiopati

1) Penyakit jantung Diabetes Mellitus merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan hipertensi meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.

2) Penyakit arteri perifer (pembuluh darah tepi). Penyakit yang sering terjadi pada penyandang diabetes. Kelainan pertama yang muncul akibat penyakit ini adalah ulkus iskemik kaki.

(36)

b. Mikroangiopati

1) Masalah pada mata (retinopati) Terjadi karena adanya perubahan pembuluh darah kecil ke retina.

2) Gangguan fungsi ginjal (nefropati) Komplikasi nefropati pada Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sehingga memerlukan tindakan cuci darah atau transplantasi ginjal. Resiko untuk terjadinya gagal ginjal pada penderita Diabetes Mellitus tujuh kali lebih besar daripada bukan Diabetes Mellitus. Nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi diantara semua komplikasi Diabetes Mellitus.

3) Neuropati. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal. Dan berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari.

2.3.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Dalam dunia kesehatan pengertian penatalaksanaan adalah perawatan yang diberikan guna menyelesaikan masalah klinis. Penatalaksanaan diabetes mellitus bertujuan untuk menekan kadar glukosa darah hingga mencapai kadar normal.

Penatalaksanaan diabetes mellitus dimulai dengan pengaturan makan dan laihan jasmani selama dua hingga empat minggu, namun jika kadar glukosa darah belum mencapai target maka diperlukan intervensi farmakologis baik secara oral maupun suntikan ataupun gabungan dari keduanya.

(37)

1. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes mellitus secara menyeluruh. Terapi ini mengharuskan pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan teratur dalam hal jadwal makan, kecukupan gizi yang baik dan jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat hipoglikemik oral atau insulin.

Jadwal makan untuk TNM dibagi atas dalam 3 Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%). Pembagian porsi tersebut disesuaikan dengan kebiasaan pasien untuk kepatuhan pengaturan makanan yang baik.

2. Latihan Jasmani

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya selain menjaga kebugaran tubuh juga akan menurunkan berat badan dan menurunkan sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical,interval, progressive, endurance training). Latihan jasmani yang

disarankan adalah sepertiyang bersifat aerobikberjalan kaki biasa, berjalan cepat, jogging, bersepeda santai dan berenang. disesuaikan dengan usia, kemampuan dan status kesegaran jasmani.

(38)

3. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan terapi nutrisi medis dan latihan jasmani. Terapi farmakologis diabetes mellitus dapat dibetikan secara oral atau suntikan.

a. Obat hipoglikemik oral

Pemberian OHOdimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dan dapat diberikan sampai dosis optimal. Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi lima golongn yaitu :

a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):sulfonilurea dan glinid

b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformindan tiazolidindion (pioglitazon)

c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambatglukosidase alfa.

e. DPP-IV inhibitor

b. Suntikan

1) Insulin

Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin, dengan demikian insulin dari luar tubuh harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tipe 2, insulin diberikan sebagai terapi jangka panjang

(39)

untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya

Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan), dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.

Penyuntikan insulin dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

2) Agonis GLP-1

Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakanpendekatan baru untuk pengobatan diabetes mellitus. Agonis GLP-1dapat bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin untuk tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatanberat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan denganinsulin ataupun sulfonilurea.

2.3.7 Masalah Psikologis pada Pasien Diabetes Mellitus

Menurut Hanas dan Fox (2007) terdapat beberapa masalah psikologis yang pada pasien diabetes mellitus yaitu :

1. Kecemasan

Kecemasan yang terjadi pada diabetes mellitus disebabkan oleh penjagaan kadar glukosa darah dan resiko akan komplikasi yang akan diderita seperti gagal ginjal dan jantung koroner. Kecemasan ini lambat laun akan bertambah seiiring dengan lama penyakit diabetes mellitus yang diderita.

(40)

2. Depresi

Depresi yang dialami pasien diabetes mellitus terkait dengan disabilitas fungsional, dimana pasien tidak bisa melakukan aktifitas secara rutin dan keharusan merubah gaya hidupnya. Depresi pada individu yang buka pasien diabetes mellitus menyebabkan tiga kali lipat resiko disabilitas sedangkan Kombinasi akibat depresi dan diabetes mellitus menyebabkan tujuh kali lipat meningkatkan resiko disabilitas.

3. Eating Disorder

Eating disorder atau gangguan makan pada pasien diabetes mellitus dikaitkan dengan perilaku makan (polifagia) hingga menyebabkan tubuh memiliki berat badan yang berlebih dan menyebabkan obesitas.

2.4 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Perawatan pada Pasien Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi. Peningkatan kadar glokosa darah secara drastis disebabkan kerusakan atau tidak diproduksinya insulin dari dalam tubuh. Pasien diabetes mellitus pastinya mengalami beberapa keluhan klinis seperti : Poliuria (banyak buang air kecil), polidipsia (banyak minum), polifagia(banyak makan) serta kelelehan, berkurangnya massa otot , sulitnya penyembuhan luka, gangguan penglihatan dan masalah kelamin.

Tujuan perawatan Diabetes Mellitus adalah menekan kadar glukosa darah

(41)

2006). Penatalaksanaan diabetes mellitus yang utama adalah terapi nutrisi medis atau diet, selanjutnya adalah dengan latihan jasmani dan terakhir adalah terapi farmakologis, terapi farmakologis diberikan apabila diet dan olahraga tidak cukup bisa menurunkan kadar glukosa darah (PERKENI, 2011).

Penelitian Waspadji (2007) menunjukkan masih banyak pasien diabetes mellitus yang tidak patuh dengan tidak melakukan penatalaksanaan diabetes mellitus. Padahal ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi yang akan memperparah kondisi kesehatan pasien (Waspadji, 2007).

Maka dari itu pasien haruslah mematuhi dan melakukan perawatan secara rutin yang tentu saja tidak mudah dihadapi sendirian. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pasien diabetes mellitus mengakui bahwa dalam proses perawatan pasien mengalami beberapa keterpurukan dan membutuhkan dukungan baik secara moril maupun materil.

Secara teori dukungan terbagi atas empat jenis yaitu, dukungan emosinal berupa empati dan kepedulian, dukungan instrumental berupa pemberian materi dan pelayanan, dukungan informasional berupa pemberian nasehat dan saran serta dukungan pertemanan berupa kesedian untuk mendampingi (Sarafino, 2011)

Sumber dukungan yang terdekat dari individu adalah keluarga (Sarafino, 2011) dan keluarga jugalah yang menjadi kelompok pertama dan utama dalam manajemen diabetes mellitus karena perilaku anggota keluarga akan menjadi prediktor perilaku anggota keluarga lainnya berdasarkan peran dan hubungan

(42)

Dukungan Keluarga (Sarafino, 2011) Dukungan Emosional Dukungan Informasional Dukungan Instrumental Dukungan Pertemanan

Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (PERKENI, 2011) Terapi Nutrisi Medis Latihan Jasmani Terapi Farmakologis

didalam keluarga dan juga dorongan emosional didalam keluarga memanifestasi perubahan perubahan para anggota keluarganya.

Penelitian yang dilakukan oleh Senuk, Supit dan Kanibala (2013) membuktikan bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan dengan kepatuhan menjalankan diet diabetes mellitus, dan juga penelitian dari Khasanah (2017) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga deng kepatuhan melakukan kegiatan jasmani pada penderita diabetes mellitus di uskesmas baki sukoharjo. Namun Penelitian dari Astuti, Paramanitya dan Wahyuningsih membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani diet diabetes mellitus di puskesmas kasihan II di Bantul Yogyakarta.

2.5 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesa Penelitian

Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian kuatitatif berlandaskan pada filsafat positivime digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk penelitian assosiatif.

Menurut Sugiyono (2017) penelitian assosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan begitu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus.

3.2 Identifikasi variabel

Menurut Sugiyono (2017) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini, adalah :

Variabel bebas: Dukungan Keluarga

Variabel tergantung: Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

(44)

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Dukungan keluarga

Merujuk dari teori yang dikemukakan oleh Sarafino (2011) dukungan keluarga adalah sikap dan perilaku keluarga yang bersifat mendukung terhadap proses perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Mellitus.

Dimensi dukungan keluarga mencakup :

1. Emosional, peran keluarga dalam memahami kondisi pasien dan memberikan perhatian, cinta, motivasi dan semangat

2. Informasional, peran keluarga dalam memberikan nasihat, saran masukan mengenai penyakit diabetes mellitus

3. Instrumental, peran keluarga dalam penyediaan dana kesehatan, waktu dan tenaga dalam mengupayakan perawatan dan penyediaan dalam konsumsi diet makanan dan obat

4. Pertemanan, peran keluarga dalam menemani pasien ketika menjalani pengobatan dan menghadiri pertemuan guna mengetahui informasi dan penanganan terkait diabetes mellitus

Pengukuran terhadap dukungan keluarga dilakukan dengan alat ukur Hensarling’s Diabetes Family Support Scale (HDFSS). Instrumen ini melihat persepsi pasien diabetes mellitus terhadap dukungan yang diberikan keluarganya, Total skor dari instrument ini menunjukkan semakin tinggi skor instrumen ini

(45)

maka semakin tinggi persepsi dukungan keluarga yang diterima oleh pasien diabetes mellitus

3.3.2 Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Merujuk dari definisi kepatuhan yang dikemukakan oleh Kozier (2010) dan penatalaksanaan diabetes mellitus oleh PERKENI (2011) Kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus adalah perilaku pasien diabetes mellitus untuk selalu melakukan diet, olahraga fisik, mengkonsumsi obat, dan penggunaan insulin sesuai anjuran dokter secara tertib dan teratur.

Pengukuran terhadap kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus dilakukan dengan alat ukur Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus. Instrumen ini melihat kemampuan pasien diabetes mellitus dalam memenuhi penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu : diet, olahraga dan farmakologi. Total skor dari instrument ini menunjukkan semakin tinggi skor instrumen ini maka semakin patuh pasien diabetes mellitus terhadap penatalaksanaannya.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus yang melakukan kunjungan rawat jalan di RSUD dr.Pirngadi Medan.

(46)

3.4.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus yang melakukan kunjungan rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sejumlah 63 orang.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti memilih sampel penelitian dengan menggunakan Sampling Insidental dimana teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017) . Pada penelitian ini sampel diambil secara kebetulan pada pasien Diabetes Mellitus yang melakukan kunjungan rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua instrumen untuk mengumpulkan data yaitu :

3.5.1 The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)

The Hensarling’s Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dikembangkan oleh Hensarling (2006) yang bertujuan untuk mengukur persepsi pasien Diabetes Mellitus terhadap dukungan keluarga yang diterimanya. Instrument ini berbentuk skala likert dengan 24 aitem yang telah mencakup keseluruhan dimensi dukungan

(47)

menurut Sarafino (2011) yaitu emosional, informasional, instrumental dan pertemanan.

Subjek diberikan lima alternative pilihan yaitu Selalu, Sering, Terkadang, Jarang dan Tidak Pernah. Skor aitem untuk pilihan Selalu = 4, pilihan Sering = 3, pilihan Terkadang = 2, pilihan Jarang = 1, dan pilihan Tidak Pernah = 0. Total skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi maka semakin tinggi level persepsi pasien diabetes mellitus terhadap dukungan keluarga yang diterimanya.

Dan skor tertingginya adalah 96 dan skor terendahnya adalah 0.

Tabel 3.1 Blueprint The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa The Hensarling Diabetes Family Support Scale memiliki empat dimensi dengan jumlah aitem sebanyak 24. Dukungan emosional memiliki sembilan aitem yakni pada aitem nomor 3, 4, 5, 6, 7, 12, 21, 22 dan 23. Selanjutnya dukungan informasional memiliki tujuh aitem yakni pada aitem nomor 8,10,11,14,15,16 dan 20. Lalu pada dukungan instrumental terdapat enam aitem yakni pada nomor 9,13,17,18,19 dan 24 dan terakhir pada dukungan pertemanan yang memiliki dua aitem yakni pada nomor 1 dan 2.

Dukungan Aitem Jumlah

Emosional 3,4,5,6,7,12,21,22,23 9

Informasional 8,10,11,14,15,16,20 7

Instrumental 9,13,17,18,19,24 6

Pertemanan 1, 2 2

Total 24

(48)

Tabel 3.2. Kategorisasi Norma Nilai Kumulatif The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)

Tabel 3.2 menunjukkan The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) memiliki dua kategori dalam kategoriasi norma nilai kumulatif yaitu tinggi dan rendah. Kategori tinggi memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 48 – 96 dan kategori rendah memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 0 – 47.

Tabel 3.3 Kategorisasi Norma Nilai Dimensi The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)

Emosional Informasional Instrumental Pertemanan

Tinggi 18 – 36 14 – 28 12 – 24 4 – 9

Rendah 0 – 17 0 – 13 0 – 11 0 – 3

Tabel 3.3 menunjukkan The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) empat dimensi dan masing masing dimensi memiliki dua kategori dalam kategoriasi norma nilai dimensi yaitu tinggi dan rendah. Pada dukungan emosional dengan kategori tinggi memiliki nilai yang berada pada rentang 18 – 36 dan kategori rendah memiliki nilai yang berada pada rentang 0 – 17, lalu pada dukungan informasional dengan kategori tinggi memiliki nilai yang berada pada rentang 14 – 28 dan kategori rendah memiliki nilai yang berada pada rentang 0 – 13, selanjutnya pada dukungan instrumental dengan kategori tinggi memiliki nilai yang berada pada rentang 12 - 24 dan kategori rendah memiliki nilai yang berada

Rentang Nilai Kategori

48 – 96 Tinggi

0 – 47 Rendah

(49)

tinggi memiliki nilai yang berada pada rentang 4 – 9 dan kategori rendah memiliki nilai yang berada pada rentang 0 – 3.

3.5.2 Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus

Kuesioner kepatuhan diabetes mellitus ini dibuat oleh Yuni Ramadhani (2014) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan perawatan diabetes mellitus, dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada tiga jenis penata laksanaan yaitu terapi nutrisi medis, laihan jasmani dan terapi farmakologi.

Kuesioner ini berbentuk skala likert terdiri dari 18 aitem dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu “tidak pernah” “jarang” “sering” dan “selalu”.

Bobot skor untuk aitem favourable adalah pilihan jawaban “tidak pernah” dengan skor = 1, pilihan jawaban “jarang” dengan skor = 2, pilihan jawaban “sering”

dengan skor = 3, pilihan jawaban “selalu” dengan skor = 4. Bobot skor untuk aitem unfavourable adalah pilihan jawaban “tidak pernah” dengan skor = 4, pilihan jawaban “jarang” dengan skor = 3, pilihan jawaban “sering” dengan skor = 2, pilihan jawaban “selalu” dengan skor = 1. Skor tertinggi dari kuesioner kepatuhan perawatan penatalaksanaan adalah = 72 dan skor terendah adalah = 18.

Tabel 3.4 Blueprint Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus

Dimensi Pernyataan

Total Favorable Unfavorable

Diet 4, 5, 6, 8, 9, 12, 17 2, 13, 16 10

Latihan Jasmani 7, 10 15 3

Farmakologi 1, 14, 15, 18 3 5

Jumlah 13 5 18

(50)

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus memiliki tiga dimensi dengan jumlah aitem sebanyak 18 yang terbagi kedalam dua pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Dimensi diet memiliki 10 aitem, yaitu aitem nomor 4, 5, 6, 8, 9, 12 dan 17 untuk aitem dengan pernyataan favorable dan aitem nomor 2, 13, 16 untuk aitem dengan pernyataan Unfavorable. Selanjutnya Dimensi latihan jasmani memiliki 3 aitem, yaitu aitem

nomor 7 dan 10 untuk aitem dengan pernyataan favorable dan aitem nomor 15 untuk aitem dengan pernyataan Unfavorable. Dimensi farmakologi memiliki 5 aitem, yaitu aitem nomor 1, 14, 15, dan 18 untuk aitem dengan pernyataan favorable dan aitem nomor 3 untuk aitem dengan pernyataan Unfavorable.

Tabel 3.5 Kategorisasi Norma Nilai Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus

Tabel 3.5 menunjukkan Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus memiliki dua kategori dalam kategoriasi norma nilai yaitu patuh dan tidak patuh. Kategori patuh memiliki nilai yang berada pada rentang 36 - 72 dan kategori rendah memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 18 - 35.

3.6 Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana skala tersebut dapat menghasilkan data yang akurat dan cermat sesuai dengan tujuan ukurnya. Menurut Sugiyono

Rentang Nilai Kategori

36 – 72 Patuh

18 – 35 Tidak Patuh

(51)

mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reiabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2017)

Hensarling (2009) telah pengukuran ulang terhadap validitas dan reliabilitas The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan mendapatkan hasil validitas isi sebesar 1.00, dan dari hasil pengukuran ini mendukung internal consistency The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dengan mean korelasi antar aitem sebesar 0.52, skor korelasi total aitem antara 0.49 hingga 0.87 dan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.96.

Pengukuran Reliabilitas Kuesioner perawatan diabetes Mellitus telah dilakukan pada penelitian sebelumnya, dan menunjukkan bahwa kuesioner tersebut valid dan reliabel. Dengan nilai validitas konten >0,93 dan nilai reliabilitas kuesioner ini adalah = 0,923 (> 0,68).

Dalam penelitian ini uji coba alat ukur dilakukan pada skala dukungan keluarga (Hensarling’s Diabetes Family Support Scale) dan skala kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada 10 orang. Hasil Analisis alat ukur skala dukungan keluarga (Hensarling’s Diabetes Family Support Scale) memnunjukkan bahwa 24 aitem memiliki koefisien korelasi yang bergerak dari 0,638 sampai 0,899 dengan nilai cronbach alpha 0,964 (Tergolong tinggi). Untuk hasil analisis alat ukur skala skala kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus memnunjukkan bahwa 18 aitem memiliki koefisien korelasi yang bergerak dari 0,507 sampai 0,956 dengan nilai cronbach alpha 0,971 (Tergolong tinggi).

(52)

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

3.7.1 Tahap persiapan

Peneliti meminta izin kepada Janice Hensarling melalui e-mail untuk menggunakan The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) sebagai alat ukur dalam penelitian ini dan meminta izin untuk melakukan translasi kedalam bahasa Indonesia. Selanjutnya peneliti juga meminta izin kepada Yuni Ramadhani untuk menggunakan Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Namun, peneliti tidak mendapat jawaban dari Janice Hensarling dan Yuni Ramadhani.

Setelah melalui proses translasi The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan Kuesioner Kepatuhan Perawatan Diabetes Mellitus diberikan kepada beberapa orang pasien Diabetes Mellitus yang tidak termasuk kedalam subjek penelitian ini untuk dimintai tanggapannya.

3.7.2 Tahap pelaksanaaan

Pada tahap ini peneliti memberikan informed concent, Lembar informasi umum, The Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan Kuesioner Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terhadap pasien pasien Diabetes Mellitus yang melakukan kunjungan rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUD Dr.

Pirngadi Medan.

(53)

3.7.3 Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari masing-masing subjek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analsis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik (Sugiyono, 2017). Penelitian assosiatif dengan data interval atau rasio uji statistika yang digunakan adalah korelasi product moment dengan bantuan SPSS 22.

Namun sebelum data diuji, data yang dimiliki harus terdistribusi secara normal dan linear. Untuk mengetahuinya, maka diperlukanlah uji asumsi normalitas dan uji asumsi linearitas.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Goodness of fit test dengan penggunakan SPSS 22.

Normalitas didapat dari data setiap variabel yaitu variabel dukungan keluarga dan variabel kepatuhan penatalaksanaan. Data dinyatakan terdistribusi normal apabila hasil uji memiliki p value > 0.05 dan sebaliknya jika p < 0,05 maka data terdistribusi secara tidak normal.. Lalu hasil tersebut akan di jelaskan dengan nilai jumlah dan persentase lalu disajikan dengan menggunakan tabel dan di interpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

(54)

3.8.2 Uji Linearitas

Uji asumsi linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (dukungan keluarga) dan variabel tergantung (kepatuhan perawatan mandiri) memiliki hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik Uji F dengan menggunakan SPSS 22. Jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variable tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p> 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasannnya. Pembahasan dimulai dari gambaran umum tentang subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan terhadap hasil hasil pengolahan data penelitian.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus yang melakukan kunjungan ke Poliklinik Endokrin di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Subjek dalam penelitian berjumlah 63 orang, sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu diuraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan per bulan, status perkawinan anggota keluarga yang tinggal bersama, tahun pertama kali didiagnosa diabetes mellitus, jasa layanan kesehatan yang digunakan dan jenis pengobatan yang digunakan

a. Gambaran Subjek Penelitan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 :

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan penggunaan obat terhadap keberhasilan terapi pada pasien diabetes mellitus di RSUD Dr. Penelitian ini

penyusunan laporan skripsi dengan judul “ Perbandingan Volume Prostat antara Pasien Benign Prostate Hyperplasia dengan Diabetes Mellitus dan tanpa Diabetes Mellitus

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama pendidikan dan persepsi pasien tentang diet dengan kepatuhan diet pasien diabetes

Menurut penelitian Hestiana (2017) terdapat hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien rawat jalan penderita diabetes melitus tipe

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat kecemasan pasien dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus tersebut yang memiliki tingkat kecemasan

Hal ini sejalan dengan penelitian Ferdiansyah (2014) dalam Gustina (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan diet pasien Diabetes

Ini adalah hipotesis bahwa karena dampak merugikan dari diabetes mellitus pada sistem kardiovaskular, pasien dengan hipertensi dan diabetes mellitus mungkin lebih sulit untuk

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Liawati et al., 2022 tentang kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien di Puskesmas Baros Kota Sukabumi mengatakan bahwa kepatuhan diet pada