• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS

TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

SAFITRI J 310 171228

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD

Dr. MOEWARDI SURAKARTA Abstrak

Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolik di mana sel-sel tubuh resisten terhadap aksi insulin yang sedang diproduksi. Salah satu pilar dalam penatalaksanaannya yaitu terapi nutrisi yang merupakan pengaturan makan dengan prinsip 3 J yang digunakan sebagai tolak ukur untuk kepatuhan diet. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet adalah dukungan keluarga. Maka dari itu dukungan keluarga sangat berperan untuk memotivasi pasien, agar pasien dapat mematuhi diet yang sedang dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling berjumlah 32 pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan. Kriteria inklusi yaitu pasien bersedia untuk menjadi responden, pasien diabates melitus tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi, pasien yang sudah mendapatkan konseling gizi minimal 1 kali, mampu berkomunikasi dengan baik dan kriteria eksklusi yaitu pasien hidup sendiri/datang sendiri. Data dukungan keluarga dan kepatuhan diet (jadwal dan jenis) diperoleh menggunakan kuesioner. Data kepatuhan diet (jumlah) diambil menggunakan form FFQ 1 bulan terakhir. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet (jumlah) kategori dukungan keluarga yang baik dengan yang patuh sebesar 53,3% dan tidak patuh sebesar 46,7%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan yang patuh sebesar 52,9% dan tidak patuh sebesar 47,1%. Kepatuhan diet (jadwal dan jenis) pada kategori dukungan keluarga yang baik dengan yang patuh sebesar 66,7% dan tidak patuh sebesar 33,3%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan yang patuh sebesar 41,2% dan yang tidak patuh sebesar 58,8% responden (46,9%). Beradasarkan nilai P (kepatuhan diet jumlah) = 0,032 dan nilai P (kepatuhan diet jadwal dan jenis) = 0,001 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet

Abstract

Type 2 diabetes mellitus is a metabolic disorder where the body cells are resistant to the action of insulin being produced. One of the pillars in the treatment is nutritional therapy which is a feeding arrangement with the principle 3J which is used as benchmark for dietary compliance. One factor that affects dietary compliance is family support. Therefore, family support is instrumental in

(6)

2

motivating the patient, so that patient can adhere to diet being undertaken. This research purpose to determine the correlation of family support with diet compliance in outpatients with type 2 diabetes mellitus at Dr. Moewardi Surakarta Hospital. This type of research is observational with cross sectional design. The sample is selected with a consecutive sampling technique of 32 outpatients with type 2 diabetes mellitus. Inclusion criteria is the patient willing to be a respondent, patients diabates type 2 with or without complications, patients who have received a nutritional counseling at least once, able to communicate well and exclusion criteria IE patients live alone/come alone. Family support data and diet compliance (schedules and types) were obtained using questionnaires. Dietary compliance data (amount) is taken using FFQ form in the last 1 month. The statistical test used is Pearson Product Moment correlation test. The results showed that diet (number) category of good family support with a compliant were 53.3% and non-compliant at 46.7%, while family support that was less than compliant was 52.9% and non-compliant at 47.1%. Diet compliance (schedules and types) in the category of good family support with obediance was 66.7% and non-compliant at 33.3%, while family support that was less than compliant was 41.2% and non-compliant was 58.8% of respondents (46.9%) . Based on P value (amount diet compliance) = 0.032 and P value (schedule and type compliance diet) = 0.001 which means there is a correlation of family support with diet compliance. There was correlation between family support and diet compliance in outpatient with type 2 diabetes mellitus at Dr. Moewardi Surakarta Hospital.

Keywords : Diabetes Mellitus, Family Support, Diet Compliance

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolik di mana sel-sel tubuh resisten terhadap aksi insulin yang sedang diproduksi dan seiring waktu produksi insulin semakin menurun. Penyakit kronis seperti diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (WHO, 2016). Faktor utama yang menyebabkan diabetes melitus tipe 2 yaitu perubahan kebiasaan diet dan kurang aktivitas fisik yang terkait gaya hidup. Akibatnya, persentase populasi yang lebih besar akan menjadi kelebihan berat badan dan obesitas (Zhao et al., 2015).

(7)

3

Sebagian besar jumlah penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 2 (WHO, 2016). Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 ada 425 juta orang yang hidup dengan diabetes (kelompok umur terbesar: 40-59 tahun) dan perkiraan peningkatan 48% menjadi 628,6 juta orang untuk tahun 2045. Berdasarkan Riskedas tahun 2013 prevalensi diabetes melitus di provinsi Jawa Tengah sebesar 1,6 % dan Riskesdas 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi menjadi 2 % (Riskesdas, 2018).

Semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus tipe 2, perlu penatalaksanaan pasien diabetes melitus yang dikenal 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, aktifitas fisik dan farmakologi (PERKENI, 2015). Terapi nutrisi medis melalui perencanaan makanan merupakan salah satu langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengelolaan diabetes melitus (Yunita, dkk., 2013). Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes melitus hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan 3 J yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis. Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam sehari berkaitan dengan kebutuhan kalori. Konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan lebih banyak glukosa yang ada dalam tubuh. Pada penderita diabetes melitus tipe II, jaringan tubuhnya tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan glukosa, sehingga kadar glukosa darah akan naik dan akan menjadi racun bagi tubuh (Hartono, 2006).

Terapi nutrisi ini akan terus dijalani dalam jangka panjang karena diabetes melitus adalah penyakit seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Maka salah satu strategi untuk membantu terapi gizi medis ini adalah dengan pendekatan dengan orang terdekat yaitu keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap masalah yang terjadi pada anggota keluarga. (Prawirasatra, dkk., 2017). Sehingga dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan pengobatan ataupun diet (Nurhidayati dan Fitri, 2011).

Menurut penelitian Hestiana (2017) terdapat hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien rawat jalan penderita diabetes melitus tipe 2. Karena responden yang memiliki dukungan keluarga yang

(8)

4

baik selalu mengawasi penatalaksanaan penyakit diabetes melitus yang sesuai dengan saran petugas kesehatan. Tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pasien sering merasa dikritik atau dihina, dan kadang-kadang bahkan merasa bersalah ketika menerima dukungan dari keluarga. Penelitian lain menunjukkan bahwa adanya tuntutan yang saling bersaing antara pasien dan anggota keluarga. Sebagai contoh, anggota keluarga mungkin tidak ingin makan makanan yang sama dengan pasien diabetes yang berusaha mempertahankan pola makan yang lebih sehat. Tuntutan yang saling bersaing tersebut membatasi waktu dan energi pasien dan menimbulkan stres yang dapat berdampak negatif pada pasien (Miller dan DiMatteo, 2013).

Maka dari itu pentingnya dukungan keluarga untuk berpartisipasi dalam menjaga makanan atau diet yang dianjurkan terhadap anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Salah satu wujud kepatuhan pasien adalah dengan cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi (Ilmah dan Rochmah, 2015). Kepatuhan diet juga dapat mencegah terjadinya komplikasi dengan cepat. Kepatuhan dalam menjalankan diet bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 menjadi permasalahan tersendiri ketika peraturannya harus diikuti oleh penderita secara kontinu dan dalam kurun waktu yang lama (Ciechanowski dkk, 2001). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa, status ekonomi dan pendidikan (Brunner dan Suddart, 2002).

Berdasarkan laporan kinerja RSUD Dr. Moewardi 2018, penyakit diabetes melitus tipe 2 berada di urutan ke-5 dari sepuluh besar penyakit rawat jalan dan berada di urutan ke-6 dari sepuluh besar penyebab kematian. Berdasarkan hasil penelitian Dewi dkk (2018) bahwa masih banyak responden yang tidak patuh yaitu sebesar 91,7%. Selain itu, hasil penelitian Arviani (2015) menyatakan bahwa asupan energi terhadap 55 sampel pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi sebagian besar masuk dalam kategori defisit. Ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit diabetes melitus dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena presentase kasus penyakit tidak menular tersebut diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001 (Bertalina dan Purnama, 2016) dan dapat mempercepat terjadinya komplikasi.

(9)

5

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan oleh komisi etik penelitian kesehatan RSUD Dr. Moewardi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret No. 513/IV/HREC/2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Jumlah responden pada penelitian ini terdiri dari 15 laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan jumlah keluarga responden terdiri dari 14 laki-laki dan 18 perempuan. Sampel penelitian diambil secara consecutive sampling dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu bersedia untuk menjadi responden, pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi, sudah mendapatkan konseling gizi minimal 1 kali, mampu berkomunikasi dengan baik.

Data yang dikumpulkan meliputi dukungan keluarga diperoleh menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan menggunakan 5 skala likert. Data kepatuhan diet (jadwal dan jenis) diambil menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan menggunakan 5 skala likert dan data kepatuhan diet (jumlah) menggunakan form food frequency questionnaire (FFQ) 1 bulan terakhir. Analisis data dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik subjek. Kemudian dilanjutkan analisis bivariat yang dimulai dengan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil data berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji hubungan menggunakan uji Pearson Product Moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

(10)

6

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Variabel Jumlah (n) Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 15 17 47 53 2 Umur Remaja = 12-25 Dewasa = 26-45 Lansia = 46- > 65 1 3,1 3 28 9,4 87,5 3 Pendidikan Tidak tamat SD 2 6,3 SD 5 15,6 SMP 8 25 SMA 9 28,1

Sekolah Lanjutan (Diploma dan Sarjana) 8 25 4 Pekerjaan PNS 4 12,5 Non PNS 15 46,9 IRT 8 25 Pensiunan 5 15,6 5 Lama Menderita DM < 3 tahun 17 53,1 3-5 tahun 7 21,9 > 5 tahun 8 25

Karakteristik populasi rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam penelitian ini terdiri dari pasien diabetes melitus tipe 2 yang berjumlah sebanyak 32 orang. Berdasarkan hasil penelitian dari 32 orang yang diteliti, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53% berjenis kelamin perempuan sedangkan 47% berjenis kelamin laki-laki. Menurut Leslie, dkk (2013) bahwa sebenarnya kejadian diabetes melitus tipe 2 lebih rentan terjadi pada orang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Tetapi kenyataannya dilapangan orang yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan, perempuan di masyarakat mempunyai angka harapan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki sehingga semakin banyak perempuan lanjut usia menyebabkan jumlah perempuan yang mengidap diabetes melitus tipe 2 semakin tinggi.

(11)

7

Menurut Trisnawati dan Setyorogo (2013) usia lebih dari 40 tahun adalah usia yang beresiko terkena diabetes melitus tipe 2 dikarenakan adanya intolenransi glukosa dan proses penuaan yang menyebabkan kurangnya sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Jika dilihat dari umur responden saat pertama kali menderita diabetes melitus maka dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya umur seseorang maka semakin besar kejadian diabetes melitus tipe 2 (Brunner dan Suddarth, 2002).Persentase umur responden yang termasuk kategori remaja yang berada pada rentang 12-25 tahun sebesar 3,1%, kategori dewasa yang berada pada rentang 26-45 tahun sebesar 9,4% dan yang termasuk kategori lansia berada pada rentang 46->65 tahun sebesar 87,5%.

Sebagian besar pendidikan responden yaitu SMP, SMA dan sekolah lanjutan (diploma dan sarjana) dengan persentase masing-masing sebesar 25%; 28,1%; dan 25%. Selain itu, tidak tamat SD 6,2% dan SD 15,6%. Semakin tingkat pendidikan tinggi resiko untuk terkena diabetes melitus semakin rendah dan sebaliknya. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan dan orang yang memiliki tingkat pendidikannya rendah biasanya kurang pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan (Damayanti, 2015).

Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian diabetes melitus. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya (Trisnawati dan Setyorogo, 2013). Menurut Nurayati dan Adriani (2017) aktivitas fisik yang dilakukakan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar glukosa darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut disebabkan glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa di dalam darah tetap seimbang. Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa sebagian besar pekerjaan responden yaitu non PNS yang meliputi buruh, pegawai swasta, petani dan wiraswata sebesar 46,9%. Selain itu PNS, IRT dan pensiunan dengan persentase masing-masing sebesar 12,5%; 25%; dan 15,6%.

(12)

8

Menurut Lathifah (2017) durasi penyakit diabetes melitus yang lama menunjukkan lama penderita tersebut mengalami diabetes melitus sejak diagnosis penyakit ditegakkan. Semakin lama seseorang menderita diabetes melitus maka semakin mudah penderita diabetes melitus mengalami komplikasi. Pola hidup sehat seperti rajin berolahraga, makan-makanan bergizi, dan menghindari rokok dapat meningkatkan kualitas hidupnya sehingga memperlambat terjadinya komplikasi. Sebagian besar lama menderita diabetes yaitu durasi <3 tahun tahun sebesar 53,1%, durasi 3-5 tahun sebesar 21,9% dan durasi >5 tahun sebesar 25%. Perjalanan penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi , baik yang bersifat akut ataupun kronis. Komplikasi akut muncul sebagai keadaan hipoglikemi yang harus segera tertangani supaya tidak menjadi kondisi koma hipoglikemi. Sedangkan komplikasi kronis akan menyertai penderita diabetes melitus setelah mengidap diabetes melitus diatas 5 tahun (Tsalissavrina, dkk., 2018).

Tabel 2. Karakteristik Keluarga Responden

No Variabel Jumlah (n) Persentase (%) 1 Umur (tahun) Remaja = 12-25 Dewasa = 26-45 Lansia = 46- > 65 1 3,1 12 19 37,5 59,4 2 Pendidikan SD 7 21,9 SMP 6 18,7 SMA 12 37,5

Sekolah Lanjutan (Diploma dan Sarjana) 7 21,9 3 Pekerjaan Tidak Bekerja PNS 1 2 3,1 6,3 Non PNS 20 62,5 IRT 8 25 Pensiunan 1 3,1

4 Hubungan Dengan Penderita DM

Suami 11 34,4 Istri 12 37,5 Saudara kandung Anak 1 8 3,1 25

(13)

9

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa umur keluarga yang termasuk kategori remaja yang berada pada rentang 12-25 tahun sebesar 3,1%, kategori dewasa yang berada pada rentang 26-45 tahun sebesar 37,5% dan kategori lansia yang berada pada rentang 46->65 tahun sebesar 59,4%. Sebagian besar usia keluarga berada pada kategori lansia dan berstatus istri/suami dari penderita diabetes melitus. Usia adalah indikator untuk menentukan kedewasaan dalam melakukan pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman (Meidikayanti dan Wahyuni, 2017).

Menurut Rahayu dan Utami (2018) usia keluarga 53-67 tahun pada pasien diabetes melitus merupakan usia yang sudah matang dalam pengalaman hidup dan kematangan jiwanya dengan peranan sebagai caregiver utama. Usia seseorang berhubungan dengan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dimana semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar keyakinannya untuk mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan (Stuart dan Laraia, 2005).

Sebagian besar pendidikan keluarga yaitu SMA dengan persentase sebesar 37,5%. Pendidikan SD, SMP, dan sekolah lanjutan (diploma dan sarjana) masing-masing sebesar 21,9%; 18,7%; dan 21,9%. Menurut Luthfa (2016) bahwa pendidikan dikaitkan dengan kemampuan menerima informasi, semakin tinggi pendidikan keluarga maka akan semakin baik dalam menerima informasi dan akan meningkatkan support yang akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga terhadap penderita diabetes melitus.

Pekerjaan keluarga sebagian besar adalah non PNS yang meliputi buruh, pegawai swasta, petani, dan wiraswasta sebesar 62,5%. Selain itu yang tidak bekerja, PNS, IRT dan pensiunan masing-masing sebesar 3,1%; 6,3%; 25%; dan 3,1%. Dalam penelitian Macgilchrist (2010) penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola diet dibandingkan dengan orang yang memiliki pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang yang mempunyai pendapatan rendah lebih sedikit

(14)

10

berpeluang untuk membeli makanan yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang berpendapatan tinggi.

Hubungan dengan penderita diabetes sebagian besar adalah istri sebesar 37,5% dan suami sebesar 34,4%. Hubungan dengan penderita diabetes sebagai kakak sebesar 3,1% dan anak sebesar 5%. Menurut Hisni, dkk (2017) bahwa dukungan pasangan berperan dalam menjadikan pasien patuh terhadap diet, karena pasangan merupakan orang yang paling sering melakukan interaksi dengan penderita sehingga ketika pasangan memberikan dukungan diet, penderita akan mudah untuk meresponnya.

3.2 Analisis Univariat

Berikut ini adalah tabel distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga : Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

No Dukungan Keluarga n %

1 Baik 15 46,9

2 Kurang 17 53,1

Total 32 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa dukungan keluarga terdapat pada kategori baik sebesar 46,9% dan kategori kurang sebesar 53,1%. Untuk mendukung ketaatan dalam pola makan, perlu adanya dukungan sosial salah satunya adalah dukungan dari keluarga (Rizani, dkk., 2014).

Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner dan Suddarth, 2002). Berikut ini adalah tabel distribusi responden berdasarkan kepatuhan diet : Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jumlah)

No Asupan Energi n %

1 Patuh 17 53,1

2 Tidak patuh 15 46,9

(15)

11

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jadwal dan Jenis)

No Kepatuhan Diet n %

1 Patuh 17 53,1

2 Tidak Patuh 15 46,9

Total 32 100

Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 dapat diuraikan bahwa terdapat persentase yang sama antara kepatuhan diet jumlah dengan jadwal dan jenis yang termasuk kategori patuh sebesar 53,1% dan tidak patuh sebesar 46,9%. Menurut Karmiathi (2016) kebutuhan kalori harian untuk penderita diabetes melitus merupakan peran penting untuk menjaga kesehatan pada penderita diabetes dengan menjaga pola makan atau diet yang bertujuan untuk memperlambat timbulnya komplikasi dari penyakit diabetes melitus.

3.3 Analisis Bivariat

Berikut ini hasil dari uji hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jumlah) dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet (Jumlah)

Variabel Minimum Maksimum Mean±SD P

Dukungan Keluarga Kepatuhan Diet (Jumlah) 40 1117 62 1842 52,50±5,168 1484,16±156,76 0,032

Berdasarkan tabel 6, dukungan keluarga memiliki nilai minimum yaitu 40 dan nilai maksimum yaitu 62 dengan rata-rata nilai 52,50±5,168. Kepatuhan diet (jumlah) memiliki nilai minimum 1117 kkal dan nilai maksimum 1842 kkal dengan rata-rata nilai 1484,16±156,76. Hasil uji korelasi dengan Pearson Product Moment menunjukkan nilai P yaitu 0,032 yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jumlah) pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

(16)

12

Tabel 7. Distribusi Dukungan Keluarga Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jumlah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa dukungan keluarga yang baik dengan responden yang patuh sebesar 53,3% dan yang tidak patuh sebesar 46,7%, sedangkan untuk dukungan keluarga yang kurang dengan responden yang patuh sebesar 52,9% dan yang tidak patuh sebesar 47,1%. Namun dapat dilihat dukungan keluarga yang baik cenderung lebih patuh menjalankan diet sedangkan dukungan keluarga yang kurang cenderung tidak patuh menajalankan diet.

Hasil dari uji hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jadwal dan jenis) dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet (Jadwal dan Jenis)

Variabel Minimum Maksimum Mean±SD P

Dukungan Keluarga Kepatuhan Diet (Jadwal dan Jenis)

40 40 62 57 52,50±5,168 49,38±3,982 0,001

Berdasarkan tabel 8, dukungan keluarga memiliki nilai minimum yaitu 40 dan nilai maksimum yaitu 62 dengan rata-rata nilai 52,50±5,168. Kepatuhan diet (jadwal dan jenis) memiliki nilai minimum 40 dan nilai maksimum 57 dengan rata-rata nilai 49,38±3,982. Hasil uji korelasi dengan Pearson Product Moment menunjukkan nilai P yaitu 0,001 yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jadwal dan jenis) pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Tabel 9. Distribusi Dukungan Keluarga Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jadwal dan Jenis)

Kategori Dukungan Keluarga

Kategori Kepatuhan Diet

Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % n % Baik Kurang 8 9 53,3 52,9 7 8 46,7 47,1 15 17 100 100 Kategori Dukungan Keluarga

Kategori Kepatuhan Diet

Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % n % Baik Kurang 10 7 66,7 41,2 5 10 33,3 58,8 15 17 100 100

(17)

13

Berdasarkan tabel 9 dapat diuraikan bahwa bahwa dukungan keluarga yang baik dengan responden yang patuh sebesar 66,7% dan yang tidak patuh sebesar 33,3%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan responden yang patuh sebesar 41,2% dan yang tidak patuh sebesar 58,8%. Sehingga dapat dilihat bahwa dukungan keluarga yang baik cenderung patuh menjalankan diet dan dukungan keluarga yang kurang cenderung tidak patuh menjalankan diet.

Berdasarkan tabel 6 dan tabel 8, menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan Pudyasti dan Sugiyanto (2017), bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada DM tipe 2. Hal ini disebabkan karena adanya motivasi dari keluarga yang membuat responden merasa dihargai dan mempunyai rasa percaya diri untuk sembuh.

Menurut Purwandari dan Susanti (2017) diet pada penderita DM tidak hanya memerlukan waktu yang singkat, perlu waktu seumur hidup untuk melakukan kepatuhan diet. Kesabaran dan motivasi sangat diperlukan pula untuk mendukung dalam menjalani kepatuhan diet yang dapat diperoleh dari hubungan dengan orang terdekat seperti keluarga atau teman. Kesabaran dan motivasi akan mempengaruhi sikap penderita DM tipe 2 untuk menjalankan diet. Maka dari itu dukungan yang didapat dari keluarga terdekat akan meningkatkan keinginan penderita dalam mencapai derajat kesehatan yang paling tinggi.

Selain itu penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba, dkk (2010) bahwa dukungan keluarga mempunyai pengaruh positif kepada sikap penderita diabetes melitus untuk menerima edukasi tentang pengaturan makan yang dianjurkan oleh ahli gizi, dan menurut Nurhidayati dan Fitri (2011) bahwa dukungan keluarga yang baik akan membuat penderita mempunyai kesadaran untuk melakukan diet secara disiplin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Wahyuni dan Hermawati (2017) bahwa peran keluarga dalam mengingatkan, memantau dan menyediakan makanan berpengaruh dalam memenuhi jumlah energi yang dikonsumsi.

(18)

14

Menurut Hestiana (2017) ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pengelolaan diet responden karena keluarga selalu menjaga makanan yang dikonsumsi sehari-hari sesuai dengan saran petugas kesehatan.

Maka dari itu keluarga sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi dalam diri penderita diabetes dan juga menyediakan, memantau serta mengingatkan makanan yang sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Sehingga penderita DM tipe 2 yang patuh dalam menjalankan diet akan membuat kadar glukosa darahnya menjadi stabil dan memperlambat terjadinya komplikasi.

4. PENUTUP

Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

PERSANTUNAN

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dengan ridho dan izinNya penulis dapat menyelesaikan naskah publikasi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta dan seluruh subjek dan enumerator yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti ingin berterima kasih kepada dosen penguji bapak Ahmad Farudin, SKM., M.Si., ibu Farida Nur Isnaeni, S.Gz., M.Sc., Dietisien, ibu Endang Nur Widiyaningsih, SST., M.Si Med yang telah memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini serta keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan do’a terbaiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Arviani, D. (2015). Gambaran Asupan Makan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Bertalina dan Purnama. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan. 7(2): 329–340

(19)

15

Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta: EGC

Ciechanowski, P. S., dkk. (2001). The Patient-Provider Relationship: Attachment Theory and Adherence to Treatment in Diabetes. Am J Psychiatry.158: 29– 35.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan (Cetakan 1). Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi, T., Amir, A. dan Sabir, M. (2018). Kepatuhan Diet Pasien DM Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Di Wilayah Puskesmas Sudiang Raya. 25: 55–63

Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit (Edisi 2). Jakarta: EGC

Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota Semarang. Jurnal of Health Education. 2(2):138–145

Hisni, D., Widowati, R., dan Wahidin, N. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Limo Depok. 40(57): 6659–6668

IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eight Edition 2017 (8th ed.). Available at: www.diabetesatlas.org

Ilmah, F., dan Rochmah, T. N. (2015). Kepatuhan Pasiet Rawat Inap Diet Diabetes Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 3(1): 60–69

Karmiathi, N. M. (2016). Penentuan Kebutuhan Kalori Harian Pada Penderita Diabetes Dengan Fuzzy Logic Metode Mamdani. 16(3): 186–192

Lathifah, N. L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Glukosa Darah Dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. 5(2): 231–239

Leslie, David., dkk. (2013). Diabetes: Clinician's Desk Reference. New York: CRC Press

Luthfa, I. (2016). Family Support Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Bangetayu Semarang, Analisis Rasch Model. 2(2): 1–7

Macgilchrist, C., dkk. (2010). Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People With Diabetes Mellitus. Diabetic Medicine. 27(2): 162-168

(20)

16

Meidikayanti, W., dan Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu’, Jurnal Berkala Epidemiologi. 5(2): 240–252

Miller, T. A., dan DiMatteo, M. R. (2013). Importance Of Family/Social Support And Impact On Adherence To Diabetic Therapy. Dove Press Journal. 6: 421– 426

Nurayati, L. dan Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kadar glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutr. 80–87

Nurhidayati., dan Fitri, A. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Yoggakarta. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI

Prawirasatra, W. A., Wahyudi, F., dan Nugraheni, A. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan 4 Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Rowosari, 6(2): 1341–1360

Pudyasti, B., dan Sugiyanto. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Minggir Sleman Yogyakarta. Universitas ‘Aisiyah Yogyakarta

Purba, M. B., Rahayu, E. S., dan Sinorita, H. (2010). Dukungan Keluarga Dan Jadwal Makan Sebelum Edukasi Berhubungan Dengan Kepatuhan Jadwal Makan Pasien Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Yang Mendapat Konseling Gizi Di RSUD Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(2): 74–79

Purwandari, H., dan Susanti, S. N. (2017). Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita DM Di Poli Penyakit Dalam RSUD Kertosono. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2): 16-21

Rahayu, N. W., dan Utami, M. P. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Diabetes Mellitus Melalui Supportive Group Theraphy Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 1(1): 24–18

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018

Rizani, H. K., Suroto., dan Rizani, A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Ketaatan Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Besar Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan. 5(2)

(21)

17

Trisnawati, S.K., dan Setyorogo.S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1): 6-11

Tsalissavrina, I., et al. (2018). Hubungan Lama Terdiagnosa Diabetes Dan Kadar Glukosa Darah Dengan Fungsi Kognitif Penderita Diabetes Tipe 2 Di Jawa Timur. Aceh Nutrition Journal. 3(1): 28–33

Wahyuni, E. S., dan Hermawati. (2017). Persepsi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Desa Sawah Kuwung Karang Anyar. Jurnal Care. 5(2): 306–317

WHO. (2016). Global Report On Diabetes. France: World Health Organization

Yunita, Asdie, A. H., dan Susetyowati. (2013). Pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Terhadap Asupan Gizi Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. 10(2): 82–91

Zhao, Y. et al. (2015). Type 2 Diabetes Mellitus- Disease , Diagnosis and Treatment. Journal of Diabetes and Metabolism. 6(5)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel 2. Karakteristik Keluarga Responden
Tabel 8. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet (Jadwal dan  Jenis)

Referensi

Dokumen terkait

Media komunikasi yang dibuat dengan lipatan atau satu lembar dan diatur sedemikian rupa dengan bentuk yang menarik serta lebih efektif untuk meyakinkan tentang manfaat dan

– Status solusi ( solution state ): satu atau lebih status yang menyatakan solusi persoalan. •

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

Postur punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu menunduk menyebabjkan nyeri otot pada leher, bahu punggung dan pinggaang, Kaki tidak tertopang menyebabkan beban

EVALUASI KINERJA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK. MESIN FKIP UNS MENGGUNAKAN METODE

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” UPAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana sesuai kala ulang dari perhitungan analisis Hidrograf Satuan Sintesis metode Soil Consenvation

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka